Anda di halaman 1dari 19

AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN FRAKSI ETIL ASETAT HERBA KUCING-

KUCINGAN (Acalypha indica L. ) DALAM MENINGKATKAN


IMUNOGLOBULIN


BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN


Diusulkan oleh:
Desi Animar 0704017042
Nur Azizah 080417042






FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2011


LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN FRAKSI ETIL ASETAT
HERBA KUCING-KUCINGAN (Acalypha indica L. ) DALAM MENINGKATKAN
IMUNOGLOBULIN

2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Bidang Ilmu : Kesehatan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Desi Animar
b. NIM : 0704017042
c. Jurusan : Farmasi
d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kayu Tinggi RT 012/RW 06 NO.12 Gang
Asem Cakung Timur Jakarta Timur.
No.Telp : 021-46826867
f. Alamat email : dsy_an@yahoo.co.id
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs.Priyo Wahyudi.M.Si
b. NIDN : 0304037102
c. Alamat Rumah dan No Telp./HP : Jl. Media massa no 9 RT 012/RW01
Cipinang muara Jakarta Timur
7. Biaya Kegiatan Total :
a. Dikti : Rp 7.000.000,-
b. Sumber Lain : Rp 2.800.000,-
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 Bulan

Jakarta, 5 Oktober 2011
Menyetujui,
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa Ketua Pelaksanaan



(Drs. H. Priyanto,M.Biomed.,Apt.) (Desi Animar)
NIP.D.08.0682 NIM.0704017042
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping



(Dr.H.Gunawan S,M.Hum) (Drs.H. Priyo Wahyudi.M.Si)
NIDON.03.2007.6203 NIDN :0304037102
AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN FRAKSI ETIL ASETAT HERBA KUCING-
KUCINGAN (Acalypha indica L. ) DALAM MENINGKATKAN
IMUNOGLOBULIN
LATAR BELAKANG MASALAH
Tumbuhan obat sangat penting dalam menunjang kesehatan penduduk di negara
negara berkembang seperti Indonesia yang 80% lebih penduduknya masih
mengandalkan pada pengobatan tradisional
(1)
. Indonesia merupakan negara
megabiodiversity terbesar ke 2 di dunia setelah Brazil yang hutannya menyimpan 90%
tumbuhan obat di Asia, hal tersebut sangat mendukung untuk pengembangan obat-obat
herbal
(2)
.
Salah satu tumbuhan obat yang memiliki potensi untuk diteliti dan
dikembangkan adalah herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L). Herba kucing-
kucingan termasuk tumbuhan obat yang merupakan keluarga jarak-jarakan dan
termasuk dalam famili Euphorbiaceae
(3)
. Semua bagian tanaman herba kucing-kucingan
(buah, daun, akar) secara empiris dimanfaatkan sebagai peluruh kencing, pengencer
dahak, penyakit kulit, pencahar, antiemetik, antelmentik dan antiradang
(4)
.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dari herba kucing-
kucingan juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antifungal, dan penyembuh luka
(5)
serta memiliki khasiat sebagai imunomodulator
(6,7,8,9)
. Imunomodulator adalah bahan
yang dapat mempengaruhi efek dari kekebalan tubuh dengan memperbaiki fungsi
sistem kekebalan tubuh yang terganggu atau menekan fungsi sistem kekebalan yang
berlebih
(10)

Sistem kekebalan tubuh terbagi atas sistem imun spesifik dan non spesifik.
Sistem imun spesifik dan non spesifik berinteraksi dalam menghadapi infeksi. Sistem
imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan untuk merangsang sistem
imun spesifik. Sel dendritik yang memakan antigen bermigrasi kekelenjar getah bening
dan mempresentasikan antigen yang dimakannya ke sel T. Sel T yang diaktifkan
bermigrasi ke tempat infeksi dan memberikan bantuan kepada sel NK ( Natural Killer )
dan makrofag
(11)
.
Sistem kekebalan tubuh sangat bermanfaat bagi pencegahan penyakit. Secara
alamiah tubuh sudah memiliki kekebalan berbagai infektor luar, oleh sebab itu tubuh
juga mampu mengembangkan sistem kekebalan buatan/adaptif
(12)
. Kemampuan
tanggapan imun ini dapat ditingkatkan dengan senyawa yang bersifat imunomodulator
baik berupa obat sintetik maupun obat bahan alam.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan uji ekstrak etanol 70%
herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L) secara in vitro pada konsentrasi 0,0001 %
sampai 0,1 % dapat meningkatkan aktivitas dan kapasitas makrofag
(6)
. Uji fraksi n-
heksan, etil asetat dan etanol dari ekstrak etanol 70 % herba kucing kucingan
(Acalypha indica. L) pada konsentrasi 10 % fraksi etil asetat, mempunyai nilai aktivitas
dan kapasitas yang tinggi
(7)
. Uji ekstrak etanol 70% secara in vivo pada dosis 6,2149
mg/ 20 gram BB dapat meningkatkan aktivitas makrofag dan kapasitas fagositosis
dengan parameter kliren karbon
(8)
dan pada dosis 3,1075 mg/20 gram BB memiliki
aktivitas imunomodulator terhadap respon antibodi antitetanus setelah diimunisasi
dengan toksoid tetanus
(9)
.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap aktivitas
imunomodulator secara spesifik menggunakan fraksi etil asetat herba kucing-kucingan
(Acalypha indica. L) pada mencit yang telah diinduksi sel darah merah domba (SDMD)
1% . Sel darah merah domba sebagai antigen yang merangsang pembentukan antibodi
spesifik
(13)
. Uji aktivitas imunostimulan ini menggunakan pembanding vitamin A
karena berdasarkan penelitian terdapat hubungan antara vitamin A dengan imunitas
spesifik
(14)

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang di cari pemecahannya adalah :
Apakah fraksi etil asetat herba kucing-kucingan (Acalypha indica. L) dapat mempunyai
aktivitas imunostimulator pada mencit yang diinduksi SDMD 1 % berdasarkan
peningkatan imunoglobulin ?


TUJUAN
Umum

Membuktikan aktivitas imunomodulator fraksi etil asetat herba kucing-kucingan
(Acalypha indica. L) pada mencit yang diinduksi SDMD 1 % berdasarkan peningkatan
imunoglobulin.


Khusus
Mengetahui aktivitas imunostimulator fraksi etil asetat herba kucing kucingan
terhadap imunitas adaptif yang spesifik.

LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran berupa artikel tentang aktivitas imunostimulator fraksi etil asetat herba
kucing-kucingan (Acalypha indica. L) pada mencit yang diinduksi SDMD 1 %
berdasarkan peningkatan immunoglobulin yang dapat di terima oleh jurnal ilmiah
terakreditasi.selain itu mendapatkan formula kombinasi yang lebih efektif dibandingkan
masing-masing unsur penyusunnya.

KEGUNAAN
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
manfaat (Acalypha indica. L) Selain itu, diharapkan penelitian ini akan mendorong
penelitian lain yang memanfaatkan bahan alam dan trace elemen sebagai
imunomodulator yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh..



TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Herba kucing-kucingan (Acalypha indica L.)
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Acalypha
Spesies : Acalypha indica L.

Nama daerah
Namanama daerah bagi herba kucing-kucingan tersebut antara lain; Sumatera :
Cekamas ( Melayu ). Jawa : lelatang, kucing-kucingan ,rumput kekosongan (Sunda),
Rumput bolong-bolong (Jawa)
(4)
.

Malaysia : Kucing galak
(15)
.

Jerman : Brenkraut.
Portugis , Brazil : Alcalifa. Spanyol : Hierba de cancer, ricinela. Lainnya : Indian
Acalpha/Chenile Plant.
(3)
Deskripsi

Kucing- kucingan tergolong tanaman herba merupakan gulma dengan tinggi
1,5 m,Batangnya tegak, massif, bulat, berambut, halus hijau. Daunnya tunggal,
tersebar, bentuk belah ketupat, ujung runcing, pangkal membulat, tipis, bergerigi,
pertulangan menyirip, pajang 3-4 cm, hijau. Bunganya majemuk, bentuk bulir,
berkelamin satu, diketiak daun dan ujung cabang, bulir betina lebih pendek, lebih tegak
dan lebih jorong dari pada bulir jantan, daun pelindung menjari, terbagi dalam 5-15
taju yang sempit, bunga jantan duduk dalam gelendong sepanjang sumbu bulir, bakal
buah beruang tiga, berambut, tangkai putih silindris, putih kehijauan atau merah pucat,
mahkota bulat telur, merah, bertajuk, berambut merah. Buahnya kotak, bulat hitam.
Bijinya bulat panjang, coklat, dan akarnya tunggang, putih kotor
Kandungan kimia

Daun, batang dan akar Acalypha indica L mengandung saponin dan tanin.
Batangnya juga mengandung flavonoid dan daunnya mengandung minyak atsiri,
kardenolida dan quebiakitol
(4)
.

Selain itu Acalypha indica L. Juga mengandung
alkaloid acalypus dan acalyphine
(5)
.


Manfaat tanaman

Rasa pahit, sifatnya sejuk, astringen. Daun Acalypha indica L berkhasiat untuk
pencahar obat sakit mata. Selain itu herba ini digunakan sebagai antelmentik,
ekspektoran, hipnotik, dan emetik, penelitian lainnya menunjukkan herba ini berkasiat
sebagai antipiretik, antibakteri, antifungal
(4)
dan imunomodulator dengan dosis 6,2149
mg/ 20 g BB meningkatkan aktivitas makrofag dan pada 3,1075 mg/ 20 g BB memiliki
aktivitas terhadap respon antibodi antitetanus setelah diimunisasi dengan toksoid
tetanus
(8,9)
.
Ekologi dan penyebaran
(4)

Kucing-kucingan merupakan gulma yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di
pinggir jalan, lapangan rumput, maupun lereng gunung,. kucing kucingan dapat
diperbanyak dengan biji. Daerah penyebaran Afrika : Madagaskar, Ethiopia, Somalia,
Kenya, Tanzania, Uganda, Zaire, Malawi, Mozambique. Asia : Taiwan, India,
Myanmar,Pakistan, Sri lanka, Thailand, Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea,
Filipina.
.
Preparasi Sediaan

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995). Secara umum cara
penyarian dapat di bedakan menjadi 4 cara, yaitu maserasi, perkolasi,infundasi dan
penyarian berkesinambungan (sokletasi) (Anonim, sediaan galenik, 1986)
Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi
pada keseimbangan.

Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Infundasi

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98C) selama waktu
tertentu (15-20 menit).

Soxhletasi

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.

Fraksinasi

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa senyawa berdasarkan
tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda
beda tergantung pada jenis tumbuhan
(18)
. Dalam hal ini senyawa yang diperlukan
dipisahkan dari senyawa lain yang tidak akan digunakan, sehingga fraksi yang diperoleh
mengandung senyawa yang lebih selektif

Antigen dan antibodi

Antigen

Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang
dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi. Antigen lengkap adalah antigen
yang menginduksi baik respon imun maupun bereaksi dengan produknya. Yang
disebut antigen inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan sendiri menginduksi respons
imun, tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi. Hapten dapat dijadikan
imunogen melalui ikatan dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein
pembawa
(20)
.
Antibodi

Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang mengandung
berbagai bahan larut tanpa sel bahan tersebut mengandung molekul antibodi yang
digolongkan dalam protein yang disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai
imunoglobulin. Dua cirinya yang penting adalah spesifitas dan aktivitas biologik.
Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang
terjadi setelah kontak dengan antigen antibodi yang terbentuk secara spesifik akan
mengikat antigen baru lainnya yang sejenis
(19)
.
Bila antigen pertama kali masuk kedalam tubuh, terjadilah respon imun primer
yang ditandai dengan munculnya Ig M beberapa hari setelah pemaparan. Saat antara
pemaparan antigen dan munculnya Ig M disebut lag phase. Kadar Ig M mencapai
puncaknya setelah kira kira 7 hari. Enam sampai tujuh hari setelah pemaparan, dalam
serum mulai dapat dideteksi Ig G, sedangkan Ig M mulai berkurang dan umumnya
hanya sedikit yang dapat dideteksi 4-5 minggu setelah pemaparan
(20)
.

Sel darah merah domba

Eritrosit dalam bahasa yunani eritro yang berarti darah dan sit yang berarti sel.
Pembentukan sel sel darah merah pada hewan dewasa secara normal terjadi di dalam
sumsum tulang merah. Akan tetapi pada fetus, sel darah merah juga dihasilkan oleh
hati dan limpa
(21)
. Sel darah merah domba diperoleh dari darah domba. Eritrosit pada
domba memiliki diameter 4,8 m untuk pengangkutan oksigen. Sel ini berbentuk
cakram bikonkaf dengan pinggiran sirkuler. Lama hidup eritrosit domba dewasa 146
12,9 hari diukur dengan metode serologi dan 137 hari diukur dengan metode
radioaktif
(22)
.
Pemberian suspensi SDMD (Sel darah merah domba) 1% pada mencit adalah
untuk merangsang pembentukan antibodi spesifik. SDMD 1% mempunyai sifat
antigenik yang tinggi dan tidak patogen. Antigen SDMD tersebut dapat merangsang
respon imun
(13)
. Pada suatu sistem pengujian akan menggunakan suatu serum yang
pertama-tama akan dipanaskan secara inkubasi untuk menginaktif komplemen-
komplemen yang tidak dibutuhkan dan penyerapan oleh sel darah merah domba yang
digunakan sehingga dapat menghindari kemungkinan reaksi silang, anti dari antibodi
sel darah merah domba, yang dikenal dengan Frossman antibodi yang dapat
berinteraksi secara langsung pada permukaan kontak. Ikatan antara antigen dan
antibodi yang spesifik terjadi maka tidak akan menyebabkan sel darah merah menjadi
lisis.
(23)

Vitamin A

Vitamin dan beberapa mineral penting untuk metabolisme. Vitamin merupakan
senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan
kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme
(25)
.
Vitamin A dan metabolitnya dapat meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara
mempotensiasi respon antibodi terhadap antigen T cell-dependent, meningkatkan
respon proliferasi limfosit terhadap antigen, menghambat apoptosis, dan
mengembalikan integritas dan fungsi permukaan mukosa. Vitamin A dan retinoid
terkait bisa memiliki aplikasi potensial dalam terapi untuk beberapa penyakit
menular
(26)
.

Radial Imunodifusi Tunggal

Radial imunodifusi merupakan modifikasi dari teknik difusi gel agar, digunakan
untuk mengukur jumlah imunoglobulin, komponen - komponen komplemen dan lain-
lain. Metode yang ditemukan oleh Mancini ini biasa disebut juga Single Radial
Immuno Diffusion (SRID), cara ini digunakan untuk mengukur antigen secara
kuantitatif. Antibodi yang akan diperiksa ditempatkan dalam sumur agar yang
mengandung antigen. Gambaran cincin presipitasi yang terjadi sesuai dengan kadar
antibodi. Sebaliknya antigen dapat diukur dengan menggunakan agar yang
mengandung antibodi
(30)
.
Pada radial imunodifusi antiserum spesifik ditambahkan pada gel agar sebelum
agar dituangkan ke dalam cawan, sehingga antibodi didistribusikan ke seluruh medium.
Antigen diletakkan ke dalam sumur agar
(31)
. Antigen berdifusi dari sumur ke arah luar,
dalam agar yang mengandung antibodi yang telah diencerkan, mula-mula dalam
konsentrasi yang tinggi terbentuk kompleks yang larut, antigen berdifusi lebih jauh dan
konsentrasi menurun sampai tercapai titik dimana zat yang direaksikan mendekati
proporsi optimal dan terbentuk cincin presipitasi. Konsentrasi antigen yang tinggi
menghasilkan diameter cincin yang lebih besar
(28)
seperti terlihat pada gambar 1











Gambar 1: radial imunodifusi tunggal

METODE PENELITIAN
Alat

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung maserasi, kertas
saring, timbangan, neraca analitik, kandang hewan uji, rotary evaporator, alat suntik,
cawan petri, sentrifuge, erlemeyer, becker glass, jangka sorong, mikro pipet, tabung
darah, dan alat-alat gelas lain

Bahan penelitian

Bahan uji

Bahan bahan lain meliputi : simplisia herba kucing kucingan (Acalypta indica
L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah Obat (BALITRO) Bogor, sel
darah merah domba (SDMD) yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi
Universitas Indonesia.

Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan antara lain : etanol 70%, etil asetat, n-Heksan, aquadest
steril, Vitamin A, larutan Phospate buffered saline (PBS) steril, agarosa.

Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih galur swiss webster berat badan 20 g.

Prosedur penelitian

Rancangan penelitian

Penelitian bersifat eksperimental, menggunakan rancangan acak kelompok
(RAK), digunakan karena unit unit eksperimental dilakukan pada kandang kandang
mencit. Penelitian menggunakan 25 ekor mencit jantan dengan 5 kelompok uji dengan
masing masing kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor hewan uji. Untuk menentukan
jumlah hewan uji dari tiap kelompok berdasarkan rumus Federer yaitu (t-1) (n-1) > 15, t
adalah jumlah uji dan n adalah jumlah hewan uji tiap kelompok uji tersebut.


Determinasi tanaman

Tanaman herba kucing kucingan (Acalypha indica L.) yang diperoleh dari
BALITRO Bogor sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan determinasi
untuk mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran simplisia. Determinasi
dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani Puslitbang Biologi LIPI-Bogor.

Penentuan dosis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ekstrak herba kucing
kucingan pada dosis 3,1075 mg/ 20 gram BB memiliki aktivitas imunomodulator
stimulasi kuat, sehingga diharapkan fraksi ekstrak dapat meningkatkan respon antibodi (
imunoglobulin ) serum pada mencit yang telah diinduksi SDMD 1%.
Untuk mengetahui dosis efektif dalam meningkatkan kadar imunoglobulin dibuat
tiga variasi dosis yang berbeda yaitu ;
1) Dosis I : 1,0358 mg / 20 g BB X 1/3 = 0,3453 mg / 20 gram BB
2) Dosis II : 1,0358 mg / 20 g BB X 1 = 1,0358 mg /20 gram BB
3) Dosis III : 1,0358 mg / 20 g BB X 3 = 3,1075 mg / 20 gram BB


Pembanding

Sebagai control pembanding (control positif) menggunakan vitamin A. Dosis
pemakaian Vitamin A pada mencit coba, yaitu sebesar 250 IU/ g BB. Dosis yang
dipakai dalam penelitian ini sama dengan dosis vitamin A yang dipakai oleh para
peneliti lain. Dosis ini setara dengan dosis vitamin A yang dianjurkan bagi manusia
(14)
.
Vitamin A yang digunakan berasal dari PT Ethica (Avithin) tiap ml berisi retinil
palmitat 100.000 IU.
BB mencit = 20 g/BB
Volume yang diambil:
250 IU/ g BB X 20 g BB X 10 ml = 0,5 ml
100.000 IU
Pelarut yang digunakan adalah minyak nabati yaitu minyak zaitun (Oleum olivae)
dan diberikan sesuai berat badan mencit. Jadi untuk berat badan mencit 20 g maka
diberikan minyak nabati sebanyak 0,5 ml
(14)



Pembuatan ekstrak dan fraksi uji

Serbuk halus simplisia ditimbang sebanyak 2 kg dimaserasi dengan cara
menuangkan etanol 70 % ke dalam sampel sampai seluruh sampel terendam dan pelarut
dilebihkan setinggi lebih kurang 2 cm di atas permukaan serbuk simplisia.
Tabung yang berisi rendaman tersebut ditutup dan dibiarkan selama 3 hari. Selama
perendaman, dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa senyawa yang
terdapat pada simplisia dapat lebih larut. Kemudian disaring dengan menggunakan
kertas saring dan ampasnya direndam kembali sehingga filtrat hampir tidak berwarna.
Selain itu utuk memastikan bahwa senyawa senyawa yang ada dalam simplisia tersari
seluruhnya maka dilakukan penapisan fitokimia terhadap ampasnya. Maserat yang
diperoleh kemudian diuapkan dengan penguap putar ( rotary vacum evaporator ) pada
suhu 50
o
C, sampai pelarut tidak tersisa lagi dan didapat ekstrak setengah kental.
Setelah diperoleh ekstrak setengah kental dari herba kucing kucingan dilakukan
fraksinasi ekstrak herba kucing kucingan, menggunakan beberapa pelarut yang
berbeda dengan perbandingan 1 : 1 dalam corong pisah, kemudian dihomogenkan
dengan cara dikocok selama 15 menit. Didiamkan beberapa menit sampai terbentuk
lapisan n-heksan dan etanol 70 %. Fraksi n-heksan yang terbentuk kemudian dipisahkan
dengan membuka kran corong pisah sampai lapisan n-heksan habis. Untuk memperoleh
hasil maksimal proses pemisahan fraksi dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.
Hasil fraksi n-heksan dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sehingga
diperoleh fraksi kental n-heksan, kemudian pisahan dari fraksi n-heksan dilakukan lagi
fraksinasi dengan perlakuan yang sama menggunakan pelarut etil asetat. Setelah lapisan
terpisah dengan baik kemudian alirkan fraksi etanol-air pada lapisan bawahnya.
Lakukan tiga kali pengulangan sampai fraksi n-heksan bening.
Fraksi etanol-air selanjutnya dimasukkan ke dalam corong pisah lalu tambahkan
aquadest dan etil asetat (1:1) kemudian kocok lalu diamkan hingga terbentuk dua
lapisan. Lapisan atas adalah fraksi etil asetat dan lapisan bawahnya merupakan fraksi
etanol-air. Fraksi etil asetat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator
pada suhu 50
0
C hingga diperoleh fraksi etil asetat kental


Penyiapan suspensi sel darah merah domba 1 %

Darah domba diperoleh dari laboratorium mikrobiologi FKUI. Darah segar yang
telah diberi antikoagulan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm untuk memisahkan
plasma dari sel darah merah. Setelah didapat 2 lapisan, lapisan atas yang berupa plasma
dibuang dengan menggunakan pipet Pasteur. Lapisan bawah, yaitu endapan SDMD
ditambah larutan PBS sebanyak tiga kali volume SDMD yang tersisa. Agar SDMD
tersuspensi secara homogen, maka tabung di bolak-balik perlahan-lahan sampai
beberapa kali, kemudian disentrifugasi kembali. Pencucian ini dilakukan beberapa kali
sampai didapat lapisan atas yang benar-benar jernih dan tidak berwarna.lapisan atas ini
dibuang, sehingga di dapat lapisan bawah yang merupakan suspensi SDMD 100%.
Sebanyak 0,5 ml SDMD 100 % dimasukkan ke dalam gelas ukur ditambahkan PBS
sampai 1 ml sehingga menjadi suspensi SDMD 50 %. Diambil 1 ml dari suspensi 50 %
kemudian ditambahkan PBS sampai 50 ml sehingga didapatkan suspensi SDMD 1 %.
Persiapan medium
Medium yang digunakan untuk penelitian yaitu agarosa 2 % . 2 gram agarosa
dilarutkan dalam 100 ml PBS, aduk perlahan- lahan, dipanaskan di atas waterbath 56
o
C
aduk sampai homogen ,setelah tercampur rata didinginkan 4
o
C
(32)
.

Pengelompokan Hewan Uji
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak kelompok, dua
puluh lima ekor mencit putih jantan dengan berat badan 20-30 gram dibagi secara acak
menjadi 5 kelompok perlakuan ;
1. Kelompok I : Kelompok mencit yang diberi peroral minyak zaitun (Oleum
Olivae) 1ml selama 14 hari (kontrol negatif/ K I)
2. Kelompok II : Kelompok mencit yang diinjeksi vitamin A dosis 250 IU/ g BB (
kontrol positif / K II )
3. Kelompok III : Kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 0,3453 mg/
20 g BB selama 14 hari.
4. Kelompok IV : Kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 1,0358 mg/
20 g BB selama 14 hari.
5. Kelompok V : Kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 3,1075 mg
/ 20 g BB selama 14 hari

Perlakuan hewan percobaan

Percobaan terdiri atas dua tahap, yaitu adaptasi dan tahap perlakuan. Pada tahap
adaptasi di lakukan selama 2 minggu. Pada masa adaptasi mencit diberi makanan
standar dan air minum ad libitum agar diketahui konsumsi makanan harian sebagai
acuan pemberian periode ini di tentukan jumlah pakan minimum agar mencit tetap sehat
namun tidak mengalami kenaikan berat badan yang berarti.
Periode perlakuan dilaksanakan setelah hewan uji di kelompokkan di bagi
menjadi 5 kelompok (masing-masing 5). Kelompok I kontrol negatif yaitu kelompok
mencit yang diberi peroral minyak zaitun (Oleum Olivae) 1ml selama 14 hari
.Kelompok II kontrol positif, yaitu kelompok mencit yang diinjeksi vitamin A dosis 250
IU/ g BB. Kelompok III kelompok uji I yaitu kelompok mencit yang diberi peroral
fraksi uji dosis 0,3453 mg/ 20 g BB selama 14 hari. Kelompok IV kelompok uji II yaitu
kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji dosis 1,0358 mg/ 20 g BB selama 14
hari. Kelompok V kelompok uji III yaitu kelompok mencit yang diberi peroral fraksi uji
dosis 3,1075 mg / 20 g BB selama 14 hari
Setelah dikelompokkan, masing masing mencit diambil darah lewat vena ekor
untuk menetapkan kadar imunoglobulin awal , kemudian diinduksi dengan SDMD 1 %
sebanyak 1 ml, satu jam sebelum bahan uji diberikan, lalu dilakukan pengambilan darah
ulang setelah empat belas hari perlakuan


Pemisahan serum
Setelah empat belas hari perlakuan diambil darah dari hewan uji secara kapitasi.
Pemisahan serum darah dilakukan dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 10
menit
(32)
. Serum yang terbentuk langsung diukur kadar imunoglobulinnya atau disimpan
pada suhu -20
O
C hingga dipakai untuk penelitian

Pengukuran kadar immunoglobulin

Pembuatan kurva standar

Menggunakan serum standar anti IgG, sebanyak 5 l serum diletakkan ke dalam
cawan petri kemudian ditambahkan agarosa hingga terbentuk gel agarosa, buat sumuran
pada lempeng gel agarosa diameter 2-3 mm, kemudian diteteskan sebanyak 5 l SDMD
1 % ke dalam sumuran, diinkubasi dalam lemari pendingin selama 48 jam. Cincin
presipitasi yang terbentuk diukur diameternya (mm) dengan menggunakan jangka
sorong. Kurva standar dibuat dengan menghubungkan konsentrasi serum standar
dengan diameter cincin presipitasi

Pengujian serum uji

Sebanyak 5 l serum uji fraksi, dituangkan ke dalam cawan petri, ditambahkan
agarosa diatas serum uji, sehingga terbentuk lempeng gel agarosa, buat sumuran 2-3
mm pada gel agarosa, kemudian diteteskan sebanyak 5 l SDMD 1 %. Diinkubasi
dalam lemari pendingin selama 48 jam cincin presipitasi yang terbentuk diukur
diameternya menggunakan jangka sorong. Kadar imunoglobulin (mg/dl) dapat langsung
dibaca pada kurva standar berdasarkan hasil pengukuran diameter cincin presipitasi
masing masing serum.

JADWAL KEGIATAN

Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengembangan Teknologi Agroindustri dan
Biofarmasi (LAPTIAB) BPPT, Puspiptek Serpong dan Laboratorium Farmakologi
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta Timur,

Waktu


No

Uraian
Kegiatan
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Telaah
Pustaka
X X X X X X X X X X X X X X X
2 Proposal X X X X X X
3 Penelitian X X X X X X X X X X X X X X
4 Penulisan
Laporan
X X X X X X X X X X X X X X X X

Keterangan :
X : Ada Kegiatan

NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK

Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap : Desi Animar
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 0704017042
Fakultas/Jurusan : MIPA/Farmasi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA
Waktu Untuk Kegiatan : 12 Jam / minggu

Anggota Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap : Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 0804017042
Fakultas/Jurusan : MIPA/Farmasi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA
Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam / minggu

Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
NIM :
Fakultas/Jurusan : MIPA/Farmasi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA
Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam / minggu


NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING

Biodata Dosen Pendamping
Nama Lengkap : Drs.Priyo Wahyudi,M.si
Jenis Kelamin : Laki-Laki
NIDN : 0304037102
Golongan Pangkat : -
Jabatan Fungsional : Lektor
Jabatan Struktural : -
Fakultas/ Jurusan : MIPA/Farmasi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA
Bidang Keahlian : Imunologi,Mikrobiologi & Bioteknologi
Waktu Untuk Kegiatan : 4 Jam / minggu



RANCANGAN BIAYA

Bahan

Herba kucing-kucingan 2 kg @ Rp150.000/kg Rp. 300.000
Darah Merah Domba 40 ml @2500/ml Rp. 100.000
Vitamin A 10 kapsul @ 5000/pcs Rp. 50.000
Agarosa 100 g Rp.
K
2
HP
O
4 100 g @5000/g Rp. 500.000
Minyak zaitun 300ml Rp. 35.000
Alkohol 70% 20 liter Rp. 550.000
N-Heksan 5 liter @ 21.000/liter Rp. 105.000
Etil Asetat 5 liter @ 27.000/liter Rp. 135.000
Mencit 25 ekor @ 15.000/ekor Rp. 375.000
Serum Standar 2 ml @ 1.250.000/ml RP.2.500.000
Pakan mencit 50 kg Rp. 500.000


Alat

Spuit 1 cc 100 pcs Rp. 250.000
Kapas 250gr 10 pcs Rp. 50.000
Handscoon 1 box Rp. 80.000
Cawan Petri 25 pcs Rp. 375.000
Toples 3 buah Rp. 60.000
Disposible Masker 3 lusin

Biaya Lainnya

Laboratorium Rp.600.000
Determinasi Simplisia Rp.100.000
Laporan dan Presentasi Rp.400.000
Transportasi Rp.350.000


DAFTAR PUSTAKA












LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Ketua kelompok
Nama : Desi Animar
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Desember 1981
Alamat : Jl. Kayu Tinggi Rt 012/06 no 12 Cakung Timur Jak-Tim
No Telp/HP : 021-46826867
Pendidikan :
1. SD Negeri 10 Petang Cakung Barat (1988-1994)
2. SMP Negeri 168 Jakarta Timur (1994-1997)
3. SMU Negeri 36 Jakarta Timur (1997-2000)
4. DIII Farmasi Poltekkes Jakarta II Departemen Kesehatan Jakarta Pusat (2002-
2005)
5. FARMASI Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (2008-sekarang)

Ketua kelompok




(Desi Animar)
NIM:0704017042
Anggota Kelompok
Nama : Nur Azizah
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Oktober 1984
Alamat : Jl. Malaka IV B no. 14 rt 10 rw 6 rorotan cilincing
Jakarta Utara
No Telp/HP : 081384201798
Pendidikan :
1. SD Islam Nurul Huda Cakung Barat (1991-1997)
2. SMP Umdaturrasikhien Jakarta Timur (1997-2000)
3. SMU Negeri 89 Jakarta Timur (2000-2003)
4. Akfar Bhumi Husada Jakarta Pusat (2004-2007)
5. FARMASI Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (2008-sekarang)

Anggota kelompok




(Nur Azizah)
NIM:0804017042





Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat :
No Telp/HP :
Pendidikan :
1. SD Negeri 10 Petang Cakung Barat (1988-1994)
2. SMP Negeri 168 Jakarta Timur (1994-1997)
3. SMU Negeri 36 Jakarta Timur (1997-2000)
4. DIII Farmasi Poltekkes Jakarta II Departemen Kesehatan Jakarta Pusat (2002-
2005)
5. FARMASI Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (2008-sekarang)

Anggota kelompok




()

Dosen Pendamping
Nama : Drs.Priyo Wahyudi, M.si
Tempat Tanggal Lahir : Purwokerto, 4 Maret 1971
Alamat : Jl. Media massa no 9 RT 012/RW 01 Cipinang Muara
Jakarta Timur
No Telp/HP :
Riwayat Pendidikan :
1. S1 : Biologi Unsoed
2. S2 : Biologi UI

Riwayat Pekerjaan :
Karya Ilmiah (Buku) :

1. Priyo Wahyudi, Harsoyo, Untung Suwahyono, Aris Mumpuni & Dwi
Wahyuningsih. Pengaruh Pemaparan Sinar Gamma Isotop Cobalt-60 Dosis 0,25
- 1 kGy terhadap Daya Antagonistik Trichoderma harzianum pada Fusarium
oxysporum. Berkala Penelitian HAYATI. Vol.10 No.2 Juni 2005. ISSN 0852-
6834 Terakreditasi. Hal: 143 - 151. PBI Cabang Jawa Timur
2. Priyo Wahyudi, Zaenal Abidin Retno Lestari. 2006. Teknik Isolasi Protoplasma
Kapang Trichaderma ssp. Mengganakan Enzime Lisis. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. Vol 4 Nomer 1 April 2006. ISSN 1693 - 1831. Terakreditasi Hal 19
24.
3. Priyo Wahyudi. Teknologi DNA Rekombinan untuk Menghasillkan Protein
Rekombinan Pendeteksi Toksoplasmosis. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Eksakta. Vol.3 No. 1 Agustus 2006. ISSN 1412-0224. Hal: 1 - 5. FMIPA
UHAMKA Jakarta
4. Priyo Wahyudi. Aktivitas Larvasida Ekstrak Metanol Bunga Piretrum
(Chrysanthemum cinerariifolium (Trev.) Vis.) terhadap Aedes aegypti. Jurnal
Al Azhar Indonesia. Vol. VI No. 1 Maret 2007. ISSN 1412-8659. Hal. 23 - 30
5. Priyo Wahyudi. Immobilisasi Propagul Aktif Kapang Trichoderma harzianum
dalam Formulasi Salep sebagai Produk Biofungisida. Jurnal Al Azhar
Indonesia. Vol. VI No. 2 Juni 2007. ISSN 1412-8659. Hal. 28 - 32
6. Dalia Sukmawati, Priyo Wahyudi & Supandi. Uji Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Etanol 70% Inokulum Ragi Tempe dari Berbagai Daerah di Indonesia.
FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No. 4 Agustus 2007. ISSN
1412-0224. Hal: 171 - 175. FMIPA UHAMKA Jakarta
7. Priyo Wahyudi. Flokulasi pada Mikroorganisme dan Penerapannya pada
Bioteknologi. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No.5 Desember
2007. ISSN 1412-0224. Hal: 185 -188. FMIPA UHAMKA Jakarta
8. Nurmeilis, Priyo Wahyudi & Shartykasary. Uji Toksisitas Ekstrak Etanol,
Fraksi Heksan, Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Butanol Biji Bintaro (Cerbera
manghans) dengan Metode BSLT. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta.
Vol.3 No.5 Desember 2007. ISSN 1412-0224. Hal: 195 - 198. FMIPA
UHAMKA Jakarta
9. Priyo Wahyudi. Pengaruh Irradiasi Sinar Gamma Isotop Cobalt-60 Dosis 1 - 5
kGy terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Enzim Kitinase dari Kapang
Trichoderma harzianum . Jurnal Al Azhar Indonesia. Vol. VI No. 4 Desember
2007. ISSN 1412-8659. Hal. 16 22
10. Shirly Kumala, Erlita Agustina & Priyo Wahyudi. Uji Aktivitas Antimikroba
Metabolit Sekunder Kapang Endofit Tanaman Trengguli (Cassia fistula L.).
Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol. 6 No. 2 Januari 2007. ISSN 1412-2855
Terakreditasi. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (Perhipba). 46 - 48 .
11. Shirly Kumala, Dwi Hapsari & Priyo Wahyudi. Isolasi Mikroba Endofit Ranting
Tumbuhan Trengguli (Cassia fistula L.) dan Aktivitas Enzim Xilanase. Jurnal
Bahan Alam Indonesia, Vol. 6 No. 4 Januari 2008. ISSN 1412-2855.
Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (Perhipba). ISSN 1412-2855
Terakreditasi. 139 - 144.
12. Priyo Wahyudi, Elvira Fidellia & Lena Andriyani. Aktivitas Larvasida Ekstrak
Metanol Biji Nimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap Nyamuk Aedes
aegypti dan Culex quinquefasciatus. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol.6 No. 5,
Juli 2008. ISSN 1412-2855. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami
(Perhipba). Hal. 176 179
13. Priyo Wahyudi & Ira Djanegara. Pemakaian Sel Hela dalam Uji Sitotoksisitas
Fraksi Kloroform dan Ethanol Kulit Batang Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa). Jurnal Al Azhar Indonesia.Vol. VII No. 1 Maret 2008. ISSN 1412-
8659. 18-23
14. Priyo Wahyudi. Uji toksisitas Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksan, Fraksi Etilasetat
dan fraksi air Daun Mindi (Melia azedarach L.) Terhadap Larva salina leach.
Jurnal Al Azhar Indonesia Vol VII No. 1 Maret 2008. ISSN 1412-8659. 917
15. Priyo Wahyudi. Interaksi Trichoderma harzianum dan Mikoriza Vesikula
Arbuskula Glomus manihotis pada Rhizosfer dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Al Azhar Indonesia Vol VII No.2 Juni 2008.
ISSN 1412-8659. 58 66
16. Priyo Wahyudi & Agus Supriyono. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kapang
Laut terhadap Staphylococcus aureus. FAKTA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Eksakta. Vol.3 No. 6. April 2008. ISSN 1412-0224. Hal: 227 - 234. FMIPA
UHAMKA Jakarta
17. Dalia Sukmawati & Priyo Wahyudi. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform di
Lingkungan Pasca Banjir di Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan. FAKTA
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta. Vol.3 No. 6. April 2008. ISSN 1412-0224.
Hal: 245 - 251. FMIPA UHAMKA Jakarta
18. Priyo Wahyudi & Ira Djanegara. Uji Sitoksisitas Ekstrakcara In Vitro ethanol
70% Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.) terhadap Sel WiDr Se. Jurnal Al
Azhar Indonesia. Vol VII No. 4 Desember 2008. ISSN 1412-8659. 160 168


Dosen Pendamping




(Drs.Priyo Wahyudi, M.si)
NIDN:0304037102

Anda mungkin juga menyukai