Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang sembarangan.

Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Smelzer, 2002) Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. (Bruner dan Sudath, 2000 : 1405). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. (Mansjoer Arief, 1999, hal : 492) Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 181). Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri. (Charlene J, 2001, hal : 138)

1.1.2

Klasifikasi Gastritis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1.1.2.1 Gastritis Akut Gastritis akut merupakan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktorfaktor agresik atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung (Mansjoer Arief M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001). 1.1.2.2 Gastritis Kronik Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi (Mansjoer Arief M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001).

1.1.3

Etiologi Penyebab gastritis tergantung pada tipenya :

1.1.3.1 Gastritis Akut 1) Pemakaian yang sering dari obat obatan anti inflamasi non steroid (NSAID) seperti aspirin yang tanpa pelindung selaput enteric 2) Peminum alcohol yang kronik 3) Perokok berat 4) Infeksi campylobacter 5) Stress berat

6) Trauma atau pembedahan 7) Radiasi pada lambung 8) Keracunan makanan staphylococcus (Stanley L Robin. Buku Ajar Patologi , 1995). 1.1.3.2 Gastritis Kronik Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh Helicobacter pylory. (Suzanne C Smeltser. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2001)

1.1.1

Patofisiologis Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Faktor-faktor itu adalah :

1. Kerusakan mucosal barrier sehingga difusi balik ion H meninggi. 2. Perfusi mukosa lambung yang terganggu 3. Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting.

Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri. Misalnya strees fisis menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada penderita strees fisis biasanya tidak terganggu. Hal itu yang membedakannya dengan gatritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mucosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mucosal barrier oleh cairan usus.

1.1.1

Tanda dan Gejala

1. Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah : 1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.

2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya. 3) Kadang kadang disertai dengan mual- mual dan muntah. 4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala. 5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas. 6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

2. Gastritis Kronis 1) Bervariasi dan tidak jelas 2) Perasaan penuh, anoreksia 3) Distress epigastrik yang tidak nyata 4) Cepat kenyang 1.1.2 Komplikasi

1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian. 2) Terjadinya ulkus 3) Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin (Mansjoer, Arief 1999, hal: 493).

1.1.3

Pemeriksaan Diagnostik

1) EGD (Esofagogastriduodenoskopi) Tes diagnostik untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera. 2) Minum barium dengan foto rontgen Dilakukan untuk membedakan diagnosa penyebab atau sisi lesi.

3) Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger-Ellison. 4) Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi perdarahan. 5) Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis. (Doengoes, 1999, hal: 456).

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian

1.2.1.1 Anamnesa 1. Aktivitas / Istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas) 2. Sirkulasi Gejala : 1) hipotensi (termasuk postural) 2) takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia) 3) kelemahan / nadi perifer lemah 4) pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi) 5) warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah) 6) kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik) 3. Integritas ego Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya. Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar. 4. Eliminasi Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI)

atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses. Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida). Haluaran urine : menurun, pekat. 5. Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal). Masalah menelan : cegukan Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis). 6. Neurosensi Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan. Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi). 7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.

Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit. 8. Keamanan Gejala : alergi terhadap obat / sensitif Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal) 9. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).

1.2.2

Diagnosa Keperawatan

1.2.2.1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah. 1.2.2.2 Nyeri berhubungan dengan iritasi lambung, luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral. 1.2.2.3 Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, dan anoreksia.

1.2.3

Rencana Asuhan Keperawatan

1.2.3.1 Diagnosa 1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia. 1) Batasan Karakteristik : Ketidakcukupan asupan cairan oral, keseimbangan negatif antara asupan dan haluaran, penurunan berat badan, kulit atau mukosa kering, peningkatan natrium serum, penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan, urine memekat atau sering berkemih, penurunan turgor kulit, haus, mual, anoreksia. (Carpenito, 2006; 168) 2) Tujuan : Individu dapat mempertahankan volume cairan dalam batasan normal. 3) Kriteria Hasil : 1. Meningkatkan asupan cairan sesuai usia dan kebutuhan metabolik.

2. Mengidentifikasi faktor resiko defisit cairan dan menyebutkan kebutuhan peningkatan cairan sesuai indikasi. 3. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi. (Carpenito, 2006; 168 ) 4) Intervensi dan rasional 1. Catat karakteristik muntah dan / atau drainase Rasional : membantu dalam membedakan penyebab distres gaster. Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka. Kandungan fekal menunjukkan obstruksi usus. Darah merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial akut. 2. Awasi tanda vital Rasional: perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan perkiraan kasar kehilangan darah. 3. Awasi masukan dan haluaran dihubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah / cairan melalui muntah, penghisapan gaster / lavase, dan defekasi. Rasional: memberikan pedoman untuk penggantian cairan. 4. Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan. Rasional: aktivitas / muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut 5. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida Rasional: mencegah refleks gaster pada aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru serius. 6. Berikan obat sesuai indikasi: Ranitidin (zantac), nizatidin (acid). Rasional: penghambat histamin H2 menurunkan produksi asam gaster. Antasida (misal: Amphojel, Maalox, Mylanta, Riopan) Rasional: dapat digunakan untuk mempertahankan pH gaster pada tingkat 4,5 atau lebih tinggi untuk menurunkan risiko perdarahan ulang. Antiemetik (misal: metoklopramid / reglan, proklorperazine / campazine) Rasional: menghilangkan mual dan mencegah muntah.

1.2.3.2 Diagnosa 2 Nyeri (akut atau kronis) berhubungan dengan iritasi lambung, luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral. 1) Batasan Karakteristik : Pengungkapan tentang deskriptor nyeri, perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya, agitasi, ansietas, peka rangsang, menggosok bagian yang nyeri, imobilitas, gangguan konsentrasi, perubahan pola tidur. (Carpenito, 2006; 53 ) 2) Tujuan : Nyeri hilang dengan atau terkontrol. 3) Kriteria Hasil : 1. Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol. 2. Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks atau mudah bergerak. 4) Intervensi dan rasional : 1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10) Rasional: nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya, dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi. 2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri Rasional: membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. 3. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien. Rasional: makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin. 4. Berikan obat sesuai indikasi, misal: Antasida Rasional: menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia. Antikolinergik (misal : belladonna, atropin) Rasional: diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan motilitas gaster, menekan produksi asam, memperlambat pengosongan gaster, dan menghilangkan nyeri nokturnal.

1.2.3.3 Diagnosa 3

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, dan anoreksia. 1) Batasan Karakteristik : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan atau massa otot, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan. 2) Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. 3) Kriteria Hasil : 1. Catat masukan nutrisi. Rasional: mengidentifikasi kebutuhan diet. 2. Berikan perawatan oral teratur. Rasional : mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan berbau. 3. Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus. Rasional : peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan untuk memulai makanan yang lain. 4. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya. Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi. 5. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.

1.2.4

Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28). Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan yang telah ditetap kan pada ktritereia tujuan yaitu :

1. Pasien menyatakan nyeri hilang 2. Berat badan pasien normal 3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi 4. Pasien dapat rileks

Anda mungkin juga menyukai