Anda di halaman 1dari 9

Teknologi

Indonesia
LIPI Press 2011

Volume 34, Edisi Khusus 2011

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU DENGAN LARUTAN NATRIUM


HIDROKSIDA SEBELUM PROSES SAKARAIFIKASI SECARA
ENZIMATIS MENGGUNAKAN ENZIM SELULASE KASAR
DARI ASPERGILLUS NIGER FNU 6018
Ida Bagus Wayan Gunam, Ni Made Wartini, Anak Agung Made Dewi Anggreni
dan Pande Made Suparyana
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Denpasar, Bali
Telp. (0361) 222006, E-mail: ibwgunam@yahoo.com
ABSTRAK
Selulosa merupakan sumber daya terbarukan yang paling banyak, dan telah mendapat banyak perhatian sebagai
sumber energi potensial dan karbon untuk memproduksi produk yang bermanfaat seperti glukosa, etanol dan bahan
bakar. Kemungkinan mengkonversi selulosa ampas tebu secara enzimatis menjadi glukosa, setelah mengendurkan
struktur kimia yang kompleks menjadi struktur primer dengan menggunakan sodium hidroksida telah dipelajari.
Ampas tebu direndam dalam sodium hidroksida 6% selama 12 jam pada suhu kamar. Perlakuan ini dapat melonggarkan beberapa struktur berkas selulosa ditunjukkan dengan terlepasnya lignin dan hemiselulosa, masing-masing
sampai 32,11 dan 42,87%, dan nilai retensi air yang tinggi 15,90 (b/b). Dalam kondisi ini, ampas tebu terdelignifikasi
dapat disakarifikasi oleh enzim selulase kasar dari Aspergillus niger. Sakarifikasi secara enzimatis 2 g ampas tebu
terdelignifikasi pada suhu 50oC pH 4,8 selama 120 jam menghasilkan gula reduksi sebanyak 54.47 mg/100 ml.
Kata Kunci: Ampas tebu, Delignifikasi, Natrium hidroksida, Selulase, Aspergillus niger, Sakarifikasi
ABSTRACT
Cellulose, the most abundant renewable resource, has received much attention as potential energy and carbon
source for the production of useful products such as glucose, ethanol and fuels. The possibility of converting cellulose
in bagasse enzymatically into glucose, after being loosened its complex structure chemically into primary one by
using sodium hydroxide was studied. Bagasse was soaked in 6% sodium hydroxide for 12 hours at room temperature.
This treatment resulted in loosening some cellulose bundle structure shown by release of lignin and hemicelluloses
up to 32.11 and 42.87%, respectively and high water retention value of 15.90 (w/w). In this condition the delignified
bagasse could be saccharified by crude cellulase enzym from Aspergillus niger. Saccharification enzimatically of 2
g delignified bagasse at 50oC pH 4,8 during 120 hours produced reducing sugar of 54.47 mg/100 ml.
Keywords: Bagasse, Delignification, Sodium hydroxide, Crude cellulase enzym, Aspergillus niger, Saccharification

PENDAHULUAN
Kebutuhan energi dunia akan terus meningkat
sejalan dengan pertambahan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan
tumbuh rata-rata 1,7% hingga 2030. Permintaan
energi tumbuh sangat pesat, sedangkan pasokan
minyak bumi berkurang dan tidak stabil, dan
munculnya pemanasan global dengan penggunaan
bahan bakar fosil telah menghidupkan kembali
minat yang kuat dalam mencari sumber-sumber
energi alternatif dan terbarukan.[1] Energi baru
terbarukan yang cukup potensial dikembangkan
di masa mendatang adalah energi biomasa.

Ada tiga cara pemanfaatan energi biomassa


atau disebut juga bioenergi, yaitu pembakaran
langsung, pemanfaatan gas biomassa, dan
konversi menjadi bahan bakar cair (bioetanol
dan biodiesel).[2] Di antara ketiganya, bioetanol
merupakan komoditas yang dibutuhkan pada
masa kini dan masa mendatang serta akan
mengalami peningkatan produksi yang signifikan
karena banyaknya bahan baku yang dapat
digunakan untuk pembuataan bioetanol. Etanol
telah diterima sebagai salah satu bahan bakar
cair untuk transfortasi yang dapat menggantikan
bahan bakar minyak bumi.[3]

Off print request to: Ida Bagus Wayan Gunam, Ni Made Wartini, Anak Agung Made Dewi Anggreni dan Pande Made Suparyana

