Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PEMERIKSAAN NERVUS VII (FASIALIS)
OLEH:
OLEH :
Andi Puspa Ratu Siti Alifia Natassya Syamsuddin PEMBIMBING: dr. Semuel Benny Patiung
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
PENDAHULUAN Nervus fasialis terlibat dalam berbagai kondisi patologis yang mempengaruhi tulang temporal, mulai dari anomali kongenital sampai gangguan degeneratif dan dari infeksius sampai kondisi neoplastik Dalam setiap kasus, pemahaman yang kuat tentang anatomi dan fisiologi yang kompleks untuk mendiagnosa dan mengobati gangguan nervus fasialis ANATOMI Perjalanan beserta cabang dan efektor nervus fasialis Nama Komponen Asal Fungsi Saraf fasialis Brankial eferen Nukleus fasialis Otot-otot ekspresi wajah: M.platisma, m.stilohioideus, m.digastrikus Saraf intermediat Viseral eferen Nukleus salivatorius superior Nasal, lakrimal, kelenjar liur (sublingual dan submandibular) Viseral aferen spesial Ganglion genikuli Pengecapan 2/3 anterior lidah Somatik aferen Ganglion genikuli Telinga luar, bagian kanalis auditorius, permukaan luar membran timpani (sensibilitas) NERVUS FASIALIS Jaras motorik nervus fasialis Pemeriksaan fisik neurologis 1. Fungsi Motorik: Saat diam perhatikan Asimetris muka Lipatan Nasolabialis Kerutan Dahi
Gerakan abnormal tic fasialis kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor Ekspresi muka Sedih gembira takut Atas perintah Pemeriksaan nervus fasialis. a) dan b) pemeriksaan cabang bawah c) pemeriksaan cabang atas Pemeriksaan kekuatan penutupan kelopak mata. a) respon normal. b) pemeriksaan pada pasien yang mengenai nukleus nervus fasialis -Sinkinesis Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu persatu atau tersendiri, selalu timbul gerakan bersama. Bila pasien disuruh memejamkan mata, maka otot orbikularis oris pun ikut berkontraksi dan sudut mulut terangkat. Bila ia disuruh menggembungkan pipi, kelopak mata ikut merapat -Hemispasme Diperiksa dengan cara penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan bersahaya seperti mengedipngedipkan mata berulang-ulang maka akan tampak jelas gerakan otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah. Pada penderita yang berat kadang-kadang otot-otot platisma di daerah leher juga ikut bergerak Tanda Chvosteks positif 2. Fungsi pengecapan Penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian taruh pada lidahnya bubuk gula, atau garam (hal ini dilakukan secara bergiliran dan diselingi istirahat). Bila bubuk ditaruh, penderita tidak boleh menarik lidahnya kedalam mulut. Penderita disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat, misalnya 1 untuk rasa manis, 2 untuk rasa pahit. Freyss menetapkan bahwa beda 50% antara kedua sisi adalah patologis. 3. Produksi Kelenjar ludah Dengan anamnesis (mengunyah makanan di rongga mulut yang sehat) atau palpasi dengan jari (selaput lendir rongga mulut yang terlibat gangguan akan terasa lebih kering/ sedikit dari pada yang sehat) 4. Schirmer Test atau Naso-Lacrymal Reflex Dengan pemeriksaan ini dapat dihitung berapa banyak sekresi kelenjar lakrimalis. Cara pemeriksaan dengan meletakkan kertas hisap atau lakmus lebar 0,5 cm, panjang 5-10 cm pada dasar konjungtiva. Freyss menyatakan bahwa kalau ada beda kanan atau kiri lebih atau sama dengan 50% maka dianggap patologis 4. Schirmer Test atau Naso-Lacrymal Reflex Dengan pemeriksaan ini dapat dihitung berapa banyak sekresi kelenjar lakrimalis. Cara pemeriksaan dengan meletakkan kertas hisap atau lakmus lebar 0,5 cm, panjang 5-10 cm pada dasar konjungtiva. Freyss menyatakan bahwa kalau ada beda kanan atau kiri lebih atau sama dengan 50% maka dianggap patologis 5. Lain-lain Stapedial refleks Pemeriksa menempatkan ujung kedua stetoskop masing-masing pada telinga kanan dan kiri, kemudian dengan perlahan-lahan diafragma stetoskop diketuk dengan ujung jari. Bila ada kelumpuhan otot stapedius, maka penderita akan berusaha dengan cepat untuk melepaskan ujung stetoskop pada telinga yang terganggu (karena mendengar suara yang keras sekali) Tanda glabella Ketukkan dengan refleks hammer pada glabella akan menimbulkan refleks menutup mata (berkedip) secara terus menerus (orang normal hanya berkedip 1-2 kali saja). Positif pada penderita Parkinson Etiologi Kelumpuhan N. Fasialis Kongenital Infeksi (sindrom Ramsey-Hunt, herpes optikus, dan infeksi telinga tengah ialah otitis media supuratif kronik yang telah merusak kanal Fallopi). Tumor intrakranial (tumor serebelopontin, neuroma akustik, dan neuriloma yang terletak intrakranial) maupun tumor ekstrakranial(tumor telinga dan tumor parotis). Trauma kepala (Fraktur pars petrosa os temporal) Penyebab lain ialah gangguan pembuluh darah, misalnya trombosis arteri karotis, arteri maksilaris, dan arteri serebri media. Idiopatik(Bells palsy).
Penatalaksanaan Pada kasus dengan gangguan hantaran berat atau sudah terjadi denervasi total, tindakan operatif segera dengan tekhnik dekompresi N.VII transmastoid Pada kasus dengan gangguan hantaran ringan dan fungsi motor masih baik pengobatan ditujukan untuk menghilangkan edema saraf dengan memakai obat-obat anti edem, vasodilatansia, dan neurotronika. KESIMPULAN Nervus fasialis merupakan salah satu nervus kranialis yang berfungsi untuk motorik sensorik, somatik, dan aferen eferen visceral. Nervus fasialis memiliki dua subdivisi, pertama adalah yang mempersarafi otot ekspresi wajah kemudian yang kedua memiliki serat yang jauh lebih tipis yaitu intermediate yang membawa aferen otonom, somatik, dan eferen otonom. Pemeriksaan nervus fasialis bertujuan untuk menentukan letak lesi dan menentukan derajat kelumpuhan. Pemeriksaan nervus fasialis terdiri dari pemeriksaan fungsi motorik, fungsi pengecapan, produksi kelenjar ludah, naso-lacrymal reflex dan lainnya. Kelumpuhan n. fasialis dapat disebabkan oleh herpes zoster otikus, otitis media, trauma, neoplasma, kongenital, komplikasi pembedahan mastoid, dan idiopatik. Pengobatan terhadap kelumpuhan nervus fasialis tergantung pada beratnya gangguan atau kerusakan nervus yang terjadi DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr and Frotscher, Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Fisiology, Sign, Simptom. 4 ed. 2005, New York: Mc-Graw Hill companies. 2. Putz, R. and R. Pabst, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, Ekstremitas Atas. 22 ed. Vol. 1. 2007, Jakarta: EGC. 3. Mardjono, M. and P. Sidartha, Neurologi Klinis Dasar. 2010, Jakarta: Dian Rakyat. 4. Soepardi, E.A., et al., eds. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6 ed. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer, ed. Sjarifuddin, J. Bashiruddin, and B. Bramantyo. 2007, FKUI: jakarta. 114-117. 5. Adams, Boies, and Highler, Buku Ajar Penyakit THT. 6 ed. Gangguan Saraf Fasialis, ed. R.H. Maisel and S.C. Levine. 1997, Jakarta: EGC. 6. Tobing, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. 2007, jakarta. 7. Netter, F.H., J.A. craig, and J. Perkins, Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology. 2002, ICON: USA. 8. Jones, O. The Descending Tracts. teachmeanatomy 2014 [cited; Available from: http://teachmeanatomy.info/neuro/pathways/descending-tracts-motor/. 9. Juwono, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. 1996, Jakarta: FKUI. 10. Swartz, M.H., Buku Ajar Diagnostik Fisik. 1 ed. 1995, Jakarta: EGC. 11. Bailey, B.J., et al., Head and Neck Surgery Otolaryngology. 3 ed. Vol. 2. 2001, Spain: Lippincott Williams & Wilkins. 12. Flint, P.W., et al., Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery. 5 ed. 2010, Philadelphia: Mosby. 13. Snow, J.B. and J.J. Ballenger, Ballenger's Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16 ed. 2003, Spain: Williams and Wilkins. 14. Munir, A. Cranial Nerves. 2012 [cited; Available from: http://cranialnerves-pathways.blogspot.com/. 15. Howshealth. Ramsay Hunt Syndrome 2012 [cited; Available from: http://howshealth.com/ramsay-hunt-syndrome/.