Anda di halaman 1dari 4

Nama: Abdul Rasyid Wahid Nasution NIM : 1101704 Mata Kuliah : Sejarah Perekonomian Garis Besar Sejarah Perekonomian

Indonesia (1830-1942) Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel ) (1830-1870) Latar belakang Sitem tanam paksa (Cultuurstelsel ) merupakan sistem yang diterapkan Gubernur Jendral van den Bosch untuk dapat memperbaiki perekonomian Belanda , berdasarkan konvensi London pada tahun 1814 pemerintah Belanda berkuasa berkuasa kembali atas Indonesia. Namun saat itu kondisi ekonomi Negara Belanda masih sangat lemah . ada beberapa faktor-faktor yang membuat lemahnya kondisi ekonomi Negara Belanda: 1. Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam perang menghadapi pemberontakan Belgia yang ingin melepaskan diri untuk merdeka. 2. Besarnya pengeluaran biaya perang dalam menghadapi perlawanan rakyat daerah di Indonesia seperti Perang Diponegoro (1825-1830) dan perang Paderi (1821-1837). 3. Besarnya biaya yang harus di keluarkan untuk membayar hutang luar negeri. Untuk dapat memperbaiki kondisi tersebut Johannes Van den Bosch yang diangkat menjadi gubernur jenderal pada 19 Januari 1830, menerapkan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel ) diperkenalkan secara perlahan sejak tahun 1830 sampai tahun 1835 dan menjelang tahun 1840 sistem ini telah berjalan di Jawa. Proses berlangsung Setelah sistem tanam paksa diperkenalkan secara perlahan sejak tahun 1830 sampai tahun 1835 dan berjalan di Jawa menjelang tahun 1840. sistem tanam paksa adalah keharusan bagi rakyat untuk membayar pajak dalam bentuk pajak in natura, yaitu dalam bentuk hasil-hasil pertanian mereka. Ketentuan-ketentuan sistem tanam paksa, terdapat dalam Staatblad (lembaran negara) No. 22 tahun 1834. Secara umum peraturan yang dibuat antara pihak petani dan pihak Belanda terlihat menguntungkan pihak petani, tetapi dalam penerapannya terdapat banyak pelewengana yang dilakukan Belanda, karena menginginkan hasil yang besar dengan modal yang sedikit dari pihak Belanda. Bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda, sistem ini sangatlah luar biasa, karena dalam waktu 1831-1871 Batavia tidak hanya bisa membangun sendiri, melainkan punya hasil bersih 823 juta gulden untuk kas di Kerajaan Belanda. Umumnya, lebih dari 30 persen anggaran belanja kerajaan berasal kiriman dari Batavia. Pada 1860-an, 72% penerimaan Kerajaan Belanda disumbang dari Oost Indische atau Hindia Belanda. Langsung atau tidak langsung, Batavia menjadi sumber modal. Misalnya, membiayai kereta api nasional Belanda yang serba mewah. Kas kerajaan Belanda pun mengalami surplus. Dampak Seperti yang telah dijelaskan sistem tanam paksa telah memberikan keuntunga berlimpah bagi kas negara Belanda, karena dalam waktu 1831-1871telah meraup keuntungan sebesar 823 juta gulden. Tetapi Sistem Tanam Paksa telah memberikan dampak bagi masyarakat Indonesia maupun Belanda, baik positif maupun negatif antara lain: Dampak bagi masyarakat indonesia o Dampak Positif 1) Kopi dan teh, tebu yang semula hanya ditanam untuk kepentingan keindahan taman mulai dikembangkan secara luas. 2) Dikenalkannya sistem upah yang sebelumnya tidak dikenal oleh penduduk, mereka lebih mengutamakan sistem kerjasama dan gotongroyong terutama tampak di kota-kota pelabuhan maupun di pabrik-pabrik gula. o Dampak Negatif 1) Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko apabila panen gagal 2) Akibat bermacam-macam beban, menimbulkan tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan 3) meningkatnya bahaya kemiskinan , kelaparan dan wabah penyakit dimana-mana sehingga angka kematian meningkat drastis. Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon (1843), Demak (1849), dan Grobogan (1850). Dampak bagi Belanda

Keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda Hutang-hutang Belanda terlunasi Kas Negeri Belanda yang semula kosong dapat terpenuhi Amsterdam berhasil dibangun menjadi kota pusat perdagangan dunia dan perdagangan berkembang pesat Era Liberalisme (1870-1900) Latar Belakang Periode 1870 1900 sering disebut juga sebagai masa liberalisse. Yang dilatarbelkangi kemengangan politik kaum liberal di Negeri Belanda tahun 1850. Dengan kemenangan tersebut membuat mereka menerapkan asas-asas liberalisme di tanah jajahan. Dalam hal ini kaum liberal berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak ikut campur tangan dalam masalah ekonomi; tugas ekonomi haruslah diserahkan kepada orang-orang swasta; agar kaum swasta dapat menjalankan tugasnya maka harus diberi kebebasan berusaha. Kebijakan masa ini disebut juga politik pintu terbuka (open door policy). Proses Berlangsung Dalam periode ini kaum pengusaha dan modal swasta diberikan peluang sepenuhnya untuk menanamkan modalnya dalam berbagai usaha kegiatan di Indonesia terutama dalam industri industri perkebunan besar baik jawa maupun daerah daerah luar jawa yang merupakan dampak dari politik pintu terbuka (open door policy). Kaum swasta Barat aktif membuka perkebunan-perkebunan seperti, kopi, teh, gula, dan kina yang cukup besar di Jawa dan Sumatra Timur. Puncak kemnangan golongan liberal adalah dengan dikeluarkannya dua UU pada tahun 1870 : (1)UU gula, (2) UU Agraria. Dalam undang-undang gula dinyatakan bahwa jangka waktu 12 tahun peranan pemerintah dalam produksi gula harus diakhiri mulai tahun 1878. Sedangkan undang-undang Agraria yang disahkan untuk memulai pengambilalihan tanah penduduk pribumi. Orang-orang asing diperbolehkan menyewa tanah pertanian dalam jangka waktu 5 tahun. Tujuannya dari UU tersebut ialah sebagai berikut. 1) Untuk melindungi hak milik petani-petani pribumi atas tanahnya, dari penguasaan orang-orang asing. 2) Peluang kepada para pengusaha asing untuk dapat menyewa tanah dari rakyat Indonsia. Dampak Penerapan sistem ekonomi liberal ternyata memberikan dampak besar terhadap perekonomian Belanda dan Masyarakat antara lain: a. Kemajuan ekonomi dan pertambahan penduduk Semenjak lama golongan liberal berpendapat bahwa tanaman bebas akan sangat menguntungkan. Selama 15 tahun hal tersebut memang terbukti. Antara tahun 1870-1885 produksi gula 2x lipat. Ekspor teh dan tembakau juga meningkatkan, dua jenis tanaman yang tidak menguntungkan pada masa STP. Sejalan dengan dijalankanyya politik pintu terbuka, jumlah penduduk Eropah di Indonesia berkembang pesat. Kalau tahun 1852 hanya 17.825 orang maka tahun 1900 jumlahnya mencapai 62.477 b. Dampak pada sosial budaya Elit kerajaan (jawa) tergeser dari panggung politik abad 19 dan kemudian hanya berpusat dibidang kebudayaan. Bupati yang ada pada masa STP, merupakan kunci keberhasilan, pada masa liberalisme kehilangan kekuasaannya. Politik Etis Latar Belakang Politik etis atau Politik Balas Budi merupakan suatu kebijakan baru yang diperjuangakan oleh golongan liberal dan sosiol demokrat yang menginginkan adanya suatau keadilan yang di peruntukan bagi Hindia-Belanda yang telah begitu banyak membantu dan meningkatkan defisa dan kemakmuran bagi pemerintahan Belanda. Kebijakan ini lahir dari perjuangan golongan Sosial Demokrat yang saat di wakili oleh van Kol, Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) adalah orang-orang prihatin terhadap bangsa Indonesia. Kritikan yang di buat oleh van Deventer dalam majalah De Gies yang intinya mengkritik pemerintahan kolonial dan menyarankan agar dilakukan politik kehormatan (hutang kekayaan) atas segala kekayaan yang telah diberikan oleh bangsa Indonesia terhadap negera Belanda yang

o o o o

keuntungan menjadi 5 kali lipat dari hutang yang mereka anggap di buat oleh bangsa Indonesia. Ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang. Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Van deventer yang meliputi: 1. Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian 2. Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi 3. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan Proses berlangsung Jika dilihat dari isi politik etis yang di keluar oleh Ratu Wilhelmina, terlihat bagaimana keinginan Belanda untuk dapat memperbaiki pengelolaan di tanah jajahannya. Namun dalam pelaksanaannya lebih banyak untuk kepentingan pemerintahan Belanda.

Irigasi

Pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.

Edukasi

Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah. Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I (Bangsawan), dan di sekolah kelas II kepada anak-anak pribumi dan pada umumnya.

Migrasi

Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunanperkebunan milik Belanda seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya di Deli. Mereka dijadikan kuli kontrak. Migrasi ke Lampung mempunyai tujuan menetap. Untuk mencegah agar pekerja tidak melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari dan ditangkap polisi, kemudian dikembalikan kepada mandor/pengawasnya. Dampak Meskipun dalam prakteknya banyak terjadi penyelewengan demi keuntungan kolonial Belanda, tetapi tidak dapat di pungkiri penerapan politik etis juga mempunyai dampak yang baik dalam sejarah Indonesia, terutama dalam dunia pendidikan adapun dampak dari penerapan politik etis antara lain: - Sosial (pendidikan) : lahirya golongan terpelajar, peningkatan jumlah orang indonesia yang bisa baca hitung , namun dampak negatifnya adalah kesenjangan antara golongan bangsawan dan bawah semakin terlihat jelas karena bangsawan kelas atas dapat berseolah dengan baik dan langsung di pekerjakan di perusahaan-perusahaan Belanda. - Ekonomi : lahirnya sistem Kapitalisme modern, politik liberal dan pasar bebas yang menjadikan persaingan dan modal menjadi indikator utama dalam perdagangan. Sehingga yang lemah akan kalah dan tersingkirkan. Selain itu juga muculnya dan berkembangnya perusahaan-perusahaan swasta dan asing di Indonesia seperti Shell. Depresi Ekonomi (zaman malaise) 1930 Latar Belakang Arti Malaise secara harfiah adalah keadaan yang serba sulit. Depresi Besar atau zaman malaise adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi secara dramatis di seluruh dunia yang mulai terjadi pada tahun 1929. Depresi dimulai dengan peristiwa Selasa Kelam, yaitu peristiwa jatuhnya

bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929,adanya over produksi tahun 1930. Ada beberapa Faktor-faktor yang mendorong terjadinya Malaise Perang Dunia I Sistem kapitalisme yang menimbulkan over produksi Jatuhnya bursa saham Jatuhnya standar emas Jatuhnya standar emas mempertajam terjadinya krisis ekonomi dunia karena di Austria standar emas mulai diberhentikan dan pada tahun 1933 mulai berlaku di berbagai Negara karena satndar emas tidak dapat ditukarkan secara bebas dan standar emas tidak dapat mengatasi krisis pembayaran yang hebat.dan emas juga digunakan untuk membayar hutang selama perang. Proses Berlangsung Perkebunan Indonesia, sebagai penghasil ekspor, sangat sensitif terhadap naik turunnya pasaran dunia. Dalam abad ke-19 hasil ekspor yang terbesar adalah gula dan kopi, khususnya dari Jawa. Gula, kata orang, adalah laut tempat Pulau Jawa mengapung. Tetapi dalam abad ke-20, dengan saingan dari Brazil, yang menanam kopi, dan Filipina dan Kuba yang mengembangkan perkebunan gula, serta dimajukannya pembuatan gula biet di Eropa, arti gula sebagai bahan ekspor merosot. Ekspor gula ini kemudian jatuh sama sekali dan hilang artinya sebagai hasil ekspor Indonesia, khususnya Jawa. Pun setelah depresi berakhir, gula ini tidak dapat mengembalikan kedudukannya lagi seperti sebelum 1929. Dampak Terjadinya krisis ekonomi saat itu memberikan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia yang dikuasai oleh Belanda. Dampak tersebut yaitu terjadi kemerosotan ekonomi, Membuat jutaan orang meninggal akibat kelapran karena kehilangan pekerjaan, karena mengalami kerugian seperti contohnya petani banyak memproduksi padi dan di Ekspor ke berbagai Negara termasuk Belanda. mulai munculnya simpati rakyat Indonesia kepada Jepang Saat depresi tersebut mulai terasa di Indonesia, Jepang melakukan penembusan ekonomi secara damai. karena barang Jepang murah dikala banyak rakyat Indonesia kehilangan pekerjaanya.

Anda mungkin juga menyukai