24

Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

Bioetanol dapat diproduksi dari bahan


yang mengandung gula, bahan berpati, dan bahan berselulosa. Konversi gula-gula sederhana
menjadi etanol cukup mudah, sedangkan untuk
bahan berpati dan berselulosa lebih sulit. Namun,
khususnya limbah lignoselulosa tersedia sangat
melimpah, mudah didapat, murah, tidak dapat
dimakan dan belum dimanfaatkan secara optimal,
potensial untuk digunakan sebagai bahan baku
produksi energi terbarukan di masa mendatang.
Ampas tebu merupakan hasil samping
dari proses ekstraksi tebu. Hasil penelitian
pendahuluan menunjukkan bahwa ampas tebu
merupakan bahan baku pembuatan bioetanol
terbaik dibandingkan dengan jerami padi, jerami
jagung, dan serbuk gergaji kayu.[4,5]
Biomassa lignoselulosa, seperti residu
pertanian, limbah kehutanan, kertas bekas, dan
tanaman energi, telah lama diakui sebagai sumber
gula yang potensial dan berkelanjutan untuk biotransformasi ke biofuel dan nilai tambah produkproduk berbasis-bio.[1,6] Biomassa lignoselulosa
sangat sulit untuk dibiotransformasi, baik dengan
mikroba maupun enzim. Hal ini yang membatasi
penggunaannya dan menghambat konversinya
menjadi produk bernilai tambah.[1] Pada limbah
lignoselulosa terdapat lignin yang berperan
sebagai pelindung selulosa terhadap serangan
enzim pemecah selulosa. Komposisi kimia dan
struktur yang demikian membuat bahan yang
mengandung selulosa bersifat kuat dan keras,
sedangkan adanya ikatan hidrogen menyebabkan
selulosa tidak larut dalam air.[7, 8]
Lignoselulosa perlu diberi perlakuan delignifikasi untuk mengurangi atau menghilangkan
hambatan-hambatan tersebut. Perlakuan pendahuluan pada lignoselulosa dapat dilakukan
secara fisikawi, kimiawi, dan biologis. Perlakuan
pendahuluan secara kimiawi yang dapat dilakukan adalah perlakuan dengan asam, alkali, dan
reagen pelarut selulosa. Perlakuan delignifikasi
yang digunakan dalam penelitian ini berupa
perlakuan kimiawi menggunakan NaOH dengan
pengaturan konsentrasi dan lama perendaman
substrat. NaOH dipilih karena larutan ini cukup
efektif dalam meningkatkan hasil hidrolisis, dan
relatif lebih murah dibandingkan dengan reagen
kimia lainnya.[5,9]

Hidrolisis secara enzimatis memiliki beberapa


keuntungan jika dibandingkan dengan hidrolisis
asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula
hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih lunak
(suhu rendah, pH netral), berpotensi memberikan
hasil yang tinggi, dan biaya pemeliharaan
peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan
yang korosif. [10,11] Di sisi lain, harga enzim saat
ini mahal, untuk itu digunakan enzim kasar
dari Aspergillus niger untuk menurunkan biaya
dan meningkatkan efisiensi sakarifikasi. Enzim
tersebut digunakan sebagai biokatalis reaksi
sakarifikasi selulosa menjadi gula pereduksi.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan
penelitian untuk mendapatkan perlakuan delignifikasi selulosa ampas tebu yang terbaik sehingga
dapat digunakan dalam proses sakarifikasi
enzimatis menggunakan enzim selulase kasar
dari kapang Aspergillus niger.

BAHAN DAN METODE


Strain, kultur media, dan bahan kimia
Strain mikroba yang digunakan adalah kapang
Aspergillus niger FNU 6018 diperoleh dari
Laboratorium Mikrobiologi PAU Pangan dan
Gizi, UGM. Media untuk pemeliharaan dan
peremajaan kultur yang digunakan adalah media
Potato Dectrose Agar (PDA). Bahan baku berupa
ampas tebu diambil dari Pabrik Gula Candi Baru
Sidoarjo, Jatim. Bahan kimia yang digunakan,
yaitu NaOH, H2SO4, aquades, NaH2PO4, CaCl2,
KH2PO4, MgCl2, Urea, Dinitrosalicylic Acid
(DNS), glukosa, asam sitrat, Na-sitrat, dan buffer
sitrat.

Proses delignifikasi
Proses delignifikasi dilakukan sebagai berikut:
serbuk ampas tebu direndam sebanyak 30 g dalam larutan NaOH pada konsentrasi larutan 0, 2,
4 dan 6% pada gelas beker dengan perbandingan
1:15 (serbuk ampas tebu: larutan NaOH) selama
0, 4, 8, 12, dan 24 jam pada suhu kamar. Pada
delignifikasi serbuk ampas tebu untuk substrat
sakarifikasi dilakukan pada suhu kamar, tetapi
untuk delignifikasi substrat dalam pembuatan
enzim selulase kasar dilakukan pada suhu

25

Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

121oC. Perlakuan delignifikasi serbuk ampas


tebu untuk substrat sakarifikasi mengggunakan
suhu kamar bertujuan untuk mengurangi biaya.
Kemudian dilakukan pencucian sampai netral dan
pengeringan pada oven (Cole Parmer) suhu 105oC
sampai kering. Serbuk ampas tebu terdelignifikasi
dianalisis sifat fisikokimianya untuk menentukan
perlakuan terbaik yang akan digunakan pada
proses sakarifikasi. Perlakuan delignifikasi terbaik adalah perlakuan yang menghasilkan produk
dengan kadar selulosa dan nilai retensi air yang
tertinggi, serta kadar lignin yang terendah.

Penyiapan kultur kerja A. niger


Kultur kerja dipersiapkan dengan menginokulasikan kapang A. niger yang telah diremajakan
(dari kultur stok) ke dalam media agar miring
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Spora
biakan murni A. nger ditumbuhkan dengan cara
menggores pada permukaan media (1 ose per
tabung). Biakan murni tersebut diinkubasi pada
2527oC selama tujuh hari.

Produksi enzim selulase


Sebanyak 10 ml aquades steril dituangkan
masing-masing ke dalam biakan A. niger
dalam agar miring, kemudian dikocok agar
spora terlepas ke dalam fase cair. Sebanyak
2 g serbuk ampas tebu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan larutan
nutrien dan mineral dengan perbandingan 1:1
terhadap substrat. Larutan nutrient dan mineral
ini mengandung NaH2PO4 4,7%, CaCl 2 0,1%,
KH2PO4 1,02%, MgCl2 0,02% dan urea 0,3%.
Media yang telah berisi larutan nutrien dan
mineral diatur pH-nya dengan menambahkan
HCl 5 N sehingga menjadi pH awal 6, selanjutnya
disterilisasi pada 121oC selama 15 menit dalam
autoclave (Cole Parmer).
Suspensi spora dibuat dari A. niger yang
berumur tujuh hari, ditambahkan ke dalam
medium fermentasi pada konsentrasi 10% dan
diaduk secara aseptis di atas rotary shaker
(Gfl), selanjutnya dilakukan fermentasi selama
sembilan hari.

26

Pemanenan enzim kasar dilakukan pada akhir


fermentasi. Enzim kasar dalam erlenmeyer diaduk
dan dikocok, lalu disaring dengan kertas saring.
Filtrat yang sudah dipisahkan dari substratnya
merupakan enzim kasar yang siap digunakan
pada proses sakarifikasi. Sebelum digunakan,
enzim selulase kasar tersebut diuji aktivitasnya
terlebih dahulu.

Proses sakarifikasi dengan selulase kasar


dari A. niger
Serbuk ampas tebu terdelignifikasi terbaik ditimbang sebanyak 2 g untuk disakarifikasi dengan
enzim selulase kasar dari kapang tersebut. Sebelum
disakarifikasi substrat diberi buffer sitrat 0,05
M pH 4,8 sebanyak 100 ml dan ditambahkan
akuades sampai volumenya menjadi 200 ml.
Kemudian pH-nya diatur menjadi 4,8 dengan cara
menambahkan Na-Sitrat 0,1M. Sampel tersebut
diberi larutan enzim selulase kasar sebanyak
15 FPU/g substrat dan segera diinkubasikan
pada waterbath shaker bersuhu 50oC selama
120 jam. Kemudian sampel diambil pada akhir
sakarifikasi, hasil sakarifikasi ini disaring dan
supernatan dipindahkan ke dalam wadah khusus.
Supernatan selanjutnya dianalisis kadar gula
reduksinya (glukosa).

Analisis
Bahan baku berupa serbuk ampas tebu sebelum
dan sesudah perlakuan delignifikasi dilakukan
analisis: kadar selulosa, hemiselulosa, lignin,[7,12]
dan nilai retensi air.[13] Pada produksi enzim selulase kasar dari A. niger, kultur filtratnya dilakukan
uji aktivitas filter paperase.[14] Setelah sakarifikasi
substrat ampas tebu secara enzimatis, dilakukan
analisis kadar gula reduksi equivalen glukosa
menggunakan metode Nelson-Somogyi.[15]
Penelitian ini merupakan percobaan pola
fak torial dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK), yang dikelompokkan
berdasarkan waktu pelaksanaannya. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik
ragam (Anova) dan apabila terdapat pengaruh
perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan
uji Duncan.

Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sifat fisikokimia serbuk ampas tebu
Ampas tebu sebelum dipergunakan pada proses
delignifikasi, terlebih dahulu dilakukan tahapan
pengecilan ukuran. Tahapan ini dilakukan
dengan menghancurkan ampas tebu yang sudah
kering menggunakan alat penggiling sampai lolos
ayakan 60 mesh sehingga diperoleh serbuk ampas
tebu yang seragam. Serbuk ampas tebu digunakan
sebagai bahan baku utama dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, perlu diketahui sifat fisikokimianya. Sifat fisikokimia ampas tebu yang dianalisis
meliputi: kadar air, selulosa, hemiselulosa, lignin,
fraksi larut air panas (LAP), dan nilai retensi air
(NRA). Hasil analisis fisikokimia serbuk ampas
tebu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat fisikokimia ampas tebu
Komponen
ampas tebu

Sampel
(%)

Referensi
(%)a[7]

(%)

Air

7,92

9,67

NRA

5,10

13,88

LAP

25,37

7,86

[16]

Selulosa

40,59

42,67

37,65 52[17]

Hemiselulosa

15,91

26,26

15[16]29[18]

Lignin

17,50

17,65

13[18]30[16]

5,57

8,80[17]

Abu

Sumber: 7Gunam (1997); 16Husin (2007 dalam Anwar


(2008) 17Blackburn (1984); 18Marsden dan Gray (1986);

Komponen serat kasar ampas tebu yang


diperoleh dari penelitian terdiri dari selulosa
sebesar 40,59%, hemiselulosa 15,91%, dan lignin
17,50%. Kandungan komponen serat tersebut
hampir sama dengan data pada referensi (Tabel
1). Selulosa merupakan polimer glukosa dengan
ikatan -1,4 glikosidik yang jika dihidrolisis akan
menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa
akan menghasilkan campuran gula yang terdiri
dari glukosa, xilosa, galaktosa, arabinofiranosa,
arabinofuranosa dan manosa.[1] Glukosa, manosa
dan galaktosa merupakan gula dari golongan
heksosa, sedangkan xilosa dan arabinosa merupakan gula dari golongan pentosa.[19] Oleh karena
itu, ampas tebu berpotensi bila dijadikan produk
bernilai ekonomis yang berbasis selulosa sebagai

sumber glukosa dalam fermentasi bioetanol dan


produk-produk lainnya.

Aktivitas enzim selulase


Enzim yang digunakan dalam penelitian ini
diproduksi dari proses fermentasi kapang Aspergillus niger FNU 6018. Hasil fermentasi enzim
yang dihasilkan bergantung pada jenis substrat,
jenis mikroba dan kondisi lingkungan yang dapat
memengaruhi pertumbuhan dan metabolisme
mikroba. Selain itu, media fermentasi sebagai
penyedia nutrien sangat dibutuhkan oleh mikroba
untuk memperoleh energi, bahan pembentukan
sel dan biosintesis produk metabolisme.[19]
Produksi enzim selulase dalam penelitian
ini menggunakan substrat serbuk ampas tebu.
Serbuk ampas tebu digunakan sebagai bahan
penginduksi selulase karena mengandung selulosa yang dapat digunakan sebagai sumber
karbon untuk pertumbuhan mikroba. Aspergillus
niger pada proses fermentasi dalam menghasilkan
enzim selulase memerlukan mineral (NH4)2SO4,
KH2PO4, MgSO4, Urea, CaCl2.7H2O, FeSO4,
MnSO4.H2O. Proses fermentasi dilakukan pada
suhu 50oC pH 4,8 selama sembilan hari dengan
menggunakan shaker pada kecepatan 120 rpm.
Enzim selulase kasar dari kapang Aspergillus
niger yang dihasilkan memiliki aktivitas filter
paperase sebesar 0,747 U/ml.

Proses delignifikasi
Variabel yang diamati pada hasil proses delignifikasi, yaitu nilai retensi air dan kadar komponen
serbuk ampas tebu terdelignifikasi (hemiselulosa,
selulosa, dan lignin).
Nilai Retensi Air (NRA)
Nilai retensi air merupakan perbandingan berat
basah dan berat kering bahan setelah direndam air
selama 12 jam. Nilai retensi air meningkat pada
semua serbuk ampas tebu yang diberi perlakuan
delignifikasi. NRA pada bahan baku yang belum
didelignifikasi adalah 7,24. Nilai rata-rata NRA
serbuk ampas tebu terdelignifikasi dapat dilihat
pada Tabel 2.

27

Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

Tabel 2. Nilai rata-rata NRA serbuk ampas tebu terdelignifikasi


Konsentrasi NaOH (%)

Lama
Perendaman
(jam)

8,06 g

12,48 f

13,27 de 14,62 c

8,25 g

12,53 f

13,72 d

12

8,33 g

12,64 f

14,29 c 15,90 ab

24

8,32 g

12,84 ef

14,45 c

15,38 b
16,24 a

Keterangan: huruf sama di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)

Data pada Tabel 2 terlihat bahwa NRA


semakin meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi dan lama perendaman dengan larutan
NaOH. Nilai rata-rata NRA serbuk ampas tebu
terdelignifikasi dengan perlakuan perendaman
pada konsentrasi NaOH 6% selama 24 jam tidak
berbeda dengan perlakuan perendaman pada
konsentrasi NaOH 6% selama 12 jam.
Larutan NaOH dapat meningkatkan penggembungan dan menurunkan derajat kristalinitas
selulosa pada tingkat tertentu, karena NaOH
dapat memutuskan ikatan hidrogen terutama
ikatan inter-molekul selulosa. Putusnya ikatan
hidrogen terutama ikatan inter-molekul selulosa
menyebabkan air yang diserap lebih banyak
sehingga NRA meningkat. Nilai retensi air yang
tinggi menunjukkan bahwa penyerapan air lebih
banyak, hal ini berarti akan dapat meningkatkan
penyerapan enzim selulase ke dalam substrat
selulosa.[7] Disamping itu, enzim selulase sendiri
sangat membutuhkan air dalam menghidrolisis
selulosa menjadi gula-gula sederhana. Kondisi
ini akan dapat membantu meningkatkan hasil
sakarifikasi selulosa tersebut.

Kadar komponen serbuk ampas tebu


terdelignifikasi
Kadar komponen serbuk ampas tebu terdelignifikasi meliputi: selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai ratarata selulosa serbuk ampas tebu terdelignifikasi
dengan perlakuan perendaman pada konsentrasi
NaOH 4% selama delapan jam tidak berbeda
dengan perlakuan perendaman pada konsentrasi
NaOH 4% selama 12 dan 24 jam. Pada kondisi
tersebut, juga tidak berbeda dengan perlakuan
perendaman pada konsentrasi NaOH 6% selama
4, 8, 12, dan 24 jam. Nilai rata-rata kadar selulosa
serbuk ampas tebu terdelignifikasi dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai rata-rata kadar selulosa serbuk ampas
tebu terdelignifikasi
Konsentrasi NaOH (%)

Lama
Perendaman
(jam)

4
8

43,00 f
42,90 f

67,83 bc
60,45 e

64,08 de 69,41 a
69,34 ab 70,20 a

12
24

42,67 f
42,91 f

66,38 cd
68,46 b

72,31 a 72,49 a
72,64 a 72,21 a

28

Keterangan: huruf sama di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)

Nilai rata-rata kadar hemiselulosa serbuk


ampas tebu setelah proses delignifikasi dapat
dilihat pada Tabel 4. Sementara itu, nilai rata-rata
kadar lignin disajikan pada Tabel 5 dan untuk
lebih jelasnya perubahan nilai rata-rata kadar
lignin serbuk ampas tebu terdelignifikasi dapat
dilihat juga dalam bentuk grafik (Gambar 1).

Tabel 4. Nilai rata-rata kadar hemiselulosa serbuk ampas tebu terdelignifikasi


Konsentrasi NaOH (%)

Lama
Perendaman
(jam)

19,76

11,40

10,93

10,06

13,04 a

19,28

11,65

10,29

9,77

12,75 ab

12

16,26

10,87

9,39

9,09

11,41 c

24

17,00

10,77

10,24

9,96

11,99 bc

18,07 a

11,17 b

10,21 cd

9,72 d

Rerata

Rerata

Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

Tabel 5. Nilai rata-rata kadar lignin serbuk ampas tebu terdelignifikasi


Konsentrasi NaOH (%)

Lama Perendaman
(jam)

17,64

14,67

13,61

12,21

14,53 a

17,28

15,21

12,88

13,52

14,73 a

12

17,65

13,75

11,13

11,88

13,60 a
14,12 a

24
Rerata

Rerata

17,68

12,93

13,99

11,90

17,56 a

14,14 b

12,90 bc

12,38 c

Keterangan: Huruf sama di belakang nilai rata-rata pada baris dan kolom menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)

20

Konsentrasi
NaOH

Kadar Lignin (%)

16

0%
2%

12

4%
6%

8
4
0
0

10

15

20

25

30

Lama Perendaman (jam)

Gambar 1. Kadar lignin ampas tebu terdelignifikasi pada perlakuan konsentrasi


NaOH dan lama perendaman yang berbeda

Besarnya kehilangan hemiselulosa dan


lignin mengakibatkan persentase selulosa serbuk
ampas tebu yang diberi perlakuan delignifikasi
menjadi meningkat dari 40,59% pada bahan baku
menjadi 42,6772,64% (data tidak diperlihatkan).
Semakin tinggi konsentrasi dan lama perendaman
dengan NaOH maka semakin tinggi kadar
selulosa, sedangkan hemiselulosa, dan lignin
semakin rendah (Tabel 3, 4 dan 5). Perlakuan
ini dapat melonggarkan struktur berkas selulosa
yang ditunjukkan dengan terlepasnya lignin dan
hemiselulosa, masing-masing sampai 32,11%
dan 42,87%, dan nilai retensi air yang tinggi
15,90 (b/b). Molekul hemiselulosa yang larut
dalam alkali adalah rantai pendek dan rantai

cabang serta terjadi asetilasi gugus substituen


pada hemiselulosa, sedangkan ikatan glikosidik
intra-molekul hemiselulosa sulit dihidrolisis.
NaOH mampu menghilangkan sebagian lignin
dan hemiselulosa yang melindungi molekul
selulosa serbuk ampas tebu, sekaligus mampu
memutuskan ikatan hidrogen terutama ikatan inter
molekul selulosa sehingga selulosa berada dalam
keadaan tidak terikat. Keadaan ini menyebabkan
selulosa menjadi longgar baik terhadap ikatan
dengan komponen non-selulosa maupun pada
selulosanya sendiri sehingga enzim selulase
dapat lebih mudah kontak dengan selulosa yang
akhirnya hidrolisis selulosa menjadi gula-gula
sederhana dapat berjalan lebih sempurna.[18]

29

Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

Penentuan kondisi perlakuan yang optimal


dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
perlakuan kimiawi yang paling optimal dengan
menggunakan NaOH untuk delignifikasi sebelum
proses sakarifikasi. Dalam menentukan perlakuan
yang paling optimal dibandingkan nilai analisis
selulosa, nilai retensi air dan lignin menggunakan
hasil uji Duncan. Bila dibandingkan nilai
analisis tersebut dapat dilihat perlakuan dengan
konsentrasi NaOH 6% dan waktu perendaman
12 jam memberikan kondisi yang paling optimal
(data tidak diperlihatkan).

Proses sakarifikasi
Sakarifikasi secara enzimatis dalam penelitian
ini bertujuan untuk menghasilkan glukosa
yang nantinya dapat digunakan dalam proses
fermentasi pembuatan bioetanol. Pada dasarnya,
prinsip sakarifikasi adalah memutuskan rantai
polimer bahan menjadi unit-unit monomer yang
lebih sederhana. Pemutusan rantai polimer
tersebut dapat dilakukan secara kimiawi (asam)
dan enzimatis. Sakarifikasi enzimatis memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan sakarifikasi
asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula
hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih lunak
(suhu rendah), berpotensi memberikan hasil yang
tinggi, dan biaya pemeliharaan peralatan relatif

30

rendah karena tidak ada bahan yang korosif.[10,11]


Enzim selulase yang digunakan dalam proses
sakarifikasi pada penelitian ini, yaitu enzim kasar
yang diproduksi dari proses fermentasi kapang
Aspergillus niger. Enzim selulase kasar dari
kapang Aspergillus niger yang dihasilkan memiliki
aktivitas filter paperase sebesar 0,747 FPU/ml.
Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
laju peningkatan gula reduksi semakin berkurang
dengan meningkatnya waktu sakarifikasi,
terutama setelah 120 jam sakarifikasi. Dalam
penelitian ini, tahap sakarifikasi dilakukan
pada suhu 50oC, pH 4,8 selama 120 jam, 120
rpm. Penambahan enzim selulase pada proses
sakarifikasi sebanyak 15 FPU/g substrat. Enzim
selulase yang ditambahkan dapat menghidrolisis
fraksi serat terutama selulosa yang mempunyai
ikatan -1,4 glikosida untuk menghasilkan
glukosa. Peningkatan konsentrasi gula pereduksi
dapat disebabkan oleh serangan selulase secara
sinergis antara endoglukanase, selobiohidrolase,
dan -glukosidase. Pada tahap awal endoglukanase menghidrolisis ikatan -1,4 secara acak dan
bekerja pada bagian amorf dari serat selulosa.
Selanjutnya, selobiohidrolase menghidrolisis
ujung rantai selulosa menghasilkan selobiosa, di
mana selobiosa ini dihidrolisis oleh -glukosidase
menjadi glukosa.[19] Hasil sakarifikasi enzimatis
menggunakan 2 g serbuk ampas tebu terdelignifikasi terbaik memiliki kadar gula reduksi
sebesar 54,47 mg/100 ml. Grafik kadar gula
reduksi sakarifikasi enzimatis serbuk ampas
tebu terdelignifikasi terbaik dapat dilihat pada
Gambar 2.

60
50

Gula Reduksi (mg/100 ml)

Pengaruh alkali terhadap penghilangan lignin


terutama disebabkan oleh labilnya ikatan ester
antara selulosa dan kompleks lignin. Lignin
yang terlepas kemudian berikatan dengan alkali
membentuk kompleks lignin-alkali yang larut
dalam.[20] Penghilangan lignin pada lignoselulosa
yang kadar ligninnya sama, tetapi sumbernya
berbeda membutuhkan kepekatan larutan NaOH
yang berbeda. Sebaliknya, jenis lignoselulosa
yang sama, tetapi kadar ligninnya yang berbeda
membutuhkan kepekatan larutan NaOH yang
berbeda pula. NaOH dapat memutus ikatan antara
selulosa dengan hemiselulosa dan lignin. Di
samping itu, dapat pula memutus ikatan-ikatan
yang ada pada masing-masing komponen, seperti
ikatan hidrogen dan ikatan kovalen. Hal ini terlihat dari perubahan kadar senyawa tersebut yaitu
persentase selulosanya meningkat, sedangkan
hemiselulosa dan ligninnya menurun.[18]

40
30
20
10
0
0

20

40

60

80

100

120

140

Waktu Inkubasi (jam)

Gambar 2. Grafik kadar gula reduksi hasil sakarifikasi enzimatis selulosa ampas tebu terdelignifikasi terbaik

Delignifikasi Ampas Tebu dengan ... | Ida Bagus Wayan Gunam, dkk.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi larutan NaOH 6% dan lama
perendaman 12 jam, menghasilkan serbuk
ampas tebu terdelignifikasi terbaik dengan
kadar selulosa, hemiselulosa, lignin, dan nilai
retensi air berturut-turut adalah 72,49%, 9,09%,
11,88%, dan 15,90 (b/b). Perlakuan ini dapat
melonggarkan beberapa struktur berkas selulosa ditunjukkan dengan terlepasnya lignin dan
hemiselulosa, masing-masing sampai 32,11 dan
42,87%. Sakarifikasi enzimatis menggunakan
enzim selulase kasar dari A. niger pada ampas
tebu terdelignifikasi dengan perlakuan terbaik
sebanyak 2 g selama 120 jam menghasilkan gula
reduksi sebesar 54,47 mg/100 ml.

[7]

[8]

[9]

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Universitas Udayana yang telah membiayai penelitian ini melalui skema Hibah Penelitian Strategis
Nasional Nomor kontrak No: 0229.0/023-04.2/
XX/2009.

[10]

[11]

DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]
[3]

[4]

[5]

[6]

Lee, S.H., T.V. Doherty, R.J. Linhardt, J.S.


