Anda di halaman 1dari 33

REFRESHING

INTERPRETASI PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP


PADA ANAK



Disusun Oleh:

Arinal Haq 0910710040
Fauziah 105070107111015
Yohana Rusmeita Sari 105070104111005
Ach. Fahrur Rozi Mukti 105070107121018
Putri Mulia Bela Grania H. 105070107121013


Pembimbing:
dr. A. Susanto Nugroho, SpA (K)


LABORATORIUM / SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG
2014
1

DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................... 1
BAB I (Pendahuluan)......... ..................................................................... 2
BAB II (Tinjauan Pustaka)
2.1 Hematopoiesis............................................................................ 4
2.2 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik.............................................. 5
2.3 Pemeriksaan Hematologi............................................................ 6
BAB III (Kesimpulan) ............................................................................... 31
Daftar Pustaka ......................................................................................... 32

2

BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan penunjang dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita
dimana dapat berupa urine, darah, sputum (dahak), dan lain-lain. Pemeriksaan
ini bertujuan mendukung dan menyingkirkan diagnosis lainnya. Pemeriksaan
laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisa cairan tubuh dan
jaringan guna membantu tenaga kesehatan mendiagnosis dan mengobati pasien
(KEMENKES RI, 2011).
Dalam melakukan pemeriksaan laboratorium, terdapat 3 tahap yang
harus dilaksanakan secara teliti, guna mencegah kesalahan pada hasil
laboratorium pasien. Tahap-tahap tersebut yakni:
1. Pra-instrumentasi (sebelum dilakukan pemeriksaan).
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerja sama antara petugas kesehatan,
pasien dan dokter seperti pemahaman instruksi, pengisian formulir, persiapan
pasien, persiapan alat yang dipakai, cara pengambilan sampel, penanganan
awal sampel (pengawetan), dan lain-lain. Karena tanpa kerja sama yang baik
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
2. Instrumentasi
Pada tahap ini petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan atau analisa
sampel yang dimiliki oleh pasien.
3. Pasca instrumentasi
Pada tahap ini dilakukan penulisan hasil pemeriksan dari sampel yang dianalisa

Menurut Henry dan Howanitz, 1996, para dokter memilih dan mengevaluasi
uji-uji laboratorium dalam perawatan pasien sekurang-kurangnya satu dari
alasan-alasan berikut ini:
1. Untuk menunjang diagnosis klinis
2. Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit
3. Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen
4. Untuk digunakan sebagai panduan prognosis
5. Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji saring)
3

Dari lima hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan laboratorium
memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:
Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan
menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit
terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau
keluhan).
Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita
seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter
serta berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala
klinis
Membantu pemantauan pengobatan.
Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk
memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan
pengelolaan pasien selanjutnya.
Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau
perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan
agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini
sebaiknya dilakukan secara berkala.
Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai
dan potensial membahayakan.
Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak
didapati penyakit.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hematopoiesis
Seluruh sel darah diproduksi di sumsum tulang dari populasi stem cell
yang sedikit. Kurang dari 1/5000 sel sumsum tulang merupakan sel stem. Sel ini
mewakili populasi pembaharuan diri sel. Hematopoiesis mengacu pada
pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Pada manusia, sumsum tulang
merupakan tempat utama terjadinya hematopoiesis untuk manusia bertahan
hidup (Fraser dan Tilyard, 2008).
Seluruh sel darah diproduksi di sumsum tulang dari sel induk yang
disebut pluripotential (multipotensial) stem cell (PSC). Awal diferensiasi dari
hematopoiesis sel stem meliputi satu di antara dua jalur, limfoid atau meiloid.
Kemudian stem cell akan menjadi sel progenitor untuk setiap tipe sel darah
dewasa. Sel stem myeloid akan menjadi eritrosit, megakariosit (platelet),
neutrofil, monosit, eosinofil dan basofil. Sel stem limfoid akan menjadi limfosit T
dan B serta sel plasma. Pada kondisi normal, hanya sel darah matur yang akan
bersirkulasi dalam darah. Adanya perubahan pada produksi dan fungsi pada sel-
sel darah ini akan menyediakan informasi mengenai diagnosis, prognosis, respon
terhadap terapi, serta penyembuhannya. Prosedur laboratorium yang
memberikan informasi ini adalah pemeriksaan darah lengkap (DL) (George-Gay
dan Parker, 2003).
Menentukan rentang nilai referensi hitung sel darah sulit dilakukan
sehubungan dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi parameter
hitung darah serta frekuensinya dalam komunitas. Hal ini meliputi defisiensi besi,
talasemia, medikasi, alcohol dan infeksi minor. Selain itu, perbedaan etnis, jenis
kelamin dan kehamilan juga dapat berpengaruh sehingga terdapat perbedaan
antara penganalisa yang akan mempengaruhi parameter darah lengkap (Fraser
dan Tilyard, 2008).



5

Proses pembentukan sel-sel darah atau hematopoiesis dapat dilihat pada
skema di bawah ini.

Gambar 1. Hematopoiesis, jalur perkembangan sel
2.2 Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Ada beberapa anamnesa dan pemeriksaan fisik yang bisa dijadikan tanda
dari suatu diagnosis dan dapat memungkinkan untuk dilakukannya penghitungan
darah lengkap. Tanda dan gejala yang di indikasikan untuk dilakukan
penghitungan darah lengkap adalah sebagai berikut (Fraser dan Tilyard, 2008) :
Pucat, kuning
Demam, linfadenopati
Perdarahan/ memar
Hepatomegali, splenomegali
Frekuensi dan beratnya dari suatu infeksi, sariawan, penyakit virus
lainnya
Pengonsumsian obat-obatan dan racun termasuk obat herbal
Lelah/ penurunan berat badan
6


2.3 Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi atau darah lengkap yaitu suatu jenis pemeriksaaan
penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat
bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi
pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pemeriksaan panel
hematologi terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit
dan trombosit.
Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit
diferensial yang terdiri dari neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.
Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak dan remaja,
umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian.
Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur
di atas.
Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan
memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera
vaskuler atau trauma (KEMENKES RI, 2011).

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter
pemeriksaan, yaitu
1. Hemoglobin (Hb)
2. Hematokrit (Hct)
3. Leukosit (Sel Darah Putih)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Mean Platelet Volume (MPV)

7

Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien
yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan
jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan
terapi yang tepat bisa segera dilakukan.

1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Hb tersusun
dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit
beta) dan heme (mengandung atom besi dan profirin : suatu pigmen
merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan O
2
. Hb yang
mengangkut O
2
darah (dalam arteri) berwarna merah terang, sedangkan
Hb yang kehilangan O
2
(dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram Hb
mengangkut 1,34 mL O
2
.
Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda
secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian,
penyakit paru-paru, olahraga). Tujuan dari pemeriksaan hemoglobin
adalah untuk menilai kemampuan darah dalam mengikat dan
mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Nilai normal hasil pemeriksaan hemoglobin pada anak adalah :
Neonatus : 17 - 22 g/dL
Umur 1 minggu : 15 20 g/dL
Umur 1 bulan : 11 15 g/dL
Anak anak : 11 13 g/dL
Implikasi klinik :
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia
karena kekurangan zat besi), thalassemia, hemolisis, leukemia, lupus
eritematosus, sirosis, pemberian cairan infus berlebihan,
hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan
kehamilan.
8

Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi
(polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung
kongestif, dehidrasi karena diare atau muntah, konsumsi obat
metildopa dan gentamisin, dan pada orang yang hidup di daerah
dataran tinggi.
Konsentrasi Hb beruktuasi pada pasien yang mengalami
perdarahan dan luka bakar.
Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan
anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan
penyakit yang berhubungan dengan anemia.
Faktor pengganggu
Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb
demikian juga Hct dan sel darah merah.
Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb
Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai
aktif)
Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat
peningkatan volume plasma
Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat
yang dapat meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa
Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb

2. Hematokrit (Hct)
Hematokrit menunjukan persentase konsentrasi sel darah merah
tehadap volume darah total. merupakan ukuran yang menentukan
banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan
dalam persen (%).
Nilai normal:
o Neonatus : 40% - 68%
o Bayi : 29% - 54%
o Batita : 35% - 44%
o Anak : 31% - 45%
o Pria : 40% - 50 %
o Wanita Hamil : 40% - 50 %
9

o Wanita : 35% - 45%

Implikasi klinik:
Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai
sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah,
mikrositosis dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30%
menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi,
kerusakan paru-paru kronik, polisitemia, makrositosis, dan syok.
Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada
ukuran eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau
mikrositik.
Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah
merah lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel
mikrositik terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah
sel darah merah terlihat normal.
Nilai hematokrit biasanya dikaitkan dengan ada tidaknya
perembesan plasma pada kasus demam berdarah dengue. Pada
kasus demam berdarah dengue (DBD), apabila terdapat
peningkatan hematokrit berarti terdapat rembesan plasma ke luar
pembuluh darah.
Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.
Kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit,
sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada
penyakit-penyakit yang sama.

Faktor pengganggu hasil
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi
demikian juga Hb dan sel darah merahnya.
Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hipervolemia fisiologis
pada kehamilan
Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan gender. Nilai normal
untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel
makrositik. Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah
dibandingkan laki-laki.
10

Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada
kelompok umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah
merah yang lebih rendah pada kelompok umur ini.
Dehidrasi berat karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct.
Sample darah diambil setelah terjadi perdarahan ( Hematocrit
cenderung tinggi )
Penggunaan antikoagulan berlebih
Pembendungan vena yang terlalu lama saat pengambilan darah.

Hal-hal yang harus diwaspadai
Hct tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang
menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit DBD, penyakit
Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan
polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60% karena terkait dengan
pembekuan darah spontan

Hct rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati,
gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan
overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15% karena dapat
menyebabkan kematian

Manfaat pemeriksaan hematokrit dalam klinik
Selain untuk mengukur derajat anemia dan polisitemia, hematokrit
juga dapat mengetahui adanya ikterus yang dapat diamati dari warna
plasma, dimana plasma tersebut terbentuk kuning atau kuning tua. Dapat
juga digunakan untuk menentukan rata-rata volume eritrosit, merupakan
tes skrining dalam mendeteksi hiperbilirubinemia. Warna plasma yang
berwarna kuning atau kuning tua baik dalam keadaan fisiologis atau
patologis merupakan indikasi naiknya bilirubin dalam darah, misalnya :
infeksi hepatitis, naiknya kolestrol juga dapat diketahui dari warna plasma
yang berwarna seperti susu, misalnya pada penderita diabetes mellitus.
Plasma yang berwarna merah merupakan indikasi adanya
hemolisis dari eritrosi seperti gangguan spuit yang belum kering, pada
pengambilan darah atau hemolisis intra vaskular. Serta mengetahui
11

volume rata-rata eritrosit dan konsentrasi Hb rata-rata didalam eritrosit
(KEMENKES RI, 2011).


3. Leukosit (sel darah putih)

Meskipun nilai total leukosit dapat menyediakan kesimpulan yang
bermakna, perhitungan absolut dari tiap tipe sel dapat lebih bermanfaat
dibandingkan dengan nilai total. Nilai total leukosit dapat menyesatkan;
contohnya nilai neutrofil yang rendah dengan peningkatan limfosit dapat
menghasilkan nilai total leukosit di luar batas referensi (Fraser dan
Tilyard, 2003).
Nilai normal : 3200 10.000/mm
3

Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
Agranulosit: limfosit dan monosit
Leukosit terbentuk di sumsum tulang (mielogen), disimpan dalam
jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke
organ dan jaringan. Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat
dan asam amino dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem
endokrin mengatur produksi, penyimpanan dan pelepasan leukosit.
Perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblas (sel yang belum
dewasa di sumsum tulang), kemudian berkembang menjadi promyelosit,
myelosit (ditemukan di sumsum tulang), metamyelosit dan bands
(neutrofil pada tahap awal kedewasaan), dan akhirnya, neutrofil.
Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblast (belum dewasa)
kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan akhirnya menjadi
limfosit (sel dewasa). Perkembangan monosit dimulai dengan monoblast
(belum dewasa) kemudian tumbuh menjadi promonosit dan selanjutnya
menjadi monosit (sel dewasa).

12

Implikasi klinik:
Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm
3
. Lekositosis hingga 50.000/mm
3

mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow).
Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm
3
) dapat
disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah
menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun
tidak dapat dikatakan infeksi.
Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak
ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara
infeksi dengan leukemia
Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian
obat.
Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid),
nekrosis, toksin, leukemia dan keganasan adalah penyebab lain
leukositosis.
Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat
meningkatkan jumlah sel darah putih
Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm
3
.
Penyebab leukopenia antara lain:
o Infeksi virus, hiperplenism dan leukemia.
o obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
o Anemia aplastik/pernisiosa
o Multipel mieloma
Prosedur pewarnaan: Reaksi netral untuk netrofil; Pewarnaan asam
untuk eosinofil; Pewarnaan basa untuk basofil
Konsentrasi leukosit mengikuti ritme harian, pada pagi hari
jumlahnya sedikit, jumlah tertinggi adalah pada sore hari
Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1
tahun) 10.000-20.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21
tahun
Manajemen neutropenia disesuaikan dengan penyebab rendahnya
nilai leukosit (KEMENKES RI, 2011)



13

4. Trombosit (platelet)
Nilai normal :
o Dewasa : 170 380. 10
3
/mm
3

o Anak : 150 450.10
3
/mm
3


Deskripsi
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses
pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Trombosit diaktivasi
setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk
dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3
dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa.

Implikasi klinik:
Trombositosis berhubungan dengan keganasan, splenektomi,
polisitemia vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stress, penyakit
imunologis, dan arthritis reumatoid.
Trombositopenia berhubungan dengan demam berdarah dengue, luka
bakar, malaria, sepsis, idiopatik trombositopenia purpura (ITP),
anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple
myeloma dan multipledysplasia syndrome .
Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat
dapat menyebabkan trombositopenia
Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan
spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu
perdarahan petekia/ekimosis.
Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.
Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah
platelet.

Faktor pengganggu hasil
Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah
olahraga, trauma atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin
Nilai platelet umumnya menurun sebelum menstruasi dan selama
kehamilan
14

Clumping platelet dapat menurunkan nilai platelet
Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan

Hal yang harus diwaspadai
Pada 50% pasien yang mengalami peningkatan platelet ditemukan
keganasan
Biasanya trombositosis tidak berbahaya kecuali pada pasien yang
mengalami peningkatan jumlah platelet yang ekstrim (>1000 x
10
3
/mm
3
) akibat adanya gangguan myeloproliferatif.
Nilai kritis: penurunan platelet hingga < 20 x 10
3
/mm
3
terkait dengan
kecenderungan pendarahan spontan, perpanjangan waktu
perdarahan, peteki dan ekimosis
Jumlah platelet > 50 x 10
3
/mm
3
tidak secara umum terkait dengan
perdarahan spontan

5. Eritrosit
Nilai normal:
o Bayi : 3,8 - 6,1 x 10
6
sel/mm
3

o Anak : 3,6 - 4,8 x 10
12
sel/mm
3

o Pria : 4,5 6,2 x 10
6
sel/mm
3

o Wanita : 4.0 - 5,5 x 10
6
sel/mm
3

Deskripsi:
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh dan mengangkut CO
2
dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh
Hb. Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan
yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih
banyak. Bentuk bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih
mudah melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon
eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur 120
hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan
eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi.
Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui
fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikulo-endotelial).
Proses eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu:
15

1. Hemositoblas (prekursor dari seluruh sel darah);
2. Prorubrisit (sintesis Hb);
3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat);
4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat;
5. Retikulosit (inti diabsorbsi);
6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti).

Implikasi klinik :
Apabila jumlah eritrosit di bawah nilai normal ada kemungkinan terdapat
anemia. Apabila eritrosit lebih dari normal biasanya terjadi pada penyakit
polisitemia. Namun untuk menentukan anemia atau polisitemia perlu
melihat nilai hemoglobin.
Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat
anemia, serta respon terhadap terapi anemia
Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia, leukemia,
penurunan fungsi ginjal, talasemia, hemolisis, kehamilan, penurunan
fungsi sumsum tulang, malaria, dan lupus eritematosus sistemik. Dapat
juga terjadi karena obat ( Drug Induced Anemia ). Misalnya : Sitostatika
dan antiretroviral
Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder,
diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, luka bakar, perdarahan berat,
anemia sickle cell, dan orang yang tinggal di dataran tinggi.

6. Indeks Eritrosit
Biasanya digunakan untuk mengetahui penyebab dari anemia. Indeks
eritrosit terdiri atas : MCV, MCH, dan MCHC. Dalam pemeriksaan darah
lengkap, untuk menyingkirkan diagnose banding, bisa dilakukan
pemeriksaan Mean Corpuscular Volume (MCV) untuk mengetahui rata-
rata volume eritrosit dan penghitungan retikulosit dan klasifikasi awal
anemia.
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai MCV normal pada anak adalah 76 86 fl :
16

o Mikrositik, MCV <76 fl. Tiga penyebab utama terjadinya
mikrositik adalah defisiensi besi, Thalassemia dan anemia
akibat penyakit kronik.
Defisiensi besi
Defisiensi besi terjadi karena rendahnya ferritin (<30
g/L) dapat mengalami keadaan defisiensi besi yang
tersembunyi.
Thalassemia
Thalassemia berhubungan dengan mikrositik kronik
dengan ada atau tidak adanya anemia ringan
Anemia akibat penyakit kronik
Sangat berhungan dengan kronik inflamasi dan kronik
infeksi.
Gambar 4. Pendekatan Pemeriksaan Laboratorium Untuk Anemia Mikrositik
o Normositik, MCV 76-86 fl, penyebab utamanya: perdarahan,
kurangnya nutrisi awal anemia (besi, B12, folat defisiensi), anemia
yang disebabkan karena insufisiensi dari renal, anemaia
17

