Anda di halaman 1dari 5

KEJANG DEMAM

1. Subjektif
Seorang anak perempuan 5 tahun datang dengan keluhan kejang. Keluhan dialami sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat kejang di rumah 1x kemarin pagi, terjadi
seluruh tubuh, kedua tangan dan kaki kaku, mata mendelik ke atas. Kejang berlangsung 1x
dengan durasi 5-10 menit. Setelah kejang berhenti, pasien sadar dan menangis.Keluhan
disertai demam tinggi mendadak sebelumnya, kurang lebih 1 hari terakhir, disertai
muntah. Keluhan tidak di sertai batuk, tidak ada pilek, tidak sesak.
Riwayat mengkonsumsi obat ibuprofen saat demam.
Riwayat kejang demam sebelumnya (+) 1x, saat usia + 2 tahun
Frekuensi serangan + 1-2x/tahun
Riwayat kejang demam di keluarga tidak ada
Riwayat epilepsi di keluarga tidak ada
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik
Status Internus
SS/GC/CM, BB = 13 kg
GCS = 15
T = 90/60 mmHg, N = 104 x/menit, P = 24 x/menit, S = 39,50C
Kepala: kelainan (-)
Mata: Anemis (-), Iketus (-)
Thorax
1) Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri = kanan,
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
2) Jantung
Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada
Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Palpasi : Supel, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal
Pemeriksaan fisis neurologis dalam batas normal.
3. Assessment
Pendahuluan
Berdasarkan Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi IDAI 2005,
kejang demam adalah Kejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi
karena kenaikansuhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yangdisebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial
atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur
kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa
demam.Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti
meningitis, ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai
prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya
mengenai sistem susunan saraf pusat. Dahulu Livingston membagi kejang demam
menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple febrile convulsion) dan
epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by fever).
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan- 5 tahun. 80 90 % merupakan
kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam kompleks. 8 %
berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16 % berulang dalam waktu 24
jam. Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih sering
mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang
pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %, dan
bila kejang demam seder -hana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam
ke dua turunmenjadi 30%.. Setelah kejang demam pertama, 2-4 % anak akan berkembang
menjadi epilepsidan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.
Klasifikasi
Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam
sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit, tunggal, dan berlangsung umum,
dan kejang demam kompleks, yang berlangsung kurang dari 15 menit, fokal, atau
multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria penggolongan tersebut
dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil
dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia
penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak dan lainnya . Menurut
Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi IDAI 2005. Kejang demam
diklasifikasikan menjadi kejang demam sederhana (Simple febrile seizure) dan kejang
demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik dan atau
klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):
Kejang lama > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Diagnosis:
Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang demam,
dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan
gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Tetapi perlu
diingat bahwa kejang dengan suhu badan yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan
lain, misalnya pada radang selaput otak (meningitis) atau radang otak (ensefalitis).
Anamnesis
- Adanya kejang
- Jenis kejang
- Durasi dan frekuensi kejang
- Interval antar serangan
- Suhu tubuh sebelum dan saat kejang
- Keadaan pasca kejang
- Riwayat keluarga
Pemeriksaan Fisik
- Status kesadaran
- Suhu tubuh
- Tanda-tanda rangsang meningeal
- Tanda-tanda peningkatan TIK
- Tanda infeksi lain ekstrakranial
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi atau mencari penyebab demam, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah (level
II-2 dan level III, rekomendasi D).
- Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).
- Lumbal Punksi
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7
%. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh
karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada bayi kurang dari 12 bulan (sangat dianjurkan
dilakukan), bayi antara 12-18 bulan (dianjurkan), bayi > 18 bulan (tidak
rutin). Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
- Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan ( level II-2, rekomendasi E).Pemeriksaan EEG
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya:
kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
- Neuroimaging
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed Tomography (CT)atau
Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutindan atas
indikasi, seperti, kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), parese
nervus VI, atau papiledema.
Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2
mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit, dengan dosis maksimal 20mg.Obat yang praktis dan
dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal (level II-2, level
II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rectal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5
mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis
7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal
dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dan disini
dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg. Bila kejang tetap
belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10 - 20 mg/kg/kali
dengan kecepatan 1 mg /kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kg/hari, yaitu12 jam setelah dosis awal. Bila dengan
fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Antipiretik
Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam (level
I,rekomendasi E). Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15
mg/kg/kalidiberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-
10mg/kg/kali ,3 - 4 kali sehari.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demammenurunkan
risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula dengandiazepam rektal dosis 0,5 mg/kg
setiap 8 jam pada suhu > 38,50C (level I,rekomendasi E).Dosis tersebut cukup tinggi
dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39 %
kasus.Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.
Rumatan
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):
- Kejang lama > 15 menit
- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
- Kejang fokal
Perngobatan rumat dipertimbangkan bila kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang
demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam > 4 kali per tahun.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalammenurunkan
risiko berulangnya kejang (level I). Dengan meningkatnya pengetahuan bahwa kejang
demam benign dan efeksamping penggunaan obat terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis
terusmenerus diberikan dalam jangka pendek, dan pada kasus yang sangat
selektif (rekomendasi D). Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40 - 50 %).Obat pilihan saat
ini adalah asam valproat meskipun dapat menyebabkan hepatitis namun insidensnya
kecil. Dosis asam valproat 15 - 40 mg/kg/hari dalam 2- 3 dosis dan fenobarbital 3 - 4
mg/kg per hari dalam 1 - 2 dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secarabertahap selama 1-2 bulan.

Anda mungkin juga menyukai