KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / tanggal Presentasi Kasus: Selasa, 30 Juni 2015
SMF ILMU JIWA
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I
Nama : Malaura Elfrida
NIM
Tanda tangan
: 11.2011.255
:-
Nama pasien
: Tn. M
: 13 Juni 2015
......................
:-
I. Identitas Pasien
Nama
: Tn. M
: Laki-laki
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pemulung
Status perkawinan
: Belum kawin
Alamat
: -
A. Keluhan Utama
Ditangkap karena memulung
membunuh. Pasien mengatakan pasien mengetahui tentang keluarga kandungnya diberitahu oleh
sunan Kalijaga.
Tidak diketahui
3. Riwayat Pendidikan
Pasien berpendidikan sampai tamat SMA.
3
4. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan tetap. Hanya bekerja sebagai memulung.
5. Kehidupan beragama
Pasien beragama Islam akan tetapi tidak menjalankan ibadah dengan taat.
E. Riwayat Keluarga
Ayah dan ibu dikatakan meninggal saat pasien masih bayi karena gerakan G30S PKI
F. Genogram
-
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berusia 49 tahun, terlihat sesuai dengan usianya, berpenampilan tidak rapi, kuku
kotor, kebersihan diri kurang, kulit berwarna sawo matang, rambut pendek, postur
membungkuk. Saat wawancara pasien mengenakan kaos lengan pendek, celana panjang,
tidak memakai sandal atau sepatu. Ada kontak mata.
2. Kesadaran
Kesadaran sensorium/neurologik
: Compos Mentis
Kesadaran psikiatrik
: Tampak terganggu
5. Pembicaraan
Cara berbicara
Pasien berbicara spontan. Volume cukup, artikulasi kurang jelas. Pasien banyak
berbicara, terkadang bergumam
Gangguan berbicara
Tidak ada
5
: cepat
b. Stabilisasi
: stabil
c. Kedalaman
: dangkal
d. Skala diferensiasi
: sempit
e. Keserasian
: tidak serasi
f. Pengendalian impuls
: kuat
g. Ekspresi
: terbatas
h. Dramatisasi
: tidak ada
i. Empati
C. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
b. Ilusi
: tidak ada
: tidak ada
2. Pengetahuan umum
: rendah
3. Kecerdasan
: di bawah rata-rata
4. Konsentrasi
: tidak diketahui
5. Orientasi
Waktu
: Baik
6
Tempat : Baik
Orang
: Kurang baik
6. Daya ingat
Immediate
: baik
Recent
: baik
Recent past
: baik
7. Pikiran abstraktif
: terganggu
8. Bakat kreatif
Tidak diketahui
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Produktivitas
Kontinuitas
Hendaya berbahasa
: tidak ada
2. Isi Pikir
Preokupasi dalam pikiran: Perlu memberantas bibit-bibit PKI yang masih ada
Waham
Obsesi
:tidak ada
7
Fobia
: tidak ada
Gagasan rujukan
: tidak ada
Gagasan pengaruh
: tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Baik (pasien mampu mengendalikan diri, tenang, dan bersikap sopan selama wawancara)
G. Daya Nilai
Daya nilai sosial
: terganggu
: terganggu
: buruk
H. Tilikan
Derajat I : Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan
I. Realibilitas
Tidak dapat dipercayai sepenuhnya.
IV.
Pemeriksaan Fisik
A. Status internus
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Frekuensi nadi
: tidak dilakukan
8
Frekuensi nafas
: tidak dilakukan
Suhu tubuh
: tidak dilakukan
Bentuk tubuh
: Normal
Sistem kardiovaskular
Sistem respiratorius
Sistem gastro-intestinal
Sistem musculo-skeletal
Sistem urogenital
Kesimpulan
B. Status Neurologik
A. Saraf kranial (I-XII)
: (-) negatif
Refleks fisiologis
: (+) normal
Refleks patologis
: (-) negatif
C. Mata
D. Pupil
E. Oftalmoscopy
F. Motorik
G. Sensibilitas
: Baik
I. Fungsi luhur
: Baik
J. Gangguan khusus
: Tidak ada
V.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin, SGOT,SGPT, Ureum, Kreatinin, Rontgen thoraks (disarankan)
VI.
Tn. M, 49 tahun, belum menikah, dibawa ke panti sosial Bina Insan Bangun Daya I karena
memulung di depan rumah sakit.
Dari autoanamnesa didapatkan gejala halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham curiga,
waham kebesaran, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan penurunan fungsi perawatan diri.
Dari status mental didapatkan penampilan pasien kurang rapi, kesadaran neurologik baik,
kesadaran psikiatrik tampak terganggu. Perilaku sebelum, selama, dan sesudah wawancara baik.
Pada alam perasaan mood pasien eutim, afeknya cepat, stabil, kedalamannya dangkal, skala
diferensiasi sempit, afek tidak serasi, pengendalian impuls kuat, ekspresi terbatas, tidak didapatkan
dramatisasi, dan empati tidak dapat dirasakan.
VII.
Formulasi diagnostik
Aksis I: Gangguan klinis dan kondisi klinis yang menjadi fokus perhatian klinis
Berdasarkan PPDGJ III sesuai dengan diagnosis F 20.0: Skizofrenia paranoid karena pasien
menunjukkan gejala utama yaitu adanya suara-suara halusinasi, halusinasi penglihatan, waham
curiga dan waham kebesaran.
10
Different Diagnosis
Skizoafektif tipe Manik
Diagnosis ini dapat dikemukakan bila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan
afektif sam-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau salam beberapa
hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana,
sebagai konsekuensi dari inim episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia
maupun episode manik. Yang dikatakan tipe manik sendiri bila afek meningkat secara
menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas
atau kegelisahan yang memuncak.
Pada pasien ini gejala psikotiknya terlihat berupa halusinasi dan waham sedangkan gejala
manik yang ditunjukkan berupa waham kebesaran, percepatan bicara, dan kebanyakan bicara
tetapi tidak diketahui kebutuhan tidur pasien sehingga tidak benar-benar mendukung
diagnosis skizoafektif ini.
Gangguan waham menetap
Gejala satu-satunya yang menonjol hanya waham dan tidak digolongkan sebagai gangguan
mental organik, skizofrenik, gangguan afektif.
Pada pasien ini adanya waham menyokong diagnosis akan tetapi yang mematahkan diagnosis
ini adalah adanya halusinasi auditorik (yang seharusnya pada gangguan waham tidak ada
ataupun hanya sesekali)
11
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
12
IX.
Prognosis
: Bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
13
X.
Daftar Masalah
Organobiologis
: tidak ada
Psikologi/psikiatrik
Sosial/keluarga
XI.
Rencana Tatalaksana
a. Psikofarmaka
R/ Risperidone 2 mg tab
S 2 dd tab 1 (1-1-0)
--------------------------------------- paraf
b. Psikoterapi
Pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahannya, apa yang menjadi
kekhawatirannya, sehingga dapat diberikan terapi yang tepat dan mengetahui antisipasi
dari faktor pencentus. Perlu dilakukan edukasi terhadap pasien pentingnya memastikan diri
untuk kontrol teratur dan minum obat secara rutin.
14