Anda di halaman 1dari 16

Fraktur Femur pada Manula

Malaura Elfrida
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) 2011
Jl.Arjuna Utara no.6
Jakarta 11510
maurasabirin17@gmail.com


Skenario
Seorang wanita berusia 60 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan sangat nyeri pada panggul kanan setelah
jatuh di kamar mandi 2 jam yang lalu. Pasien tersebut terpeleset sehingga terjatuh menyamping ke kiri dan
pangkal paha kanannya membentur lantai. Setelah terjatuh, pasien tidak dapat bangun untuk berdiri atau
berjalan. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal, tampak edema pada panggul kanan,
ekstremitas bawah sebelah kanan tampak lebih memendek dan berada pada posisi eksternal rotasi, sangat nyeri
saat palpasi, tidak dapat digerakkan baik aktif maupun pasif.

Pendahuluan

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluhdarah, otot dan persarafan.
1
Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang penting. Dengan bertambahnya
usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara eksponensial. Meskipun dapat
dipulihkan dengan operasi, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi
tantangan bagi ahli ortopedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular sering
disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan), seperti akibat terpeleset. Akan
tetapi, pada orang-orang muda, patah tulang pinggul intrakapsular biasanya disebabkan oleh
trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai cedera pada daerah yang lainnya
serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan non-union. Walaupun
penatalaksanaan di bidan orthopedi dan geriatri telah berkembang, akan tetapi mortalitas
dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10 sampai 20 persen.
Sehingga keinginan untuk mengembangkan penanganan fraktur ini masih tetap tinggi.
Reduksi anatomis dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku digunakan untuk
membantu meningkatkan proses penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput
femur tidak dikontrol dengan baik, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya
avaskular nekrosis.
1


Analisis Masalah




Anamnesis

Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang
dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan
kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien
atau keluarga pasien. Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi keluhan utama,
informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
keluarga, dan informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh pasien.
2

A. Identitas pasien
2

Meliputi :
1) Nama lengkap
Perempuan 22 tahun
mencret sejak 3 hari
yang lalu, 8x perhari,
cair, ada ampas
kehijauan, berbuih,
darah, lendir, berbau
busuk disertai demam,
muntah, kembung
Anamesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
penunjang
Diagnosis
WD
DD
Etiologi
Epidemiologi
Patofisiologi Penatalaksanaan
Medik
Non- medik (edukasi)
komplikasi
Prognosis
Faktor
resiko
2) Jenis kelamin
3) Tempat/tanggal lahir
4) Alamat
5) Umur
6) Agama
7) Suku bangsa
8) Status perkawinan
9) Pendidikan
10) Pekerjaan

B. Keluhan utama
2

Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien
pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Keluhan utama pada kasus adalah mencret.

C. Riwayat penyakit sekarang
2

Riwayat penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.
Dalam melakukan anamnesis harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai
berikut.
1) Waktu dan lamanya keluhan berlangsung,
2) Sifat dan beratnya serangan
3) Lokalisasi dan penyebarannya
4) Hubungan dengan waktu
5) Hubungan dengan aktivitas
6) Keluhan-keluhan yang menyeretai serangan
7) Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berapa kali berulang
8) Faktor resiko dan pencetus serangan, temasuk faktor-faktor yang
memperberat atau meringankan serangan
9) Apakah ada saudara sedarah , atau teman dekat yang menderita keluhan yang
sama
10) Riwayat perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit terterntu,
11) Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala
sisa.
12) Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang
telah diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan
dengan peyakit yang saat ini diderita.
Setelah data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis
diferensial , dengan menanyakan tanda- tanda positif dan tanda-tanda negatif dari
dagnosis yang paling mungkin.
D. Riwayat penyakit dahulu
2

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara
penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. Adakah riwayat kelainan
sendi atau tulang sebelumnya? Pernahkah pasien menjalani operasi seperti penggatian
sendi?

E. Riwayat kesehatan keluarga
2

Dalam memperoleh informasi ini, tanyakan mengenai usia, penyebab kematian, atau
penyakit yang dialami oleh keluarga terdekat pasien seperti orang tua, kakek-nenek,
saudara, anak, atau cucu.
F. Riwayat penyakit menahun keluarga
2

G. Obat-obatan
3

Tanyakan pada pasien mengenai analgesik, OAINS, kortikosteroid, imunosupresan
lain, penisilamin, emas, dan klorokuin.

Pemeriksaan
I. Pemeriksaan fisik dan penunjang
3

Pemeriksaan fisik
3

Lihat pasien dan cari adanya deformitas yang terlihat jelas dan postur abormal.
Cari pengecilan otot yang terlihat jelas: apakah massa otot terlihat normal? Lihat bahu,
pantat, tangan, dan otot kuadriseps.
Cari kelainan terkait; misal, nodul reumatoid, tofi gout, psoriasis, atau tanda-tanda penyakit
rematologis sistemik.
Periksa sendi untuk mencari adanya pembengkakan, deformitas, efusi, eritema, dan nilailah
kisaran gerak aktif dan pasif pasien.
Periksa Panggul
Cari adanya perbedaan panjang tungkai dan rotasi abnormal. Minta pasien berdiri dengan
sebelah aki dan kemudian kaki yang sebelah lagi. Periksa fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi.
Lakukan tes Thomas (flexi panggul di sisi berlawanan bisa mengungkapkan deformitas flexi
yang terkilir pada panggul di satu sisi).
3


Pemeriksaan penunjang
4

o Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan kelainan
tulang dan sendi :
Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya
fraktur.Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan,
lokasi
serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasis
ementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.Tujuan pemeriksaan radiologis :
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmenserta pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.



Contoh foto pemeriksaan radiologis :
5
CT-Scan
Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang atau
sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat
khusus.
MRI
MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi,dan jaringan lunak. MRI
dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan
tulang.

Diagnosis
Differensial Diagnosis

Klasifikasi fraktur femur
Femur adalah tulang terkuat dan terpanjang pada tubuh manusia, fraktur dapat terjadi baik
dari distal sampai ke proksimal femur. Fraktur femur secara umum dibedakan atas: fraktur
leher femur, fraktur daerah trokanter, fraktur subtrokanter, fraktur diafisis femur, dan fraktur
suprakondiler femur.
4


a. Fraktur leher femur
Fraktur leher femur terjadi pada proksimal hingga garis intertrokanter pada regio
intrakapsular tulang panggul.

Fraktur ini sering terjadi pada wanita usia di atas 60 tahun dan
biasanya berhubungan dengan osteoporosis.
6
Fraktur leher femur

disebabkan oleh trauma
yang biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan
biasanya disertai trauma pada tempat lain.

Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan
lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di
mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat menyebabkan fraktur leher femur.
4
Berikut ini adalah klasifikasi fraktur leher femur berdasarkan Garden
6

Stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.
Stadium II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.
Stadium III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.
Stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat
Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan fraktur
leher femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi fraktur leher
femur stadium IV.
6

Anamnesis biasanya menunjukkan adanya riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri
panggul terutama daerah inguinal depan. Tungkai pasien dalam posisi rotasi lateral dan
anggota gerak bawah tampak pendek. Pada foto polos penting dinilai pergeseran melalui
bentuk bayangan yang tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular
pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang
terimpaksi atau tak bergeser (stadium I dan stadium II berdasarkan Garden) dapat membaik
setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non-union dan
nekrosis avaskular.
6
Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa konservatif dengan indikasi yang sangat
terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada orang
dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang akurat dan stabil dan
diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis operasi
yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan plate dan screw, dan artroplasti
yang dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti,
herniartroplasti, dan artroplasti total.
4

b. Fraktur intertrokanter
Fraktur intertrokanter menurut definisi bersifat ekstrakapsular.
4,6
Seperti halnya fraktur leher
femur, fraktur intertrokanter sering ditemukan pada manula atau penderita osteoporosis.
Kebanyakan pasien adalah wanita berusia 80-an.
6
Fraktur terjadi jika penderita jatuh dengan trauma langsung pada trokanter mayor atau pada
trauma yang bersifat memuntir. Fraktur intertrokanter terbagi atas tipe yang stabil dan tak
stabil. Fraktur yang tak stabil adalah fraktur yang korteks medialnya hancur sehingga terdapat
fragmen besar yang bergeser yang mencakup trokanter minor; fraktur tersebut sangat sukar
ditahan dengan fiksasi internal.
4,6
Gambaran klinik fraktur intertrokanter biasanya pada pasien tua dan tak sehat. Setelah jatuh
pasien tidak dapat berdiri. Pada pemeriksaan didapatkan pemendekan anggota gerak bawah
dan berotasi keluar dibandingkan pada fraktur servikal (karena fraktur bersifat
ekstrakapsular) dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya. Fraktur tanpa pergeseran yang
stabil pada foto polos dapat terlihat sebagai tidak lebih dari retakan tipis di sepanjang garis
intertrokanter.
6
Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan terapi konservatif dengan traksi. Pemasangan
fiksasi interna dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh fiksasi yang kuat dan
untuk memberikan mobilisasi yang cepat pada orang tua.
4

c. Fraktur batang femur
Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa muda. Jika
terjadi pada pasien manula, fraktur ini harus dianggap patologik sebelum terbukti sebaliknya.
Fraktur spiral biasanya disebabkan oleh jatuh dengan posisi kaki tertambat sementara daya
pemuntir ditransmisikan ke femur. Fraktur melintang dan oblik biasanya akibat angulasi atau
benturan lansung. Oleh karena itu, sering ditemukan pada kecelakaan sepeda motor. Pada
benturan keras, fraktur mungkin bersifat kominutif atau tulang dapat patah lebih dari satu
tempat.
6
Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur, tetapi juga
dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur dapat
pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur femur sering
disertasi dengan perdarahan masif yang harus selalu dipikirkan sebagai penyebab syok.
Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel, komunitif, fraktur Z,
atau segmental.
4

Gambaran klinik sebagian besar pasien adalah orang dewasa muda. Terjadi syok hebat, dan
pada fraktur tertutup emboli lemak sering ditemukan. Ditemukan deformitas pada tungkai
atas berupa rotasi eksterna dan pemendekkan tungkai. Paha membengkak dan memar.
4,6

Pada foto polos fraktur dapat terjadi pada setiap bagian batang, tetapi yang paling sering
terjadi adalah sepertiga bagian tengah. Fraktur dapat berbentuk spiral atau melintang.
Pergeseran dapat terjadi pada setiap arah. Pelvis harus selalu difoto dengan sinar X untuk
menghindari terlewatkannya cedera panggul atau fraktur pelvis yang menyertai.
6

d. Fraktur suprakondiler femur
4
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas
metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai
kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler femur terbagi atas: tidak
bergeser, impaksi, bergeser, dan komunitif.
Gambaran klinis pada pasien ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan
deformitas pada daerah suprakondiler. Krepitasi mungkin ditemukan. Pengobatan dapat
dilakukan secara konservatif, berupa: traksi berimbang dengan mempergunakan bidai
Thomas dan penahan lutut Pearson, Cast-bracing, dan spika panggul. Terapi operatif dapat
dilakuan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran fraktur yang tidak dapat direduksi
secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-plate dan screw dengan
macam-macam tipe yang tersedia. Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi
fragmen fraktur ke kulit yang menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma pembuluh darah
besar, dan trauma saraf. Komplikasi lanjut dapat berupa malunion dan kekakuan sendi lutut.

e. Fraktur subtrokanter
4
Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma yang hebat. Gambaran
klinisnya berupa anggota gerah bawah keadaan rotasi eksterna, memendek, dan ditemukan
pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan. Pada
pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah trokanter minor.
Garis fraktur bisa bersifat tranversal, oblik, atau spiral dan sering bersifat kominutif. Fragmen
proksimal dalam keadaan posisi fleksi sedangkan distal dalam keadaan posisi abduksi dan
bergeser ke proksimal. Pengobatan dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan
menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering timbul adalah nonunion dan
malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan osteotomi atau bone grafting.


Working Diagnosis
Working diagnosis yang dipilih oleh kelompok saya adalah fraktur tertutup femur dextra 1/3
proximal. Dimana pada kasus dijelaskan bahwa pasien wanita berusia 60 tahun datang
dengan keluhan sangat nyeri pada panggul kanan setelah jatuh di kamar mandi 2 jam yang
lalu.


Etiologi

Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak dan
dewasa muda. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
7
Jatuh dan cedera olahraga adalah penyebab umum fraktur traumatik. Fraktur terjadi apabila
ada suatu trama yang mengenai tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur
yaitu ekstrinsik meliputi kecepatan, durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan,
sedangkan intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan,
kekuatan adanya densitas tulang-tulang yang dapat menyebabkan terjadinya patah tulang
bermacam-macam, antara lain trauma langsung dan tidak langsung, akibat keadaan patologi
serta secara spontan.
7

Pada anak, penganiayaan harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi fraktur, terutama
apabila terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau apabila riwayat fraktur saat ini tidak
meyakinkan.
8
Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan apabila tulang
lemah. Hal ini disebut fraktur patologis. Fraktur patologis sering terjadi pada lansia yang
mengalami osteoporosis, atau individu yang mengalami tumor tulang, infeksi, atau penyakit
lain.
8
Fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang. Fraktur stress, yang juga disebut fraktur keletihan (fatigue
fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet, atau permulaan
aktivitas fisik yang baru. Karena kekuatan otot meningkat lebih cepat daripada kekuatan
tulang, individu dapat merasa mampu melakukan aktivitas melebihi tingkat sebelumnya
walaupun tulang mungkin tidak mampu menunjang peningkatan tekanan. Fraktur stres paling
sering terjadi pada individu yang melakukan olahraga daya tahan seperti pelari jarak jauh.
Faktor stres dapat terjadi pada tulang yang lemah sebagai respons terhadap peningkatan level
aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang mengalami fraktur stres harus didorong untuk
mengikuti diet sehat-tulang dan diskrining untuk mengetahui adanya penurunan densitas
tulang.
8


Patogenesis
9
Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah
di korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan
jaringan di ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh
kapiler dan jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan
menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari
periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut
callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran
kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang.
Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma.
Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan
kapiler didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel,
fase ini disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang
tersebut dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudian
juga tumbuh sel jaringan mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi
sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan.
Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto
rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini
menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang.


Penatalaksanaan

Terapi pada fraktur tertutup


10
Pada dasarnya terapi fraktur terdiri atas manipulasi fraktur untuk memperbaiki posisi
fragmen, diikuti dengan pembebatan untuk mempertahankannya bersama-sama sebelum
fragmen-fragmen itu menyatu; sementara itu gerakan sendi dan fungsi harus di pertahankan.
Pada penyembuhan fraktur dianjurkan untuk melakukan aktivitas otot dan penahanan beban
secara lebih awal. Tujuan ini mencakup dalam 3 keputusan yang sederhana; reduksi,
mempertahankan, lakukan latihan.

Reduksi
10
Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu di dahulukan, tidak boleh ada
keterlambatan dalam menangani fraktur; pembengkakan bagian lunak selama 12 jam pertama
akan mempersukar reduksi. Tetapi terdapat beberapa situasi yang tak memerlukan reduksi;
(1) bila pergeseran tidak banyak atau tidak ada;
(2) bila pergeseran tidak berarti (misalnya pada fraktur clavicula); dan
(3) bila reduksi tampak tak akan berhasil (misalnya pada fraktur kompresi pada vertebra).
Fraktur yang melibatkan permukaan sendi; ini harus di reduksi sempurna mungkin karna
setiap ketidakberesan akan memudahkan timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua
metode reduksi; tertutup dan terbuka.

Reduksi tertutup
10
Dengan anastesi yang tepat dan relaksasi otot, fraktur dapat direduksi dengan manuver tiga
tahap:
(1) bagian distal tungkai di tarik ke garis tulang;
(2) sementara fragmen-fragmen terlepas, fragmen itu di reposisi (dengan membalikkan arah
kekuatan asal kalau ini dapat di perkirakan); dan
(3) penjajaran di sesuaikan ke setiap bidang. Beberapa fraktur (misalnya pada batang femur)
sulit
di reduksi dengan manipulasi karena tarikan otot yang sangat kuat dan membutuhkan
traksi yang lama.

Reduksi terbuka
10
Reduksi bedah pada fraktur dengan penglihatan langsung diindikasikan:
(1) Bila reduksi tertutup gagal, baik karena kesukaran mengendalikan fragmen atau karena
terdapat jaringan lunak di antara fragmen-fragmen itu;
(2) bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu di tempatkan secara tepat; atau
(3) bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah. Namun biasanya reduksi terbuka
hanya merupakan langkah pertama untuk fiksasi internal.

Mempertahankan Reduksi
10

Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:
(1) traksi terus-menerus
Traksi dilakukan pada tungkai di bagian distal fraktur, supaya melakukan suatu tarikan
yang terus menerus pada poros panjang tulang itu. Cara ini sangat berguna untuk fraktur
batang yang bersifat oblik atau spiral yang mudah bergeser dengan kontraksi otot. Traksi
tidak dapat menahan fraktur yang diam, traksi dapat menarik tulang panjang secara lurus
dan mempertahankan panjangnya tetapi reduksi yang tepat kadang-kadang suka
dipertahankan
(2) pembebatan dengan gips
cara ini cukup aman, selama kita waspada akan bahaya pembalut gips yang ketat dan
asalkan borok akibat tekanan dapat dicegah. Kecepatan penyatuannya tidak lah lebih
tinggi maupun lebih rendah dibandingkan traksi, tetapi pasien dapat pulang lebih cepat.
Mempertahankan reduksi biasanya tak ada masalah dan pasien dengan fraktur tibia dapat
menahan berat pada pembalut gips. Tetapi, sendi-sendi yang terbungkus dalam gips tidak
dapat bergerak dan cenderung kaku, kekakuan yang mendapat julukan penyakit fraktur
merupakan masalah dalam penggunaan gips konvensional.
(3) pemakaian bracing fungsional
Bracing fungsional menggunakan gips salah satu dari bahan yang ringan merupakan
salah satu cara mencegah kekakuan pada sendi sambil masih memungkinkan pembebatan
fraktur. Segmen dari gips hanya dipasang pada batang tulang itu, membiarkan sendi-
sendi bebas, segmen gips itu dihubungkan dengan engsel dari logam atau plastic yang
memungkinkan gerakan pada suatu bidang. Bebat bersifat fungsional dalam arti bahwa
gerakan sendi tidak banyak terbatas dibandingkan gips konvensional.
(4) fiksasi internal
Fragmen tulang dapat diikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang di
ikat dengan sekrup, paku intramedular yang panjang (dengan atau tanpa sekrup
pengunci),circumferential bands, atau kombinasi dari metode ini. Bila di pasang dengan
semestinya, fiksasi internal menahan fraktur secara aman sehingga gerakan dapat segera
di mulai; dengan gerakan lebih awal penyakit fraktur (kekakuan dan edema) dapat di
hilangkan.
(5) fiksasi eksternal.
Fraktur dapat di pertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan melalui tulang
di atas dan di bawah fraktur dan di lekatkan pada suatu kerangka luar. Cara ini dapat di
terapkan terutama pada tibia dan pelvis, tetapi metode ini juga digunakan untuk fraktur
pada femur, humerus, radius bagian bawah dan bahkan tulang-tulang pada tangan.

Latihan
10

Lebih tepatnya memulihkan fungsi-bukan saja pada bagian yang mengalami cedera tetapi
juga pada pasien secara keseluruhan. Tujuannya adalah mengurangi edema, mempertahankan
gerakan sendi, memulihkan tenaga otot dan memandu pasien kembali ke aktivitas normal.
Latihan aktif gerakan aktif membantu memompa keluar cairan edema, merangsang sirkulasi,
mencegah pelekatan jaringan lunak dan membantu penyembuhan fraktur.
Tentu saja tak boleh lakukan gerakan paksaan, tetapi bantuan perlahan-lahan selama latihan
aktif dapat membantu mempertahankan fungsi atau memperoleh kembali gerakan setelah
terjadi fraktur yang melibatkan permukaan artikular.

Komplikasi

Komplikasi dini yang dapat terjadi adalah syok, emboli lemak, trauma pembuluh darah besar,
trauma saraf, trombo-emboli, dan infeksi.
4
Komplikasi lanjut dapat berupa:
4
a. Delayed union, fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam 4 bulan.
b. Nonunion, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai adanya
nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.
c. Malunion, bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka diperlukan
pengamatan terus-menerus selama perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan.
Malunion juga menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga diperlukan koreksi
berupa osteotomi.
d. Kaku sendi lutut, setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada sendi
lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi intramuskuler. Hal
ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
e. Refraktur, terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.

Pencegahan
Pencegahan fraktur dapat dengan 3 pendekatan:
1. Dengan membuat lingkungan lebih aman.
Langkah-langkahnya:
a. Adanya pegangan pada dinding dekat bak mandi (bathtub).
b. Melengkapi kamar mandi dengan pegangan.
c. Menjauhkan kesed dan kendala lain dari daerah yang dialui pasien dengan masalah
locomotor.
d. Roda-roda kursi beruda harus dilengkapi rem.
e. Mengajarkan kepada pasien yang harus memakai alat bantu ambulatori dan kursi
beroda sehingga terampil.
2. Mengajarkan kepada masyarakat secara berkesinambungan mengenai:
a. Bahaya minum sambil mengemudi.
b. Pemakaian sabuk pengaman.
c. Harus berhati-hati pada waktu mendaki tangga, melaksanakan kegiatan dengan
mengeluarkan tenaga atau alat berat.
d. Mengunakan pakaian pengaman untuk pekerjaan berbahaya baik di rumah atau di
tempat pekerjaan.
e. Menggunakan pakaian pelindung pada saat berolah raga.
3. Mengajarkan kepada para wanita mengenai masalah osteoporosis.

Prognosis
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti
jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan peristeum pada penyembuhan fraktur mulai
terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan
memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi
fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang
juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.
4


Faktor Resiko
Fraktur collum femur dan fraktur subtrochanter femur banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang dialami
oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi), sedangkan pada
penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Kaitan antara kejadian fraktur
collum femur dan osteoporosis sangat nyata sehingga insidensi fraktur collum femur
digunakan sebagai ukuran osteoporosis yang berkaitan dengan umur dalam pengkajian
kependudukan. Fraktur ini juga dapat terjadi pada penderita osteopenia, diantaranya
mengalami kelainan yang menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang,
misalnya osteomalasia, diabetes, stroke, alkoholisme dan penyakit kronis lainnya. Beberapa
keadaan ini meningkatkan kecenderungan pasien terjatuh. Sebaliknya, fraktur collum femur
jarang terjadi pada orang-orang Negroid dan pada pasien dengan osteoartritis pinggul.
Sebagian besar fraktur tulang panggul dan collum femur terjadi akibat terjatuh dengan energi
rendah. Hal ini tidak sering dijumpai pada pasien usia muda karena keseimbangan dan
kekuatan tahanan yang lebih baik daripada pasien usia tua. Keadaan ini disebut sebagai
fraktur patologis. Ilmuwan Medis Harvard menyatakan bahwa penggunaan benzodiazepine
meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Penyebab umum yang mengakibatkan kelemahan
pada tulang yaitu :
4

a.Osteoporosis. Penggunaan Vitamin D dan Kalsium diketahui mengurangi terjadinya fraktur
patologis sebanyak 43%.
b.Homosistein, merupakan suatu asam amino alami yang toksik dan menyebabkan kelainan
pada jantung, stroke dan fraktur tulang. Penggunaan vitamin B mengurangi terjadinya fraktur
pada 80% pasien setelah 2 tahun.
c.Penyakit metabolik lain seperti Penyakit Paget, Osteomalasia dan Osteogenesis Imperfekta.
d.Tumor tulang primer yang jinak atau ganas.
yttte.Kanker metastasis pada bagian proksimal femur juga dapat melemahkan tulang dan
mempermudah terjadinya fraktur patologis.
f.Infeksi pada tulang.
Elemen lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya fraktur adalah resiko terjatuh atau
cedera. Pencegahan agar pasien tidak terjatuh dilakukan dengan menciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien yang beresiko, perawatan harian, penggunaan alat bantu untuk
berjalan, dsb. Pelindung tulang panggul (Hip Protector) berupa alas plastic di sepanjang
trochanter dapat digunakan pada pasien yang beresiko.
4

Kesimpulan
Hipotesis bahwa nyeri panggul pada wanita berumur 60 tahun disebabkan oleh fraktur
tertutup 1/3 proximal diterima. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan fraktur dan hal
ini dapat dicegah. Apabila mengalami fraktur ada beberapa cara yang dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai