Arinal Haq 0910710040 Fauziah 105070107111015 Yohana Rusmeita Sari 105070104111005 Ach. Fahrur Rozi Mukti 105070107121018 Putri Mulia Bela Grania H. 105070107121013
Pembimbing: dr. A. Susanto Nugroho, SpA (K)
LABORATORIUM / SMF ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG 2014 1
DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................................... 1 BAB I (Pendahuluan)......... ..................................................................... 2 BAB II (Tinjauan Pustaka) 2.1 Hematopoiesis............................................................................ 4 2.2 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik.............................................. 5 2.3 Pemeriksaan Hematologi............................................................ 6 BAB III (Kesimpulan) ............................................................................... 31 Daftar Pustaka ......................................................................................... 32
2
BAB I PENDAHULUAN Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan penunjang dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dimana dapat berupa urine, darah, sputum (dahak), dan lain-lain. Pemeriksaan ini bertujuan mendukung dan menyingkirkan diagnosis lainnya. Pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisa cairan tubuh dan jaringan guna membantu tenaga kesehatan mendiagnosis dan mengobati pasien (KEMENKES RI, 2011). Dalam melakukan pemeriksaan laboratorium, terdapat 3 tahap yang harus dilaksanakan secara teliti, guna mencegah kesalahan pada hasil laboratorium pasien. Tahap-tahap tersebut yakni: 1. Pra-instrumentasi (sebelum dilakukan pemeriksaan). Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerja sama antara petugas kesehatan, pasien dan dokter seperti pemahaman instruksi, pengisian formulir, persiapan pasien, persiapan alat yang dipakai, cara pengambilan sampel, penanganan awal sampel (pengawetan), dan lain-lain. Karena tanpa kerja sama yang baik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. 2. Instrumentasi Pada tahap ini petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan atau analisa sampel yang dimiliki oleh pasien. 3. Pasca instrumentasi Pada tahap ini dilakukan penulisan hasil pemeriksan dari sampel yang dianalisa
Menurut Henry dan Howanitz, 1996, para dokter memilih dan mengevaluasi uji-uji laboratorium dalam perawatan pasien sekurang-kurangnya satu dari alasan-alasan berikut ini: 1. Untuk menunjang diagnosis klinis 2. Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit 3. Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen 4. Untuk digunakan sebagai panduan prognosis 5. Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji saring) 3
Dari lima hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan laboratorium memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut: Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan). Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis Membantu pemantauan pengobatan. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hematopoiesis Seluruh sel darah diproduksi di sumsum tulang dari populasi stem cell yang sedikit. Kurang dari 1/5000 sel sumsum tulang merupakan sel stem. Sel ini mewakili populasi pembaharuan diri sel. Hematopoiesis mengacu pada pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Pada manusia, sumsum tulang merupakan tempat utama terjadinya hematopoiesis untuk manusia bertahan hidup (Fraser dan Tilyard, 2008). Seluruh sel darah diproduksi di sumsum tulang dari sel induk yang disebut pluripotential (multipotensial) stem cell (PSC). Awal diferensiasi dari hematopoiesis sel stem meliputi satu di antara dua jalur, limfoid atau meiloid. Kemudian stem cell akan menjadi sel progenitor untuk setiap tipe sel darah dewasa. Sel stem myeloid akan menjadi eritrosit, megakariosit (platelet), neutrofil, monosit, eosinofil dan basofil. Sel stem limfoid akan menjadi limfosit T dan B serta sel plasma. Pada kondisi normal, hanya sel darah matur yang akan bersirkulasi dalam darah. Adanya perubahan pada produksi dan fungsi pada sel- sel darah ini akan menyediakan informasi mengenai diagnosis, prognosis, respon terhadap terapi, serta penyembuhannya. Prosedur laboratorium yang memberikan informasi ini adalah pemeriksaan darah lengkap (DL) (George-Gay dan Parker, 2003). Menentukan rentang nilai referensi hitung sel darah sulit dilakukan sehubungan dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi parameter hitung darah serta frekuensinya dalam komunitas. Hal ini meliputi defisiensi besi, talasemia, medikasi, alcohol dan infeksi minor. Selain itu, perbedaan etnis, jenis kelamin dan kehamilan juga dapat berpengaruh sehingga terdapat perbedaan antara penganalisa yang akan mempengaruhi parameter darah lengkap (Fraser dan Tilyard, 2008).
5
Proses pembentukan sel-sel darah atau hematopoiesis dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Gambar 1. Hematopoiesis, jalur perkembangan sel 2.2 Anamnesa dan pemeriksaan fisik Ada beberapa anamnesa dan pemeriksaan fisik yang bisa dijadikan tanda dari suatu diagnosis dan dapat memungkinkan untuk dilakukannya penghitungan darah lengkap. Tanda dan gejala yang di indikasikan untuk dilakukan penghitungan darah lengkap adalah sebagai berikut (Fraser dan Tilyard, 2008) : Pucat, kuning Demam, linfadenopati Perdarahan/ memar Hepatomegali, splenomegali Frekuensi dan beratnya dari suatu infeksi, sariawan, penyakit virus lainnya Pengonsumsian obat-obatan dan racun termasuk obat herbal Lelah/ penurunan berat badan 6
2.3 Pemeriksaan hematologi Pemeriksaan hematologi atau darah lengkap yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pemeriksaan panel hematologi terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera vaskuler atau trauma (KEMENKES RI, 2011).
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu 1. Hemoglobin (Hb) 2. Hematokrit (Hct) 3. Leukosit (Sel Darah Putih) 4. Trombosit (platelet) 5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) 6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) 7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) 8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count) 9. Platelet Disribution Width (PDW) 10. Mean Platelet Volume (MPV)
7
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan.
1. Hemoglobin (Hb) Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan profirin : suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan O 2 . Hb yang mengangkut O 2 darah (dalam arteri) berwarna merah terang, sedangkan Hb yang kehilangan O 2 (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram Hb mengangkut 1,34 mL O 2 . Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paru-paru, olahraga). Tujuan dari pemeriksaan hemoglobin adalah untuk menilai kemampuan darah dalam mengikat dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Nilai normal hasil pemeriksaan hemoglobin pada anak adalah : Neonatus : 17 - 22 g/dL Umur 1 minggu : 15 20 g/dL Umur 1 bulan : 11 15 g/dL Anak anak : 11 13 g/dL Implikasi klinik : Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat besi), thalassemia, hemolisis, leukemia, lupus eritematosus, sirosis, pemberian cairan infus berlebihan, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan. 8
Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif, dehidrasi karena diare atau muntah, konsumsi obat metildopa dan gentamisin, dan pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi. Konsentrasi Hb beruktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar. Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia. Faktor pengganggu Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb demikian juga Hct dan sel darah merah. Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai aktif) Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat peningkatan volume plasma Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang dapat meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb
2. Hematokrit (Hct) Hematokrit menunjukan persentase konsentrasi sel darah merah tehadap volume darah total. merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen (%). Nilai normal: o Neonatus : 40% - 68% o Bayi : 29% - 54% o Batita : 35% - 44% o Anak : 31% - 45% o Pria : 40% - 50 % o Wanita Hamil : 40% - 50 % 9
o Wanita : 35% - 45%
Implikasi klinik: Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah, mikrositosis dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru kronik, polisitemia, makrositosis, dan syok. Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik. Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal. Nilai hematokrit biasanya dikaitkan dengan ada tidaknya perembesan plasma pada kasus demam berdarah dengue. Pada kasus demam berdarah dengue (DBD), apabila terdapat peningkatan hematokrit berarti terdapat rembesan plasma ke luar pembuluh darah. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin. Kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang sama.
Faktor pengganggu hasil Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian juga Hb dan sel darah merahnya. Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hipervolemia fisiologis pada kehamilan Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan gender. Nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik. Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki. 10
Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah pada kelompok umur ini. Dehidrasi berat karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct. Sample darah diambil setelah terjadi perdarahan ( Hematocrit cenderung tinggi ) Penggunaan antikoagulan berlebih Pembendungan vena yang terlalu lama saat pengambilan darah.
Hal-hal yang harus diwaspadai Hct tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit DBD, penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60% karena terkait dengan pembekuan darah spontan
Hct rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15% karena dapat menyebabkan kematian
Manfaat pemeriksaan hematokrit dalam klinik Selain untuk mengukur derajat anemia dan polisitemia, hematokrit juga dapat mengetahui adanya ikterus yang dapat diamati dari warna plasma, dimana plasma tersebut terbentuk kuning atau kuning tua. Dapat juga digunakan untuk menentukan rata-rata volume eritrosit, merupakan tes skrining dalam mendeteksi hiperbilirubinemia. Warna plasma yang berwarna kuning atau kuning tua baik dalam keadaan fisiologis atau patologis merupakan indikasi naiknya bilirubin dalam darah, misalnya : infeksi hepatitis, naiknya kolestrol juga dapat diketahui dari warna plasma yang berwarna seperti susu, misalnya pada penderita diabetes mellitus. Plasma yang berwarna merah merupakan indikasi adanya hemolisis dari eritrosi seperti gangguan spuit yang belum kering, pada pengambilan darah atau hemolisis intra vaskular. Serta mengetahui 11
Meskipun nilai total leukosit dapat menyediakan kesimpulan yang bermakna, perhitungan absolut dari tiap tipe sel dapat lebih bermanfaat dibandingkan dengan nilai total. Nilai total leukosit dapat menyesatkan; contohnya nilai neutrofil yang rendah dengan peningkatan limfosit dapat menghasilkan nilai total leukosit di luar batas referensi (Fraser dan Tilyard, 2003). Nilai normal : 3200 10.000/mm 3
Deskripsi: Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih: Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil Agranulosit: limfosit dan monosit Leukosit terbentuk di sumsum tulang (mielogen), disimpan dalam jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan jaringan. Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi, penyimpanan dan pelepasan leukosit. Perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblas (sel yang belum dewasa di sumsum tulang), kemudian berkembang menjadi promyelosit, myelosit (ditemukan di sumsum tulang), metamyelosit dan bands (neutrofil pada tahap awal kedewasaan), dan akhirnya, neutrofil. Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblast (belum dewasa) kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan akhirnya menjadi limfosit (sel dewasa). Perkembangan monosit dimulai dengan monoblast (belum dewasa) kemudian tumbuh menjadi promonosit dan selanjutnya menjadi monosit (sel dewasa).
12
Implikasi klinik: Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm 3 . Lekositosis hingga 50.000/mm 3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm 3 ) dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun tidak dapat dikatakan infeksi. Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi dengan leukemia Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat. Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid), nekrosis, toksin, leukemia dan keganasan adalah penyebab lain leukositosis. Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat meningkatkan jumlah sel darah putih Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm 3 . Penyebab leukopenia antara lain: o Infeksi virus, hiperplenism dan leukemia. o obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi) o Anemia aplastik/pernisiosa o Multipel mieloma Prosedur pewarnaan: Reaksi netral untuk netrofil; Pewarnaan asam untuk eosinofil; Pewarnaan basa untuk basofil Konsentrasi leukosit mengikuti ritme harian, pada pagi hari jumlahnya sedikit, jumlah tertinggi adalah pada sore hari Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1 tahun) 10.000-20.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21 tahun Manajemen neutropenia disesuaikan dengan penyebab rendahnya nilai leukosit (KEMENKES RI, 2011)
13
4. Trombosit (platelet) Nilai normal : o Dewasa : 170 380. 10 3 /mm 3
o Anak : 150 450.10 3 /mm 3
Deskripsi Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Trombosit diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa.
Implikasi klinik: Trombositosis berhubungan dengan keganasan, splenektomi, polisitemia vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stress, penyakit imunologis, dan arthritis reumatoid. Trombositopenia berhubungan dengan demam berdarah dengue, luka bakar, malaria, sepsis, idiopatik trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan multipledysplasia syndrome . Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat menyebabkan trombositopenia Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis. Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis. Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah platelet.
Faktor pengganggu hasil Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah olahraga, trauma atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin Nilai platelet umumnya menurun sebelum menstruasi dan selama kehamilan 14
Clumping platelet dapat menurunkan nilai platelet Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan
Hal yang harus diwaspadai Pada 50% pasien yang mengalami peningkatan platelet ditemukan keganasan Biasanya trombositosis tidak berbahaya kecuali pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah platelet yang ekstrim (>1000 x 10 3 /mm 3 ) akibat adanya gangguan myeloproliferatif. Nilai kritis: penurunan platelet hingga < 20 x 10 3 /mm 3 terkait dengan kecenderungan pendarahan spontan, perpanjangan waktu perdarahan, peteki dan ekimosis Jumlah platelet > 50 x 10 3 /mm 3 tidak secara umum terkait dengan perdarahan spontan
5. Eritrosit Nilai normal: o Bayi : 3,8 - 6,1 x 10 6 sel/mm 3
o Anak : 3,6 - 4,8 x 10 12 sel/mm 3
o Pria : 4,5 6,2 x 10 6 sel/mm 3
o Wanita : 4.0 - 5,5 x 10 6 sel/mm 3
Deskripsi: Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO 2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikulo-endotelial). Proses eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu: 15
1. Hemositoblas (prekursor dari seluruh sel darah); 2. Prorubrisit (sintesis Hb); 3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat); 4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat; 5. Retikulosit (inti diabsorbsi); 6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti).
Implikasi klinik : Apabila jumlah eritrosit di bawah nilai normal ada kemungkinan terdapat anemia. Apabila eritrosit lebih dari normal biasanya terjadi pada penyakit polisitemia. Namun untuk menentukan anemia atau polisitemia perlu melihat nilai hemoglobin. Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta respon terhadap terapi anemia Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia, leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemia, hemolisis, kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi karena obat ( Drug Induced Anemia ). Misalnya : Sitostatika dan antiretroviral Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, luka bakar, perdarahan berat, anemia sickle cell, dan orang yang tinggal di dataran tinggi.
6. Indeks Eritrosit Biasanya digunakan untuk mengetahui penyebab dari anemia. Indeks eritrosit terdiri atas : MCV, MCH, dan MCHC. Dalam pemeriksaan darah lengkap, untuk menyingkirkan diagnose banding, bisa dilakukan pemeriksaan Mean Corpuscular Volume (MCV) untuk mengetahui rata- rata volume eritrosit dan penghitungan retikulosit dan klasifikasi awal anemia. MCV = Hematokrit x 10 Eritrosit Nilai MCV normal pada anak adalah 76 86 fl : 16
o Mikrositik, MCV <76 fl. Tiga penyebab utama terjadinya mikrositik adalah defisiensi besi, Thalassemia dan anemia akibat penyakit kronik. Defisiensi besi Defisiensi besi terjadi karena rendahnya ferritin (<30 g/L) dapat mengalami keadaan defisiensi besi yang tersembunyi. Thalassemia Thalassemia berhubungan dengan mikrositik kronik dengan ada atau tidak adanya anemia ringan Anemia akibat penyakit kronik Sangat berhungan dengan kronik inflamasi dan kronik infeksi. Gambar 4. Pendekatan Pemeriksaan Laboratorium Untuk Anemia Mikrositik o Normositik, MCV 76-86 fl, penyebab utamanya: perdarahan, kurangnya nutrisi awal anemia (besi, B12, folat defisiensi), anemia yang disebabkan karena insufisiensi dari renal, anemaia 17
dikarenakan penyakit kronik/ inflamasi konik, hemolisis, primary bone marrow disorder. o Makrositik, MCV > 86 fl. Penyebab terjadinya makrositik karena penyakit liver, B12 atau folat defisiensi, penyakit thyroid dan beberapa obat (khususnya hydroxyurea). Selain menggunakan MCV (Mean Cell Volume) untuk menyingkirkan diagnosa banding, dapat juga digunakan MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin). MCH diperiksa untuk menghitung jumlah Hb dalam satu sel eritrosit. MCH dapat digunakan untuk mengetahui tipe anemia dan tingkat keparahannya. MCH = Hemoglobin x 10 Eritrosit Nilai normal MCH pada anak adalah sebagai berikut : Neonatus : 33-41 pikogram Anak 1-5 tahun : 23-31 pikogram Anak 6-10 tahun : 22-34 pikogram Jika MCH rendah maka dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami anemia defisiensi besi atau anemia mikrositik. Anemia defisiensi besi disebabkan karena kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi atau karena perdarahan. MCH yang tinggi mengindikasikan adanya anemia makrositik yang disebabkan karena penyakit pada hepar, dan defisiensi vitamin B 12 dan asam folat. Selain MCV dan MCH, dalam pemeriksaan hemoglobin darah juga ada pemeriksaan MCHC (Mean Cell Hemoglobin Concentration). MCHC menunjukkan rata-rata konsentrasi hemoglobin dalam eritrosit. MCHC digunakan untuk mengetahui penyebab dan tingkat keparahan anemia. MCHC = Hemoglobin x 100 Hematokrit
Nilai normal MCHC pada anak adalah : Neonatus : 31-35% Anak 1-3 tahun : 26-34% Anak 5-10 tahun : 32-36% 18
MCHC tinggi disebabkan karena adanya sferositosis, yaitu adanya sferosit dalam darah. Sferosit adalah salah satu tipe sel darah merah yang mengandung jumlah hemoglobin yang abnormal (tinggi). Selain itu, defisiensi vitamin B 12 dan asam folat dapat menyebabkan tingginya MCHC. MCHC rendah disebabkan karena adanya perdarahan, anemia defisiensi besi, dan anemia hipokromik. Anemia hipokromik adalah kondisi dimana sel darah merah mengandung jumlah hemoglobin yang lebih sedikit dari normal. 7. Laju Endap Darah (LED) DEFINISI / TUJUAN Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, menggambarkan kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma sampel darah menggunakan antikoagulan natrium sitrat dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 10 mm/jam Perempuan : 0 15 mm/jam Proses LED dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu: pertama ialah tingkatan penggumpalan yang menggambarkan periode eritrosit membentuk gulungan (rouleaux) dan sedikit sedimentasi. Kedua ialah tingkatan pengendapan cepat, yaitu eritrosit mengendap secara tetap dan lebih cepat. Ketiga ialah tingkatan pemadatan, pengendapan gumpalan eritrosit mulai melambat karena terjadi pemadatan eritrosit yang mengendap. 19
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (mm/jam). Tiga fase LED meliputi : Fase pengendapan lambat I Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit mengendap ( 1-30 menit) Fase pengendapan cepat Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa menjadi lebih berat (30-60 menit) Fase pengendapan lambat II Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60- 120 menit) Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya diberi antikoagulan 20
dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ). Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik. Interpretasi : Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED ditentukan dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu data-data lain untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik dari anamnesa meliputi keluhan dan riwayat kesehatan karyawan, pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan penunjang lainnya (laboratorium, rontgen, dll). LED tinggi bisa merupakan indikasi adanya gangguan kesehatan dalam tubuh kita. Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi 21
belum tentu memiliki gangguan kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya normal. Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi dapat terjadi karena : Anemia Kanker seperti lymphoma atau multiple myeloma Kehamilan Penyakit Thyroid Diabetes Penyakit jantung Selain karena faktor diatas, nilai Laju endap darah (LED) dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. LED dapat meningkat karena : a. Faktor Eritrosit Jumlah eritrosit kurang dari normal Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat membentuk rouleaux LED .
b. Faktor Plasma o Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux LED . o Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis
c. Faktor Teknik Pemeriksaan o Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar akan mempercepat pengendapan LED . o uhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (0 C) akan mempercepat pengendapan LED . LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat 22
dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff. Count)
Deskripsi: Neutrofil melawan infeksi bakteri ekstrasel gram positif dan gangguan radang Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri intrasel gram negatif. Monosit melawan infeksi yang hebat
Deskripsi Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil terutama berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan dengan penyakit noninfeksi seperti artritis reumatoid, asma dan radang perut. Nilai neutrofil yang rendah seringkali ditemukan secara tidak sengaja pada hasil pemeriksaan darah lengkap. Secara umum pasien biasanya asimtomatis dan tidak ditemukan kelainan paa pemeriksaan fisik. 23
Perhitungan neutrofil biasanya stabil pada follow-up. Penyebabnya seringkali idiopatik meskipun pada beberapa kasus neutropenia dapat beriringan dengan splenomegali atau penyakit autoimun seperti lupus (Fraser dan Tilyard, 2008).
Implikasi klinik: Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh infeksi bakteri ekstrasel gram positif dan parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan gangguan myeloproliferatif. Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan oleh penurunan produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi, gangguan hormonal dan infeksi berat. Shift to left atau peningkatan bands (sel belum dewasa) terjadi ketika neurofil muda dilepaskan kedalam sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh infeksi, obat kemoterapi, gangguan produksi sel (leukemia) atau perdarahan. Shift of the right atau peningkatan segmen (sel dewasa) terjadi pada penyakit hati, anemia megalobastik karena kekurangan B12 dan asam folat, hemolisis, kerusakan jaringan, operasi, obat (kortikosteroid) Peningkatan jumlah neutrofil berkaitan dengan tingkat keganasan infeksi. Derajat neutrofilia sebanding dengan jumlah jaringan yang mengalami inflamasi. Jika peningkatan neutrofil lebih besar daripada peningkatan sel darah merah total mengindikasikan infeksi yang berat. Pada kasus kerusakan jaringan dan nekrosis (seperti: kecelakaan, luka bakar, operasi), neutrofilia terjadi akibat peningkatan zat neutrofilik atau mekanisme lain yang belum diketahui.
24
Gambar 2. Diagram left-shift
Faktor pengganggu Kondisi fisiologi seperti stres, senang, takut, marah dan olahraga dapat menyebabkan peningkatan neutrofil. Wanita yang melahirkan dan menstruasi dapat terjadi neutrofilia Pemberian steroid: puncak neutrofi lia pada 4 hingga 6 jam dan kembali normal dalam 24 jam (pada infeksi parah, neutrofilia tidak terjadi) Paparan terhadap panas atau dingin yang ekstrim Umur: Anak-anak merespon infeksi dengan derajat leukositosis neutrofilia yang lebih besar dibandingkan dewasa Beberapa pasien lanjut umur merespon infeksi dengan derajat netrofil yang lemah, bahkan ketika terjadi infeksi berat.
25
2) Eosinofil Nilai normal : 0% - 6%
Deskripsi Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofil juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau monitoring penyakit.
Implikasi klinik: Eosinofilia adalah peningkatan jumlah eosinofil lebih dari 6% atau jumlah absolut lebih dari 500. Penyebabnya antara lain: respon tubuh terhadap neoplasma, penyakit Addison, reaksi alergi, penyakit collagen vascular atau infeksi parasit. Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofil dalam sirkulasi. Eosipenia dapat terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid). Eosinofil cepat hilang pada infeksi pirogenik Jumlah eosinofil rendah pada pagi hari dan meningkat pada sore hari hingga tengah malam. Eosinofilia dapat disamarkan oleh penggunaan steroid dan dapat meningkat dengan L-triptofan.
Faktor pengganggu Ritme harian: jumlah eosinofil normal terendah pada pagi hari, lalu meningkat dari siang hingga setelah tengah malam. Karena itu, jumlah eosinofil serial seharusnya berulang pada waktu yang sama setiap hari. ituasi stres, seperti luka, kondisi pasca operasi, tersengat listrik menyebabkan penurunan eosinofil etelah pemberian kortikosteroid, eosinofil menghilang.
Hal yang harus diwaspadai Eosinofil dapat tertutup oleh penggunaan steroid. Berikan perhatian pada pasien yang menerima terapi steroid, epinefrin, tiroksin atau prostaglandin. 26
3) Basofil Nilai normal : 0% - 2%
Deskripsi: Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin dan histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil biasanya tinggi. Basofil jaringan disebut juga sel mast.
Implikasi klinik : Basofilia adalah peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia granulositik dan basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi Basopenia adalah penurunan basofil berkaitan dengan infeksi akut, reaksi stres, terapi steroid jangka panjang.
4) Monosit Nilai normal : 0%-11%
Deskripsi: Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai lapis kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan termasuk kelompok makrofag. Monosit juga memproduksi interferon. Monosit meliputi 3-8% dari seluruh sel darah putih dalam darah. Sel ini bersirkulasi di darah selama sekitar satu dampai tiga hari dan kemudian akan berpindah secara khas ke jaringan (sekitar 8-12 jam) ke tempat terjadinya infeksi.
Implikasi Klinis : Monositopenia adalah penurunan jumlah monosit. Monositopenia jarang ditemukan dan biasanya tidak berarti signifikan jika perhitungan sel darah lain normal. Pada umumnya monosit akan habis pada infeksi bakteri yang hebat, tetapi hal ini seringkali merupakan penemuan yang tidak disengaja dibandingkan dengan indikator klinis. Hairy cell leukaemia, kelainan indolent lymphoproliferative yang jarang ditemukan, dapat berhubungan dengan monositopenia, meskipun adanya abnormalitas lain (terutama neutropenia dan limfositosis) dapat juga muncul. 27
Monositosis adalah peningkatan jumlah monosit, yang seringkali dihubungkan dengan infeksi dan proses inflamasi serta dapat terlihat bersama dengan perubahan nilai sel darah lainnya. Peningkatan terbatas pada hitung monosit, tidak diikuti dengan kelainan lain pada perhitungan darah, tidak biasa tapi dapat berhubungan pada beberapa keadaan : o Infeksi kronis termasuk tuberculosis o Kondisi inflamasi kronis (contoh : Crohns disease, ulcerative colitis, rheumatoid arthritis, SLE) o Dialysis o Tanda awal chronic myelomonocytic leukaemia (jarang)
5) Limfosit Nilai normal : 15% - 45%
Deskripsi: Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir proses inflamasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang beredar pada sirkulasi.
Implikasi klinik: Limfositosis dapat terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan gangguan hormonal Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan trauma. Virosites (limfosit stres, sel tipe Downy, limfosit atipikal) adalah tipe sel yang dapat muncul pada infeksi jamur, virus dan paratoksoid, setelah transfusi darah dan respon terhadap stres. Perubahan bentuk limfosit dapat digunakan untuk mengukur histokompabilitas. Jumlah absolut limfosit < 1000 menunjukkan anergy.
28
Faktor pengganggu Limfositosis pada pediatri merupakan kondisi fisiologis pada bayi baru lahir yang meliputi peningkatan sel darah putih dan limfosit yang nampak tidak normal yang dapat keliru dengan keganasan sel Olahraga, stres emosional dan menstruasi dapat menyebabkan peningkatan limfositosis
Hal yang harus diwaspadai: Penurunan limfosit < 500/mm 3 menunjukkan pasien dalam bahaya dan rentan terhadap infeksi, khususnya infeksi virus. Harus dilakukan tindakan untuk melindungi pasien dari infeksi.
Follow-up (Fraser dan Tilyard, 2003): Follow up untuk limfositosis dengan klinis yang tak dapat dijelaskan : Pada pasien dengan klinis yang baik, dapat dilakukan pemeriksaan satu atau dua bulan kemudian. Pada pasien dengan gejala yang ringan atau kondisi sementara, pemeriksaan ulang saat keadaan pasien membaik dapat dilakukan. Pasien dengan limfositosis yang persisten, diikuti dengan limfadenopati, hepatomegali dan splenomegali dapat dirujuk pada penilaian hematologi.
29
Gambar 3. Ringkasan Penyebab Perubahan Jumlah Sel-sel Darah
9. Platelet Distribution Width (PDW) PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil. Jika PDW tinggi, maka MPV juga akan meningkat. Pada pasien dengan anemia megaloblastik, anemia anaplastik dan pasien yang menjalani chemoterapi, hubungan antara PDW dan MPV 30
menghilang. Pasien tersebut akan menunjukkan peningkatan PDW sekaligus penurunan MPV.
10. Mean Platelet Volume (MPV)
MPV menunjukkan ukuran rata-rata platelet dalam darah. MPV merupakan indikator apakah sumsum tulang membentuk trombosit dengan baik atau tidak. Nilai normal MPV adalah 5-15 fl.
MPV yang meningkat dan disertai dengan peningkatan produksi trombosit dapat ditemukan pada Trombositopenia Imun. Suatu keadaan di mana sistem imun menghancurkan trombosit yang ada di dalam tubuh. Suatu sindrom yang ditandai dengan adanya perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam darah pada daerah tertentu. Gangguan myeloproliferatif. Kelompok penyakit di mana sumsum tulang terlalu banyak memproduksi eritrosit, leukosit, atau trombosit. Ada 6 jenis gangguan myeloproliferatif, yaitu : Leukemia Mielogenus Kronis Polisitemia Vera Myelofibrosis Primer Trombositemia Esensial Leukemia Neutrofilik Kronis Leukemia Eusinofilik Kronis -eklamsia Masa penyembuhan dari hipoplasia transien ( kemoterapi sitotoksik)
MPV yang menurun dan disertai dengan menurunnya produksi trombosit dapat ditemukan pada : Aplasia sumsum tulang. Yaitu kegagalan sumsum tulang untuk berkembang dan memproduksi sel-sel darah.
31
BAB III KESIMPULAN
1. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan penunjang dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dimana dapat berupa urine, darah, sputum, dll. 2. Pemeriksaan laboratorium berfungsi untuk uji saring adanya penyakit subklinis, konfirmasi pasti diagnosis, menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis, membantu pemantauan pengobatan, menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, memantau perkembangan penyakit, mengetahui ada tidaknya kelainan serta memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit. 3. Dalam pemeriksaan laboratorium terdapat beberapa tahap yakni: Pra- analitik, Analitik, dan Pasca analitik. 4. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor terkait pasien atau laboratorium. Faktor yang terkait pasien antara lain: umur, jenis kelamin, ras, genetik, tinggi badan, berat badan, kondisi klinik, status nutrisi dan penggunaan obat. Sedangkan yang terkait laboratorium antara lain: cara pengambilan spesimen, penanganan spesimen, waktu pengambilan, metode analisis, kualitas spesimen, jenis alat dan teknik pengukuran. 5. Pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi satu paket yang disebut profil atau panel, contohnya: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan fungsi hati. 6. Prosedur laboratorium yang memberikan informasi ini adalah pemeriksaan darah lengkap (CBC), terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.
32
DAFTAR PUSTAKA
Fraser, Tony dan Tilyard, Murray. 2008. Complete Blood Count in Primary Care. George-Gay dan Parkerm Katherine. 2003. Understanding the Complete Blood Count With Differential. Journal of PeriAnesthesia Nursing, Vol 18, No 2 (April), 2003: pp 96-117. Hamilton Health Sciences. 2011. Understanding Your Childs Blood Count. PD 7187. Henry J.B., dan Howanitz, J.H. 1996. Carbohydrate. In: Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. Editor: Henry John Bernard. Philadelphia: W B Saunders Company. Halaman 175. KEMENKES RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sacher A., Ronald dan McPherson, Richard A. 2010. Pemeriksaan Laboratorium. Editor: dr. Huriawati Hartanto.