BAB VIII PERLUASAN KESEMPATAN KERJA BAB IX HUBUNGAN KERJA BAB X PERLINDUNGAN PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN BAB XI HUBUNGAN INDUSTRIAL
NEXT Ketentuan bagi setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing yang terdapat pada pasal 42 sampai pasal 49 yaitu : 1. wajib memiliki izin terrtulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk 2. memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk 3. wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi 4. wajib menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing back Pasal 50 - pasal 66 1. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha danpekerja/buruh 2. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. 3. Segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha 4.Data pengusaha , pekerja/buruh yang dibuat dalam perjanjian harus lengkap 5. Perjanjian di buat untuk waktu tertentu dan waktu tak tentu 6. Perjanjian kerja dapat berakhir namun bisa juga tidak dapat berakhir
back Pasal 67 (1) Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikanperlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. (2) Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun di perbolehkan bekerja asalkan perusahaan memberikan pekerjaan yang ringan.
a. izin tertulis dari orang tua atau wali b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah e. keselamatan dan kesehatan kerja f. adanya hubungan kerja yang jelas dan g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang dan sedikit berumur 14 (empat belas) tahun. Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Serta anak tersebut mendapat pengawasan dari wali. Pemerintah akan menindak lanjuti bagi perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan anak di bawah umur.
(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. (2) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil. Larangan-larangan diatas tercantum pada pasal 76 tentang perlindungan perempuan 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Serta perusahaan wajib memberikan waktu kepada pekerja /buruh untuk melakukan ibadah. Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat berhak mendapat upah.
Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit. Pekerja/ buruh pempuan yang sedang hamil. Pekerja/buruh perempuan yang masih harus menyusui anaknya.
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
a. Upah minimum. b. Upah kerja lembur. c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran upah; g. denda dan potongan upah; h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional; j. upah untuk pembayaran pesangon; dan k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan
back Hubungan Industrial dilaksanakan melalui sarana : a. serikat pekerja/serikat buruh; b. organisasi pengusaha; c. lembaga kerja sama bipartit; d. embaga kerja sama tripartit; e. peraturan perusahaan; f. perjanjian kerja bersama; g. peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan; dan h. lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Pasal 104 Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh (1) Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. (2) Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/ buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit.
Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab dari pengusaha yang bersangkutan dan memiliki perjanjian kerjasama perusahaan Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
Berlaku setelah adanya penandatangan dari pembuat perjanjian tersebut. Setelah adanya kesepakatan maka perusahaan harus melakukan hak dan kewajiban. Adanya perpanjangan waktu pengalihan kepemilikan bila terjadi pembubaran .
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat
Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan. Bagi pekerja/ buruh mogok mendapatkan sanksi Siapapun tidak dapat menghalang- halangi pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh untuk mengguna kan hak mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai. Perusahaan wajib memberikan pemberitahuan mengenai lock out kepada pekerja/ buruh Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat sebelum penutupan perusahaan (lock out) dilaksanakan.