Anda di halaman 1dari 3

Krisis Lingkungan Hidup Masalah lingkungan hidup baru mulai disadari saat 1960-an.

Sekaligus disadari pula bahwa masalah itu secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh bisnis modern. Cara berproduksi besarbesaran dalam indutri modern dahulu mengandaikan begitu saja dua hal yang sekarang diakui sebagai kekeliruan besar. Pertama, bisnis modern mengadaikan bahwa komponen-komponen lingkungan seperti air dan udara merupakan barang umum, sehingga penggunaanya tidak terbatas. Kedua, diandaikan pula bahwa sumber daya alam seperti air dan udara itu tidak terbatas. Dalam situasi kita saat ini masih tetap berlaku bahwa kerusakan lingkungan paling terasa alam daerah-daerah industry. Pada era ini, masalah lingkungan hidup sudah mencapai suatu taraf global. Terutama ada 6 problem yang dengan jelas menunjukan dimensi global. Antara lain : 1. AKUMULASI BAHAN BERACUN 2. EFEK RUMAH KACA 3. PERUSAKAN LAPISAN OZON 4. HUJAN ASAM 5. DEFORESTASI DAN PENGGURUNAN 6. KEANEKAAN HAYATI

Lingkungan Hidup dan Ekonomi 1. Lingkungan hidup sebagai the commons Bisnis modern yang mengandaikan lingkungan hidup sebagai ranah umum. Dianggapnya tidak ada pemilik dan tidak ada kepentingan pribadi. The commons adalah ladang umum yang dulu dapat ditemukan dalam banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama-sama oleh semua penduduknya. 2. Lingkungan Hidup tidak lagi eksternalis Lingkungan hidup dan komponen-komponen didalamnya terbatas walaupun barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun ditandai dengan kelangkaan. Jika peminat berjumlah besar, maka air, udara, dan komponen-komponen hidup lingkungan lain menjadi barang langka dan itu tidak bisa lagi dipakai dengan gratis. 3. Pembangunan berkelanjutan

Ekonomi selalu menekankan perlunya pertumbuhan. Ekonomi yang sehat merupakan ekonomi yang tumbuh. Makin besar pertumbuhan, semakin sehat pula pertumbuhan makin sehat pula kondisi ekonomi tersebut. Kapasitas alam untuk menampung tekanan dari polusi udara, air, degradasi tanah dsb, tidak dapat diimbangi dengan teknologi baru. Ekonomi harus memikirkan kemungkinan zero growth atau bukan pertumbuhan sama sekali. Hubungan Manusia dengan Alam Masalah lingkungan hidup menimbulkan suatu cabang filsafat baru yang berkembang dengan cepat, yaitu filsafat lingkungan hidup.Beberapa unsur dari filsafat lingkungan hidup perlu dibahas disini, sebab berkaitan erat dengan etika lingkungan hidup. Yang paling penting adalah pergeseran paradigma dalam menyoroti hubungan antara manusia dan alam. Manusia tidak terpisah dengan alam, manusia termasuk alam itu sendiri seperti setiap makhluk hidup lain. Pandangan baru dibutuhkan bila ingin mengatasi krisis lingkungan, harus bersifat ekosentris karena menepmpatkan alam dalam pusatnya. Mencari Dasar Etika untuk Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup Dasar etika untuk tanggung jawab manusia itu sendiri disajikan oleh beberapa pendekatan berbeda, anatara lain : 1. Hak dan deontology Manusia berhak atas lingungan yang berkualitas karena ia mempunyai hak moral atas segala sesuatu yang perlu untuk hidup dengan pantas sebagai manusia, artinya yang memungkinkan dia memenuhi kesanggupan sebagai makhluk yang rasional dan bebas. 2. Utilitarisme Teori utilitarisme dapat dipakai juga guna menyediakan dasar moral bagi tanggung jawab kita yang melestarikan lingkungan hidup. Malah utilitarisme bisa menunjukkan beberapa jalan keluar bagi beberapa kesulitan yang dalam hal ini ditimbulkan oleh pandangan hak. 3. Keadilan Tiga cara untuk mengaitkan keadilan dengan masalah lingkungan hidup. Persamaan Prinsip penghematan adil Keadilan social

Implementasi Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup Jika polusi memang merugikan lingkungan, salah satu tindakan logis dengan melarang semua kegiatan yang mengakibatkan polusi. Contoh : Pemakaian kendaraan bermotor pribadi (sepeda motor atau mobil) , kegiatan tersebut mencemari lingkungan tetapi jika kita dilarang, kita akan merasa hak kita dilanggar. Tanggung jawab moral untuk melindungi lingkungan harus dipertimbangkan terhadap faktor-faktor lain, khususnya kegiatan-kegiatan ekonomi kita. Siapa yang membayar? Jika kita menyetujui bahwa terutama bisnis yang mencemari lingkungan dan karena itu bertanggung jawab untuk melindungi dan memulihkannya kembali maka timbul pertanyaan siapa yang membayar? Biasanya ada dua jawaban yang dapat diberikan untuk pertanyaan diatas yang harusnya membayar adalah sipencemar membayar dan yang menikmati lingkungan bersih yang harus membayar. Bagaimana beban dibagi?

Jika kita menyetujui bahwa semua pihak ikut serta dalam membiayai lingkungan berkualitas tinggal satu pertanyaan lagi yang harus dijawab yaitu bagaimana beban dibagi?Bagaimana beban itu dibagi dengan Fair. Hal itu harus dilakukan pemerintah bersama dengan bisnis. Terutama tiga cara yang dapat dilakukan yang masing masing punya kelemahan dan kekuatan 1. Pengaturan 2. Insentif 3. Mekanisme harga Kesimpulan Saya setuju apa yang dikatakan dalam buku pak Bertens Bab 10 ini kita hendaknya dalam membangun sebuah bisnis juga perlu melihat aspekaspek lingkungan agar tetap terjaga keasrian lingkungan kita. Prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, serta tentu memperhatikan dan menjaga lingkungan hidup di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai