Anda di halaman 1dari 4

Tembang dolanan yaiku jinis tembang reripta gagrak anyar sing ora nganggo paugeran

gatra|gatra, guru lagu|guru lagu, guru wilangan|guru wilangan, lan dhong dhing. Nanging, biasa
ditembangak dning bocah-bocah cilik, utaman ing padsan, sinambi dolanan bebarengan karo kanca-
kancan lan bisa dibarengi wiramaning gendhing. Lumantar lagu dolanan, bocah-bocah dikenalak bab
sato kwan, sato iwn, thethukulan, tetanduran, bebrayan, lingkungan alam, lan sapanunggalan.
[1]

Kadhangkala tembang dolanan uga ditembangak dning waranggana jroning swasana tinamtu ing
pagelaran wayang kulit.
Iki kaca kanggo ngumpulake syair tembang dolanan utawa tembang sing kerep diunekke bocah-bocah.

Tembang Dolanan
Tembang dolanan adalah tembang yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak saat bermain
bersama. Tembang dolanan ada berbagai macam. Ada tembang yang khusus untuk mengiringi suatu
jenis permainan (dolanan), ada pula tembang yang hanya untuk dinyanyikan tanpa dengan permainan.
Berikut saya contohkan beberapa tembang dolanan.

1. Tembang ini dahulu biasa dinyanyikan saat bulan purnama untuk mengundang teman-teman bermain
bersama di halaman. Begini bunyi syairnya :
Yo pra kanca dolanan ing jaba
Padhang bulan padhange kaya rina
Rembulane e sing ngawe-awe
Ayo kanca aja padha turu sore
2. Tembang berikut dinyanyikan saat bermain jamuran:
Jamuran ..ya ge..ge..thok
Jamur apa, ya ge .. ge thok
Jamur gajih mbejijih sak ara ara
Ayo badhe jamur apa
3. Tembang dolanan Cublak cublak suweng
Cublak cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudel
Pak empong lera lere sapa ngguyu ndhelikake
Sir sir pong dhele gosong
Sir sir pong dhele gosong

Tembang Dolanan yaitu ciptaan lagu dalam Bahasa Jawa yang relatif baru, tanpa terikat
pathokan jumlah baris maupun persajakan, tetapi dapat dilagukan seiring irama gamelan. Jenis
tembang ini ada yang khas klasik sesuai dengan pathet gendhing gamelan atau irama langgam,
dan dalam perkembangannya ada pula yang modern dan fleksibel dengan alat musik campuran
sebagaimana campursari.
Beberapa judul tembang dolanan yang saya ketahui antara lain :
1. Yang klasik : Buta Buta Galak, Cublak Cublak Suweng, Sluku Sluku Bathok, Ilir Ilir,
Jamuran, Te Kate Dipanah, Kupu-Kupu, Gula Ganthi, Pendhisil.
2. Yang moderen : Prau Layar, Glopa Glape, Montor Montor Cilik, Lesung Jumengglung,
Warung Pojok, Sapu Tangan, Ngundha Layangan, Mikat manuk.
Temabang dolanan terdiri dari 2 unsur penting, yaitu lagu dan kata-kata. Sehingga tembang dolanan
merupakan bentuk puisi yang dilagukan. Apabila teks tersebut diinterpretasikan, maka teks puisi tersebut
mengandung nilai-nilai pendidikan yang berupa ajaran. Ajaran adalah aturan atau tatanan yang mengatur
tingkah laku, perbuatan, dan kebiasaan yang dianggap baik dan buruk oleh masyarakat yang
bersangkutan. Berikut nilai kearifan lokal (local wisdom) yang tersirat di dalam salah satu tembang
dolanan Jawa yang berjudul Sluku-Sluku Batok;
Sluku-Sluku Batok.
Nilai Karakter dalam Tembang Dolanan

Reaktualisasi Tembang Dolanan
Tembang dolanan Jawa pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) bahasanya
sederhana, (2) mengandung nilai-nilai estetis, (3) jumlah barisnya terbatas, (4) berisi hal-hal yang selaras
dengan keadaan anak, (5) lirik dalam lagu dolanan menyiratkan makna religius, kebersamaan,
kemandirian, tanggung jawab, rendah hati, dan nilai-nilai sosial lainnya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut,
tidak diragukan lagi apabila tembang dolanan Jawa itu pantas untuk dikonsumsi anak-anak, karena
banyak nilai-nilai positifnya yang terkandung di dalam lirik tembangnya. Secara umum dapat
disampaikan bahwa semua tembang dolanan tersebut mengarah pada aspek cerminan pandangan,
falsafah hidup, dan nilai moral yang dibangun dalam masyarakat Jawa, yang pantas untuk digunakan
sebagai pembentuk karakter generasi muda penerus bangsa.

Dari uraian yang disampaikan, dapat digarisbawahi bahwa pelestarian tembang dolanan Jawa
sangat penting bagi generasi penerus bangsa dan perlu untuk diaktualisasikan dalam kehidupan
generasi muda. Terlebih jika dikaitkan dengan pendidikan karakter bangsa yang saat ini sedang
digalakkan oleh seluruh komponen bangsa. Melalui pembelajaran Bahasa Jawa atau Seni Suara Jawa
dengan materi apresiasi tembang dolanan Jawa diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi manusia
yang berbudaya, mandiri, mampu mengaktualisasikan diri dengan potensinya, mengekspresikan pikiran
dan perasaannya, memiliki wawasan yang luas, mampu berpikir kritis, berkarakter kuat, sehingga peka
terhadap masalah sosial pada bangsanya.

METODE
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dalam lirik tembang dolanan. Sedangkan sumber data
penelitian ini adalah tembang dolanan. Tembang-tembang dolanan tersebut diperoleh dari buku
kumpulan tembang Laras yang disusun oleh Yayasan Pendidikan Mardi Utomo Kabupaten Trenggalek
pada tahun 1972. Selain itu, tembang dolanan juga diperoleh dari hasil wawancara beberapa masyarakat
Trenggalek.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua puluh tembang dolanan, yaitu Lintang, Kupu
Kuwi, Gambang Suling, Sopir Becak, Becik Ketitik Ala Ketara, Sluku-sluku Bathok, Nyata Kowe
Wasis,Jamuran, Welingku, Kartini, Ijo-ijo, Abang Putih, Trontong-trontong, Bocah-bocah Dolanan, Putra
Putri Indonesia, Cublak-cublak Suweng, Aku Nandur Kembang, Rambutan, Gundul Pacul, dan Aja
Dhemen Saguh Aja Wedi Saguh. Pemilihan sumber data tersebut dilakukan berdasarkan kriteria (1)
tembang dolanan tersebut dikenal oleh masyarakat Trenggalek, (2) tembang dolanan yang
menggunakan bahasa Jawa, dan (3) tembang dolanan yang bermuatan nilai karakter. Berdasarkan jenis
data dan sumber data, pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah human instrument. Ciri khas penelitian
kualitatif adalah pengamatan berperan serta. Peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya (Moleong, 2000:163). Peneliti menggunakan instrumen pembantu berupa tabel format
panduan kajian analisis. Langkah-langkah analisis data yang ditempuh dalam penelitian adalah reduksi
data, kodifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan verifikasi. Reduksi data merupakan proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan di lapangan. Kodifikasi merupakan pemilihan data yang sesuai dan memberi kode pada data
yang telah dipilih tersebut. Klasifikasi data didasarkan pada delapan belas nilai karakter bangsa.
Interpretasi data didasarkan pada fokus penelitian terhadap lirik dari tembang dolanan. Sedangkan
verifikasi merupakan proses penyempurnaan yang dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses
penelitian berlangsung.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang pertama yaitu nilai religius yang ditemukan pada tembang dolanan. Nilai ini
terdapat pada lirik keempat tembang dolanan berjudul Lintang. Lirik tersebut berbunyi Sapa ta sing nata
jejer jejer ana kana (siapa yang menata berjajar di sana). Lirik ini merupakan kalimat nasihat kepada
pembaca untuk selalu ingat kepada Tuhan. Selanjutnya, pada lirik kedua dan ketiga tembang sluku-sluku
bathok juga merupakan seruan untuk menaati ajaran agama. Lirik tersebut adalah Bathok la-
lo batine La-ilaha-illallah, yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Kalimat tersebut merupakan wujud
pengakuan terhadap keesaan Tuhan. Kemudian pada lirik ketiga, Sirama menyang Solo (mandi dan
laksanakan sholat) yaitu seruan untuk melakukan sholat.
Nilai karakter religius yang berupa hidup rukun dengan pemeluk agam lain dapat dilihat pada lirik
pertama tembang Bocah-bocah Dolanan. Kata Bocah-bocah (anak-anak) di sini tidak dijelaskan dari
suku, agama, atau latar belakang apa. Nilai karakter religius berikutnya dapat diambil dari tembang Kupu
Kuwi. Pada lirik kupu-kupu kuwi tak cekele (kupu itu aku tangkap) memiliki makna bahwa seseorang ingin
memperoleh kemulyaan dengan bertobat (menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan) seperti
kepompong.
Hasil penelitian yang kedua yaitu nilai karakter jujur yang ditemukan dalam tembang dolanan.
Perkataan yang tidak dapat dipercaya orang dapat dilihat pada tembang Becik Ketitik Ala Ketara. Hal itu
diutarakan secara jelas pada lirik Yen kojah ngaku prasaja, Lumrahe wong ati diri, dan Yen kojah angaku
sura, Lumrahe wong ati jirih. Kata


Bentuk Tembang Dolanan

a. Menurut Jauss (dalam Nugrahani, 2012:4), tembang dolanan disebut juga sebagai ekspresi
estetik mengandung ciri-ciri utama seperti: bersifat kontemplatif-transedental, bersifat simbolik,
dan bermakna filosofis. Sebagai ekspresi estetik, tembang dapat menimbulkan multitafsir,
karena merupakan bagian dari karya sastra yang bersifat multiinterpretable. Pemaknaannya
bergantung pada horizon harapan pembacanya diungkapkan
b. Tembang dolanan anak-anak adalah jenis puisi Jawa tradisional yang sering dinyanyikan
anak-anak untuk mengiringi permainan yang mereka selenggarakan. Puisi jenis ini tidak diikat
oleh peraturan khusus. Puisi yang berbentuk tembang dolanan anak-anak merupakan puisi
bebas, tetapi kaya dengan bunyi yang teratur (Prabowo, 2002:12).
c. Dilihat secara bentuk puisi hadir dengan bahasa singkat, padat, larik-larik pendek yang
mungkin membentuk bait-bait, dan secara format penulisan tidak memenuhi halaman dari kiri
sampai kanan.Tetapi, format dalam penulisan puisi adakalanya juga dimaksudkan untuk
memperoleh efek keindahan. Aspek keindahan dalam bahasa puisi terlihat dominan, baik yang
terlihat dari unsur permainan bunyi, seperti persajakan, pilihan kata, pola sintaksis, maupun
yang lain (Nurgiyantoro, 2005:32).


Pencipta seni tembang dolanan yang berada dalam kondisi budaya yang selalu berusaha
mewujudkan ekspresi jiwanya dalam syair-syair yang penuh peradaban pendidikan dan nilai-
nilai tata krama serta nilai-nilai estetis, baik dalam penyajian kata-kata maupun penyampaian
pesannya menjadikan cerminan pribadi masyarakat yang telah memiliki adat-istiadat maupun
peradaban tata krama yang mencerminkan perilaku yang berbudi luhur.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa tembang dolanan merupakan salah satu bentuk
ekspresi seni budaya yang berbentuk seni sastra, yaitu puisi. Nilainilai estetis yang terkandung di
dalam tembang dolanan tampak pada bahasa maupun nada yang telah diatur dalam lagu
penyampaiannya.
Berkaitan dengan kajian tembang dolanan sebagai karya puisi, maka perlu pula diketahui unsur-
unsur puisi yang membentuknya.

Anda mungkin juga menyukai