Anda di halaman 1dari 14

EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI LIMBAH KULIT UBI JALAR UNGU (Ipomoea

batatas L.) METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION


(Kajian Waktu Ekstraksi dan Rasio Bahan:Pelarut)

EXTRACTION OF ANTHOCYANIN FROM PURPLE SWEET POTATO PEEL WASTE
(Ipomoea batatas L.) WITH MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION
(Study Of Extraction Time and Solid:Liquid Ratio)

Luqman Agung W
1
, Yunianta
2

1
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP - Universitas Brawijaya, Malang
2
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP - Universitas Brawijaya, Malang


ABSTRAK

Ubi jalar ungu merupakan salah satu komoditas yang cukup melimpah di Indonesia
dengan produktivitas mencapai 1,9 juta ton per tahun. Tumbuhnya sentra-sentra
industri pengolahan ubi jalar ungu menghasilkan limbah proses produksi, salah
satunya adalah kulit hasil pengupasan. Di sisi lain, limbah kulit ubi jalar ini masih
mengandung sejumlah komponen bioaktif yang potensial, salah satunya berupa
senyawa pigmen antosianin. Ekstraksi konvensional untuk mengambil senyawa
antosianin umumnya memakan waktu lama dan melibatkan proses termal yang dapat
merusak antosianin. Untuk itu diperlukan teknik ekstraksi yang lebih efisien dalam
mengekstrak antosianin, salah satunya dengan MAE (Microwave Assisted Extraction).
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 perlakuan
yaitu waktu ekstraksi yang terdiri atas 3 level (180,240,300 detik) dan rasio bahan :
pelarut yang terdiri atas 3 level (1:10, 1:15, 1:20 b/v). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan terbaik diperoleh dari waktu ekstraksi selama 300 detik dan rasio
bahan:pelarut 1:20 (b/v), dengan kadar antosianin 729,74 mg/100 g, aktivitas
antioksidan IC
50
66,80 ppm, kadar total fenol 5134,92 ppm GAE, pH 3,04, rendemen
27,79%, tingkat kecerahan (L) 19,6, tingkat kemerahan (a*) 13,3, dan tingkat
kekuningan (b*) 7,7. Perbandingan dengan ekstraksi konvensional dengan pelarut
menujukkan ekstraksi dengan MAE menghasilkan nilai yang lebih baik pada semua
parameter yang diuji.

Kata Kunci : Kulit ubi jalar ungu, Antosianin, MAE

SUMMARY

Purple sweet potato is one of the commodities that are quite abundant in Indonesia
with the productivity reached 1.9 million tons per year. The growth of industrial centers
for processing of purple sweet potato produce waste of production process, one them
is a peel. On the other hand, peel waste of purple sweet potato still contains a number
of bioactive components, one of them is anthocyanin pigment. Conventional extraction
of anthocyanin generally take a long time and involve thermal processes that can
damage the anthocyanin. It is necessary to find a more efficient extraction techniques
to extract anthocyanin, one of them are with MAE (Microwave Assisted Extraction). The
research was carried out using Randomized Block Design with 2 treatment namely
extraction time which is made up of three levels (180,240,300 seconds) and the ratio of
solid:liquid which is made up of three levels (1:10, 1:15, 1:20 w/v). Result showed that
the best treatment is obtained from the extraction time for 300 seconds and the ratio of
solid:liquid 1:20(w/v), with the levels of anthocyanin reach 729,74 mg/100 g, antioxidant
activity IC
50
66,80 ppm, total phenols 5134,92 ppm GAE, pH 3.04, yield 27,79%, the
level of brightness (L) 19.6, the degree of redness (a*) 13.3, and yellowish level 7.7
(b*). Comparison with conventional extraction with solvent extraction shows that MAE
show better grades on all parameters tested.

Keywords : Purple sweet potato peel, Anthocyanin, MAE

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara
agraris yang berpotensi memproduksi
tanaman umbi-umbian termasuk ubi
jalar. Produktivitas ubi jalar di Indonesia
mencapai 1,9 juta ton per tahun
(BPS,2009). Di Indonesia, 89% produksi
ubi jalar digunakan sebagai bahan
pangan dengan tingkat konsumsi 7,9
kg/kapita/tahun, sedangkan sisanya
dimanfaatkan untuk bahan baku industri,
terutama saus, dan pakan ternak
(BALITKABI,2008).
Tumbuhnya sentra-sentra industri
pengolahan ubi jalar ungu menghasilkan
limbah proses produksi, salah satunya
adalah kulit hasil pengupasan ubi jalar
ungu. Di sisi lain, limbah kulit ubi jalar ini
masih mengandung sejumlah komponen
bioaktif yang potensial, salah satunya
berupa senyawa pigmen antosianin.
Antosianin merupakan jenis pigmen
merah-ungu dari golongan flavonoid
yang tersebar luas pada berbagai jenis
tanaman (Castaneda-Ovando
et.al.,2009) Intensitas warna ungu pada
seluruh bagian umbi ubi jalar ungu
menunjukkan akumulasi pigmen
antosianin (Philpott et al., 2003;
Terahara, et al., 2004). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kulit ubi
jalar ungu memiliki kadar antosianin lebih
tinggi dibanding daging umbinya
(Cevallos-Cassals and Cisneros-
Zevallos,2002; Steed and Truong,2008;
Montilla et.al.,2011).
MAE (Microwave Assisted
Extraction) atau ekstraksi dengan
bantuan gelombang mikro merupakan
proses ekstraksi yang memanfaatkan
energi yang ditimbulkan oleh gelombang
mikro dengan frekuensi 0,3 300 GHz
dalam bentuk radiasi non-ionisasi
elektromagnetik (Delazar et al.,2012).
MAE merupakan teknik ekstraksi relatif
baru yang mengkombinasikan energi
gelombang mikro dan teknik ekstraksi
konvensional dengan pelarut.
Keuntungan MAE adalah aplikasinya
yang luas dalam mengekstrak berbagai
senyawa termasuk senyawa yang labil
terhadap panas. MAE menawarkan laju
ekstraksi yang lebih tinggi, konsumsi
pelarut yang lebih rendah dan
pengurangan waktu ekstraksi yang
signifikan dibanding ekstraksi
konvensional (Santos-Buelga et
al.,2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh waktu ekstraksi
dan rasio bahan:pelarut dalam MAE
terhadap karakteristik kimia dan fisik
ekstrak antosianin dari limbah kulit ubi
jalar ungu.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat
Alat-alat yang digunakan untuk
ekstraksi antosianin meliputi : pengering
kabinet, ayakan 60 mesh, blender
(Cosmos), neraca analitik (Denver
Instrument M-310), microwave oven
(Samsung M745, 2450 MHz, max 800
Watt), sentrifuse (Universal PLC-012E),
corong kaca, botol kaca, kertas saring,
aluminium foil, dan berbagai macam
glassware (gelas beaker, erlenmeyer,
gelas ukur, labu ukur).
Alat yang digunakan untuk
analisa pada penelitian ini meliputi
cawan petri, labu ukur, gelas ukur, pipet
tetes, pipet ukur, gelas beaker,
erlenmeyer, spatula, bola hisap, corong,
tabung reaksi, oven (Memmert U.30),
desikator, color reader (Minolta CR-
100), spektrofotometer dan kuvet
(Unico UV-2100), Vortex mixer (LW
Scientific), sentrifuse (Universal PLC-
012E), pH meter (Ezido).

Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah limbah kulit ubi jalar
ungu yang diperoleh dari SPAT (Sentra
Pengembangan Argroindustri Terpadu),
Lawang Jawa Timur.
Bahan yang digunakan untuk
ekstraksi antosianin adalah etanol
dengan kemurnian teknis 96%, asam
tartarat teknis yang diperoleh dari toko
kimia Makmur Sejati Malang. Bahan
kimia untuk Analisa menggunakan grade
PA (Pro Analysis) meliputi HCL pekat,
asam asetat, KCL, buffer pH 1, buffer pH
4,5,dan aquades yang diperoleh dari
toko kimia Makmur Sejati Malang. DPPH
(1,1-Diphenyl-2-picryl-hydrazyl) dan Na-
Asetat diperoleh dari Laboratorium
Biokimia dan Nutrisi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.

Metode Penelitian
Penelitian ini disusun
menggunakan Rancangan Acak
Kelompok dengan 2 faktor perlakuan
yaitu waktu ekstraksi (W) yang terdiri
atas 3 level dan faktor kedua yaitu rasio
bahan : pelarut (R) yang terdiri atas 3
level. Masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27
satuan percobaan.
Faktor I (W) : Waktu ekstraksi
W1 : 180 detik
W2 : 240 detik
W3 : 300 detik
Faktor II (R) : Rasio Bahan : Pelarut
(etanol 96% - asam tartarat 0,75%) (b/v)
R1 : 1:10 (b/v)
R2 : 1:15 (b/v)
R3 : 1: 20 (b/v)

Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Bubuk Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu (Modifikasi Huang et.al.,2010)
Limbah kulit ubi jalar ungu yang
baru didapat disortasi dan dicuci untuk
menghilangkan bekas-bekas tanah
kemudian ditiriskan. Selanjutnya, Limbah
kulit kemudian dikeringkan dengan
pengering kabinet suhu 50C selama 12
jam. Kulit yang telah kering kemudian
diblender hingga halus dan diayak
dengan ayakan 60 mesh. Bubuk kulit
yang telah diayak disimpan dalam toples
gelap untuk digunakan pada tahap
selanjutnya.

Ekstraksi Antosianin dengan Metode
MAE (Modifikasi Zou et.al.,2012)
Bubuk kulit ditimbang sebanyak
10 gram, dimasukkan dalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan pelarut etanol-
asam tartarat 0,75% (b/v) dengan
volume sesuai rancangan percobaan
(1:10, 1:15, 1:20( b/v)). Erlenmeyer
diletakkan di atas magnetic stirer
selama 15 menit untuk memberi waktu
penetrasi pelarut ke dalam bahan.
Erlenmeyer kemudian dimasukkan
dalam microwave oven dengan daya
diatur 80 watt, waktu ekstraksi diatur
sesuai rancangan percobaan
(180,240,300 detik). Setelah proses
ekstraksi selesai, sampel didinginkan
pada suhu ruang, kemudian disentrifuse
dengan kecepatan 4000 rpm selama 10
menit suhu 25C. Supernatan yang
didapat dilewatkan pada kertas saring
sehingga diperoleh filtrat antosianin
bebas ampas. Filtrat dipekatkan dengan
rotary vacuum evaporator suhu 40C,
tekanan 200 mBar sehingga didapatkan
konsentrat pekat antosianin. Konsentrat
kemudian disimpan dalam botol gelap
dan dihembus dengan nitrogen untuk
mengusir oksigen dalam head space,
botol ditutup dan disimpan dalam lemari
pendingin suhu 4C sampai siap
dianalisa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kadar Antosianin Ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu
Rerata kadar antosianin ekstrak
antosianin limbah kulit ubi jalar ungu
akibat perlakuan waktu ekstraksi dengan
microwave dan rasio bahan : pelarut
berkisar antara 521,84 729,74 mg/100
g.
Kadar antosianin ekstrak
cenderung meningkat dengan semakin
lamanya waktu ekstraksi dengam
microwave. Hal ini disebabkan karena
semakin lama waktu ekstraksi, semakin
lama pula bahan akan terpapar radiasi
gelombang mikro dari microwave oven,
mengakibatkan pecahnya jaringan bahan
sehingga mengeluarkan zat terlarut
(solute) ke dalam pelarut (solvent)
(Navas et.al.,2012).

Gambar 1. Grafik Rerata Kadar
Antosianin Ekstrak Antosianin
Limbah Kulit Ubi Jalar Ungu Akibat
Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Rasio
Bahan:Pelarut (b/v)

Dari gambar 1 terlihat bahwa
Mandal et.al.(2007) juga menjelaskan
bahwa secara umum, semakin lama
waktu ekstraksi, kuantitas bahan yang
terekstrak juga akan semakin meningkat.
Delazar et al.(2012) mengemukakan
bahwa energi gelombang mikro
menyebabkan pergerakan molekuler
dengan cara migrasi ion dan rotasi dipol.
Pergerakan yang sangat cepat ini
menghasilkan friksi atau gesekan yang
akhirnya mengasilkan energi panas
dalam bahan sehingga dinding sel
maupun jaringan bahan akan rusak, dan
solute akhirnya dapat keluar.
Rerata kadar antosianin
berbanding lurus dengan rasio
bahan:pelarut. Delazar et.al.(2012)
menyatakan bahwa pelarut yang
digunakan dalam MAE harus mempunyai
volume yang cukup untuk merendam
matriks bahan selama proses iradiasi
gelombang mikro sehingga proses
pengeluaran solute bisa berjalan lebih
optimal. Diduga bahwa rasio
bahan:pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini belum mencapai titik
optimumnya ataupun titik jenuhnya ,
sehingga rasio bahan:pelarut 1:10 (b/v)
sampai dengan 1:20 (b/v) masih
memberikan efek kenaikan kadar
antosianin ekstrak. Hasil ini serupa
dengan laporan Yang and Zhai (2010)
tentang ekstraksi antosianin dari tongkol
jagung ungu dengan metode MAE,
dimana rasio bahan:pelarut 1:20 (b/v)
menghasilkan kadar antosianin yang
lebih tinggi dibanding rasio bahan:pelarut
1:10 (b/v).

2. Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu
Rerata aktivitas antioksidan IC
50

ekstrak antosianin limbah kulit ubi jalar
ungu akibat perlakuan waktu ekstraksi
dengan microwave dan rasio bahan :
pelarut berkisar antara 82,88 66,80
ppm.

Gambar 2. Grafik Rerata Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Antosianin
Limbah Kulit Ubi Jalar Ungu Akibat
Pengaruh Waktu Ekstraksi Dan Rasio
Bahan:Pelarut (b/v)

Gambar 2 menunjukkan aktivitas
antioksidan mengalami peningkatan
seiring meningkatnya waktu ekstraksi
dengan microwave. Nilai IC
50

menunjukkan konsentrasi sampel yang
diperlukan untuk menangkal 50% radikal
bebas DPPH. Semakin rendah nilai IC
50

suatu sampel menunjukkan semakin
tingginya aktivitas antioksidan
(Pourmorad et.al.,2006). Meningkatnya
aktivitas antioksidan seiring
meningkatnya waktu ekstraksi
dikarenakan kadar antosianin yang
terekstrak juga semakin banyak.
Antosianin termasuk dalam golongan
flavonoid yang dapat berperan sebagai
antioksidan (Bueno et.al.,2012). Ketika
waktu iradiasi gelombang mikro
meningkat, bahan akan menyerap energi
semakin banyak sehingga lebih banyak
jaringan dan dinding sel bahan yang
pecah, menyebabkan antosianin
semakin banyak keluar. Akibatnya
aktivitas antioksidan akan semakin
meningkat. Kahkonen and Heinonen
(2003) juga melaporkan bahwa
antosianin menunjukkan aktivitas
penghambatan terhadap radikal bebas
DPPH.
Terjadi peningkatan aktivitas
antioksidan ekstrak antosianin limbah
kulit ubi jalar ungu dengan semakin
meningkatnya jumlah pelarut yang
digunakan sampai rasio bahan:pelarut
1:20 (b/v). Hal ini disebabkan karena
semakin banyaknya antosianin yang
terekstrak seperti telah dijelaskan
sebelumnya. Diduga, jika rasio
bahan:pelarut semakin tinggi, maka luas
medan elektromagnetik akan semakin
besar sehingga kontak antara matriks
bahan dengan energi microwave akan
semakin besar pula. Akhirnya kerusakan
(disruption) pada material jaringan bahan
akan semakin optimal. Namun perlu
diperhatikan bahwa semakin besar
volume pelarut yang digunakan akan
membutuhkan energi dan waktu yang
lebih banyak pula untuk memisahkan
pelarut pada tahap purifikasi selanjutnya
(Gao et.al.,2006).

3. Kadar Total Fenol Ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu
Rerata kadar total fenol ekstrak
antosianin limbah kulit ubi jalar ungu
akibat perlakuan waktu ekstraksi dengan
microwave dan rasio bahan : pelarut
berkisar antara 4785,71 5134,92 ppm
GAE (Gallic Acid Equivalent).
Gambar 3 memperlihatkan
bahwa kadar total fenol mengalami
peningkatan dengan semakin lamanya
waktu ekstraksi dengan microwave.
Meningkatnya kadar total fenol
dikarenakan semakin banyaknya
antosianin yang terekstrak ketika
semakin lama bahan diiradiasi dengan
gelombang mikro. Antosianin merupakan
grup besar dari metabolit sekunder
tanaman yang termasuk golongan
flavonoid dan merupakan turunan
polifenol (Bueno et.al.,2012). Karena
merupakan senyawa turunan polifenol,
maka antosianin akan terhitung saat
analisa total fenol.

Gambar 3. Grafik Rerata Kadar Total
Fenol Ekstrak Antosianin Limbah
Kulit Ubi Jalar Ungu Akibat Pengaruh
Waktu Ekstraksi dan Rasio
Bahan:Pelarut (b/v)

Sariburun et.al.(2010)
menyebutkan bahwa kadar antosianin
berkorelasi dengan kadar total fenol
pada ekstrak blackberry dan raspberry.
Tingginya kadar total fenol diduga
karena waktu iradiasi yang lebih lama
menyebabkan efek rotasi dipol yang
terjadi akan lebih optimal. Efek ini
menyebabkan temperatur pelarut naik
secara cepat dan tiba-tiba yang
menaikkan kelarutan senyawa target.
Pemanasan pelarut oleh gelombang
mikro terjadi ketika molekul dari pelarut
yang bersifat polar tidak bisa
menyesuaikan diri dengan medan listrik
berfrekuensi tinggi yang dihasilkan
gelombang mikro. Hal ini menyebabkan
molekul pelarut mendisipasi energi yang
diserapnya dalam bentuk panas. Panas
yang naik secara drastis menyebabkan
kerusakan sel (cell rupture) sehingga
senyawa target dapat keluar sel menuju
solvent di sekitarnya (Hayat et.al.,2009).
Kadar total fenol ekstrak
antosianin limbah kulit ubi jalar ungu
berbanding lurus dengan rasio
bahan:pelarut. Hal ini disebabkan karena
saat rasio bahan:pelarut semakin tinggi,
kelarutan senyawa target akan semakin
besar sehingga menyebabkan yield
ekstraksi semakin besar, dalam hal ini
kadar total fenol (Zhang et.al.,2011). Gao
et.al.(2006) menduga bahwa fenomena
tingginya kadar fenol seiring
meningkatnya rasio bahan:pelarut
disebabkan karena semakin banyak
pelarut akan meningkatkan tingkat
penyerapan energi gelombang mikro
oleh bahan sampai volume tertentu,
sehingga kerusakan jaringan bahan akan
semakin optimal dan akhirnya
mengeluarkan senyawa fenol lebih
banyak.

4. pH Ekstrak Antosianin Limbah Kulit
Ubi Jalar Ungu
Rerata pH ekstrak antosianin
limbah kulit ubi jalar ungu akibat
perlakuan waktu ekstraksi dengan
microwave dan rasio bahan : pelarut
berkisar antara 3,04 3,73.

Gambar 4. Grafik Rerata pH Ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu Akibat Pengaruh Waktu
Ekstraksi Dan Rasio Bahan:Pelarut
(b/v)
Gambar 4 menunjukkan nilai pH
mengalami penurunan seiring
meningkatnya waktu ekstraksi dengan
microwave. Routray and Orsat (2012)
menyebutkan bahwa pH merupakan
salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi efisiensi suatu proses
ekstraksi dengan MAE. Semakin
turunnya nilai pH dengan semakin
lamanya waktu ekstraksi dengan
microwave diduga berhubungan dengan
energi gelombang mikro yang dapat
meningkatkan ionisasi asam di dalam
pelarut. Li et al. (2012) menduga bahwa
energi gelombang mikro menyebabkan
asam yang digunakan dalam proses
ekstraksi meng-ion lebih kuat. Akibatnya
lebih banyak ion H
+
(proton) yang
dilepaskan, dan energi gelombang mikro
membuat ion-ion polar ini bergerak
bebas dalam larutan. Semakin banyak
ion H
+
berarti akan menurunkan nilai pH
menjadi semakin kecil. Walaupun jumlah
asam dalam tiap perbandingan pelarut
dibuat sama (0,75% dari total volume
pelarut), tendensi asam untuk
melepaskan ion H+ diduga bertambah
seiring meningkatnya waktu ekstraksi.
pH yang rendah ini bagus untuk kondisi
ekstraksi antosianin, dimana antosianin
lebih stabil pada pH asam (Castaneda-
Ovando et al.,2009).
Semakin tinggi rasio
bahan:pelarut, maka nilai pH cenderung
semakin turun. Volume pelarut yang
semakin besar diduga akan menaikkan
kelarutan asam yang digunakan untuk
proses ekstraksi, sehingga tingkat
ionisasi juga akan semakin bertambah.
Jika kelarutan asam semakin baik, maka
kecenderungan untuk melepas proton
(ion H
+
) juga semakin besar. Energi
gelombang mikro akan menambah daya
ionisasi asam yang digunakan, sehingga
lebih banyak ion H+ yang terlepas ke
dalam larutan (Li et.al.,2012). Akibatnya
pH ekstrak menjadi turun.

5. Rendemen Ekstrak Antosianin
Limbah Kulit Ubi Jalar Ungu
Rerata rendemen ekstrak
antosianin limbah kulit ubi jalar ungu
akibat perlakuan waktu ekstraksi dengan
microwave dan rasio bahan : pelarut
berkisar antara 12,38 27,79 %.
Dari gambar 5 terlihat rendemen
mengalami peningkatan dengan
meningkatnya waktu ekstraksi dengan
microwave. Mandal et.al.(2007)
menyebutkan bahwa secara umum,
semakin lama waktu ekstraksi pada
MAE, kuantitas bahan yang terekstrak
juga akan semakin meningkat. Hal yang
sama juga dijelaskan oleh Routray and
Orsat (2012) yang menyebutkan pada
umumnya rendemen hasil ekstraksi
berbanding lurus dengan waktu iradiasi
dengan gelombang mikro sampai taraf
tertentu. Fenomena ini terjadi karena
difusi senyawa terget dari matriks bahan
ke dalam pelarut akan meningkat
dengan semakin lamanya waktu
ekstraksi hingga level tertentu
(Krishnaswamy et al.,2012).

Gambar 5. Grafik Rerata Rendemen
Ekstrak Antosianin Limbah Kulit Ubi
Jalar Ungu Akibat Pengaruh Waktu
Ekstraksi dan Rasio Bahan:Pelarut
(b/v)

Semakin lama waktu paparan
gelombang mikro, maka semakin banyak
pula energi yang terserap oleh bahan,
akibatnya perusakan sel matriks bahan
juga semakin meningkat sehingga
solute lebih banyak keluar (Delazar
et.al.,2012).
Semakin tinggi rasio
bahan:pelarut, maka rendemen
cenderung semakin meningkat. Hal ini
diduga karena semakin besar volume
pelarut yang digunakan, maka
pengeluaran senyawa target (solute) ke
dalam pelarut (solvent) dapat berjalan
lebih optimal dan kemungkinan pelarut
mengalami kejenuhan juga bisa
dihindari. Delazar et.al.(2012)
menjelaskan bahwa pelarut yang
digunakan dalam MAE harus mempunyai
volume yang cukup untuk merendam
matriks bahan selama proses iradiasi
gelombang mikro sehingga proses
pengeluaran solute bisa berjalan lebih
optimal. Hasil penelitian Yang and Zhai
(2010) juga menyebutkann hal yang
serupa, dimana tongkol jagung ungu
yang diekstrak dengan metode MAE,
menghasilkan rendemen antosianin yang
lebih besar pada perlakuan rasio
bahan:pelarut 1:20 (b/v) dibanding rasio
bahan:pelarut 1:10 (b/v).

6. Tingkat Kecerahan (L) Ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu
Rerata tingkat kecerahan (L)
ekstrak antosianin limbah kulit ubi jalar
ungu akibat pengaruh waktu ekstraksi
dan rasio bahan:pelarut berkisar antara
19,6 sampai dengan 21,5.

Gambar 6. Grafik Rerata Tingkat
Kecerahan (L) Ekstrak Antosianin
Limbah Kulit Ubi Jalar Ungu Akibat
Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Rasio
Bahan:Pelarut (b/v)

Gambar 6 memperlihatkan
bahwa semakin lama waktu ekstraksi,
maka tingkat kecerahan ekstrak
antosianin cenderung turun. disebabkan
karena jumlah antosianin yang terekstrak
juga semakin banyak. Semakin banyak
antosianin yang terekstrak menyebabkan
warna ekstrak semakin gelap, sehingga
nilai kecerahan menjadi turun. Bueno
et.al.(2012) menyebutkan bahwa warna
antosianin sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi dan jenis antosianin. Lebih
lanjut, Cavalcanti et al.(2011)
menjelaskan bahwa bertambahnya
konsentrasi antosianin dalam ekstrak
menyebabkan stabilitas antosianin
bertambah sehingga warna menjadi lebih
pekat dan gelap.
Semakin tinggi rasio
bahan:pelarut menyebabkan rerata
tingkat kecerahan menurun. Sama
seperti pengaruh waktu ekstraksi,
menurunnya tingkat kecerahan pada
rasio bahan:pelarut yang semakin tinggi
disebabkan oleh bertambahnya
konsentrasi antosianin yang terekstrak
seiring volume pelarut yang semakin
besar. Yang and Zhai (2010)
menemukan bahwa semakin rendah
konsentrasi antosianin, maka nilai L akan
semakin tinggi begitu pula sebaliknya.
Gonnet (1998) juga mengemukakan hal
yang sama, dimana semakin tinggi
konsentrasi pigmen, menyebabkan
turunnya tingkat kecerahan dan warna
akan menjadi lebih gelap. Fenomena ini
diduga berkaitan dengan semakin
banyak gugus chromophore. Gugus
chromophore adalah gugus pembawa
warna pada suatu pigmen (Delgado-
Vargas et.al.,2000), dimana semakin
tinggi konsentrasi pigmen maka jumlah
gugus chromophore akan semakin
banyak yang menyebabkan warna
menjadi lebih gelap.

7. Tingkat Kemerahan (a*) ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu
Rerata tingkat kemerahan (a*)
ekstrak antosianin limbah kulit ubi jalar
ungu akibat pengaruh waktu ekstraksi
dan rasio bahan:pelarut berkisar antara
7,9 sampai dengan 13,3.

Gambar 7. Grafik Rerata Tingkat
Kemerahan (a*) Ekstrak Antosianin
Limbah Kulit Ubi Jalar Ungu Akibat
Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Rasio
Bahan:Pelarut (b/v)

Gambar 7 menunjukkan tingkat
kemerahan (a*) ekstrak antosianin
limbah kulit ubi jalar ungu cenderung
naik dengan meningkatnya waktu
ekstraksi. Hal ini disebabkan karena
semakin lama waktu ekstraksi dengan
microwave, maka jumlah antosianin yang
terekstrak juga semakin banyak seperti
telah dijelaskan sebelumnya. Gonnet
(1998) menjelaskan bahwa semakin
tinggi konsentrasi pigmen antosianin
menyebabkan meningkatnya chroma,
dimana dipengaruhi oleh tingkat
kemerahan ekstrak yang semakin tinggi.
Hasil serupa dilaporkan oleh Diniyah
dkk.(2010) yang mengekstrak antosianin
dari kulit terung jepang dan menemukan
bahwa tingkat kemerahan ekstrak
dipengaruhi oleh konsentrasi antosianin.
Pada ekstraksi antosianin dari tongkol
jagung ungu dengan MAE juga
ditemukan bahwa kadar antosianin
mempengaruhi tingkat kemerahan
ekstrak yang ditandai dengan
meningkatnya nilai chroma (Yang and
Zhai,2010).
Semakin tinggi rasio
bahan:pelarut menyebabkan rerata
tingkat kemerahan cenderung
meningkat. meningkatnya tingkat
kemerahan disebabkan karena
meningkatnya kadar antosianin pada
rasio bahan:pelarut yang semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Gonnet
(1998) dan Yang and Zhai (2010) yang
menyatakan konsentrasi antosianin
dapat meningkatkan tingkat kemerahan
ekstrak antosianin yang berhubungan
dengan nilai chroma. Nilai tingkat
kemerahan pada penelitian ini serupa
dengan hasil penelitian Trisnanto (2009)
tentang ekstraksi antosianin dari daging
umbi ubi jalar ungu dimana dihasilkan
tingkat kemerahan berkisar antara 8,3
11,7.

8. Tingkat Kekuningan (b*) Ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu
Rerata tingkat kekuningan (b*)
ekstrak antosianin limbah kulit ubi jalar
ungu akibat pengaruh waktu ekstraksi
dan rasio bahan:pelarut berkisar antara
6,5 sampai dengan 7,7.
Gambar 8 menunjukkan tingkat
kekuningan (b*) ekstrak antosianin
limbah kulit ubi jalar ungu cenderung
naik dengan meningkatnya waktu
ekstraksi dan meningkatnya rasio
bahan:pelarut. kemungkinan
berhubungan dengan semakin
banyaknya kadar antosianin yang
terekstrak.

Gambar 8. Grafik Rerata Tingkat
Kekuningan (b*) Ekstrak Antosianin
Limbah Kulit Ubi Jalar Ungu Akibat
Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Rasio
Bahan:Pelarut (b/v)

Garcia-Viguera and Bridle (1999)
menemukan bahwa antosianin yang
terdegradasi dan konsentrasinya
semakin kecil berefek pada semakin
kecilnya tingkat kekuningan (nilai b*).
Gonnet (1998) menyatakan bahwa
warna antosianin yang terlihat secara
visual merupakan interaksi berbagai
komponen warna antara lain L,a*, dan
b*, sehingga tingkat kekuningan
bereperan dalam menyusun warna
antosianin. Hasil yang serupa juga
dilaporkan oleh Kurniati (2011) dimana
semakin tinggi konsentrasi antosianin
menyebabkan tingkat kekuningan
cenderung semakin meningkat.

9. Pemilihan Perlakuan Terbaik
Perlakuan terbaik akibat
pengaruh waktu ekstraksi dan rasio
bahan:pelarut dipilih dengan
menggunakan metode Multiple Attribute
(Zeleny, 1982). Penilaian meliputi
parameter fisik dan kimia dari ekstrak
antosianin limbah kulit ubi jalar ungu.
Perlakuan terbaik dipilih berdasarkan
tingkat kerapatannya, dimana perlakuan
yang memiliki tingkat kerapatan paling
kecil dinyatakan sebagai perlakuan
terbaik.
Sebagai perlakuan kontrol,
dilakukan ekstraksi antosianin limbah
kulit ubi jalar ungu menggunakan metode
konvensional (Modifikasi Huang
et.al.,2010). Ekstraksi dilakukan
menggunakan shaker waterbath bersuhu
42C selama 45 menit. Sebagai pelarut
digunakan etanol yang diasamkan
dengan asam tartarat 0,75% dengan
rasio bahan:pelarut sama dengan
perlakuan terbaik (1:20 b/v). Nilai
parameter perlakuan terbaik dan
perlakuan kontrol dapat dilihat pada tabel
1.


Tabel 1. Karakteristik Kimia dan Fisik Ekstrak Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu Berdasarkan Perlakuan Terbaik dan Perbandingannya Dengan Perlakuan
Kontrol
Parameter
Perlakuan Terbaik
(MAE,300 detik,
rasio bahan:pelarut
1:20 b/v)
Kontrol (Maserasi,45
menit, rasio bahan :
pelarut 1:20 b/v)
Uji t
(5%)
Kadar antosianin
(mg/100g)
729,74 473,41 *
Aktivitas antioksidan
IC
50
(ppm)
66,80 85,94 *
Total Fenol (ppm GAE) 5134,92 4738,10 *
pH 3,04 3,06 *
Rendemen (%) 27,79 22,58 *
Tingkat kecerahan (L) 19,6 22.3 *
Tingkat kemerahan (a*) 13,3 8,4 *
Tingkat kekuningan
(b*)
7,7 6,8 *
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata, * = berbeda nyata(=0,05)

Dari tabel 1 dapat terlihat bahwa
ekstrak antosianin hasil perlakuan
terbaik memiliki nilai paramater yang
lebih baik dibandingkan ekstrak
antosianin hasil ekstraksi konvensional
yang dibuktikan dengan uji t (=0,05).
Hal ini membuktikan bahwa teknik
ekstraksi MAE dapat digunakan sebagai
alternatif yang lebih baik dalam
mengekstrak antosianin dari bahan alam.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh
beberapa penelitian lain yang
menunjukkan ekstraksi antosianin
dengan MAE menghasilkan yield yang
lebih tinggi dibanding teknik ekstraksi
konvensional (Sun et.al.,2007; Yang and
Zhai,2010; Zou et.al.,2012). Ekstraksi
konvensional dengan pelarut
membutuhkan waktu yang lama jika
dibandingkan dengan ekstraksi dengan
microwave, membutuhkan panas yang
digunakan untuk memicu laju transfer
massa di dalam sistem ekstraksi.
Sebaliknya MAE menawarkan laju
ekstraksi yang cepat (fast extraction
process), dimana energi gelombang
mikro ditransfer secara efisien menuju
bahan melalui mekanisme interaksi
molekuler di dalam medan
elektromagnetik sehingga terjadi transfer
energi yang cepat dan efisien (rapid) ke
dalam pelarut dan matriks bahan (Yang
and Zhai,2010).

10. Uji Stabilitas Warna Ekstrak
Antosianin Perlakuan Terbaik
Terhadap pH
Untuk menguji stabilitas warna
antosianin dari limbah kulit ubi jalar ungu
terhadap pH maka dilakukan pengujian
dengan beberapa titik pH yaitu dari pH 1
sampai dengan pH 5. Grafik stabilitas
warna antosianin terhadap pengaruh pH
dapat dilihat pada gambar 9.
Dari gambar 9 terlihat bahwa
stabilitas antosianin sangat dipengaruhi
oleh nilai pH. Pada grafik terlihat bahwa
intensitas warna yang ditunjukkan oleh
nilai absorbansi, nilainya semakin
menurun dengan semakin naiknya nilai
pH. Pada pH 1 dan 2 penurunan nilai
absorbansi kurang signifikan. Namun
mulai pH 3 sampai dengan pH 5 nilai
absorbansi mengalami penurunan
secara tajam. Hasil ini serupa dengan
penelitian Sari et.al.(2012) yang
mengekstrak antosianin dari buah duwet,
dimana pada pH 1 dan pH 2 antosianin
memiliki absorbansi yang paling besar,
namun mulai menurun drastis dari pH 4
ke pH 6.

Gambar 9. Stabilitas Ekstrak
Antosianin Limbah Kulit Ubi Jalar
Ungu Perlakuan Terbaik Terhadap
Pengaruh pH

Penurunan absorbansi yang berefek
pada perubahan warna terjadi karena
adanya degradasi antosianin yang
disebabkan oleh perubahan kation
flavilium yang berwarna merah menjadi
basa karbinol yang akhirnya menjadi
kalkon yang tidak berwarna (Castaneda-
Ovando et al.,2009).

11. Uji Stabilitas Warna Ekstrak
Antosianin Perlakuan Terbaik
Terhadap Suhu
Untuk mengetahui stabilitas
warna antosianin limbah kulit ubi jalar
ungu terhadap suhu maka dilakukan
pemanasan ekstrak antosianin pada
suhu 40, 60, 80, dan 100C selama 3
jam. Grafik persentase retensi warna
antosianin akibat pengaruh suhu dan
lama pemanasan dapat dilihat pada
gambar 10.

Gambar 10. Persentase Retensi Warna
Antosianin Perlakuan Terbaik Akibat
Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan

Dari gambar 10 dapat dilihat
bahwa secara umum, absorbansi
antosianin pada panjang gelombang
maksimum mengalami penurunan seiring
dengan semakin meningkatnya suhu dan
waktu pemanasan. Penurunan
absorbansi ini menandakan sebagian
antosianin mengalami degradasi karena
panas. Pada pemanasan suhu 40 dan
60C, penurunan nilai retensi warna
tidak begitu signifikan. Namun pada suhu
80 dan 100C, penurunan retensi warna
terjadi cukup tinggi, dimana retensi
warna terendah pada suhu 100C
selama 3 jam mencapai 70,36%.
Mekanisme degradasi termal pada
antosianin belum bisa sepenuhnya
dijelaskan, namun Patras et.al.(2010)
menduga bahwa terjadinya degradasi
antosianin akibat pengaruh suhu
disebabkan oleh hidrolisis pada ikatan
glikosidik antosianin dan menghasilkan
aglikon-aglikon yang labil. Lebih lanjut,
terjadi pembukaan cincin aglikon akibat
pengaruh energi termal sehingga
membentuk gugus karbinol dan kalkon
yang tidak berwarna.

KESIMPULAN
Waktu ekstraksi dengan
microwave dan rasio bahan:pelarut
memberikan pengaruh nyata terhadap
nilai kadar antosianin, aktivitas
antioksidan, total fenol, pH, rendemen,
tingkat kecerahan, tingkat kemerahan,
dan tingkat kekuningan ekstrak
antosianin limbah kulit ubi jalar ungu.
Perlakuan terbaik pada penelitian
ini diperoleh dari perlakuan waktu
ekstraksi dengan microwave selama 300
detik dan rasio bahan:pelarut 1:20 (b/v),
dengan kadar antosianin 729,74 mg/100
g, aktivitas antioksidan IC50 66,80 ppm,
kadar total fenol 5134,92 ppm GAE, pH
3,04, rendemen 27,79%, tingkat
kecerahan (L) 19,6, tingkat kemerahan
(a*) 13,3, dan tingkat kekuningan (b*)
7,7. Perbandingan dengan ekstraksi
konvensional dengan pelarut
menujukkan ekstraksi dengan MAE
menghasilkan nilai yang lebih baik pada
semua parameter yang diuji.
Hasil uji stabilitas menunjukkan
bahwa ekstrak antosianin limbah kulit ubi
jalar ungu mengalami penurunan
stabilitas yang dipengaruhi pH, suhu,
dan waktu pemanasan. Peningkatan pH
menyebabkan nilai absorbansi ekstrak
semakin kecil, sedangkan semakin tinggi
suhu dan waktu pemanasan
menyebabkan penurunan retensi warna
yang semakin besar, hingga mencapai
70,36% pada suhu 100C dan waktu 180
menit.


DAFTAR PUSTAKA

BALITKABI. 2008. Ubi Jalar Ungu.
Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,
30(4):13-14
BPS. 2009. Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Ubi Jalar Menurut
Provinsi. http://www.bps.go.id.
Diakses 7 April 2012
Bueno, Julia Martn, Purificacin Sez-
Plaza, Fernando Ramos-Escudero,
Ana Maria Jimnez, Roseane Fett,
Agustin G. Asuero. 2012. Analysis
and Antioxidant Capacity of
Anthocyanin Pigments. Part II:
Chemical Structure, Color, and
Intake of Anthocyanins. Critical
Reviews in Analytical Chemistry,
42:126151
Castaneda-Ovando, Araceli, Ma. de
Lourdes Pacheco-Hernandez, Ma.
Elena Paez-Hernandez, Jose A.
Rodriguez, Carlos Andres Galan-
Vidal. 2009. Chemical Studies Of
Anthocyanins: A Review. J Food
Chemistry, 113:859871
Cavalcanti, Rodrigo N., Diego T. Santos,
Maria Angela A. Meireles. 2011.
Non-Thermal Stabilization
Mechanisms of Anthocyanins in
Model and Food SystemsAn
Overview. Food Research
International, 44 : 499509
Cevallos-Casals, B.A., Cisneros-
Zevallos, L.A. 2002. Bioactive and
Functional Properties Of Purple
Sweet Potato (Ipomoea batatas
(L.) Lam). Acta Horticulturae,
583:195203
Delazar,Abbas, Lutfun Nahar, Sanaz
Hamedeyazdan, Satyajit D. Sarker.
2012. Microwave-Assisted
Extraction in Natural Products
Isolation. Di dalam Satyajit D.
Sarker and Lutfun Nahar (eds.),
Natural Products Isolation,
Methods in Molecular Biology,
vol. 864. Springer Science : New
York
Delgado-Vargas,F, A. R. Jimnez, O.
Paredes-Lpez. 2000. Natural
Pigments: Carotenoids,
Anthocyanins, and Betalains -
Characteristics, Biosynthesis,
Processing, and Stability. Critical
Reviews in Food Science and
Nutrition, 40(3):173289
Diniyah, Nurud, Tri Susanto, Fitri Choirun
Nisa. 2010. Kajian Ekstraksi
Antosianin Kulit Terung Jepang
(Solanum melongena L.). Jurnal
Teknotan, 4(2) : 320-324
Gao, Min, Bao-Zhen Song, Chun-Zhao
Liu. 2006. Dynamic Microwave
Assisted Extraction Of
Flavonoids From Saussurea
Medusa Maxim Cultured Cells.
Biochemical Engineering Journal,
32 : 7983
Garcia-Viguera, Cristina, Peter Bridle.
1999. Influence Of Structure On
Color Stability Of Anthocyanins
and Flavylum Salts With
Ascorbic Acid. J Food Chem
64:21- 26
Gonnet, Jean-Francois. 1998. Colour
Effects Of Co-Pigmentation Of
Anthocyanins Revisited-1 A
Calorimetric Definition Using
The Cielab Scale. Food
Chemistry, 63(3):409-415
Hayat, Khizar, Sarfraz Hussain, Shabbar
Abbas, Umar Farooq, Baomiao
Ding, Shuqin Xia, Chengsheng Jia,
Xiaoming Zhang, Wenshui Xia.
2009. Optimized Microwave-
Assisted Extraction Of Phenolic
Acids From Citrus Mandarin
Peels and Evaluation Of
Antioxidant Activity In Vitro.
Separation and Purification
Technology, 70 : 6370
Huang, Che-Lun, Wayne-Chang Liao,
Chin-Feng Chan, Yung-Chang Lai.
2010. Optimization for the
Anthocyanin Extraction from
Purple Sweet Potato Roots
Using Response Surface
Methodology. J. Taiwan Agric.
Res,59(3):143150
Kahkonen, Marja P and Heinonen,
Marina. 2003. Antioxidant
Activity of Anthocyanins and
Their Aglycons. J. Agric. Food
Chem., 51:628-633
Krishnaswamy, Kiruba, Valrie Orsat,
Yvan Garipy, K. Thangavel. 2012.
Optimization of Microwave-
Assisted Extraction of Phenolic
Antioxidants from Grape Seeds
(Vitis vinifera). Food Bioprocess
Technol, (Published online
February 2012)
Kurniati,Sylvi. 2011. Ekstraksi
Antosianin Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas var
Ayamurasaki) Menggunakan
Ultrasonik Bath (Kajian
Perbandingan Bahan;Pelarut
dan Lama Ekstraksi). Skripsi.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya : Malang
Li, Yuan, Li Han, Ruijing Ma, Xiayang
Xu, Cuiping Zhao, Zhengfu Wang,
Fang Chen, Xiaosong Hu. 2012.
Effect Of Energy Density and
Citric Acid Concentration on
Anthocyanins Yield and Solution
Temperature of Grape Peel in
Microwave-Assisted Extraction
Process. Journal of Food
Engineering, 109 : 274280
Mandal, Vivekananda, Yogesh Mohan,
S. Hemalatha. 2007. Microwave
Assisted Extraction An
Innovative and Promising
Extraction Tool for Medicinal
Plant Research. Pharmacognosy
Reviews, 1:7-18
Montilla,Elyana Cuevas, Silke Hillebrand,
Peter Winterhalter. 2011.
Anthocyanins in Purple Sweet
Potato (Ipomoea batatas L.)
Varieties. Fruit, Vegetable and
Cereal Science and Biotechnology,
5(Special Issue 2) : 19-24
Navas, Mara Jos, Ana Mara Jimnez-
Moreno, Julia Martn Bueno,
Purificacin Sez- Plaza, Agustin
G. Asuero. 2012. Analysis and
Antioxidant Capacity of
Anthocyanin Pigments. Part IV:
Extraction of Anthocyanins.
Critical Reviews in Analytical
Chemistry, 42:313342
Patras, Ankit, Nigel. P. Brunton, Colm
ODonnell and B.K. Tiwari. 2010.
Effect of Thermal Processing on
Anthocyanin Stability in Foods;
Mechanisms and Kinetics of
Degradation. Trends in Food
Science & Technology, 21:3-11
Philpott P, Gould K, Markham K,
Lewthwaite L, Ferguson L. 2003.
Enhanced Coloration Reveals
High Antioxidant Potential In
New Sweetpotato Cultivars. J Sci
Food Agric, 83:107682
Pourmorad, F, S. J. Hosseinimehr, N.
Shahabimajd. 2006. Antioxidant
Activity, Phenol and Flavonoid
Contents Of Some Selected
Iranian Medicinal Plants. African
Journal of Biotechnology, 5 (11) :
1142-1145
Routray, Winny, Valrie Orsat. 2012.
Microwave-Assisted Extraction
of Flavonoids: A Review. Food
Bioprocess Technol, 5:409424
Santos-Buelga, Celestino, Susana
Gonzalez-Manzano, Montserrat
Dueas, Ana M. Gonzalez-
Paramas. 2012. Extraction and
Isolation of Phenolic
Compounds. Di dalam Satyajit D.
Sarker and Lutfun Nahar (eds.),
Natural Products Isolation,
Methods in Molecular Biology,
vol. 864. Springer Science : New
York
Sari, Puspita, Christofora Hanny Wijaya,
Dondin Sajuthi, Unang Supratman.
2012. Colour Properties,
Stability, and Free Radical
Scavenging Activity Of
Jambolan (Syzygium cumini)
Fruit Anthocyanins In A
Beverage Model System: Natural
and Copigmented Anthocyanins.
Food Chemistry, 132 : 19081914
Sariburun, Esra, Saliha Sahin, Cevdet
Demir, Cihat Turkben, Vildan
Uylaser. 2010. Phenolic Content
and Antioxidant Activity of
Raspberry and Blackberry
Cultivars. Journal Of Food
Science, 75(4) : 328-335
Steed, L.E., V.D. Truong. 2008.
Anthocyanin Content,
Antioxidant Activity, and
Selected Physical Properties of
Flowable Purple-Fleshed Sweet
Potato Purees. J Food Sci, 73(5):
215-222
Sun,Yangzhao, Xiaojun Liao, Zhengfu
Wang, Xiaosong Hu, Fang Chen.
2007. Optimization Of
Microwave-Assisted Extraction
Of Anthocyanins In Red
Raspberries And Identification
Of Anthocyanin Of Extracts
Using High-Performance Liquid
Chromatography Mass
Spectrometry. Eur Food Res
Technol, 225 : 511523
Terahara N, Konczak I, Ono H,
Yoshimoto M, Yamakawa O. 2004.
Characterization Of Acylated
Anthocyanins In Callus Induced
From Storage Root Of Purple-
Fleshed Sweet Potato, Ipomoea
batatas L. J Biomed Biotechnol,
5:27986
Trisnanto,Riffi. 209. Ekstraksi
Antosianin Dari Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L. Klon MSU
03028-10) dan Aplikasinya
Sebagai Pewarna Alami Pada
Sirup. Skripsi. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya :
Malang
Yang, Zhendong, Weiwei Zhai. 2010.
Optimization Of Microwave-
Assisted Extraction Of
Anthocyanins From Purple Corn
(Zea Mays L.) Cob and
Identification With HPLCMS. J
Innovative Food Science and
Emerging Technologies, 11 : 470
476
Zeleny, C. 1982. Multiple Criteria
Decision Making. Mc.Graw-Hill
Book Company : New York
Zhang, Hua-Feng, Xiao-Hua Yang, Ying
Wang. 2011. Microwave Assisted
Extraction Of Secondary
Metabolites From Plants:
Current Status and Future
Directions. Trends in Food
Science & Technology, 22 : 672 -
688
Zou, Tangbin, Dongliang Wang, Honghui
Guo, Yanna Zhu, Xiaoqin Luo,
Fengqiong Liu, Wenhua Ling.
2012. Optimization of
Microwave-Assisted Extraction
of Anthocyanins From Mulberry
and Identification of
Anthocyanins in Extract Using
HPLC-ESI-MS. Journal of Food
Science, 71:46-50

Anda mungkin juga menyukai