Anda di halaman 1dari 9

Bab I Pendahuluan A.

Latar Belakang Masalah Pelabuhan Kalapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa, Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Menurut penulis Portugis Tom Pires, Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain Sunda (Banten), Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk yang juga dimiliki Pajajaran. Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti kota) dalam tempo dua hari. Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk milik Kerajaan Sunda, yang memiliki ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi Kota Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen,kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimanakah perkembangan kota Sunda Kelapa ? 2. Bagaimanakah pengaruh pelabuhan terhadap perkembangan kota Sunda Kelapa?

Bab II Pembahasan A. Definisi Pelabuhan Kata Pelabuhan dapat diartikan dalam dua istilah, yaitu Bandar dan Pelabuhan. Bandar ( harbour ) 1. Bandar adalah suatu fasilitas di daerah per-air-an (estuari atau

muarasungai, teluk) dengan kedalaman air yang memadai dan terlindung darigempuran gelombang, angin dan arus untuk berlabuh, bertambat maupuntempat singgah kapal untuk mengisi bahan bakar, reparasi dan sebagainya. 2. Pelabuhan ( port ) Pelabuhana dalah suatu daerah per-air-an (di

samudera, estuari/muarasungai, dan teluk) dengan kedalaman yang memadai dan terlindung darigempuran gelombang, angin dan arus, serta dilengkapi dengan fasilitasterminal laut dan darat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001

TentangKepelabuhanan,Pelabuhanadalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairandisekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh,naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pengertian secara umum, pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapalyang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga di sediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang. Ditinjau dari sub sistem angkutan ( transport ), maka pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata rantai kelancaranangkutan muatan laut dan darat. Jadi secara 2

umum pelabuhan adalah suatu daaerah perairan yang terlindung terhadap badai/ombak/arus, sehingga kapal dapat berputar ( turning basin ),

bersandar/membuang sauh, sedemikian rupa sehingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan; guna mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun dermaga (piers or wharves), jalan, gudang, fasilitas penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahanmuatan dari/ke kapal yang bersandar di pelabuhan menuju pelabuhanselanjutnya dapat dilaksanakan. B. Kota Sunda Kelapa Salah satu kerajaan di Jawa Barat (Nusantara) adalah Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara Hindu Sunda di Jawa Barat ( dekat bogor) yang berpindahpindah ibukotanya karena berbagai faktor, misalnya bencana alam, ekonomi, keamanan, politik, menghilang dari muka bumi pada akhir abad VII M. 1 Akses paling mudah menuju pusat kerajaan adalah dengan melalui sungai-sungai di wilayah Bogor yang bermuara ke pelabuhan-pelabuhan Cimanuk, Banten, dan Sunda Kelapa. Pasca keruntuhan Kerajaan Tarumanegara muncul Pusat kerajaan Pakuan Pajajaran (dekat Bogor) berdiri pada abad ke-14. Sang Ratu Jayadewata, Prabu Guru Dewataprana, Sri Baduga Maharaja Ratu Haji adalah tokoh ya nu nyusukna pakwa yang memariti Pakwan sekaligus pendiri keraton Pajajaran. Artinya sejak pemerintahannya pusat kerajaan telah berpindah dari Kawali ke Pakuan Pajajaran.2 Ibukota kerajaan ini terletak di tempat yang terapit oleh dua sungai yaitu Ciliwung dan Cisadane. Prasasti batu tertulis adalah tanda peringatan pendirian pusat keraton Pakuan Pajajaran oleh Shri Baduka Maharaja pada tahun 1255 caka atau 1333 M.
1

W.F.Wertheim. 1956. Indonesian Society in Transiton: A Study of Social Change. Second Edition. Sumur Bandung. Hlm. 256. Bandingkan dengan pendapat yang menyatakan bahwa kerajaan Tarumanegara masih berlangsung sampai menjelang abad ke- 10 M.
2

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.2008. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta:Balai Pustaka.. Hlm. 368 369. Di halaman 384 dari buku ini disebutkan nama Prabu Tarusbawa. Ia disebut sebagai pendiri kraton Pakuan Pajajaran yang bernama Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati tempat raja Sanghyang Sri Ratu Dewata bersemayam. Tentang keberadaan Kraton Pajajaran masih terus diperbincangkan.

Pada masa itu Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terpenting kerajaan Pajajaran yang terletak di muara Sungai Ciliwung yang menghubungkan pelabuhan dengan pusat kerajaan. Raja Sunda tidak mengizinkan orang-orang muslim memasuki

daerahnya kecuali beberapa orang. Dia khawatir dakwah Islam dari para pedagang muslim. Oleh karenanya, pada masa itu tidak banyak pedagang Islam datang ke Sunda Kelapa. Sunda Kelapa merupakan sebuah pelabuhan terpenting bagi kerajaan Pajajaran.3 Tome Pires menyebutkan bahwa pelabuhan utama kerajaan Sunda bernama Kelapa, letaknya dua hari perjalanan dari ibukota Dayo. Dari fakta ini bisa diambil kesimpulan bahwa ibukota kerajaan Pajajaran yang bernama Dayo terletak di pedalaman, dekat kota Bogor sekarang.4 Daerah Pajajaran yang disebut "Sunda" terbentang antara ujung Jawa Barat di pantai barat sampai sungai Cimanuk di sebelah timur. Di dalam daerah itu terdapat suatu jaringan jalan darat yang merupakan urat nadi perdagangan bagi kerajaan Pajajaran. Jaringan itu berpusat di Pajajaran. Disamping jalan darat itu terdapat juga jalan sungai yang menghubungkan pelabuhan terpenting Sunda Kelapa melalui Sungai Ciliwung yang mdintasi wilayah pemukiman penduduk. C. Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Kerajaan Pajajaran ini adalah Sunda Kelapa (Sunda Kalapa) yang ramai dikunjungi pedagang-pedagang Asia untuk keperluan import dan eksport. Jika dihitung sejak Kerajaan Pajajaran menjadikan Sunda Kelapa sebagai kota pelabuhan

Tawalinuddin Haris menyebutkan,: Para ahli sejarah kuno menduga bahwa lokasi Pakuan Pajajaran ada di sekitar Bogor dengan daerah Jakarta (dulu Sunda Kelapa, dari catatan penulis) dan sekitarnya berada di bawah kekuasaannya, bahkan menurut R. Ng. Peorbatjaraka batu bersurat di desa Batu Tulis (bogor) tidak lain sebagai peringatan pendirian pusat kerajaan Pakuan Pajajaran oleh Sri Baduga Maharaja pada tahun 1255 Saka atau tahun 1333 M. Tawalinuddin Haris. 2007. Kota dan Masyarakat Jakarta Dari Kota Tradisional ke Kota Kolonial (Abad XVI-XVII). Jakarta:Wedatama Widya Sastra.. Hlm. 21 22. 4 Hasan Muarif Ambary. Sejarah Perkembangan Kota Jakarta Sejak Awal Berdirinya Hingga Abad XIX Masehi. Penelitian Fakultas Adab dan HUmaniora UIN Jakarta. 2005. Hlm. 9.

utamanya, maka pelabuhan ini sudah berumur 500 tahun,5 artinya Sunda Kelapa telah memainkan fungsinya sebagai nadi perdagangan, pusat transfortasi, pusat pertukaran budaya, tempat bongkar-muat barang-barang oleh berbagai generasi dan bangsa di muka bumi ini. Orang-orang Bugis dari Sulawesi berlabuh di pelabuhan ini untuk membongkar barang-barang dagangannya dan melakukan transaksi dagang dalam kurun waktu yang sudah lama, demikian juga suku-suku lain di nusantara. Penyebutan Sunda Kelapa mengrahkan kepada bahwa di tempat ini di masa lampau tumbuh pohon-pohon kelapa di pinggiran pantainya. Sejarah mencatat di permulaan abad ke-16 Sunda Kelapa merupakan sebuah pelabuhan terkenal dari kerajaan Pajajaran yang pada tahun 1527 direbut oleh Falatehan serta digantinya namanya menjadi Jayakarta. Sedangkan antara abad ke- 11-13 M. Jawa Barat dikontrol oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera Selatan dan pada abad ke 13-14 M. kerajaan Pajajaran mempunyai loyalitas dengan kerajaan Singosari dan Majapahit di Jawa Timur. Sunda Kelapa pada saat ini sudah dijadikan jalur penghubung ke pedalaman Jawa Barat. Pada permulaannya Sunda Kelapa ini merupakan pelabuhan tradisional yang menampung barang-barang ekspor dan impor dari dalam dan luar nusantara dan kemudian menjadi pusat kolonial dan kini merupakan kota metropolitan, ibukota Republik Indonesia dan pintu gerbang bagi seluruh Indonesia. Pada abad ke- 15 kerajaan Sunda diperintah dari Pakuwan Bogor, oleh dinasti Hindu Pajajaran, merdeka dari Majapahit di sebelah timur pulau Jawa sudah terlibat juga dalam perdagangan antar pulau nusantara melalui pelabuhan utamanya Sunda Kelapa, memperdagangkan beras, bahkan semakin penting peranannya dalam perdagangan rempah-rempah yang berasal dari wilayah timur nusantara. Perdagangan antara pulau nusantara dilakukan oleh para pedagang lokal yang juga melibatkan berbagai kelompok usaha dagang dan para kaum bangsawan dan keluarga kerajaan. Pelabuhan
5

R. Z Leirissa. 1997. Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra. .Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hlm 28

Sunda Kelapa juga merupakan tempat perbaikan kapal-kapal dagang dan para pemilik kapal dapat menanamkan modalnya dalam usaha kerjasama perdagangan. Mereka menempatkan kapal-kapal mereka di bibir sungai-sungai yang mengalir dari selatan ke utara agar mudah menjangkau pulau-pulau lain melalui pelabuhan ini.6 Menurut Tome Pires, seorang musafir portugis yang tinggal di Malaka serta menulis banyak catatan perjalanannya di nusantara, Sunda Kelapa menghasilkan 1000 bahar (1 bahar 220,89 kg) lada, Dari pelabuhan ini setiap tahun termuat 10 kapal (jung) beras dan juga banyak dihasilkan "tamarinde" atau asem. Emas, sayuran, sapi, babi, kambing, lembu, buah-buahan dan semacam anggur diekspor dari Sunda Kelapa ke Malaka. Barros, juga seorang Portugis, menyatakan bahwa di seluruh kerajaan Pajajaran terdapat 100.000 orang penduduk. Di ibukota Pajajaran terdapat 50,000 orang7 dan di setiap pelabuhan terdapat kurang lebih 10.000 orang penduduk kecuali pelabuhan Sunda Kelapa diperkirakan penduduknya mencapai 15.000 orang.8 Pada masa itu di Sunda Kelapa telah pula dikenal mata uang. Untuk uang kecil dipergunakan uang Cina yang berlubang. Setiap seribu, nilainya sama dengan 5 calais Malaka. Mata uang tersebut terbuat dari emas yang disebut Mate, 8 Mate sama dengan 300 calais atau 9 Crucodo, Mata uang yang disebut Tumadaya kemungkinan besar sama dengan uang Jawa yang disebut Tail.9 Wilayah Sunda Kelapa merupakan wilayah aliran sungai-sungai transfortasi dagang, yakni sungai Ciliwung, sungai Cisadane, Sungai Bekasi. Sunda Kelapa berposisi penting dalam jalur perdagangan di bagian barat pulau Jawa. Dari Sunda

Tawalinuddin Haris. Kota dan Masyarakat Jakarta Dari Kota Tradisional ke Kota Kolonial (Abad XVI-XVII) Hlm. 30. Lihat juga R.Z. Leirissa. Dari Sunda Kelapa ke Jayakarta, dalam Abdurrahman Surjomihardjo. Beberapa Segi Sejarah Masyarakat Budaya Jakarta . Jakarta:Dinas Museum dan Sejarah Pemda DKI Jakarta. 1977. Hlm.21 8 Ibid. Hlm. 30 31. 9 Hasan Muarif Ambary dan Parlindungan Siregar .2005 .Sejarah Perkembangan Kota Jakarta Sejak Awal Berdirinya Hingga Abad XIX Masehi. Penelitian Fakultas Adab dan HUmaniora UIN Jakarta.. Hlm. 12.

Kelapa yang berhadapan langsung dengan laut Jawa, kapal-kapal dagang dapat langsung akses ke selat Malaka dan terus ke pulau-pulau lain di nusantara.

Bab III Kesimpulan Sejak abad IV, nama Sunda Kelapa sudah dikenal sebagai kota pelabuhan. Namun, perannya di kawasan pantai utara Jawa semakin penting pada abad IX hingga XV. Menuru naskah-naskah kuno, nama bandar ini adalah Kalapa, tetapi para pelaut Portugi menyebutnya Sunda Kelapa. Letaknya di Teluk Jakarta, terlindung oleh pulau-pulau dalam gugusan Kepulauan Seribu. Secara alamiah, keadaan ini amat menguntungkan untuk sebua bandar. Kapal-kapal dapat berlabuh dengan tenang dan aman. Selain itu, posisinya yang berada di muara sungai amat strategis, karena dapat mempercepat hubungan pelayaran serta perdagangan antara daerah pesisir dan pedalaman. Inilah bandar terbaik yang dimiliki Kerajaan Sunda (Hindu) Padjajaran. Sebagai pelabuhan utama yang menguasai industri hilir hingga hulu, Sunda Kelapa menjadi pusat penyalur hasil produksi dari pedalaman maupun dari bandar-bandar lainnya, dan kemudian mendistribusikannya ke luar negeri melalui jaringan perdagangan dan pelayaran internasional. Pelabuhan yang termasuk dalam jalur sutera laut ini selalu dikunjungi para pedagang dari mancanegara. Kota pelabuhannya pun dikenal tertib dan teratur. Bahkan telah memiliki pengadilan yang lengkap, berikut dengan hakim dan paniteranya.

Daftar Pustaka Hasan Muarif Ambary dan Parlindungan Siregar .2005 .Sejarah Perkembangan Kota Jakarta Sejak Awal Berdirinya Hingga Abad XIX Masehi. Penelitian Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta..

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.2008. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta:Balai Pustaka R. Z Leirissa. 1997. Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra. .Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hlm 28 Tawalinuddin Haris. 2007. Kota dan Masyarakat Jakarta Dari Kota Tradisional ke Kota Kolonial (Abad XVI-XVII). Jakarta:Wedatama Widya Sastra.

W.F.Wertheim. 1956. Indonesian Society in Transiton: A Study of Social Change. Second Edition. Sumur Bandung.

Anda mungkin juga menyukai