Dordick. (2009). Ionic Liquid Mediated Selective Extraction of Lignin From Wood Leading
to Enhanced Enzymatic Cellulose Hydrolysis.
Biotechnology and Bioengineering, 102(5):
13681376.
Prihandana, R. dan R. Hendroko. (2007). Energi
Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Khalil A.M., Al-Shawabkeh A.F., Mazahreh
A.S., Al-Damanhoory M.S. and Quasem J.M.
(2009). Utilization of Soft Wood Wastes as a
Feed Stock to Produce Fuel Ethanol. J. of Engineering and Applied Sciences, 2(2): 451455.
De Garmo E.P., Sullivan W.G. and Canada J.R.
(1984). Engineering Economy. Seventh Edition.
New York: Macmillan Publishing Company.
Gunam I.B.W., Antara N. S., dan Anggreni A.A.M.D.. (2009). Pemanfaatan limbah
lignoselulosa sebagai bahan baku pembuatan
bioetanol dengan teknik sel terimobilisasi.
Denpasar: Laporan Penelitian Hibah Strategis
Nasional, Universitas Udayana.
Himmel M.E., Ding Shi-You, Johnson D.K,
Adney W.S, Nimlos M.R., Brady J.W. and

[12]

[13]
[14]

[15]

[16]

[17]

[18]

Foust T.D. (2007). Biomass Recalcitrance:


Engineering Plants and Enzymes for Biofuels
Production Science 315, 804 DOI: 10.1126/
science.1137016
Gunam I.B.W. (1997). Perlakuan kimiawi ampas
tebu tanpa pencucian sebagai perlakuan pendahuluan untuk hidrolisis enzimatis selulosanya.
Tesis Master. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Program Pasca Sarjana,
Universitas Gadjah Mada.
Ingram L. O., Gomez P. F., Lai X. Moniruzzaman M., Wood B. E., Yomano L. P., York S.
W. (1997). Metabolic Engineering of Bacteria
for Ethanol Production. Biotechnology and
Bioengineering, 58: 23.
Gunam I.B.W., Buda K., dan Guna I M.Y.S.
(2010). Pengaruh perlakuan delignifikasi dengan larutan NaOH dan konsentrasi substrat
jerami padi terhadap produksi enzim selulase
dari Aspergillus niger NRRL A-II, 264. Jurnal
Biologi, 14(2): 5561.
Hamelinck C.N., Hooijdonk G.V., and Faaij
A.P.C. (2005). Ethanol from lignocellulosic biomass: techno-economic performance in short-,
middle- and long-term. Biomass and Bioenergy,
28: 384410.
Taherzadeh M. J. and Karimi K. (2007).
Enzyme-based hydrolysis processes for ethanol from lignocellulosic materials: a review.
BioResources, 2: 707738.
Datta R. (1981). Acidogenic Fermentation of
Lignocellulose-Acid Yield and Conversion of
Component. Biotechnol. Bioeng., P: 2167
2170
Browning B.L. (1967). Methods of Wood Chemistry. New York: Inter-science Publishers,
Darwis A.A. dan Sukara T. (1990). Isolasi, Purifikasi dan Karakteristik Enzim. Bogor: PAU
Bioteknologi IPB.
Sudarmadji S., Haryono B. dan Suhardi. (1984).
Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty,
Blackburn F. (1984). Sugar-cane. New York:
Published in The United States of America by
Longman Inc.
Anwar S. (2008). Ampas Tebu. http://bioindustri.blogspot.com/2008/04/ ampas- tebu.html.
Diakses tanggal 27 November 2009.
Marsden W.L and Gray P.P.. (1986). Enzymatic
Hydolysis of Cellulase in Lignocellulosic Material. CRC. Critical Review in Biotechnology 3:
235267.

31

Jurnal Teknologi Indonesia, Volume 34, Edisi Khusus 2011

[19] Arnata I W. (2009). Pengembangan Alternatif


Teknologi Bioproses Pembuatan Bioetanol
dari Ubi Kayu Menggunakan Trichordema
viride, Aspergillus niger dan Saccharomyces
cerevisiae. Tesis Master. Bogor: Program Studi
Teknologi Industri Pertanian, Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Diterima: 30 Mei 2011

32

[20] Dale B. E. and Moreira M. J. A. (1982). freezeexplosion technique for increasing cellulose
hydrolysis. Biotechnol. Bioeng. Symp. Ser., 12:
3143.

Revisi: 9 Agustus 2011

Disetujui: 16 Agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai