Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN FUNGSI NERVUS FACIALIS

Walaupun nervus facialis hanya mempunyai inti motorik, berkas serabut saraf yang
dikenal sebagai nervus facialis diikuti oleh serabut aferen somatosensorik, serabut aferen
viserosensorik dan serabut eferen viseromotorik. Oleh karena itu, manifestasi lesi yang
merusak nervus facialis bersifat motorik dan sensorik khusus, berikut sekreto-motorik. Sesuai
dengan fungsi majemuk itu, maka penelitian terhadap fungsi nervus facialis mencakup:
1. Pemeriksaan motorik nervus facialis
2. Pemeriksaan viserosensorik dan viseromotorik nervus intermedius

1. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK NERVUS FACIALIS
Kawasan motorik nervus facialis ialah wajah. Bagian tubuh ini merupakan bagian penting
dan menonjol sekali pada jumpa muka. Asimetri yang timbul akibat kelumpuhan salah satu
otot wajah menyolok sekali, sehingga pada observasi selayang pandang saja sudah dapat
diketahui. Namun demikian, kesan yang diperoleh dari inspeksi saja dapat menyesatkan,
terutama jika asimetri wajah sebagai gejala sisa hemiparalisis facialis lama, yang dihadapkan.
Pemeriksaan motorik secara sistematik dan terperinci selamanya menjamin mutu
pemeriksaan neurologik. Maka dari itu dibawah ini diberikan perincian pemeriksaan fungsi
motorik nervus facialis yang sistemik.

INSPEKSI
Perhatikan kerutan kulit pada dahi, kedipan mata, lipatan nasolabial dan sudut mulut.
Pada waktu pasien berbicara atau tersenyum, asimetri dapat ditemukan. Pada paresis atau
paralisis hemifacialis perifer, kulit yang sehat. Kedipan mata sisi yang lumpuh adalah lambat,
tidak gesit dan tidak kuat, yang jelas berbeda dengan lincah dan gesitnya kedipan mata di sisi
yang sehat. Gejala ini dikenal dengan lagoftalmus. Pada sisi yang lumpuh sudut mulut lebih
rendah letaknya dan lipatan nasolabialis menjadi datar. Pada waktu pasien tersenyum atau
ketawa, sudut mulut yang sehat saja yang terangkat, sehingga asimetri yang dihasilkan oleh
mulut yang mengok itu menjadi lebih jelas.
Pada pasien dangan paresis hemifacialis sentral, asimetri wajah dapat dijumpai pada
bagian bawah wajah saja, yaitu pada sudut mulut dan lipatan nasolabial saja. Bila pasien
ketawa spontan, asimetri yang diperlihatkan oleh kedudukan sudut mulut tadi hilang sama
sekali.
Kontraksi otot facial masing-masing diteliti dengan menyuruh pasien:
a. Mengerutkan kulit dahi/ mengangkat alis
b. Mengerutkan alis
c. Menutup mata
d. Meringis
e. Memperlihatkan barisan gigi atasnya
f. Menggembungkan pipinya
g. Menjungurkan bibirnya
h. Bersiul
i. Mengetatkan kulit dagunya
Perintah itu dilaksanakan pasien secara bilateral dan unilateral. Lagipula kontraksi
otot kedua sisi dibandingkan. Dalam prakteknya, hal ini dapat dikerjakan hanya dalam
pemejaman mata saja. Pasien diminta untuk menutup mata, kemudian menutup mata
sekeras-kerasnya dan si pemeriksa mencoba untuk membuka mata pasien yang sedang
dipejamkan sekuat-kuatnya itu.
Kontraksi platisma dapat diteliti sewaktu pasien melaksanakan perintah untuk
memperlihatkan barisan gigi atasnya selebar-lebarnya dan sekuat-kuatnya.
Otot-otot stilohiodieus, digastrikus, stapedius dan otot-otot intrinsik telinga tidak
dapat diperiksa secara mantap. Kebanyakan orang yang sehat tidak dapat diperiksa secara
mantap. Kebanyakan orang sehat tidak dapat menggerakkan daun telinganya. Muskulus
stapedius pun tidak dapat diteliti secara langsung. Adanya hiperakusis sudah cukup untuk
menyimpulkan bahwa otot stapedius terganggu atau lumpuh.
Gerakan otot wajah involuntar dapat bersifat spontan atau reflektorik. Gerakan otot
wajah involuntar spontan dapat timbul sebagai manifestasi lesi iritasi atau sebagai
manifestasi gerak otot fisiologik. Di bawah ini akan dibahas observasi dan tindakan
pemeriksaan dalam penelitian gerakan facial involuntar. Adapun gerakan involuntar
tersebut adalah:
a. Gerakan facial involuntar spontan fisiologik
b. Gerakan facial involuntar spontan iritatif patologik
c. Gerakan facial reflektorik

A. Gerakan facial involuntar spontan fisiologik
Pada kerusakan karena sebab apapun di jaras kortikobulbaris atau bagian
bawah korteks motorik primer, otot wajah sisi kontralateral akan memperlihatkan
kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti bahwa otot wajah bagian bawah tampak lebih
jelas daripada atasnya. Sudut mulut sisi yang lumpuh tampak lebih rendah. Lipatan
nasolabial sisi yang lumpuh mendatar. Jika kedua mulut disuruh diangkat, maka sudut
mulut yang sehat saja yang dapat terangkat. Otot wajah bagian dahi tidak
menunjukkan kelemahan yang berarti. Juga tanda Bell (lagoftalmus dan dorsorotasi
bola mata) tidak dapat dijumpai. Ciri kelumpuhan facialis UMN ini dapat dimengerti,
karena subdivisi inti facialis yang mengurus otot wajah di atas alis mendapatkan
inervasi kortikal secara bilateral. Sedangkan subdivisi inti facialis yang mengurus otot
wajah lainnya hanya mendapatkan inervasi kortikal secara kontralateral saja.
Pada kerusakan di lobus frontalis otot wajah sisi kontralateral masih dapat
digerakkan secara voluntar, tetapi tidak ikut bergerak jika ketawa atau merengut.
Perubahan raut muka pada keadaan emosional justru masih bisa timbul apabila
korteks motorik primer rusak. Maka, gerakan otot wajah yang timbul pada keadaan
emosional (psikomotorik) sangat mungkin di atur oleh daerah korteks di lobus
frontalis. Sedangkan gerakan otot wajah voluntar diurus oleh korteks piramidalis.
Maka pada paresis facialis akibat lesi supranuklearis asimetri sudut mulut
hilang bilamana pasien ketawa secara spontan, namun masih kentara bilamana pasien
disuruh mengangkat sudut mulutnya seperti pada waktu melaksanakan perintah untuk
memperlihatkan barisan gigi atasnya.

B. Gerakan facial involuntar spontan iritatif patologik
Otot-otot wajah dapat bergerak secara spontan karena iritasi di korteks
motorik, seperti pada epilepsi Jackson yang mengenai wajah dan lengan.
Karena di ganglia basalis, dapat timbul gerakan wajah spontan yang
menyerupai gerakan meringis-ringis, menjungur-jungurkan bibir, memejamkan mata,
mengerutkan dahi berselingan dengan mengerutkan kulit diantara kedua alis. Gerakan
involuntar pada wajah itu, dikenal sebagai grimasi, yang timbul sebagai gejala bagian
sindroma khoreo-atetosis dan distonia ataupun hiperkinesia iatrogenik. Akan tetapi
tanpa gangguan ganglia basalis kontraksi otot wajah involuntar dapat bangkit dalam
serangan ganglia dan pada salah satu sisi saja. Hal ini dijumpai pada spasmus facialis
yang timbul dari sisi yang pernah mengidap Bells palsy. Mungkin sekali proses
regenerasi post Bells palsy mendasari fenomena tersebut. Spasmus facialis ini
mempunyai dasar organik dan harus dibedakan dari tic facialis yang tidak
mempunyai dasar organik. Gerakan yang bangkit pada tic facialis menyerupai
grimasi, bahkan ditambah dengan kepala yang digeleng-gelengkan dan bahu yang
digerak-gerakkan dan dililit-lilitkan tanpa tujuan. Gerakan tic itu dianggap sebagai
gerakan kebiasaan yang bersifat neurotik.

