Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak kematian dari kasus yang wajar terjadinya tak dapat diramalkan
sebelumnya. Mendadak atau merupakan kematian tak ada yang melihat. Kematian
mendadak sering terjadi dan didapatkan pada orang yang sebelumnya tampak
dalam keadaan yang sehat. Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit,
seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik maupun masyarakat
umum, khususnya bila kematian tersebut menimpa orang yang cukup dikenal oleh
masyarakat, kematian di hotel, cottage, atau motel.
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan
dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Gangguan tersebut dapat
disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan dan gangguan yang
diakibatkan karena terhentinya sirkulasi. Gangguan ini akan menimbulkan suatu
keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan
kadar karbondioksida, keadaan ini jika terus dibiarkan dapat menyebabkan
terjadinya kematian.
Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam
kasus kedokteran forensik. Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya
obstruksi pada saluran pernafasan disebut asfiksia mekanik. Asfiksia jenis inilah
yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh
dan nyawa manusia. Mengetahui gambaran asfiksia, khususnya assfiksia mekanik
mempunyai arti penting terutama dikaitkan dengan proses penyidikan.
Dalam penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
yang diduga karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli lainnya. eorang dokters sebagaimana
pasal !"# K$%& wajib memberikan keterangan yang sebaik'baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan di bidang keahliannya dari keadilan. $ntuk itu,
sudah selayaknya seorang dokter perlu mengetahui dengan seksama perihal ilmu
forensik, salah satunya asfiksia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)
disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi
kematian (Budiyanto, !##"). ecara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia
atau hipoksia (Amir, *++,).
B. Etiologi Asfiksia
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut (Budiyanto, !##")-
!. &enyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan
seperti laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti
fibrosis paru.
*. .rauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara /ena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral0
sumbatan atau halangan pada saluran napas dan sebagainya.
1. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnya
barbiturat dan narkotika.
&enyebab tersering asfiksia dalam konteks forensik adalah jenis asfiksia mekanik,
dibandingkan dengan penyebab yang lain seperti penyebab alamiah ataupun
keracunan (Knight, *++! ).
C. Fisiologi
ecara fisiologi dapat dibedakan 2 bentuk anoksia (Amir, *++,), yaitu-
!. Anoksia Anoksik (Ano3ic ano3ia)
&ada tipe ini 4* tidak dapat masuk ke dalam paru'paru karena-
' .idak ada atau tidak cukup 4*. Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala di
tutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas
2
dalam selokan tetutup atau di pegunungan yang tinggi. 5ni di kenal dengan
asfiksia murni atau sufokasi.
' %ambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti
pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus
alienum dalam tenggorokan. 5ni di kenal dengan asfiksia mekanik.
*. Anoksia Anemia (Anemia ano3ia)
Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. 5ni didapati pada
anemia berat dan perdarahan yang tiba'tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan
sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.
1. Anoksia %ambatan (tagnant ano3ia)
.idak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. 5ni bisa karena gagal
jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi,
tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet
tersendat jalannya.
2. Anoksia 6aringan (%ystoto3ic ano3ia)
Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak
dapat menggunakan oksigen secara efektif. .ipe ini dibedakan atas-
' 7kstraseluler
Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. &ada keracunan ianida
terjadi perusakan pada en8im sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan
kematian segera. &ada keracunan Barbiturat dan hipnotik, sitokrom
dihambat secara parsial sehingga kematian berlangsung perlahan.
' 5ntraselular
Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel'sel tubuh karena penurunan
permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan 8at anastetik yang larut
dalam lemak seperti kloform, eter dan sebagainya.
' Metabolik
Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu pemakaian
4* oleh jaringan seperti pada keadaan uremia.
' ubstrat
Dalam hal ini makanan tidak mencukup i untuk metabolisme yang efisien,
misalnya pada keadaan hipoglikemia.
3
D. Patologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam * golongan
(Amir, *++,), yaitu-
!. &rimer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari
asfiksia. el'sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Bagian'
bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan demikian
bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. &erubahan yang
karakteristik terlihat pada sel'sel serebrum, serebellum, dan basal ganglia.Di sini
sel'sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ
tubuh yang lain yakni jantung, paru'paru, hati, ginjal dan yang lainnya
perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau primer tidak jelas.
*. ekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
6antung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah
dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan /ena meninggi.
Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja
jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat.
Keadaan ini didapati pada-
' &enutupan mulut dan hidung (pembekapan).
' 4bstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan
korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan
menghalangi udara masuk ke paru'paru.
' Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (.raumatic
asphy3ia).
' &enghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan,
misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
E. Stadium Pada Asfiksia
&ada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan
dalam 2 stadium (Amir, *++,), yaitu-
4
!. tadium Dispnea
.erjadi karena kekurangan 4* disertai meningkatnya kadar 94* akan
merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi)
bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot'otot pernafasan tambahan.
:ajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan
darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium kejang.
*. tadium Kejang
Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran
hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin dapat
keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin
jelas. Bila kekurangan 4*ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke
stadium apnoe.
1. tadium Apnea
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot menjadi lemah,
hilangnya refleks, dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernafasan dangkal dan
semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya pusat'
pusat kehidupan. :alaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir tidak
teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat
lagi.Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat ber/ariasi.
$mumnya berkisar antara 1'; menit.
F. anda !ardinal Asfiksia
elama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat
asfiksia, telah ditetapkan beberapa tanda klasik (Knight, *++!), yaitu-
a. .ardieu<s spot (&etechial hemorrages)
.ardieu<s spot terjadi karena peningkatan tekanan /ena secara akut yang
menyebabkan o/erdistensi dan rupturnya dinding perifer /ena, terutama pada
jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian
belakang telinga, circumoral skin, konjungti/a dan sklera mata. elain itu juga
bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat pada
lapisan /iseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan
faring, jarang pada mesentrium dan intestinum.
5
b. Kongesti dan 4edema
5ni merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie.
Kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi
darah dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh
darah. &ada kondisi /ena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra/askular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam
/askular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke
dalam ruang interstitium. 9airan plasma ini akan mengisi pada sela'sela jaringan
ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema).
c. ianosis
Merupakan warna kebiru'biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang
terjadi akibat peningkatan jumlah absolut %b tereduksi (%b yang tidak berikatan
dengan 4*). 5ni tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal ;
gram hemoglobin per !++ ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi
bukti, terlepas dari jumlah total hemoglobin. &ada kebanyakan kasus forensik
dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu diikuti dengan kongesti pada
wajah, seperti darah /ena yang kandungan hemoglobinnya berkurang setelah
perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru karena
akumulasi darah.
d. .etap cairnya darah
.erjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap
cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia
adalah bagian dari mitologi forensik. &embekuan yang terdapat pada jantung dan
sistem /ena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti
akhirnya pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh en8im fibrinolitik. %al ini
tidak rele/an dalam diagnosis asfiksia
". anda !#usus Asfiksia
Didapati sesuai dengan jenis asfiksia (Amir, *++"), yaitu-
a) &ada pembekapan, kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat
berupa luka memar atau lecet. &erhatikan bagian di belakang bibir luka akibat
penekanan pada gigi, begitu pula di belakang kepala atau tengkuk akibat
6
penekanan. Biasanya korban anak'anak atau orang yang tidak berdaya. Bila
dilakukan dengan bahan halus, kadang'kadang sulit mendapatkan tanda'tanda
kekerasan.
b) Mati tergantung. Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh berat
badan sendiri. Kesannya leher sedikit memanjang, dengan bekas jeratan di leher.
Ada garis ludah di pinggir salah satu sudut mulut.Bila korban cukup lama
tergantung, maka lebam mayat didapati di kedua kaki dan tangan. =amun bila
segera diturunkan, maka lebam mayat akan didapati pada bagian terendah tubuh.
Muka korban lebih sering pucat, karena peristiwa kematian berlangsung cepat,
tidak sempat terjadi proses pembendungan.&ada pembukaan kulit di daerah
leher, didapati resapan darah setentang jeratan, demikian juga di pangkal
tenggorokan dan oesophagus. .andatanda pembendungan seperti pada keadaan
asfiksia yang lain juga didapati. >ang khas disini adalah adanya perdarahan
berupa garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari arteri karotis
interna, setentang dengan tekanan tali pada leher.
.anda'tanda diatas tidak didapati pada korban yang digantung setelah mati, kecuali
bila dibunuh dengan cara asfiksia. =amun tanda'tanda di leher tetap menjadi
petunjuk yang baik.
H. Pemeriksaan $ena%a#
&ada pemeriksaan luar jena8ah dapat ditemukan (Budiyanto, !##")-
!. ianosis pada bibir, ujung'ujung jari dan kuku.
*. &embendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan
merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.
1. :arna lebam mayat merah'kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi
lebam mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan akti/itas
fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.
2. .erdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan
akti/itas pernapasan pada fase ! yang disertai sekresi selaput lendir saluran
napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa yang kadangkadang bercampur darah akibat pecahnya
kapiler.Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat
7
longgar, misalnya pada konjungti/a bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang'
kadang dijumpai pula di kulit wajah.
;. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah
konjungti/a bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase *. Akibatnya tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam /ena, /enula dan
kapiler. elain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding
kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik'bintik
perdarahan yang dinamakan sebagai .ardieu<s spot. &enulis lain mengatakan
bahwa .ardieu<s spot ini timbul karena permeabilitas kapiler yang meningkat
akibat hipoksia.
b. &ada pemeriksaan dalam jena8ah dapat ditemukan (Budiyanto, !##")-
!. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang
meningkat paska kematian.
*. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
1. &embendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih
berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
2. &etekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian
belakang jantung belakang daerah aurikulo/entrikular, subpleura /iseralis paru
terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala
sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub'
glotis.
;. 7dema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
?. Kelainan'kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring
langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan
krikoid (pleksus /ena submukosa dengan dinding tipis).
I. ASFI!SIA ME!ANI!
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik),
(Budiyanto, !##"), misalnya-
8
a) &enutupan lubang saluran pernapasan bagian atas, seperti pembekapan
(smothering) dan penyumbatan (gagging dan choking).
b) &enekanan dinding saluran pernapasan, seperti penjeratan (strangulation),
pencekikan (manual strangulation, throttling) dan gantung (hanging).
c) &enekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
$. MAI "ANUN" &HAN"IN"'
!. Defenisi
Mati gantung (hanging) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan
dengan alat jerat, di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan
gra/itasi dari berat tubuh atau bagian tubuh (Knight, *++!).
*. 7tiologi Kematian pada &enggantungan
Ada ? penyebab kematian pada penggantungan (Modi,!#,,), yaitu-
a. Asfiksia
Merupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada
di atas tulang rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher,
sehingga saluran pernafasan menjadi tersumbat.
b. Kongesti @ena
Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan
pada /ena jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi
terhambat.
c. Kombinasi Asfiksia dan Kongesti @ena
Merupakan penyebab kematian yang paling umum, seperi pada kebanyakan
kasus dimana saluran napas tidak seluruhnya dihalangi oleh penjerat yang
berada di sekitar leher.
d. 5skemik 4tak (ano3ia)
Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam
menyuplai darah ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri /ertebralis.
9
e. yok @agal
Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada
refleks /aso'/agal secara tiba'tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan
pada saraf /agus atau sinus karotid.
f. Araktur atau Dislokasi dari @erterbra er/ikal * dan 1
Biasanya terjadi pada kasus judicial hanging, hentakan yang tiba'tiba pada
ketinggian !'* m oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur dan
dislokasi dari /ertebra ser/ikalis yang selanjutnya dapat menekan atau
merobek spinal cord sehingga terjadi kematian yang tiba'tiba.
1. 6enis &enggantungan
a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi * tipe (Amir, *++,), yaitu-
.ergantung .otal (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas
lantai.
etengah .ergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh
tergantung, misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut,
dalam posisi telungkup dan posisi lain.
b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi * tipe (Amir, *++,), yaitu-
.ipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris
di samping leher dan di bagian depan leher di atas jakun. .ekanan pada
saluran nafas dan arteri karotis paling besar pada tipe ini.
Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat
miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri
karotis dan arteri /etebralis. aat arteri terhambat, korban segera tidak
sadar.
2. .anda &ost Mortem
.anda post mortem sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau
tekanan di leher. Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran
pernafasan maka dijumpai tanda'tanda asfiksia, respiratory distress, sianose dan
fase akhir kon/ulsi lebih menonjol. Bila kematian karena tekanan pembuluh
darah /ena, maka sering didapati tanda'tanda pembendungan dan perdarahan
(ptechial) di konjungti/a bulbi, okuli dan di otak bahkan sampai ke kulit muka.
Bila tekanan lebih besar sehingga dapat menutup arteri, maka tanda'tanda
kekurangan darah di otak lebih menonjol (iskemi otak), yang menyebabkan
10
gangguan pada sentra respirasi dan berakibat gagal nafas. .ekanan pada sinus
karotikus menyebabkan jantung tiba'tiba berhenti dengan tanda'tanda post
mortem yang minimal. .anda' tanda di atas jarang berdiri sendiri, tetapi
umumnya akan didapati tanda'tanda gabungan (Amir, *++,).
;. &emeriksaan 6ena8ah
a. &emeriksaan Buar
&ada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher (Amir,*++,),
yaitu-
!. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik seperti @ terbalik,
tidak bersambung, terletak di bagian atas leher, berwarna kecoklatan,
kering seperti kertas perkamen, kadang'kadang disertai luka lecet dan
/esikel kecil di pinggir jeratan. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan
warna kulit akan terlihat lebih gelap karena adanya lebam mayat.
*. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri jejas jeratan.
impul terletak di bagian yang tidak ada jejas jeratan, kadang di dapati
juga jejas tekanan simpul di kulit. Bila bahan penggantung kecil dan keras
(seperti kawat), maka jejas jeratan tampak dalam, sebaliknya bila bahan
lembut dan lebar (seperti selendang), maka jejas jeratan tidak begitu jelas.
6ejas jeratan juga dapat dipengaruhi oleh lamanya korban tergantung, berat
badan korban dan ketatnya jeratan. &ada keadaan lain bisa didapati leher
dibeliti beberapa kali secara hori8ontal baru kemudian digantung, dalam
kasus ini didapati beberapa jejas jeratan yang lengkap, tetapi pada satu
bagian tetap ada bagian yang tidak tersambung yang menunjukkan letak
simpul.
1. Beher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung, bila segera
diturunkan tanda memanjang ini tidak ada. Muka pucat atau bisa sembab,
bintik perdarahan .ardieu<s spot tidak begitu jelas, lidah terjulur dan
kadang tergigit, tetesan sali/a dipinggir salah satu sudut mulut, sianose,
kadang'kadang ada tetesan urin, feses dan sperma.
2. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki
dan tangan bagian bawah. Bila segera diturunkan, lebam mayat bisa di
dapati di bagian depan atau belakng tubuh sesuai dengan letak tubuh
11
sesudah diturunkan. Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya
darah.
b. &emeriksaan Dalam
&ada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan (Amir, *++,)-
!. 6aringan otot setentang jeratan didapati hematom, saluran pernafasan
congested, demikian juga paru'paru dan organ dalam lainnya. .erdapat
.ardieu<s spot di permukaan paru'paru, jantung dan otak. Darah berwarna
gelap dan encer
*. &atah tulang lidah (os hyoid) sering didapati, sedangkan tulang rawan yang
lain jarang.
1. Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwarna merah (red line)
pada tunika intima dari arteri karotis interna.
BAB III
PENUUP
A. !esim(ulan
12
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)
disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi
kematian.ecara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia.
tadium pada asfiksia yaitu stadium dyspneu, stadium kon/ulsi, stadium apneu,
dan stadium akhir. .anda'tanda pada asfiksia yaitu (!).ardieu<s spot (&etechial
hemorrages) yaitu terjadi karena peningkatan tekanan /ena secara akut yang
menyebabkan o/erdistensi dan rupturnya dinding perifer /ena, terutama pada
jaringan longgar. (*)Kongesti dan 4edema, (1)ianosis,(2).etap cairnya darah,
DAFA) PUSA!A
Knight B. Asphy3ia and &ressure on the =eck and 9hest. 5n- impson<s Aorensic
Medicine, ele/enth ed.london, 43ford $ni/ersity &ress, 5nc. *++!.p0,"'#+.
13
Amir,Amri. Abortus. Dalam0 Amri, Amir. 5lmu Kedokteran Aorensik 7disi 55. Medan0
Camadhan *++;.
Amir, Amri.. Dalam Amir, Amri. Asfiksia.7disi 55. Medan- $$ &ress, *++!.
Budiyanto, Arif. 5lmu Kedokteran Aorensik. Bagian Kedokteran Aakultas Kedokteran
$ni/ersitas 5ndonesia. 6akarta - !##". %al 1"';2.
5dries A.M. &edoman 5lmu Kedokteran Aorensik. 6akarta0 Binarupa Aksara0 !##".
Mansjoer Arif. Kapita elekta Kedokteran Aorensik DMedikolegal. Abortus ed. Ketifga.
Bagian 5lmu kedokteran Aorensik D Medikolegal AK $=A5C0 urabaya, *++".
hkrum M6, Camsay DA. 9hapter 10 Asphy3ia 5n0 Aorensic &athology of .rauma0
9ommon &roblems for the &athologist. =ew 6ersey0 %umana &ress 5nc0 *++". &!*!'!11
ampurna B, amsu E. &eranan 5lmu Kedokteran Aorensik dalam &enegakan %ukum
ebuah &engantar. 6akarta0 &ustaka Dwipar0 *++1. p#"'!!+
14

Anda mungkin juga menyukai