dikarenakan penyakit kronik/ inflamasi konik, hemolisis, primary
bone marrow disorder.
o Makrositik, MCV > 86 fl. Penyebab terjadinya makrositik karena
penyakit liver, B12 atau folat defisiensi, penyakit thyroid dan
beberapa obat (khususnya hydroxyurea). Selain menggunakan
MCV (Mean Cell Volume) untuk menyingkirkan diagnosa banding,
dapat juga digunakan MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin).
MCH diperiksa untuk menghitung jumlah Hb dalam satu sel eritrosit. MCH
dapat digunakan untuk mengetahui tipe anemia dan tingkat keparahannya.
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal MCH pada anak adalah sebagai berikut :
Neonatus : 33-41 pikogram
Anak 1-5 tahun : 23-31 pikogram
Anak 6-10 tahun : 22-34 pikogram
Jika MCH rendah maka dapat disimpulkan bahwa anak tersebut
mengalami anemia defisiensi besi atau anemia mikrositik. Anemia
defisiensi besi disebabkan karena kurangnya zat besi dalam makanan
yang dikonsumsi atau karena perdarahan. MCH yang tinggi
mengindikasikan adanya anemia makrositik yang disebabkan karena
penyakit pada hepar, dan defisiensi vitamin B
12
dan asam folat.
Selain MCV dan MCH, dalam pemeriksaan hemoglobin darah juga
ada pemeriksaan MCHC (Mean Cell Hemoglobin Concentration). MCHC
menunjukkan rata-rata konsentrasi hemoglobin dalam eritrosit. MCHC
digunakan untuk mengetahui penyebab dan tingkat keparahan anemia.
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit

Nilai normal MCHC pada anak adalah :
Neonatus : 31-35%
Anak 1-3 tahun : 26-34%
Anak 5-10 tahun : 32-36%
18

MCHC tinggi disebabkan karena adanya sferositosis, yaitu adanya
sferosit dalam darah. Sferosit adalah salah satu tipe sel darah merah
yang mengandung jumlah hemoglobin yang abnormal (tinggi). Selain itu,
defisiensi vitamin B
12
dan asam folat dapat menyebabkan tingginya
MCHC.
MCHC rendah disebabkan karena adanya perdarahan, anemia defisiensi
besi, dan anemia hipokromik. Anemia hipokromik adalah kondisi dimana
sel darah merah mengandung jumlah hemoglobin yang lebih sedikit dari
normal.
7. Laju Endap Darah (LED)
DEFINISI / TUJUAN
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah
kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku,
menggambarkan kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma sampel
darah menggunakan antikoagulan natrium sitrat dengan satuan mm/jam.
LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama
proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan
(nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan).
Nilai normal LED pada metode Westergreen :
Laki-laki : 0 10 mm/jam
Perempuan : 0 15 mm/jam
Proses LED dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu: pertama ialah
tingkatan penggumpalan yang menggambarkan periode eritrosit
membentuk gulungan (rouleaux) dan sedikit sedimentasi. Kedua ialah
tingkatan pengendapan cepat, yaitu eritrosit mengendap secara tetap dan
lebih cepat. Ketiga ialah tingkatan pemadatan, pengendapan gumpalan
eritrosit mulai melambat karena terjadi pemadatan eritrosit yang
mengendap.
19

Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh
plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah
ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan
dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung
karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk
mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma
(mm/jam).
Tiga fase LED meliputi :
Fase pengendapan lambat I
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam
keadaan melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit)
Fase pengendapan cepat
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan
relatife kecil , masa menjadi lebih berat (30-60 menit)
Fase pengendapan lambat II
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-
120 menit)
Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)
merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui
tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan
sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah
ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam.
Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma
darah akan mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel
darah merah inilah yang disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak
sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah
(LED)-nya.
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh
plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah
ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan
20

dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung
karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk
mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (
mm/jam ).
Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat
dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang.
Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia
pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun
bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap
Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju
Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung
pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan
tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga
mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi.
Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan
untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila
Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup
baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Interpretasi :
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED
ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih
berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60
menit ).
LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu
data-data lain untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik
dari anamnesa meliputi keluhan dan riwayat kesehatan karyawan,
pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan penunjang lainnya
(laboratorium, rontgen, dll).
LED tinggi bisa merupakan indikasi adanya gangguan kesehatan dalam
tubuh kita. Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi
21

belum tentu memiliki gangguan kesehatan. Sebaliknya seseorang yang
memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya normal.
Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi dapat terjadi karena :
Anemia
Kanker seperti lymphoma atau multiple myeloma
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
Selain karena faktor diatas, nilai Laju endap darah (LED) dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik.
LED dapat meningkat karena :
a. Faktor Eritrosit
Jumlah eritrosit kurang dari normal
Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih
mudah/cepat membentuk rouleaux LED .

b. Faktor Plasma
o Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat
pembentukan rouleaux LED .
o Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) biasanya terjadi
pada proses infeksi akut maupun kronis

c. Faktor Teknik Pemeriksaan
o Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat
pengendapan LED .
o uhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (0 C) akan
mempercepat pengendapan LED .
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut,
infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,
rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya
kehamilan). Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat
22

dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam
rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat
menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED)
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan
Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya
menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga
dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid,
kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.

8. Hitung Jenis Leukosit (Diff. Count)

Deskripsi:
Neutrofil melawan infeksi bakteri ekstrasel gram positif dan gangguan
radang
Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri intrasel gram negatif.
Monosit melawan infeksi yang hebat

1) Neutrofil
Nilai normal:
Segment : 36% - 73%
Bands : 0% - 12%

Deskripsi
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil terutama berfungsi
sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini
memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan
dengan penyakit noninfeksi seperti artritis reumatoid, asma dan radang
perut.
Nilai neutrofil yang rendah seringkali ditemukan secara tidak sengaja
pada hasil pemeriksaan darah lengkap. Secara umum pasien biasanya
asimtomatis dan tidak ditemukan kelainan paa pemeriksaan fisik.
23

Perhitungan neutrofil biasanya stabil pada follow-up. Penyebabnya
seringkali idiopatik meskipun pada beberapa kasus neutropenia dapat
beriringan dengan splenomegali atau penyakit autoimun seperti lupus
(Fraser dan Tilyard, 2008).

Implikasi klinik:
Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh
infeksi bakteri ekstrasel gram positif dan parasit, gangguan metabolit,
perdarahan dan gangguan myeloproliferatif.
Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan
oleh penurunan produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi
bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi, gangguan hormonal dan
infeksi berat.
Shift to left atau peningkatan bands (sel belum dewasa) terjadi ketika
neurofil muda dilepaskan kedalam sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh
infeksi, obat kemoterapi, gangguan produksi sel (leukemia) atau
perdarahan.
Shift of the right atau peningkatan segmen (sel dewasa) terjadi pada
penyakit hati, anemia megalobastik karena kekurangan B12 dan asam
folat, hemolisis, kerusakan jaringan, operasi, obat (kortikosteroid)
Peningkatan jumlah neutrofil berkaitan dengan tingkat keganasan
infeksi.
Derajat neutrofilia sebanding dengan jumlah jaringan yang mengalami
inflamasi.
Jika peningkatan neutrofil lebih besar daripada peningkatan sel darah
merah total mengindikasikan infeksi yang berat.
Pada kasus kerusakan jaringan dan nekrosis (seperti: kecelakaan, luka
bakar, operasi), neutrofilia terjadi akibat peningkatan zat neutrofilik atau
mekanisme lain yang belum diketahui.

24


Gambar 2. Diagram left-shift

Faktor pengganggu
Kondisi fisiologi seperti stres, senang, takut, marah dan olahraga dapat
menyebabkan peningkatan neutrofil.
Wanita yang melahirkan dan menstruasi dapat terjadi neutrofilia
Pemberian steroid: puncak neutrofi lia pada 4 hingga 6 jam dan kembali
normal dalam 24 jam (pada infeksi parah, neutrofilia tidak terjadi)
Paparan terhadap panas atau dingin yang ekstrim
Umur:
Anak-anak merespon infeksi dengan derajat leukositosis
neutrofilia yang lebih besar dibandingkan dewasa
Beberapa pasien lanjut umur merespon infeksi dengan derajat
netrofil yang lemah, bahkan ketika terjadi infeksi berat.



25

2) Eosinofil
Nilai normal : 0% - 6%

Deskripsi
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada
tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofil
juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga peningkatan nilai
eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau monitoring penyakit.

Implikasi klinik:
Eosinofilia adalah peningkatan jumlah eosinofil lebih dari 6% atau
jumlah absolut lebih dari 500. Penyebabnya antara lain: respon tubuh
terhadap neoplasma, penyakit Addison, reaksi alergi, penyakit collagen
vascular atau infeksi parasit.
Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofil dalam sirkulasi. Eosipenia
dapat terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi
glukokortikosteroid).
Eosinofil cepat hilang pada infeksi pirogenik
Jumlah eosinofil rendah pada pagi hari dan meningkat pada sore hari
hingga tengah malam.
Eosinofilia dapat disamarkan oleh penggunaan steroid dan dapat
meningkat dengan L-triptofan.

Faktor pengganggu
Ritme harian: jumlah eosinofil normal terendah pada pagi hari, lalu
meningkat dari siang hingga setelah tengah malam. Karena itu, jumlah
eosinofil serial seharusnya berulang pada waktu yang sama setiap hari.
ituasi stres, seperti luka, kondisi pasca operasi, tersengat listrik
menyebabkan penurunan eosinofil
etelah pemberian kortikosteroid, eosinofil menghilang.

Hal yang harus diwaspadai
Eosinofil dapat tertutup oleh penggunaan steroid. Berikan perhatian pada
pasien yang menerima terapi steroid, epinefrin, tiroksin atau
prostaglandin.
26

3) Basofil
Nilai normal : 0% - 2%

Deskripsi:
Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin dan
histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil
biasanya tinggi. Basofil jaringan disebut juga sel mast.

Implikasi klinik :
Basofilia adalah peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia
granulositik dan basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi
Basopenia adalah penurunan basofil berkaitan dengan infeksi akut,
reaksi stres, terapi steroid jangka panjang.

4) Monosit
Nilai normal : 0%-11%

Deskripsi:
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai
lapis kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan
termasuk kelompok makrofag. Monosit juga memproduksi interferon.
Monosit meliputi 3-8% dari seluruh sel darah putih dalam darah. Sel ini
bersirkulasi di darah selama sekitar satu dampai tiga hari dan kemudian
akan berpindah secara khas ke jaringan (sekitar 8-12 jam) ke tempat
terjadinya infeksi.

Implikasi Klinis :
Monositopenia adalah penurunan jumlah monosit. Monositopenia jarang
ditemukan dan biasanya tidak berarti signifikan jika perhitungan sel darah
lain normal. Pada umumnya monosit akan habis pada infeksi bakteri yang
hebat, tetapi hal ini seringkali merupakan penemuan yang tidak disengaja
dibandingkan dengan indikator klinis. Hairy cell leukaemia, kelainan
indolent lymphoproliferative yang jarang ditemukan, dapat berhubungan
dengan monositopenia, meskipun adanya abnormalitas lain (terutama
neutropenia dan limfositosis) dapat juga muncul.
27

Monositosis adalah peningkatan jumlah monosit, yang seringkali
dihubungkan dengan infeksi dan proses inflamasi serta dapat terlihat
bersama dengan perubahan nilai sel darah lainnya.
Peningkatan terbatas pada hitung monosit, tidak diikuti dengan kelainan
lain pada perhitungan darah, tidak biasa tapi dapat berhubungan pada
beberapa keadaan :
o Infeksi kronis termasuk tuberculosis
o Kondisi inflamasi kronis (contoh : Crohns disease, ulcerative
colitis, rheumatoid arthritis, SLE)
o Dialysis
o Tanda awal chronic myelomonocytic leukaemia (jarang)

5) Limfosit
Nilai normal : 15% - 45%

Deskripsi:
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini
kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir
proses inflamasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam
respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan
limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang beredar
pada sirkulasi.

Implikasi klinik:
Limfositosis dapat terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan
gangguan hormonal
Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan
trauma.
Virosites (limfosit stres, sel tipe Downy, limfosit atipikal) adalah tipe sel
yang dapat muncul pada infeksi jamur, virus dan paratoksoid, setelah
transfusi darah dan respon terhadap stres.
Perubahan bentuk limfosit dapat digunakan untuk mengukur
histokompabilitas.
Jumlah absolut limfosit < 1000 menunjukkan anergy.

28

Faktor pengganggu
Limfositosis pada pediatri merupakan kondisi fisiologis pada bayi baru
lahir yang meliputi peningkatan sel darah putih dan limfosit yang
nampak tidak normal yang dapat keliru dengan keganasan sel
Olahraga, stres emosional dan menstruasi dapat menyebabkan
peningkatan limfositosis

Hal yang harus diwaspadai:
Penurunan limfosit < 500/mm
3
menunjukkan pasien dalam bahaya dan
rentan terhadap infeksi, khususnya infeksi virus. Harus dilakukan tindakan
untuk melindungi pasien dari infeksi.

Follow-up (Fraser dan Tilyard, 2003):
Follow up untuk limfositosis dengan klinis yang tak dapat dijelaskan :
Pada pasien dengan klinis yang baik, dapat dilakukan pemeriksaan satu
atau dua bulan kemudian.
Pada pasien dengan gejala yang ringan atau kondisi sementara,
pemeriksaan ulang saat keadaan pasien membaik dapat dilakukan.
Pasien dengan limfositosis yang persisten, diikuti dengan limfadenopati,
hepatomegali dan splenomegali dapat dirujuk pada penilaian hematologi.

29


Gambar 3. Ringkasan Penyebab Perubahan Jumlah Sel-sel Darah

9. Platelet Distribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi
dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan
kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai
ukuran yang kecil. Jika PDW tinggi, maka MPV juga akan meningkat.
Pada pasien dengan anemia megaloblastik, anemia anaplastik dan
pasien yang menjalani chemoterapi, hubungan antara PDW dan MPV
30

menghilang. Pasien tersebut akan menunjukkan peningkatan PDW
sekaligus penurunan MPV.

10. Mean Platelet Volume (MPV)

MPV menunjukkan ukuran rata-rata platelet dalam darah. MPV
merupakan indikator apakah sumsum tulang membentuk trombosit
dengan baik atau tidak.
Nilai normal MPV adalah 5-15 fl.

MPV yang meningkat dan disertai dengan peningkatan produksi
trombosit dapat ditemukan pada
Trombositopenia Imun. Suatu keadaan di mana sistem imun
menghancurkan trombosit yang ada di dalam tubuh.
Suatu sindrom yang ditandai dengan adanya
perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam darah pada daerah tertentu.
Gangguan myeloproliferatif. Kelompok penyakit di mana sumsum
tulang terlalu banyak memproduksi eritrosit, leukosit, atau trombosit. Ada
6 jenis gangguan myeloproliferatif, yaitu :
Leukemia Mielogenus Kronis
Polisitemia Vera
Myelofibrosis Primer
Trombositemia Esensial
Leukemia Neutrofilik Kronis
Leukemia Eusinofilik Kronis
-eklamsia
Masa penyembuhan dari hipoplasia transien ( kemoterapi sitotoksik)

MPV yang menurun dan disertai dengan menurunnya produksi trombosit
dapat ditemukan pada :
Aplasia sumsum tulang. Yaitu kegagalan sumsum tulang untuk
berkembang dan memproduksi sel-sel darah.

31

BAB III
KESIMPULAN

1. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan penunjang dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita dimana dapat berupa urine, darah, sputum, dll.
2. Pemeriksaan laboratorium berfungsi untuk uji saring adanya penyakit
subklinis, konfirmasi pasti diagnosis, menemukan kemungkinan
diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis, membantu
pemantauan pengobatan, menyediakan informasi prognosis atau
perjalanan penyakit, memantau perkembangan penyakit, mengetahui ada
tidaknya kelainan serta memberi ketenangan baik pada pasien maupun
klinisi karena tidak didapati penyakit.
3. Dalam pemeriksaan laboratorium terdapat beberapa tahap yakni: Pra-
analitik, Analitik, dan Pasca analitik.
4. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipengaruhi oleh banyak faktor
yaitu faktor terkait pasien atau laboratorium. Faktor yang terkait pasien
antara lain: umur, jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan, berat badan,
kondisi klinik, status nutrisi dan penggunaan obat. Sedangkan yang
terkait laboratorium antara lain: cara pengambilan spesimen, penanganan
spesimen, waktu pengambilan, metode analisis, kualitas spesimen, jenis
alat dan teknik pengukuran.
5. Pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi satu paket yang disebut profil
atau panel, contohnya: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan fungsi
ginjal, dan pemeriksaan fungsi hati.
6. Prosedur laboratorium yang memberikan informasi ini adalah
pemeriksaan darah lengkap (CBC), terdiri dari leukosit, eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan
hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial
yang terdiri dari neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.



32

DAFTAR PUSTAKA

Fraser, Tony dan Tilyard, Murray. 2008. Complete Blood Count in Primary Care.
George-Gay dan Parkerm Katherine. 2003. Understanding the Complete Blood
Count With Differential. Journal of PeriAnesthesia Nursing, Vol 18, No 2
(April), 2003: pp 96-117.
Hamilton Health Sciences. 2011. Understanding Your Childs Blood Count. PD
7187.
Henry J.B., dan Howanitz, J.H. 1996. Carbohydrate. In: Clinical Diagnosis and
Management by Laboratory Methods. Editor: Henry John Bernard.
Philadelphia: W B Saunders Company. Halaman 175.
KEMENKES RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Sacher A., Ronald dan McPherson, Richard A. 2010. Pemeriksaan Laboratorium.
Editor: dr. Huriawati Hartanto.

Anda mungkin juga menyukai