Anda di halaman 1dari 8

A-11-1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2005


ISSN : 1411 4216

BIODIESEL PILOT PLANT KAPASITAS 1,5 TON/HARI
SEBUAH LANGKAH KECIL DALAM ROAD MAP BIODIESEL
INDONESIA


Maharani Dewi Solikhah, Makmuri Nuramin, Syamsu Rizal, Soni S. Wirawan
Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi (Engineering Center-BPPT)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung 1 BPPT Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin No. 8 Jakarta Indonesia
Telp (021) 3168240, 3915536, 3915537
Fax (021) 3915535
http://ec.bppt.go.id
Email : ranids@webmail.bppt.go.id , ranids@yahoo.com, makmuri@telkom.net

Abstrak

Biodiesel Pilot Plant kapasitas 1.5 ton/hari dibangun oleh BRDST BPPT sebagai salah satu
perwujudan milestone dalam Road Map Pengembangan Teknologi Biodiesel yang telah disusun.
Road Map tersebut disusun untuk lebih mengarahkan pemasyarakatan energi alternatif tersebut.
Di samping itu, pabrik tersebut dibangun dengan tujuan memperoleh data riset dalam melakukan
scale up untuk kapasitas pabrik yang lebih besar.
Biodiesel dapat dibuat melalui proses methanolisis asam lemak atau minyak. Karena Indonesia
sangat kaya akan bahan baku biodiesel termasuk Minyak sawit/CPO (Crude Palm Oil), Minyak
kelapa, dan Minyak Jarak Pagar, maka Biodiesel Pilot Plant tersebut dirancang untuk dapat
memproduksi Biodiesel dari berbagai bahan baku. Bahan baku yang telah digunakan antara lain
CPO standar, CPO off grade, Palm Fatty Acid Distillate, dan Coconut Fatty Acid Distillate.
Dalam pembangunannya, plant tersebut melalui berbagai tahapan engineering yaitu optimasi
proses, conseptual design, basic design, detail engineering, konstruksi, serta start up dan
commissioning. Pada proses commissioning dilakukan berbagai tahapan proses hingga biodiesel
plant tersebut dapat menghasilkan Biodiesel kualitas standar yang ditetapkan sebagai bahan
bakar mesin diesel. Adapun spesifikasi yang dihasilkan antara lain viskositas 4.8 mm2/detik, water
content < 0.05 % vol., sediment content 0.009 % vol., TAN (Total Acid Number) 0.46 mgKOH/g,
dan cetane number 64.

Kata kunci : Biodiesel Pilot Plant, Commissioning, Biodiesel Kualitas Standar, cetane number

1. Pendahuluan
Sebagai salah satu lembaga yang mengembangkan biodiesel, khususnya dalam bidang riset dan
engineering, Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi (Engineering Center) BPPT telah memiliki design
untuk Pilot Plant Biodiesel berkapasitas 8 ton/hari. Akan tetapi, sebagai salah satu tahapan dalam komersialisasi,
diperlukan skala prototype untuk scale-up proses di laboratorium sekaligus optimasi proses sebelum memasuki
skala pilot. Oleh karena itu, pada tahun 2003 Engineering Center mendesain dan membangun Biodiesel Prototipe
Plant yang kapasitasnya 1.5 ton biodiesel per hari.
Pembangunan plant ini bertujuan sebagai salah satu tahapan untuk memperoleh desain Biodiesel Plant
kapasitas komersial. Tahapan proven technology untuk membangun Biodiesel Plant komersial dapat dilihat pada
gambar berikut. Hal ini sesuai dengan Road Map Biodiesel Indonesia yang telah disusun oleh Forum Biodiesel
Indonesia (FBI) dan mengantisipasi Biodiesel Technology Road Map (lihat gambar 8.).
Tulisan ini mengkaji hal-hal yang berpengaruh dalam perancangan/desain, commissioning, dan
pengoperasian Biodiesel Plant agar diperoleh Biodiesel kualitas standar.
Maharani Dewi Solikhah, Makmuri Nuramin, Syamsu Rizal, Soni S. Wirawan
A-11-2

Gambar 1. Tahapan Desain Menuju Proven Technology Biodiesel Plant Commercial

2. Desain dan Engineering
Biodiesel umumnya dibuat melalui reaksi alkoholisis (biasanya metanol atau etanol) minyak lemak
nabati atau hewani. Dari hasil percobaan di laboratorium dan pembuatan bench scale plant, maka diperoleh data
yang cukup untuk melakukan desain dan engineering Pilot Plant kapasitas 1.5 ton/hari dengan system batch.


Gambar 2. Tahapan Desain dan Engineering

Plant ini didesain untuk dapat memproses bahan baku dari minyak apa saja dengan menghasilkan
biodiesel yang memenuhi spesifikasi bahan bakar. Bahan baku yang dapat digunakan antara lain :
1. CPO (Crude Palm Oil)/Minyak Sawit. CPO merupakan minyak yang paling potensial sebagai bahan
baku mengingat saat ini Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia. Ada berbagai grade
CPO yang dapat digunakan sebagai alternative bahan baku yaitu CPO standard (FFA < 5 %), CPO off
grade (FFA 5 20 %), Waste CPO (FFA 20 70 %), Palm Fatty Acid Distillate (FFA > 70 %), PKO
(Palm Kernel Oil), RBDP Olein RBDP Stearin,
2. Minyak kelapa
3. Minyak Jarak pagar
(Soerawidjaja, 2003)
Kelebihan biodiesel sebagai bahan bakar adalah kemampuannya menurunkan emisi kendaraan (antara lain
partikulat, SOx, COx, BTX) (BTMP, 2005), memiliki sifat lubrikasi, dan juga merupakan energi yang
terbarukan (renewable energy). Adapun reaksinya secara umum dapat dilihat pada gambar 3.


Gambar 3. Reaksi Umum Pembuatan Biodiesel (Mittelbach, 2004)

Optimasi proses
di Laboratorium
Biodiesel Pilot
Plant (Batch)
Biodiesel Pilot
Plant (Kontinyu)
Biodiesel
Commercial Plant
Road Test pada
Mesin Diesel
CH
2
COOR1
|
CHCOOR1 + 3 CH
3
OH (CH
2
OH)
2
CH-OH + 3 CH
3
COO-R1
|
CH
2
COOR1

Trigliserida Methanol Gliserol Methyl Ester (Biodiesel)
Design
Criteria
Project Planning
& Analysis
Process
Licensor
Conceptual
Design
Spec. Vendor
(Eqp.)
Construction
Procurements
Basic
Eng.
Detail
Eng.
P&ID
Piping Layout
Civ. & Struct.
Stress Analysis
I & C
Elec. & Raceway

Constr.
Specs.
General Arr.
Eqp. Sizing
Gen. P & ID
PFD
Mass Balance
Start-up &
Commissioning
Biodiesel Pilot Plant Kapasitas 1,5 Ton/Hari, Sebuah Langkah Kecil Dalam Road Map Biodiesel
Indonesia
A-11-3

Reaksi transesterifikasi pada dasarnya merupakan reaksi bolak-balik/reversible sehingga perlu
dilakukan beberapa usaha untuk menggeser reaksi ke arah produk, antara lain dengan menggunakan pereaksi
dalam jumlah yang melebihi kebutuhan stoikiometri. Dalam hal ini dipilih untuk menggunakan Methanol dalam
jumlah berlebih. Hal ini berimplikasi pada diperlukannya peralatan untuk me-recovery methanol yang tidak
bereaksi sehingga dapat digunakan kembali sebagai pereaksi. Diagram prosesnya dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 4. Diagram Proses Biodiesel Pilot Plant Kap. 1.5 ton/hari

3. Pabrikasi
Proses yang didisain dituangkan dalam bentuk Flow Diagram Process, Equipment Drawing, P&ID
(Piping and Instrumentation Diagram) sehingga dapat dibuat Isometric Drawing/3D Drawing untuk keperluan
pabrikasi. Pabrikasi peralatan dilakukan di workshop milik BPPT di Puspiptek Serpong dan memakan waktu 2
bulan. Dalam pabrikasi, pertimbangan pengoperasian dan keperluan perawatan/maintenance harus diperhatikan.
Tahap-tahap dalam pabrikasi dapat dilihat pada gambar berikut.
PREPARATION
TANK
REACTOR
TANK
SETTLING
TANK
DRYING
TANK
FILTER
DISTILLATION
CPO/
Other
Oil
Methanol
Katalis
BIODIESEL
METHANOL
TANK
methanol
Effluent
Maharani Dewi Solikhah, Makmuri Nuramin, Syamsu Rizal, Soni S. Wirawan
A-11-4

Gambar 5. Tahap 1 : Artist Drawing Biodiesel Prototipe Plant Kap. 1.5 ton/hari


Gambar 6. Tahap 2 : Pabrikasi Equipment


Gambar 7. Tahap 3 : Instalasi Equipment dan Piping

Biodiesel Pilot Plant Kapasitas 1,5 Ton/Hari, Sebuah Langkah Kecil Dalam Road Map Biodiesel
Indonesia
A-11-5


Gambar 8. Tahap 4 : Instalasi Menara Distilasi


Gambar 5. Tahap 5 : Penyelesaian


Gambar 6. Biodiesel Pilot Plant Kapasitas 1.5 ton/hari
Maharani Dewi Solikhah, Makmuri Nuramin, Syamsu Rizal, Soni S. Wirawan
A-11-6
4. Commissioning
Untuk memperoleh proven process pada sebuah plant, perlu dilakukan commissioning sebagai salah
satu tahapan engineering. Kegagalan demi kegagalan yang ditemui menjadi pembalajaran dan penyempurnaan
dalam proses.
Hal-hal yang ditemui dalam commissioning :
1. Sulitnya memperoleh bahan baku yang sesuai keinginan
Sebagai sarana sosialisasi, dilakukan diversifikasi bahan baku supaya biodiesel yang dihasilkan
harganya dapat bersaing. Antara lain dengan menggunakan bahan baku CPO Parit, yang cukup sulit
didapatkan di Jakarta dengan kualitas yang diinginkan (kualitasnya tidak sebaik apabila bahan ini
diambil dari Pabrik Kelapa Sawit). Bahan baku yang telah dicoba antara lain CPO, CPO Parit, CPO
kotor, Palm Fatty Acid, dan Coconut Fatty Acid. Sebelum dilakukan proses pada Pilot Plant, bahan
baku tersebut harus diuji kadar FFA (Free Fatty Acid), kadar air, dan kadar kotoran. Apabila tidak
memenuhi persyaratan, harus dilakukan pre-treatment terlebih dahulu.
2. Proses perkenalan dengan equipment pada plant tersebut juga membutuhkan waktu. Meski demikian
lama kelamaan karakteristiknya semakin diketahui dan terus dilakukan optimasi.
3. Terdapat desain piping yang harus disempurnakan agar tidak menyulitkan dalam maintenance.
Modifikasi harus dilakukan untuk mempermudah pengoperasian dan sebagai data bagi perancangan
kapasitas yang lebih besar.
4. Proses pencucian atau washing merupakan proses yang menentukan diperolehnya hasil yang berkualitas
dengan sesedikit mungkin terjadi losses. Kehilangan atau losses ini dapat memperbesar biaya produksi.
5. Memperoleh biodiesel yang memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Riset di laboratorium harus
kembali dilakukan ketika menemukan kejanggalan atau kekurangan dalam kualitas biodiesel yang
dihasilkan.



Gambar 7. Loop Diagram Proses Commisioning Pembuatan Biodiesel

Data hasil pengujian biodiesel yang pernah dihasilkan Engineering Center dapat dilihat pada Tabel 1.

Uji Spesifikasi
Bahan Baku
Uji Laboratorium
Proses di Pilot Plant
Biodiesel
BIODIESEL
kualitas standar
Yes
No
Biodiesel Pilot Plant Kapasitas 1,5 Ton/Hari, Sebuah Langkah Kecil Dalam Road Map Biodiesel
Indonesia
A-11-7

Tabel 1. Hasil Property Test Biodiesel dari CPO
NO PROPERTIES UNIT
BIODIESEL
BPPT
ACCEPTABLE
VALUE
TEST
METHODS
1 Pour Point
o
C 12 18 max ASTM D.97
2 Flash Point PM.cc
o
C 182 65 min ASTM D.93
3 Sulphur Content % wt 0.0068 0.05 max ASTM D.2622
4 Sediment Content % vol 0.009 0.05 max ASTM D.473
5 Water Content % vol < 0.05 0.05 max ASTM D.95
6 Ash Content % wt 0.007 0.01 max ASTM D.482
7 Viscosity (40 oC) mm
2
/detik 4.8 1.9 - 6 ASTM D.445
8 Density (15 oC) gr/cm
3
0.87 0.86 - 0.90 ASTM D.1298
9 TAN mgKOH/g 0.46 0.8 max ASTM D.974
10 SAN mgKOH/g Nil Nil max ASTM D.974
11 Cetane Number 64 45 min ASTM D.613

Note :
1. Property Test dilakukan oleh PT Prolab dan laboratorium Lemigas, Jakarta
2. Accetable Value diambil dari Spesifikasi Pertamina untuk Bahan Bakar Solar.
(BRDST, 2004)
Sifat fisis/karakteristik yang menunjukkan perbedaan bahan baku terlihat pada cetane number, flash
point, dan pour point. Sedangkan yang menunjukkan efisiensi proses ditunjukkan oleh viskositas, densitas, kadar
air, kadar sedimen, kadar sulphur, dan Total Acid Number (TAN). (Mittelbach, 2004)
Viskositas juga menunjukkan jenis bahan baku yang digunakan. Biodiesel yang terbuat dari minyak
dengan rantai C yang lebih pendek (misalnya minyak kelapa) dapat menghasilkan viskositas yang lebih rendah.
Sifat fisis ini pula yang dapat digunakan secara cepat dalam menentukan konversi reaksi. Karena proses
transesterifikasi ini digunakan untuk menurunkan viskositas trigiliserida (untuk CPO, viskositasnya dapat
mencapai 36.8-39.6 mm
2
/s). Apabila biodiesel yang dihasilkan telah mencapai viskositas yang ditentukan dalam
standar, maka bisa dikatakan reaksi telah berhasil. Kemudian dilanjutkan ke tahap pemurnian.
Densitas dapat juga menentukan kualitas biodiesel, dan berhubungan dengan kadar sedimen, kadar air,
serta kadar abu. Sifat-sifat ini erat kaitannya dengan kualitas proses pemurnian biodiesel. Kadar sulfur dibatasi
untuk meyakinkan tidak adanya katalis yang terikut (jika menggunakan katalis asam), yang turut menandakan
sukses tidaknya proses pemurnian.
Strong Acid Number (SAN) menunjukkan jumlah KOH yang dibutuhkan untuk mencapai pH 4.
Spesifikasi menunjukkan Nil maksudnya dalam biodiesel tidak boleh terkandung asam-asam kuat yang
diindikasikan dengan pH 4. (NREL, 2004). Spesifikasi ini dapat juga menjadi indicator sukses tidaknya proses
pemurnian biodiesel dari asam-asam kuat yang terlibat dalam reaksi.
Sedangkan Total Acid Number (TAN) menunjukkan berapa KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi
sample biodiesel (sampai pH 7). (NREL, 2004) Spesifikasi ini menunjukkan jumlah asam-asam lemah yang
masih terkandung dalam biodiesel, dalam hal ini fatty acid. Angka yang tercantum dalam spesifikasi ini
merupakan salah satu tolok ukur sukses tidaknya reaksi dan pemurnian biodiesel.

5. Production Cost
Dari proses pembuatan biodiesel dengan menggunakan Pilot plant tersebut, dilakukan perhitungan
production cost atau biaya produksi. Adapun komponen production cost tersebut adalah bahan baku utama
(minyak/lemak), methanol, katalis, utilitas (air, steam, listrik), dan operator. Dari optimasi proses diperoleh biaya
produksi Biodiesel berkisar pada Rp 1.057/liter hingga Rp 1.500/liter, di luar harga minyak/CPO. (BRDST,
2004). Harga biaya produksi ini masih tinggi. Hal ini karena kapasitas pabrik yang kecil dan sistem proses batch
yang menyebabkan timbulnya losses lebih banyak daripada proses kontinyu.

6. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Desain dalam piping yang optimum pada Biodeisel Plant berpengaruh dalam tercapainya Biodiesel
kualitas standar, kemudahan pengoperasian, serta maintenance.
2. Kualitas bahan baku mempengaruhi tingkat kesulitan dalam memperoleh Biodisel kualitas standar
3. Proses washing merupakan proses yang menentukan dalam memperoleh Biodiesel kualitas standar
4. Harga bahan baku mengambil persentase yang tinggi dalam komponen biaya produksi
Maharani Dewi Solikhah, Makmuri Nuramin, Syamsu Rizal, Soni S. Wirawan
A-11-8
5. Dari optimasi proses, telah diperoleh Biodiesel kualitas standar dengan spesifikasi viskositas 4.8 mm
2
/s,
densitas 0.87 gr/cm
3
, TAN 0.46 mgKOH/g, sediment content 0.009 % vol, dan water content <0.05 %
vol, dan cetane number 64.

7. Penutup
Sejak Oktober 2003, Biodiesel prototype Plant Kapasitas 1.5 ton/hari di Puspiptek Serpong telah
beroperasi secara rutin untuk keperluan riset dan sosialisasi. Optimasi terus dilakukan untuk memaksimalkan
kualitas Biodiesel dan memperoleh biaya proses yang minimal. Hasil optimasi proses tersebut digunakan sebagai
dasar pada perancangan plant dengan kapasitas yang lebih besar, yaitu Biodiesel pilot Plant Kap. 8 ton/hari
(sistem kontinyu) di Prop. Riau dan desain Biodiesel Plant Kap. 30.000 ton/hari yang saat ini sedang dilakukan.

Referensi
Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT, 2003, Laporan Kegiatan Pengembangan Biodiesel Sebagai
Energi Alternatif
Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT, 2004, Laporan Kegiatan Pengembangan Biodiesel Sebagai
Energi Alternatif
Balai Termodinamika Mesin dan Propulsi BPPT, 2005, Laporan Pengujian Biodiesel Kualitas Standar pada
Kendaraan Komersial, Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT
Mittelbach, M and C. Remschmidt, 2004, Biodiesel: The Comprehensive Handbook, 1
st
Ed., Boersedruck
Ges.m.b.H, Vienna
National Renewable Energy Laboratory, 2004, Biodiesel Analytical Methods
Soerawidjaja, T. H. dan A. Tahar, 2003, Menggagas Kebijakan Pengembangan Biodiesel di Indonesia,
Prosiding Seminar Peluang Bisnis Industri Hilir Kelapa Sawit, Serpong

Anda mungkin juga menyukai