Anda di halaman 1dari 31

IKD III

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala berkat bimbingan_NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH , yang merupakan salahsatu syarat untuk meyelesaikan tugas, yang di berikan oleh dosen IKD III. Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, namun berkat dan bimbingan, bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kamipun menyadari, akan kekurangan dan keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini, karenanya segala kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini, sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan bernilai bagi pembaca, dan perkembangan ilmu keperawatan.

PHBS di Sekolah

Page 1

IKD III

DAFTAR ISI

Kata Penghantar 1 Daftar Isi..2 Pendahuluan.. 3-5 Pembahasan....................................6-26 Penutup.27-30 Daftar Pustaka.31

PHBS di Sekolah

Page 2

IKD III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009).

PHBS mencakup beberapa bidang, yaitu: 1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2 kali sehari. 2. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium, menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap 6 bulan. 3. Bidang Kesehatan lingkungan, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban, memberantas jentik.

Visi dan Misi 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, PHBS di Sekolah
Page 3

IKD III
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, dan, 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. (VISI MISI) PEMERINTAH)

1.2 Rumusan Masalah

1.) Apa itu PHBS Di Sekolah? 2.) Bagaimana pengembangan PHBS dilakukan? 3.) Ditujukan untuk siapakah PHBS ini? 4.) Mengapa PHBS di Sekolah perlu diterapkan? 5.) Permasalahan apa sajakah yang berhubungan sengan PHBS Sekolah? 6.) Bagaimana upaya dalam mewujudkan PHBS di Sekolah?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan

Kami akan membahas PHBS di Sekolah, dengan pola batasan 5 W+ 1 H. 1.4 Tujuan Penulisan

1.) Mengetahui pengertian dan komponen di sekolah 2.) Mengetahui pengertian PHBS di Sekolah 3.) Mengetauii Pengertian kesehatandi Sekolah 4.) Mengetahui permasalahan kesehatan di lingkungan Sekolah 5.) Mengetahui kegiatan tenaga kesehatan guna mengatasi permasalahan kesehatan di Sekolah 6.) Mengetahui manfaat dan sasaran PHBS di Sekolah

PHBS di Sekolah

Page 4

IKD III
1.5 Manfaat Penulisan

Membantu kita untuk mengetahui pola pengembangan PHBS di Sekolah, serta permasalahannya.

PHBS di Sekolah

Page 5

IKD III

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi PHBS di Sekolah Berikut adalah beberapa pengertian PHBS di Sekolah:

Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah (PHBS) di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah sehat adalah sekolah yang mampu menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah dan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak sekolah melalui berbagai upaya kesehatan (Syaroni, RS 2007).

PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

PHBS di Sekolah

Page 6

IKD III

2.2 Pengembangan PHBS

Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit, perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku. Maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009). 1. Gerakan Pemberdayaan Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang

PHBS di Sekolah

Page 7

IKD III
kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Bina Suasana Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan atau idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu: a. b. c. Pendekatan Individu Pendekatan Kelompok Pendekatan Masyarakat Umum

3. Advokasi Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stake holders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat

PHBS di Sekolah

Page 8

IKD III
informal, seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, yang umumnya dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.

2.3 Sasaran

Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2009) terbagi dalam: 1. Sasaran Primer Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan diubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu atau kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah). 2. Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK. 3. Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan, misalnya kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.

PHBS di Sekolah

Page 9

IKD III
2.4 Manfaat PHBS di Sekolah

Manfaat PHBS di sekolah diantaranya: 1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit. 2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik 3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat) 4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Suryatiningsih, 2010).

2.5 Permasalahan PHBS di Sekolah 1. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat ( Sampah jajanan, sampah kertas, tissue, dll ) 2.WC yang tidak bersih ( Kurangnya perhatian dalam membersihkan bak air dan keloset, juga lemahnya kesadaran siswa untuk menjaga kebersihan) 3.Merokok ( Bayaknya siswa yang ketahuan merokok, yang mampu menggangu kesehatan ) 4. Jajanan yang tidak sehat ( makanan mengandung zat-zat kimia yang berbahaya,missal pewarna makanan, pengawet yang dapat menganggu kesehatan) 5. Tidak mencuci tangan sebelum makan PHBS di Sekolah
Page 10

IKD III

2.6 Upaya mewujudkan PHBS di Sekolah 1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup ampuh yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit (Hasyim, 2009). Alasan seseorang harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah: a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. b. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001). c. Mencuci tangan dengan air yang mengalir hanya dapat menghilangkan kuman 25% dari tangan, sedangkan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun akan dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman hingga 80% dari tangan (Hasyim, 2009) Saat harus mencuci tangan yaitu: a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun) b. Setelah buang air besar c. Sebelum makan dan sebelum memegang makanan Manfaat mencuci tangan diantaranya: PHBS di Sekolah
Page 11

IKD III
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau SARS. c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Cara mencuci tangan yang baik dan benar, yaitu: a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun b. Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan lengan, gosok bila perlu c. Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan kuku jari d. Setelah itu keringkan dengan lap bersih. (Depkes RI, 2001) 2. Jajan di kantin sekolah yang sehat Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengawet yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008). Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat, harus di kantin sekolah karena:

PHBS di Sekolah

Page 12

IKD III
a. Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya, terbebas dari zatzat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus. b. Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan siswa, sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah. c. Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan makan. d. Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air kotor. e. Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah. 3. Membuang sampah pada tempatnya Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawan yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009). Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga mengundang kuman penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah. Secara garis besar, Depkes RI (2001) membedakan sampah menjadi tiga jenis, yaitu: a. Sampah anorganik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol. b. Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara alami, contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, atau sisa buah. c. Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum suntik bekas.

PHBS di Sekolah

Page 13

IKD III
Akibat dari membuang sampah sembarangan adalah: a. Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus b. Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara c. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan d. Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara memusnahkan atau memanfaatkannya. Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut: a. Penumpukan Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran udara, terutama bau, sumber penyakit dan mencemari sumber-sumber air. b. Pengkomposan Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. c. Pembakaran Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap, bau, dan kebakaran. d. Sanitari landfill Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas. Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos dan makanan ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang seperti sampah kertas dapat didaur ulang.

PHBS di Sekolah

Page 14

IKD III
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang misalnya: 1) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening maupun yang

berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal. 2) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus, kecuali kertas yang berlapis

minyak 3) 4) 5) 6) Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue Besi bekas rangka meja, besi rangka beton Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember Sampah basah dapat diolah menjadi kompos Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri, orang lain, maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya: a. Menghemat sumber daya alam b. Menghemat energi c. Mengurangi uang belanja d. Menghemat lahan tempat pembuangan akhir (TPA) e. Meminimalkan lingkungan jentik di sekolah. 4. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah (Gunarsa, S 2001):

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

PHBS di Sekolah

Page 15

IKD III
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas atau profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang

dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness). Alasan mengikuti kegiatan olahraga di sekolah adalah untuk memelihara kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit. Selain itu juga untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik. Manfaat olahraga antara lain: a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing

manis b. c. d. e. f. g. Berat badan terkendali Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional Lebih percaya diri Lebih bertenaga dan bugar Keadaan kesehatan menjadi lebih baik

5.

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak

PHBS di Sekolah

Page 16

IKD III
normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anakanak lain seusianya. Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan adalah untuk memantau pertumbuhan berat badan dan tinggi badan normal siswa agar segera diketahui jika ada siswa yang mengalami gizi kurang maupun gizi lebih. Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu dengan mencatat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan tiap siswa di Kartu Menuju Sehat (KMS) anak sekolah maka akan telihat berat badan atau tinggi badan naik atau tidak naik (terlihat perkembangannya). Manfaat penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah (Depkes, 2001) antara lain: a. b. c. Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan siswa. Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi lebih, sehingga jika ada

kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses belajar di sekolah, dapat segera dirujuk ke Puskesmas. Jenis-jenis kondisi gizi tidak seimbang yang dapat diketahui setelah melakukan

penimbangan berat badan adalah: a. Gizi buruk

PHBS di Sekolah

Page 17

IKD III
Gizi buruk adalah bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka akan berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaanya ini dapat menjadi kwarshiorkor dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain seperti diare, infeksi, penyakit pencemaan, infeksi saluran pernafasan bagian atas, dan anemia Tanda-tanda gizi buruk (Meru, 2008) yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Sangat kurus, tulang iga tampak jelas Wajah terlihat lebih tua Tidak bereaksi terhadap rangsangan (apatis) Rambut tipis, kusam, warna rambut jagung, dan bila dicabut tidak sakit Kulit keriput Pantat kendur dan keriput Perut cekung atau buncit Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan dan bila ditekan lama kembali Bercak merah kehitaman pada tungkai dan pantat.

b. Gizi lebih Masalah ini disebabkan karena konsumsi makanan yang melebihi dari yang dibutuhkan, terutama konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni. Pada umumnya masalah ini banyak terdapat di daerah perkotaan dengan dijumpainya balita yang kegemukan. Tanda-tanda gizi lebih (Meru, 2008) yaitu: 1) Berat badan jauh di atas berat normal 2) Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang 3) Tidak dapat bergerak bebas 4) Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan PHBS di Sekolah
Page 18

IKD III
5) Mudah lelah 6) Malas melakukan kegiatan. c. Gizi kurang Gizi kurang disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi kebutuhannya dalam waktu tertentu (Meru, 2008). 6. Tidak merokok di sekolah

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Wastuwibowo, 2008). Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung serta aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker, sedangkan karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. Menurut Depkes RI (2003), seorang perokok dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Perokok aktif Adalah orang yang merokok secara rutin walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba. b. Perokok pasif Adalah orang yang bukan perokok, tetapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.

PHBS di Sekolah

Page 19

IKD III
Bahaya merokok (Depkes RI, 2003), antara lain: a. b. c. d. e. f. Menyebabkan kerontokan rambut Gangguan pada mata, seperti katarak Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok Menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan kanker Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap Tulang lebih mudah keropos Bagi perokok yang ingin berhenti merokok dapat melakukannya dengan cara: a. Bulatkan tekat, mantapkan niat yang kuat untuk berhenti merokok b. Mencari alasan yang kuat untuk berbenti merokok misalnya karena disuruh keluarga atau ingin meningkatkan kesehatan c. Tetapkan tanggal berhenti merokok dalam waktu kurang dan dua minggu d. Memilih salah satu cara berhenti seperti berhenti seketika, mengurangi jumlah rokok secara bertahap atau menunda waktu merokok

e. Minta dukungan teman atau keluarga f. Menghindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan merokok. (Wastuwibowo, 2008) Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu berhenti seketika, menunda dan mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekat yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut: a. Seketika Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat adiktif. b. Menunda

PHBS di Sekolah

Page 20

IKD III
Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut. c. Mengurangi Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari ke-7 atau yang ditetapkan. Misalkan dalam sehari-hari seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka si perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan jumlah pengurangan sebanyak 4 batang perhari. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang penetapan kawasan tanpa rokok sebagai upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, perdagangan, promosi, dan penggunaan rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok diselenggarakan di berbagai tempat (Depkes RI, 2001), yaitu: a. Tempat umum, seperti terminal, bus way, bandara, stasiun kereta api, pusat perbelanjaan, pasar serba ada, hotel, restoran, tempat rekreasi. b. Tempat ibadah, seperti masjid, mushola, gereja, kapal, pura, wihara, dan klenteng. c. Arena kegiatan anak-anak, seperti tempat penitipan anak, tempat pengasuhan anak, arena bermain anak-anak. d. Tempat proses belajar mengajar, seperti sekolah, tempat pelatihan, termasuk perpustakaan, ruang praktik, atau laboratorium, museum. e. Tempat pelayanan kesehatan, seperti Posyandu, Puskesmas, dan rumah sakit. f. Tempat kerja, seperti perkantoran, pabrik, ruang rapat, ruang sidang atau seminar. g. Angkutan umum, seperti bus, bus way, mikrolet, kereta api, kapal laut dan pesawat udara.

PHBS di Sekolah

Page 21

IKD III
7. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin (Depkes RI, 2001):

Sekolah menjadi bebas jentik dan warga sekolah serta masyarakat sekolah terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk, seperti demam berdarah, malaria, dan kaki gajah. Memberantas jentik di sekolah adalah kegiatan memeriksa tempat-tempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi, kolam) apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak. Kegiatan memberantas jentik nyamuk di sekolah diantaranya: a. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk) b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam dengue, chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.

Tiga (3) M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN, yaitu: a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, kolam, tatakan pot kembang b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti lubang bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air, seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol atau gelas air mineral, plastik kresek) d. Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu:

PHBS di Sekolah

Page 22

IKD III
1) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya memakai obat nyamuk oles atau diusap ke kulit 2) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai 3) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak 4) Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit dikuras, misalnya di talang air atau di daerah sulit air. 5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampung air, misalnya ikan cupang, ikan nila 6) Menanam tumbuhan pengusir nyamuk, misalnya zodia, lavender, rosemary Manfaat sekolah bebas jentik adalah: a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi b. Kemungkinan terhindar dan berbagai penyakit semakin besar seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, atau kaki gajah. c. Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat Cara pemeriksaan jentik berkala dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik. Jika ditemukan jentik, warga sekolah dan masyarakat sekolah diminta untuk menyaksikan atau melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN melalui 3 M atau 3 M plus. Setelah itu mencatat hasil pemeriksaan jentik. 8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah (Depkes 2001): Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis

PHBS di Sekolah

Page 23

IKD III
penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung), yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis jamban ada dua, yaitu: a. Jamban cemplung Jamban yang penampungannya berupa lubang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/ tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. b. Jamban tangki septik atau leher angsa Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian atau dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan jamban bersih adalah: a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau b. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus, keracunan. Syarat jamban sehat yaitu: kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit kulit dan

PHBS di Sekolah

Page 24

IKD III
A. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter) b. Tidak berbau c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus d. Tidak mencemari tanah disekitamya e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung g. Penerangan dan ventilasi cukup h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih Cara memelihara jamban sehat adalah: a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat d. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih) f. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki

Cara menggunakan jamban dengan benar, yakni: a. Ada dua model jamban, yaitu jamban jongkok dan duduk. Bila kita menggunakan jamban duduk jangan berjongkok, karena kaki kita akan mengotori jamban apalagi bila kita memakai alas kaki. Perilaku kita sangat merugikan pengguna jamban berikutnya.

PHBS di Sekolah

Page 25

IKD III
b. Buang air besar dan buang air kecil haruslah di jamban untuk mencegah penularan penyakit, karena tinja dan urine (air kencing) banyak mengandung kuman penyakit. c. Menyiram hingga bersih setelah buang air besar atau buang air kecil. d. Buanglah sampah pada tempatnya, agar jamban tidak tersumbat dan penuh dengan sampah. e. Mengingatkan guru dan penjaga sekolah untuk mengawasi dan memastikan bahwa jamban yang tersedia selalu dalam keadaan bersih.

PHBS di Sekolah

Page 26

IKD III

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia PHBS kesehatan lingkungan adalah perilaku kesehatan yang menciptakan hubungan antara manusia dan lingkungannya yang berakibat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Indikator kesehatan lingkungan : 1. Perumahan bersih dan sehat 2. Penyediaan air bersih 3. Penanganan air limbah 4. Penanganan sampah 5. Pembuangan kotoran manusia (Tinja) PHBS Kesehatan Lingkungan di Indonesia masih diirasakan belum memenuhi kebutuhan sanitasi dasar, yaitu sanitasi minimal yang diperlukan agar dapat memenuhi criteria kesehatan pemukiman.

PHBS di Sekolah

Page 27

IKD III
b. Saran Berdasarkan masalah ini, dan untuk mewujudka PHBS di Sekolah ini, sangat d diperlukan kerjasama dan kepedulian dari pihak2 yang terkait, diantaranya

(1)Pemda Bupati/walikota

Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk perda, surat keputusan, surat edaran, instruksi, himbauan tentang Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat disekolah.

Mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.

DPRD

Memberikan persetujuan anggaran untuk pengembangan PHBS di sekolah Memantau kinerja Bupati/Walikota yang berkaitan dengan pembinaan PHBS di sekolah

(2)Lintas Sektor Dinas Kesehatan Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan UKS melalui jalur ekstrakulikuler. Dinas Pendidikan Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan Program UKS melalui jalur kulikuler dan ekstrakulikuler Kantor Depag Melaksanakan pembinaan dan pengembangan PHBS dengan pendekatan program UKS pada perguruan agama (3)Tim Pembina UKS

Merumuskan kebijakan teknis mengenai pembinaan dan pengembangan PHBS melalui UKS

Mengkordinasikan kegiatan perencanaan dan program serta pelaksanaan pembinaan PHBS melalui UKS

PHBS di Sekolah

Page 28

IKD III

Membina dan mengembangkan PHBS melalui UKS serta mengadakan monitoring dan evaluasi.

(4)Tim Pelaksana UKS

Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dalam rangka peningkatan PHBS di sekolah.

Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik, instansi lain yang terkait dan masyarakat lingkungan sekolah untuk pembinaan dan pelaksanaan PHBS di sekolah.

Mengadakan evaluasi pembinaan PHBS di sekolah.

(5)Komite sekolah

Mendukung dalam hal pendanaan untuk sarana dan prasana pembinaan PHBS di sekolah Mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan guru-guru yang berkaitan dengan pencapaian sekolah sehat.

(6)Komite sekolah

Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat edaran dan instruksi tentang pembinaan PHBS di sekolah.

Mengalokasikan dana/anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan PHBS di sekolah Memantau kemajuan pencapaian sekolah sehat disekolahnya

(7)Guru-guru

Bersama guru lainnya mengadvokasi yayasan/orang tua murid kepala sekolah untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di sekolah

Sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di sekolahnya. Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat di lingkungan sekolah
Page 29

PHBS di Sekolah

IKD III
(8)Orang tua murid

Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah Memberikan dukungan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah baik insidentil dan bulanan.

PHBS di Sekolah

Page 30

IKD III

Daftar Pustaka

http://abahjack.com/rmah-sehat-dalam-lingkungan-yang-sehat.html#more-13 http://www.asho-aceh.org/artikel/Training%20module-HEALTH%20PLAN/PHBS.ppt. Mukono.2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya Soemirat, Juli.2004. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gajah Mada University Pres Sumijatun, et al.2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC

PHBS di Sekolah

Page 31

Anda mungkin juga menyukai