Anda di halaman 1dari 4

VETERINARIA

Vol. 1 No. 2, Juni 2008

Daun Sambiloto Sebagai Bahan Aktif Dipping dalam Pengendalian Kasus Mastitis pada Sapi Perah The Sambiloto Leaf As An Active Subtance Of Dipping Solution On A Dairy Cattle Mastitis
Arimbi dan Emy Koestanti Sabdoningrum Fakultas Kedokteran Hewan Unair Kampus C Unair, Jl. Muyorejo Surabaya 60115 Telp. 031.5992785 Fax. 031.5993015 Email : vetunair @telkom.net

Abstract
Mastitis is known as a mammary gland inflammation caused by pathogenic microorganisms. These microorganisms (S.aureus and E.coli) enter the mammary gland, and will grow with produce a toxin in it. Mastitis cause an economically lost such as the degradation of milk production and quality, and early culling decision. A routine examination and teat dipping are the best choice of controlling this condition. Sambiloto leaf extract has an antibacterial substance against S.aureus and E.coli). This research aimed to study a Sambiloto leaf extract that has an active substance in the dipping solution which has an antibacterial effect against S.aureus and E.coli. Methode used in this research was a field observation using survey in order to get a mastitis cases. This methode followed by a laboratory test for S.aureus and E.coli identification and effectiveness of this leaf extract. The result revealed that Sambiloto leaf extract is an effective substance of dipping solution on a Dairy Cattle Mastitis Control Programme that caused by S.aureus and E.coli. Population of S.aureus was decline by 68,03%, while E.coli was 54,67%. This decline was caused by the active agent of Sambiloto leaf extract. Keywords : Sambiloto leaf, Mastitis, S.aureus and E.coli.

Pendahuluan
Susu sebagai salah satu sumber protein hewani merupakan suatu alternatif yang tepat untuk membantu meningkatkan gizi masyarakat, di dalamnya mengandung hampir semua zat makanan yang diperlukan oleh tubuh. Secara kimiawi komposisi susu merupakan campuran yang kompleks yang terdiri dari air, lemak, protein, karbohidrat, mineral, vitamin dan enzim (Jones,1998). Susu merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga susu dapat bertindak sebagai sumber penyakit yang berbahaya bagi konsumen. Di dalam kelenjar susu, sebenarnya susu tersebut diproduksi steril, tetapisetelah melewati saluran susu dalam puting dan kemudian terkontaminasi oleh mikroorganisme dalam saluran tersebut, maka susu yang dihasilkan kualitasnya kurang baik (Anonimous,2000) Mastitis merupakan penyakit yang sering menyerang pada sapi perah. Kasus mastitis

terutama mastitis subklinis merugikan baik dari segi mutu maupun produksi. Kerugian ekonomi akibat mastitis subklinis meliputi penurunan produksi, penurunan mutu susu, pembuangan susu, biaya perawatan dan pengobatan, penurunan produksi susu sangat bervariasi antara 10-40% (Anonimous, 2003) Kerugian ekonomi dapat dilakukan dengan pengendalian mastitis secara tepat dan efisien. Menurut Sudarwanto (2000) pengendalian yang sering dilakukan peternak Jawa Timur terhadap mastitis adalah dengan mencuci tangan sebelum memerah dengan larutan desinfektan, melakukan pemerahan dengan baik dan benar tanpa bahan pelicin dengan pemerahan sampai kosong, sapi yang menderita mastitis diperah terakhir dan harus dikeluarkan dari kandang bila tidak sembuh dengan pengobatan, melakukan pencegahan dengan pemberian antibiotika selama masa kering kandang, melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kejadian mastitis, mengukur

Arimbi dkk. Daun Sambiloto Sebagai Bahan

produksi sapi per ekor per hari secara teratur dan melakukan pencelupan atau dipping puting kedalam larutan desinfektan setelah selesai pemerahan. Mastitis atau penyakit radang ambing merupakan masalah utama dalam tata laksana uasaha peternakan sapi perah yang sangat merugikan peternak sapi perah, karena dapat menurunkan produksi susu dalam jumlah besar dan pengobatan terhadap penyakit tersebut sulit dilaksanakan sampai tuntas (sembuh) dan memerlukan biaya besar baik itu perawatan ataupun obatnya. Kegagalan pengobatan masih dianggap sebagai akibat adanya resistensi bakteri terhadap antibiotik. Bila ternak-ternak tersebut terserang mastitis dalam waktu yang lama dan tidak segera sembuh maka peternak akan rugi. Mastitis subklinis paling sering terjadi daripada bentuk klinis, akibatnya terjadi peningkatan sel radang, adanya mikroorganisme patogen dan terjadi perubahan kimiawi susu (Sudarwanto,1998). Mastitis merupakan penyakit yang sering menyerang pada sapi perah. Kasus mastitis terutama mastitis subklinis merugikan baik dari segi mutu maupun produksi. Untuk mengatasi keadaan tersebut dilakukan program kontrol mastitis dengan dipping puting. Sambiloto merupakan bahan yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan anti infeksi. Daun sambiloto merupakan tanaman yang mempunyai kasiat anti radang dan antiinfeksi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan E. Coli. Zat yang terkandung dalam sambiloto berupa Andrographis paniculata efektif sebagai antiinflamatori dan antiinfeksi (Chander, 1995). Bahkan enterotoksin yang diproduksi Staphylococcus aureus pada mencit jantan dapat direduksi oleh zat ini Artanto S., (2004). Daun sambiloto (andrographis paniculata) terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi Staphylococcus aureus dan E. Coli. Hal ini ditandai dengan peningkatan neotrofil, limposit dan perbaikan jaringan paru-paru, hati dan ginjal mencit percobaan (Mayasari,2003) . Kerugian ekonomi akibat mastitis pada sapi perah disebabkan oleh penurunan produksi susu dan kualitas susu, berpengaruh terhadap sistem managemen yang diterapkan, serta membutuhkan biaya pengendalian dan pemberantasan penyakit. Daun sambiloto sebagai bahan aktif dipping dalam pengendalian kasus mastitis pada sapi perah yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan E.Coli diharapkan

dapat mencegah kerugian ekonomi akibat mastitis berupa penurunan produksi dan kualitas susu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efetifitas daun sambiloto dalam menekan kasus mastitis subklinis Staphylococcus aureus dan E.Coli. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia peternakan sapi perah dalam pengendalian mastitis. Dari uraian diatas maka permasalahan yang didapat adalah apakah dengan aplikasi daun sambiloto sebagai bahan aktif dipping puting dapat mengontrol kasus mastitis pada sapi perah yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan E. Coli.

Materi dan Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional lapangan dengan menggunakan pendekatan survey untuk pencarian kasus mastitis dan diikuti uji laboratorium untuk identifikasi Staphylococcus aureus dan E. Coli melihat efek dari daun sambiloto dalam pengendalian kasus mastitis pada sapi perah dengan cara dipping puting. Daun sambiloto merupakan tanaman yang mempunyai kasiat anti radang dan antiinfeksi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan E. Coli. Zat yang terkandung dalam sambiloto berupa Andrographis paniculata efektif sebagai antiinflamatori dan antiinfeksi serta antibakteri. Sampel yang digunakan adalah 16 ekor sapi dari peternakan sapi perah di Sidoarjo. Tehnik pengambilan sampel susu merupakan pengambilan sampel susu yang dipancarkan pada pancaran kedua sebelum dan setelah puting didipping dengan air perasan daun sambiloto. Sampel susu diambil dari puting penderita mastitis. Prosedur penelitian deteksi dan diagnosis mastitis berdasarkan visualisasi dan palpasi pada ambing. Pada mastitis klinis, ambing menjadi keras, kemerahan dan hangat. Palpasi pada ambing menyebabkan sapi kesakitan. Simpton ini merupakan perubahan dari aliran darah di glandula mamae ketika terjadi peradangan. Deteksi mastitis subklinis pada penelitian menggunakan California Mastitis Test (CMT). Alat ini mendeteksi bentukan gel ketika DNA dalam somatic sel bereaksi dengan reagen. Reaksi pada paddle dinilai secara subyekstif (negatif, ringan, 1,2,3). Sampel dikultur pada media Manitol Salt Agar (MSA) untuk mengetahui Staphylococcus aureus. Identifikasi E.coli menggunakan Most Probabilyti Number (MPN). Daun sambiloto yang sudah tua dikeringkan ditambah dengan air perpaduan 500 gram daun sambiloto kering : 10

VETERINARIA

Vol. 1 No. 2, Juni 2008

liter air direbus hingga sisa air mencapai separoh dari semula. Didiamkan dan disaring. Air perasan daun sambiloto ini digunakan untuk dipping puting sapi perah penderita mastitis. Dipping dilakukan pada semua puting sapi penderita mastitis, dengan cara mencelupkan puting pada air perasan daun sambikoto selama 3 menit untuk masing-masing puting. Dipping puting dilakukan setiap selesai memerah selama 7 hari. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang ada di Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Sedangkan sampel susu diperoleh dari peternakan sapi perah di Sidoarjo.

Hasil dan Pembahasan Diping Puting Sapi pada Kasus Mastitis


Agen unfeksi dapat masuk melalui luka pada puting atau melalui tangan pemerah, mesin pemerah, lingkungan sekitar kandang dan pada saat pencucian puting. Invasi mikroorganisme dipermudah oleh keadaan lingkungan yang kotor, populasi kuman tinggi, adanya lesi pada puting atau bila daya tahan sapi menurun, misalnya setelah sakit atau akibat transportasi (Blood dan Henderson,1983). Cyterna puting sangat berperan dalam terjadinya mastitis, sehingga dengan adanya susu dalam cyterna terutama pada pemerahan yang tidak habis merupakan media yang baik pada pertumbuhan mikroorganisme, dengan demikian kasus mastitis lebih sering terjadi pada masa laktasi. Penyebab mastitis sangat kompleks dan bervariasi, tapi program pengontrolan yang baik dapat meminimalisasi kejadian dan kerugian yang ditimbulkan (Anonimous,2000). Keadaan ini makin mendorong dan berkembangnya penelitian untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang tepat mengingat kemampuan sistem ketahanan tubuh, biosekurity, dan pencegahan tidak hanya cukup cukup untuk menanggulangi penyakit tersebut tanpa penunjang yang lain. Proses pengobatan tanaman dengan cara celup puting, dilakukan setelah selesai pemerahan, supaya lebih efektif (Ingalls, 2002). Puting secara normal selalu tertutup dan terdapat sumbatan yang berfungsi untuk mencegah masuknya bakteri dari luar ke dalam saluran putting. Selama dan setelah pemerahan terjadi relaxasi otot putting sehingga putting dalam keadaan terbuka yang memungkinkan masuknya bakteri dari luar kedalam saluran putting. Masuknya bakteri ini

merupakan awal terjadinya mastitis. Dipping puting dapat mencegah timbulnya infeksi baru dan membunuh koloni mikroba yang telah ada di putting sehingga diharapkan dapat membantu proses penyembuhan, memungkinkan sapi penderita mastitis mempunyai kemampuan mencukupi untuk melawan infeksi sehingga secara perlahan akan terjadi penyembuhan. Penggunaan daun sambiloto sebagai di ping puting pada penderita mastitis terbukti dapat menurunkan jumlah Staphylococcus aureus dan E. Coli yang merupakan agent infeksi utama terjadinya mastitis. Penurunan ini terjadi karena koloni bakteri yang terdapat dalam saluran puting akan mati akibat daya antibakteri yang terkandungan dalam daun sambiloto yaitu berupa zat Andrographis paniculata. Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan daya antibakteri sambiloto pada sapi mastitis terhadap bakteri Staphylococcus aureus terdapat perbedaan jumlah bakteri sebelum dan sesudah didipping puting dengan larutan ekstrak daun sambiloto yaitu berupa penurunan jumlah bakteri. Dari hasil uji t test two tailed terdapat perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah dipping dengan signifikasi P=0,005. Sebelum dilakukan dipping dari 16 sapi 13 puting positip mastitis subklinis, sedang yang positip Staphylococcus aureus 11 puting dengan jumlah Staphylococcus aureus adalah 179 bakteri/ lt susu dan rata-rata jumlah adalah 13,77 bakteri/ lt susu . Sesudah dilakukan dipping terdapat 5 puting yang positip Staphylococcus aureus dengan jumlah Staphylococcus aureus adalah 57 bakteri/ lt susu dan rata-rata jumlah Staphylococcus aureus adalah 4,68 bakteri/ lt susu. Persentase penurunan jumlah Staphylococcus aureus setelah dilakukan dipping putting selama 1 minggu adalah 68,03%. Penurunan jumlah bakteri Staphylococcus aureus ini karena larutan ekstrak sambiloto dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Andrographolide adalah komponen dalam daun sambiloto yang berperan untuk pengobatan. Andrographolide mampu meningkatkan system pertahanan tubuh seperti produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan memicu produksi interferon yang merupakan protein spesifik (sitokin) yang dibuat oleh sel tubuh sebagai respon adanya benda asing termasuk bakteri. Larutan ekstrak sambiloto sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus

Arimbi dkk. Daun Sambiloto Sebagai Bahan

aureus dan aman untuk digunakan karena tidak toksik serta tidak menimbulkan resistensi (Artanto,2004). Mastitis selain disebabkan oleh juga disebabkan oleh Staphylococcus aureus juga disebabkan oleh Escherichia..Coli (E.Coli). Bakteri ini merupakan bakteri fecal yang terdapat dalam feses sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur kebersihan sapi dan kandang. Pengendalian terhadap mastitis yang disebabkan oleh Escherichi coli dapat dilakukan dengan managemen yang bagus dan kontrol terhadap lingkungan sehingga dapat menurunkan dan menekan serta tidak menimbulkan resistensi. Cara yang dipakai adalah dengan menjalankan sanitasi yang baik dan melakukan dipping pada puting setelah selesai pemerahan. Hasil penelitian menunjukkan daya antibakteri sambiloto pada sapi mastitis terhadap bakteri E.Coli terdapat perbedaan jumlah bakteri sebelum dan sesudah didipping puting dengan larutan ekstrak daun sambiloto yaitu berupa penurunan jumlah bakteri. Sebelum dilakukan dipping dari 16 sapi 13 puting yang positip mastitis subklinis, sedang yang positip E.Coli 5 puting dengan jumlah E.Coli adalah 64 MPN/lt dan rata-rata jumlah adalah 13,77 MPN/lt. Sesudah dilakukan dipping terdapat 3 puting yang E.Coli positip dengan jumlah E.Coli adalah 29 MPN/lt dan rata-rata E.Coli adalah 2,23 MPN/lt. Persentase penurunan jumlah E.Coli setelah dilakukan dipping puting selama 1 minggu adalah 54,67%. Dari hasil uji t test two tailed tidak terdapat perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah dipping dengan signifikasi P=0,0595. Penurunan jumlah bakteri E.Coli ini karena dipping putting dengan menggunakan larutan ekstrak sambiloto dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.Coli dengan cara memacu produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan memicu produksi interferon yang merupakan protein spesifik (sitokin) yang dibuat oleh sel tubuh sebagai respon adanya benda asing termasuk bakteri.

pada sapi perah. Terdapat penurunan jumlah bakteri Staphylococcus aureus dan E.Coli setelah dilakukan dipping dengan larutan ekstrak daun sambiloto dengan penurunan untuk Staphylococcus aureus 68,029% dan E.Coli 54,67%.

Daftar Pustaka
Anonimus, 2003. Management Pemerahan. Dinas Peternakan. Departemen Pertanian. Anonimus.2004. Tanaman Obat Berkasiat. Departemen Pertanian. Artanto S. 2004. Ekstrak Sambiloto Tingkatkan Stamina. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Blood,D.C. and Hendersoon,J.A., 1983. Veterinary Medicine. Second Edition.The William and Wilkins Company.Baltimore.341 378 Cander.1995.Andrographidis Herba Chuanxinlia. Gothenburg Sweeden. Harley and Morlin. 2003. Mastitis. NDST.USA. Ingalls,W., 2002.Teat Pips, Teat Dipping and Mastitis Control. West Agro Inc. Kansas City.MO (http://www.moomilk.com) Jones,G.M., T.L. Bailey,Jr., and J.R. Robertson, 1998. Mastitis: Cause, Detection, and Control. Dairy Science Publication. 229404 Kardono, L.B.S., Arsanti, N., Dewiyanti, I.P., Basuki, T. 2003. Selected Indonesian Medicinal Plants Monographs and Descriptiona. Volume 1. Copyright. Pt. Grasindo. Jakarta Mayasari.2003. Sambiloto sebagai Bahan Antibakterial. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Sanberg. 2000. Andrographis. American Botanical Council. USA. Schroerder J.W.1997. Mastitis Control Program : Bovine Mastitis and Milking Management. North Dakota State University. Sudarwanto M. 1998. Pereaksi IPB-I sebagai Pereaksi Alternatif untuk Mndeteksi Mastitis Subklinis. Media Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Sudarwanto M. 2000. Usaha Peningkatan Produksi Susu Melalui Program Pengendalaian Mastitis Subklinis. Proseding Seminar Nasional Mastitis. Bogor.

Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dihasilkan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun sambiloto efektif digunakan sebagai bahan aktif dipping dalam program kontrol mastitis yang disebabkan Staphylococcus aureus dan E.Coli

10

Anda mungkin juga menyukai