C. Gerakan facial reflektorik
Gerakan-gerakan facial yang bersifat reflektorik telah dimanfaatkan di dalam
klinik untuk mengungkapkan berbagai informasi.
Refleks glabela: setiap kali glabela diketuk, kedua mata berkedip, tetapi
setelah berturut-turut diketuk 3 sampai 4 kali, kedipan mata tidak akan timbul lagi
pada orang-orang yang sehat. Sebaliknya pada orang dengan demensia, mata berkedip
terus seiring dengan ketukan berturut-turut pada glabela itu.
Tanda myerson: ketukan pada pangkal hidung menimbulkan kedipan yang
gencar pada para penderita penyakit Parkinson. Orang-orang sehat bereaksi terhadap
ketukan itu dengan berkedip sekali saja.
Refleks visual-palpebral: sinar yang terang benderang yang menyoroti mata
akan menimbulkan pemejaman kedua mata, demikian juga suatu ancaman bagi mata,
seperti jari atau pensil yang akan menyolok salah satu mata, akan dijawab dengan
kedipan mata konsensual. Refleks visual palpebral ini dilakukan untuk pemeriksaan
virus pada bayi dan orang-orang yang tidak kooperatif, berikut simulan.
Refleks aurikulo-palpebral ialah gerakan reflektorik dalam bentuk pemejaman
kedua mata pada terdengarnya suara secara tiba-tiba dan tidak terduga. Refleks ini
dilakukan sebagai test kasar untuk menentukan daya pendengaran anak-anak kecil
atau bayi, orang-orang histerik dan simulan. Suara mendadak dan tiba-tiba itu dapat
dihasilkan dengan tepukan tangan di samping telinga pasien secara kejutan.
Snout reflex ialah kontraksi bibir atas serta penarikan kedua sudut mulut ke
atas dan timbulnya kerutan-kerutan pada kulit dagu sejenak dan serentak, yang
dihasilkan oleh ketukan-ketukan pada bibir atas. Refleks ini adalah positif pada orang-
orang dengan lesi bilateral di jaras kortikospinalis-kortikobulbaris. Pada umumnya
refleks ini dianggap sebagai manifestasi organik yang mengiringi demensia.
Refleks palmomental yang juga merupakan tanda yang mengiringi demensia,
ialah gerakan muskulus mentalis dan orbikularis oris ipsilateral sebagai jawaban atas
perangsangan di daerah tenar tengan. Gerakan facial yang timbul secara reflektorik
akibat dirasakannya nyeri dikenal sebagai refleks trigeminofasial. Rangsang nyeri
diberi dengan penekanan secara keras tapi sejenak pada kedua kondilus mandibulae.
Refleks ini dibangkitkan untuk menilai derajat kesadaran atau untuk menilai gerakan
otot-otot facial pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang tidak dapat
berkomunuikasi dengan bahasa atau yang tidak kooperatif.
Tanda Chvostek adalah gerakan reflektorik. Cara membangkitkannya ialah
sebagai berikut. Dengan ujung jari telunjuk, tengah dan manis cabang-cabang nervus
facialis di depan lubang telinga diketuk-ketuk. Tanda chvostek adalah positif kalau
timbul kontraksi otot-otot facialis sebagai jawaban atas pengetukan pengkal cabang-
cabang nervus facialis. Tanda chvostek yang positif adalah khas pada tetani.

Anda mungkin juga menyukai