Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FISIK PARU

Mata Ajar Keperawatan Gerontik I

Focus Group 2 Kelas A

Ahmad Hifni Bik Elvyna Trinanda Daeng Gita Sapta Yuliana Irra Wiryani Lia Nuramalia Umi Barokah

(1106053275) (1106053060) (1106003983) (1106016134) (1106005843) (1106053350)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FISIK PARU

1. Tujuan Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengetahui bagaimana kesehatan umum dari pasien, mengevaluasi fungsi paru, dan untuk mengidentifikasi apabila terdapat kelainan pada pasien. 2. Alat dan Bahan a) Sarung tangan b) Pulpen/ pensil/ spidol c) Stetoskop d) Penggaris (cm) 3. Prosedur A. INSPEKSI Catat frekuensi, ritme, dan kedalaman napas klien. Observasi tanda-tanda distress pernapasan seperti nasal melebar atau retraksi, dan kosta yang menonjol, atau otot strenokleidomastoid untuk membantu pernapasan. Inspeksi konfigurasi dinding dada dengan membandingkan diameter anteroposterior dengan diameter lateral; diameter lateral normalnya dua kali diameter anteroposterior (AP). Prosedur: 1. Posisi pasien dapat duduk dan atau berbaring 2. Dari arah atas tentukan kesimetrisan dada, Normalnya : simetris, 3. Dari arah samping dan belakang tentukan bentuk dada. 4. Dari arah depan, catat: gerakan napas dan tanda-tanda sesak napas a) Normalnya: Gerak napas simetris 16 20 kali/menit, abdominal / thorakoabdominal, tidak ada penggunaan otot napas dan retraksi interkostal. b) Abnormal: 1) Takipnea napas cepat ( > 20x ) , misal ; pada demam, gagal jantung 2) Bradipnea napas lambat ( < 16x ), misal ;pada uremia, koma DM, stroke 3) Cheyne Stokes napas dalam, kemudian dangkal dan diserta apneu berulang-ulang. Misal : pada Srtoke, penyakit jantung, ginjal.

4) Biot Dalam dan dangkal disertai apneu yang tidak teratur, misal : meningitis 5) Kusmaul Pernapasan lambat dan dalam, misal ; koma DM, Acidosis metabolic 6) Apneustik ispirasi megap-megap, ekspirasi sangat pendek, misal pada lesi pusat pernapasan. 7) Dangkal emfisema, tumor paru, pleura Efusi. 8) Asimetris pneumonia, TBC paru, efusi pericard/pleura, tumor paru.

B. PALPASI Palpasi trakea untuk posisi midline dan sedikit perpindahan. Palpasi dinding dada untuk adanya penyimpangan kesimetrisan dada selama inspirasi dan ekspirasi. Palpasi sudut kosta (sudud di dasar tulang rusuk), sudut kosta harusnya kurang dari 90 derajat. Sudut kostal lebih dari 90o dengan rasio AP:lateral adalah 1:1 mengindikasikan bentuk dinding dada abnormal barrel chest, seperti yang dapat dilihat pada klien PPOK (COPD). Palpasi tambahan adalah taktil fremitus, yaitu mempalpasi dinding dada posterior ketika klien mengatakan ninety nine, bandingkan intensitas getaran di kedua sisi. Prosedur: 1. Atur posisi pasien duduk atau berbaring 2. Lakukan palpasi daerah toraks, catat adanya nyeri, adanya benjolan (tentukan konsistensi, besar, mobilitas, dsb) 3. Dengan posisi berbaring/ semi fowler, letakkan kedua tangan ke dada, sehingga ke dua ibu jari berada diatas Procecus Xypoideus, pasien diminta napas biasa, catat: gerak napas simetris atau tidak dan tentukan daya kembang paru (normalnya 3-5 cm). Atau dengan posisi duduk merunduk, letakkan ke dua tangan pada punggung di bawah scapula, tentukan : kesimetrisan gerak dada, dan daya kembang paru 4. Letakkan kedua tangan seperti pada no 2/3, dengan posisi tangan agak ke atas, minta pasien untuk bersuara (99), tentukan getaran suara dan bedakan kanan dan kiri. Menurun : konsolidasi paru, pneumonia, TBC, tumor paru, ada masa paru Meningkat : Efusi pleura, emfisema, paru fibrotik.

C. PERKUSI Perkusi pada paru-paru yang sehat akan menghasilkan suara resonan (nada rendah, berongga). Nada dan kualitas suara hasil perkusi lainnya, seperti timpani (nada tinggi, berongga, seperti drum), datar (nada tinggi, lembut), dull (nada sedang). Prosedur: 1. Atur posisi pasien berbaring/ setengah duduk 2. Gunakan teknik perkusi, dan tentukan batas batas paru Batas paru normal: a) Atas: Fossa supraklavikularis kanan-kiri b) Bawah: kosta 6 MCL, kosta 8 MAL, kosta 10 garis skapularis, paru kiri lebih tinggi Abnormal: a) Meningkat fibrosis, konsolidasi, efusi, ascites b) Menurun emfisema, pneumotoraks 3. Lakukan perkusi secara merata pada daerah paru, catat adanya perubahan suara perkusi: Normal sonor/ resonan (dug) Abnormal: a. Hyperresonan menggendang (dang): toraks berisi udara, kavitas b. Kurang resonan deg: fibrosis, infiltrate, pleura menebal c. Redup bleg : fibrosis berat, edema paru d. Pekak seperti bunyi pada paha : tumor paru, fibrosis

D. AUSKULTASI Auskultasi dengan membandingkan bagian kanan toraks dengan bagian kiri. Auskultasi semua area paru-paru dengan keadaan pasien tidak menggunakan pakaian (telanjang dada) yang bertujuan mendapatkan hasil yang akurat. Setiap melakukan auskultasi, dengarkan suara pernapasan penuh dari inspirasi dan ekspirasi klien. Auskultasi jenis atau karakter suara napas dan ada tidaknya suara napas tambahan. Suara napas bronkovesikular dan bronkial pada daerah periferal paru dapat mengindikasikan adanya konsolidasi paru yang dihasilkan dari inflamasi atau infeksi. Ketiadaan atau berkurangnya suara napas juga dapat mengindikasikan penyakit paru.

Prosedur: 1. Atur posisi pasien duduk / berbaring 2. Dengan stetoskop, auskultasi paru secara sistematis pada trachea, bronkus dan paru, catat: suara napas dan adanya suara tambahan. Suara napas Normal: a) Trachea bronchial suara di daerah trakea, seperti meniup besi, inspirasi lebih keras dan pendek dari ekspirasi. b) Bronchovasicular suara di daerah bronkus (costal 3-4 di atas sternum), inspirasi seperti vesikuler, ekspirasi seperti trakea-bronkial. c) Vasicular suara di daerah paru, nada rendah inspirasi dan ekspirasi tidak terputus. Abnormal: a) Suara trakea-bronkial terdengar di daerah bronkus dan paru (misalnya pneumonia, fibrosis ) b) Suara bronchovasicular terdengar di daerah paru c) Suara vesikuler tidak terdengar. Contoh: fibrosis, efusi pleura, emfisema. Suara tambahan Normal: bersih, tidak ada suara napas tambahan. Abnormal: a) Ronchi suara tambahan pada bronkus akibat timbunan lendir atau sekret pada bronkus. b) Krepitasi / rales berasal daru bronkus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan (seperti gesekan rambut / meniup dalam air ) c) Wheezing suara seperti bunyi peluit, karena penyempitan bronkus dan alveoli. 3. Kemudian, beritahu pasien untuk mengucapkan satu, dua, tiga, dst. Catat bunyi resonan. Vokal : a) Bronchophony meningkat, suara belum jelas (misal : pnemonia lobaris, cavitas paru) b) Pectorilogy meningkat sekali, suara jelas c) Egovoni sengau dan mengeras ( pada efusi pleura + konsolidasi paru ) d) Menurun / tidak terdengar Efusi pleura, emfisema, pneumotoraks

Referensi: Black, J. M. & Hawks, J. H. (2009). Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes 8th edition. Singapore: Elsevier Inc. Potter, P. A. & Perry A. G. (2011). Nursing Skills & Procedures 11th edition. Missouri: Elsevier Mosby. Riyadi, S. & Harmoko, H. (2012). Standard Operating Procedure dalam Praktik Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai