Anda di halaman 1dari 96

LOGO

PRESENTASI LO SKENARIO 2
LO
1
Hiperbilirubinemia
2
Inkompatibilitas ABO
3
Kern Ikterus
4
Antenatal Care (ANC)
LOGO
Definisi,etiologi,klasifikasi
Hiperbilirubinemia
Suhada akmal
Definisi
Hiperbilirubinemia suatu keadaan
dengan kadar bilirubin yang tinggi di
dalam darah (Maisels, 2006)

Etiologi
Peningkatan produksi
Inkompatibilitas ABO dan Rh
Defisiensi G6PD
Kurangnya enzim glucoronil transferase
Gangguan intra atau ekstra hepatik
Gangguan fungsi hati
Gangguan transportasi akibat
defisiensi albumin
Pengaruh obat-obatan tertentu
Fisiologis
Klasifikasi
Fisiologi
Timbul setelah 24 jam
Kadar tertinggi pada hari ke 5 pada BCB;
pada hari ke 7 pada BKB
Kadar bilirubin < 15 mg/dl
Hilang dalam 14 hari
Hilang tanpa perlu pengobatan
Tidak ada keadaan patologis lain

Lanjutan
Patologis
Timbul dalam 24 jam pertama
Kenaikan kadar bilirubin > 5 mg / dl / hari
Peningkatan kadar serum bilirubin > 0,5
mg/dL/jam
Bilirubin serum >15 mg / dl
Ikterus berlangsung lebih dari 14 hari
Warna feses dempul dan urin kuning tua
Bilirubin direk > 2 mg / dl
Ditemukan gejala klinis yang mendasari penyakit
: muntah, letargi, penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan, takipneu, atau suhu
tubuh tidak stabil.


LOGO
Manifestasi
klinis,Patofisiologi, dan
diagnosis
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir(neonatus) tampak kuning apabila kadar
bilirubin serumnya kira-kira 6mg/dl(Mansjoer at al, 2007).
I kterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit
mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda
atau jingga. Sedangkan ikterus obstruksi(bilirubin direk)
memperlihatkan warna kuning- kehijauan atau kuning kotor.
Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang
berat(Nelson, 2007).

Gambaran klinis ikterus fisiologis:
A. Tampak pada hari 3,4
B. Bayi tampak sehat(normal)
C. Kadar bilirubin total <12mg%
D. Menghilang paling lambat 10-14 hari
(Sarwono et al, 1994)
Gambaran klinik ikterus patologis:
A. Timbul pada umur <36 jam
B. Cepat berkembang
C. Bisa disertai anemia
D. Menghilang lebih dari 2 minggu
(Sarwono et al, 1994)
Diagnosis
1.Anamnesa
2.Pemeriksaan Fisik
3.Pemeriksaan Penunjang
LOGO
HIPERBILIRUBINEMIA
Pencegahan, Penatalaksanaan,
Komplikasi, Prognosis, Rujukan
Yushafira Putri Rahmandita
201210330311001
Pencegahan
A. Primer

Menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya paling sedikit 8 12 kali per hari
untuk beberapa hari pertama
Tidak memberikan cairan tambahan rutin
seperti dekstrosa atau air pada bayi yang
mendapat ASI dan tidak mengalami
dehidrasi
B. Sekunder

Semua wanita hamil harus diperiksa golongan
darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum
untuk antibodi isoimun yang tidak biasa
a. Bila golongan darah ibu tidak diketahui atau Rh
negatif pemeriksaan antibodi direk (coomb
test), gol darah, dan tipe Rh darah tali pusat bayi
b. Bila golongan darah ibu O Rh positif tes
golongan darah dan tes Coomb pada darah tali
pusat bayi tidak diperlukan jika dilakukan
pengawasan, penilaian terhadap resiko sebelum
keluar RS dan tindak lanjut yang memadai
Harus memastikan bahwa semua bayi secara
rutin dimonitor terhadap timbulnya ikterus dan
menetapkan protokol terhadap penilaian
ikterus yang harus dinilai saat memeriksa
tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap
8 12 jam
a. Protokol untuk penilaian ikterus harus
melibatkan seluruh staf perawatan yang
dituntut untuk dapat memeriksa tingkat
bilirubin secara transkutaneus atau
memeriksakan bilirubin serum total
Penatalaksanaan
A. Pengelolaan bayi ikterus yang mendapat ASI
B. Farmakoterapi

a. Imunoglobulin intravena :
Pada bayi inkompatibilitas ABO
Menekan hemolisis isoimun
Menurunkan tindakan tranfusi ganti
b. Fenobarbital :
Merangsang aktivitas dan konsentrasi ligandin
Meningkatkan jumlah tempat ikatan bilirubin
Penggunaan setelah lahir masih kontroversial
dan secara umum tidak direkomendasikan
Digunakan pada inkompatibilitas Rh untuk
mengurangi jumlah tindakan tranfusi ganti

c. Metalloprotoporphyrin
Inhibitor kompetitif dari heme oksigenase yang
diperlukan untuk katabolisme heme menjadi
biliverdin heme diekskresikan secara utuh di
dalam empedu
d. Sn PP (tin protoporphyrin) dan Sn MP (tin
mesoporphyrin)
Masih dalam percobaan
Hanya untuk bayi yang mempunyai resiko tinggi
hiperbilirubinemia berkembang menjadi disfungsi
neurologi
e. Inhibitor glukuronidase
Penggunaan dalam jumlah kecil dapat
meningkatkan pengeluaran bilirubin feses dan
ikterus menjadi berkurang
Jika kadar bilirubin total serum tidak turun
atau terus meningkat walaupun setelah
fototerapi intensif kemungkinan hemolisis
dan direkomendasikan menghentikan
fototerapi
Jika kadar bilirubin total serum berada pada
angka untuk rekomendasi dilakukan fototerapi
(gambar di bawah) atau jika kadar bilirubin
total sebesar 25 mg/dL atau lebih tinggi pada
setiap waktu emergensi dan harus segera
fototerapi intensif
Fototerapi
Pada penyakit isoimun hemolitik jika kadar
bilirubin total serum meningkat walaupun
setelah fototerapi intensif atau kadar bilirubin
total serum berkisar 2-3 mg/dL dari kadar
transfusi ganti pemberian -globulin (0,5-1
g/kgBB selama 2 jam). Dosis bisa diulang
dalam 12 jam
Fototerapi intensif :
Fototerapi dengan menggunakan sinar blue-
green spectrum dengan kekuatan paling
kurang 30 uW/cm
A. Tindakan :


Bila bilirubin total > 25 mg atau > 20 mg pada bayi
sakit atau bayi < 38 minggu, lakukan pemeriksaan
golongan darah dan cross match pada pasien yang
akan direncanakan transfusi ganti
Pada bayi dengan penyakit autoimun hemolitik dan
kadar bilirubin total meningkat walau telah dilakukan
fototerapi intensif atau dalam 2-3 mg/dL kadar
transfusi ganti, berikan imunoglobulin intravena 0,5
1 g/kg selama 2 jam dan boleh diulang bila perlu 12
jam kemudian
Pada bayi yang mengalami penurunan berat badan
lebih dari 12% atau secara klinis atau bukti seara
kimia menunjukkan tanda dehidrasi, dianjurkan
pemberian susu formula atau ASI tambahan. Bila
pemberian per oral sulit, dapat diberikan intravena
B. Pada bayi yang mendapat fototerapi intensif :
Pemberian minum dilakukan setiap 2 3 jam
Bila bilirubin total > 25 mg/dL, pemeriksaan ulangan
dilakukan dalam 2 3 jam
Bila bilirubin total 20 25 mg/dL, pemeriksaan ulangan
dilakukan dalam 3 4 jam, bila < 20 mg/dL diulang dalam
4 6 jam. Jika bilirubin total terus turun periksa ulang
dalam 8 12 jam
Bila kadar bilirubin total tidak turun atau malah mendekati
kadar transfusi tukar atau perbandingan bilirubin total
dengan albumin meningkat mendekati angka untuk
transfusi tukar maka lakukan transfusi tukar
Bila kadar bilirubin total kurang dari 13 14 mg/dL
fototerapi dihentikan
Tergantung kepada penyebab hiperbilirubinemia,
pemeriksaan bilirubin ulangan boleh dilakukan setelah 24
jam setelah bayi pulang untuk melihat kemungkinan
terjadinya rebound
Efek Samping
Transfusi Tukar
Direkomendasikan bila bayi menunjukkan
gejala ensefalopati akut (hipertoni, arching,
retrocollis, opistotonus, high pitch cry, demam)
atau bila kadar bilirubin total > 5 mg/dL di atas
garis patokan (gambar di bawah)
Faktor resiko :
a. Penyakit hemolitik autoimun
b. Defisiensi G6PD
c. Asfiksia
d. Letargis
e. Suhu tidak stabil
f. Sepsis
g. Asidosis
Periksa kadar albumin dan hitung rasio
bilirubin total / albumin
Komplikasi Transfusi
Tukar:
1. Hipokalsemia dan
hipomagnesia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan keseimbangan
asam basa
4. Hiperkalemia
5. Gangguan
kardiovaskular:
Perforasi pembuluh darah
Emboli
Infark
Aritmia
Volume overload
Arrest
6. Perdarahan
Trombositopenia
Defisiensi faktor
pembekuan
7. Infeksi
8. Hemolisis
9. Graft-versus host
disease
10.Lain lain :
hipotermia,
hipertermia,
enterokolitis
nekrotikans
Komplikasi
Kern ikterus

Bilirubin ensefalopati
Prognosis
Hiperbilirubin baru akan berpengaruh apabila
bilirubin indirek telah melalui sawar otak,
penderita mungkin menderita kernikterus atau
ensefalopati biliaris, gejala ensefalopati pada
neonatus mungkin sangat ringan dan hanya
memperlihatkan gangguan minum, letargi dan
hipotonia, selanjutnya bayi mungkin kejang,
spastik. Bisa didapatkan adanya atitosis,
opistotonis, atau disertai gangguan
pendengaran atau retardasi mental di
kemudian hari.
Rujukan
Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya
transfusi tukar, kadar hemoglobin < 13 g/dL
(hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera
rujuk bayi.
Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan tes Coombs, segera
rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan
hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%).
Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:
1. Persiapkan transfer.
2. Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter
dengan fasilitas transfusi tukar.
3. Kirim contoh darah ibu dan bayi.
4. Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi
kuning, mengapa perlu dirujuk dan terapi apa yang
akan diterima bayi.

LOGO
Definisi, Etiologi, Epidemiologi,
Prognosis, Pencegahan
Inkompatibilitas ABO
Hanna Fauzia
201210330311002
Source
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus
/ency/article/001306.htm. ABO
incompatibility
HTA Indonesia_2004_Tatalaksana
Ikterus Neonatorum_hlm 1/22
Buku ajar Neonatologi IDAI, 2014

Definisi

Inkompatibilitas
ABO
ketidak sesuaian golongan darah
antara ibu dan bayi.


meyebabkan reaksi isoimun
berupa hemolisis yang terjadi
apabila antibodi anti-A dan anti-
B pada ibu dengan golongan
darah O, A, atau B dapat
melewati plasenta dan
mensensitisasi sel darah merah
dengan antigen A, B, atau AB
pada janin (Al-Swaf, 2009)
Etiologi
The different blood types are: Type A,
Type B, Type AB, Type O
People who have one blood type may form
proteins (antibodies) that cause their immune
system to react against one or more of the other
blood types.





For example:
A patient with type A blood will react
against type B or type AB blood.
A patient with type B blood will react
against type A or type AB blood.
A patient with type O blood will react
against type A, type B, or type AB blood.
A patient with type AB blood will not react
against type A, type B, type AB, or type O
blood.


Epidemiologi

Di Amerika Serikat, sebanyak 65 % bayi baru
lahir menderita ikterus dalam minggu pertama
kehidupannya. Di Malaysia, hasil survei pada
tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat
kesehatan di bawah Departemen Kesehatan
mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita
ikterus dalam minggu pertama kehidupannya.1

Di Indonesia, insidens ikterus neonatorum pada
bayi cukup bulan di beberapa RS pendidikan
antara lain :
RSCM, RS Dr. Sardjito, RS Dr. Soetomo, RS Dr.
Kariadi bervariasi dari 13,7% hingga 85%.
Prognosis
ABO incompatibility can be a very serious
problem that can result in death. With the
right treatment, a full recovery is
expected
Pencegahan
Careful testing of donor and patient blood
types before transfusion or transplant can
prevent this problem

Akan tetapi, jika dalam skenario tersebut
tidak ada cara pencegahan khusus
untuk inkompatibilitas ABO saat ini
Komplikasi
Bayi anda dapat mengalami crebral palsy
Bayi anda dapat mengalami ikterus
Kematian janin

LOGO

PATOFISIOLOGI


INKOMPABILITAS ABO terjadi ketika Sistem imun ibu
mebentuk antibodi melawan SDM janin ( dimana saat ibu
hamil eritrosit janin dlm bbrp insiden masuksirkulasi darah
ibu yg disebut fetomaternal microtransfusion).

Ibu tdk memiliki Ag seperti yg terdapat pada eritrosit janinshg mbntuk
imun Anti bodi (IgG)IgG melewati plasentamasuk ke peredaran darah
janin sel2 eritrosit janin diselimuti(coated) dgn Ab
tersebutaglutinasi+hemolisisAnemia (reaksi Hipersensitivitas tipe II)
kompensasi tubuh memproduksi &melepaskan sel-sel darah merah yg
imatur yg berinti banyak (eritroblas yg berasal dr sumsum tlg) scra
berlebihanpembesaran hati&limparusaknya hepar & rupture limpa.

Produksi eritroblas ini melibatkan berbagai komponen sel-sel darah (platelet&factor
penting lainnya u pembekuan darah) shg perdarahan yang banyak memperberat
komplikasi bayi.

Manifestasi Klinis
Hiperbilirubinemia ringanSedang (24-48
jam kelahiran)
Hidrops fetalis
Edem menyeluruh, asites,hepatosplenomegali &
pleural efusi
Pembesaran jantung & perdarahan pulmoner
Hidrothoraks
Gangguan SSP (Sistem Saraf Pusat)
Letargia, kekakuan ektremitas, retraksi kepala,
strabismus, tangisan melengking, tdk mau menyusui
& kejang-kejang
Diagnosis
Inkompabilitas ABO
Diagnosis Banding
Inkompabilitas Rh
Ikterus Neonatorum
Gangguan Konjugasi Bilirubin
(Ikterus Hepatoseluler)

LOGO
Lo-INKOMPABILITAS ABO
-PMX FISIK
-PMX PENUNJANG
-PENATALAKSANAAN
DEASY ARINDI PUTRI
201210330311012
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan daerah kepala, leher,
telinga, mata, hidung dan
tenggorokan didapatkan konjungtiva
anemi, jaundice, ikterik.
Sistem integumen terlihat pucat,
anemia, jaundice
Pemeriksaan abdomen: adanya
splenomegali

PEMERIKSAAN PENUNJANG
golongan darah ibu dan BBL
Coombs test
darah lengkap
hapusan darah
hitung retikulosit
Skrining G6PD
bilirubin direk.

PENATALAKSANAAN
1. Transfusi Tukar (dengan gol. Darah O, Rh -),
tujuannya:
Memperbaiki keadaan anemia tapi tidah
menambah volume darah
Menggantikan eritrosit yang diselimuti antibodi
(coated cells)dengan eritrosit normal
(menghentikan proses hemolisis)
Mengurangi kadar serum bilirubin
Menghilangkan imun antibodi yang berasal dari
ibu.
2. Foto terapi
Dengan lampu blue violet
Tidak dapat digunakan sebagai terapi tunggal,
biasanya diikuti dengan transfusi tukar.
LOGO
Ensefalopati bilirubin
(Kern ikterus)
Hardhikasari Vindy Palupi
201110330311001
Definisi

Komplikasi ikterus neonatorum non
fisiologis akibat efek toksis bilirubin
indirek terhadap susunan saraf pusat yang
dapat mengakibatkan kematian atau
apabila bertahan hidup menimbulkan
gejala sisa yang berat.



Etiologi
Dikarenakan kadar bilirubin yang sangat
tinggi yang dapat mencapai tingkat toksik
sehingga merusak sel-sel otak.
Kadar bilirubin yang tinggi merupakan
kelanjutan dari ikterus neonatorum yang
disebabkan oleh:
Ikterus fisiologis:
- Peningkatan jumlah bilirubin yang masuk ke
dalam sel hepar.
- Defek pengambilan bilirubin plasma.
- Defek konjugasi bilirubin.
- Ekskresi bilirubin menurun.

Ikterus patologis:
- Anemia hemolitik: isoimunisasi, defek
eritrosit, penyakit hemolitik bawaan,
sekunder dari infeksi, dan mikroangiopati.
- Ekstravasasi darah: hematoma, ptekie,
perdarahan paru, otak, retroperitoneal dan
sefalhematom.
- Polisitemia.
- Sirkulasi enterohepatik berlebihan:
obstruksi usus, stenosis pilorus, ileus
mekonium, ileus paralitik, dan penyakit
hirschprung.
- Berkurangnya uptake bilirubin oleh hepar:
gangguan transportasi bilirubin, obstruksi
aliran empedu.

Etiologi
Prematuritas
Penyakit hemolitik terutama Rhesus
Defisiensi enzim G6PD
Galaktosemia
Sepsis neonatorum

Epidemiologi
Kern ikterus terjadi di semua bagian dunia
akan tetapi yang berhubungan akibat dari
defisiensi enzim G6PD adalah lebih banyak
daripada penyebab lain.
Meningkat pada BBL di Asia Timur, Indian
Amerika dan Yunani.

Klasifikasi
Stadium 1
Refleks jelek, hipotoni, letargi, poor feeding,
vomitus, high pitched cry, kejang.
Stadium 2
Opistotonus, panas, rigiditas, occulogyric
crises, mata cenderung deviasi ke atas
Stadium 3
Spastisitas menurun, pada usia sekitar 1
minggu
Stadium 4
Gejala sisa lanjut; spastisitas, atetosis, tuli
parsial/komplit, retardasi mental, paralisis
bola mata ke atas, displasia mental


Faktor resiko
prematuritas
penyakit hemolitik terutama Rhesus, ABO
defisiensi enzim G6PD
Galaktosemia
sindroma Crigler-Najjar
sepsis neonatorum.
Daftar pustaka
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8
-4-4s.pdf
LOGO
Galih hayyu salim p


Manifestasi klinis
a. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-
putar
b. Letargik (lemas)
c. Kejang
d. Reflek hisap lemah
e. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap.
f. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
g. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai
spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis yang disertai
ketegangan otot
h. Perut membuncit
i. Pembesaran pada hati
j. Feses berwarna gelap
k. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
l. Tampak ikterus; sklera, kuku, kulit dan membran mukosa.
Joundice pada 24 jam pertama yang disebabkan oleh penyakit
hemolitik waktu lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik/infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai
puncak pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya
merupakan jaundice fisiologis.
DIAGNOSIS

Langkah pertama pendekatan diagnosis
pasien dengan ikterus ialah melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik yang teliti serta
pemeriksaan faal hati.
(5)

Anamnesis ditujukan pada riwayat timbulnya
ikterus, warna urin dan feses, rasa gatal,
keluhan saluran cerna, nyeri perut, nafsu
makan berkurang, pekerjaan, adanya kontak
dengan pasien ikterus lain, alkoholisme,
riwayat transfusi, obat-obatan, suntikan atau
tindakan pembedahan.
(5)


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi perabaan hati,
kandung empedu, limpa, mencari tanda-
tanda stigmata sirosis hepatis, seperti
spider naevi, eritema palmaris, bekas
garukan di kulit karena pruritus, tanda-
tanda asites. Anemi dan limpa yang
membesar dapat dijumpai pada pasien
dengan anemia hemolitik.
LOGO
Penatalaksanaan kern
ikterus
Terapi sinar
Dilakukan setidaknya 24 jam sampai
kadar bilribin kembali normal.

Bilirubin diserap cahaya dengan maksimal
pada cahaya biru (420-470 nm)

Fototerapi juga merubah native bilirubin,
dengan reaksi ireversibel, menjadi isomer
lumirubin, yang diekskresikan oleh ginjal
dalam bentuk unconjugated tanpa melalui
hepar.

Home Treatment Phototherapy
Transfusi tukar
Dilakukan jika fototerapi intensif gagal
untuk mengurangi kadar bilirubin pada
kadar yang aman dan ada resiko kern
icterus
Komplikasi dari transfusi tukar meliputi
asidosis, kelainan elektrolit, hipoglikemi,
trombositopeni, kelebihan cairan,
bradikardi, aritmia, henti jantung, NEC,
dan infeksi
Terapi tukar dilakukan untuk menjaga
kadar bilirubin indirek dalam batas yang
aman.

Terapi Obat-obatan
Obat-obatan seperti Phenobarbital atau
luminal untuk meningkatkan pengikatan
bilirubin dari indirect menjadi direct agar
bisa di kluarkan melalui hepar dan luminal
Fisioterapi
Untuk bayi yang sudah mengalami
cacat akibat kadar bilirubin terlalu
tinggi, pengobatan diarahkan pada
fisioterapi untuk memperbaiki
kekakuan otot dan gerakan serta
stimulasi untuk mengoptimalkan
fungsi intelek (kognitif). Dengan cara
ini diharapkan kemampuan si anak
sebisanya mendekati normal

Komplikasi
Retardasi mental
Cerebral palsy
Prognosis
Tanda-tanda neurologis yang jelas
mempunyai prognosis yang jelek, ada 74
% atau lebih bayi-bayi yang demikian
meninggal, dan 80 % yang bertahan
hidup menderita Retardasi mental lazim
terjadi
Rujukan
Ketika bayi yang kita lakukan foto
terapi namun hasilnya justru kadar
bilirubin indirek meningkat maka
sebaiknya kita rujuk ke rumah sakit
agar bisa dilakukan tindakan
selanjutnya, seperti transfusi tukar.
LOGO
Antenatal Care (ANC)
Definisi
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar (Manuaba, 2008)
TUJUAN ANC

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.

TUJUAN ANC

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga
dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.

Pemeriksaan ANC
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan :

Paling sedikit 4 kali :
Trimester I (< 14 minggu) : 1x
Trimester II (14 28 minggu) : 1x
Trimester III (28-36 minggu & sesudah
minggu ke-36) : 2X
KRITERIA KETERATURAN ANC
Pemeriksaan kehamilan di lakukan berulang-
ulang dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah
sedini mungkin ketika haidnya terlambat
satu bulan.
2. Periksa ulang 1 x sebelum sampai kehamilan
7 bulan.
3. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan
9 bulan.
4. Periksa ulang setiap minggu sesudah
kehamilan 9 bulan
5. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.

Sehingga dapat disimpulkan
Teratur : pemeriksaan kehamilan 4
kali kunjungan

Kurang Teratur : pemeriksaan
kehamilan 2-3 kali kunjungan

Tidak teratur : pemeriksaan kehamilan
< 2 kali kunjungan (WHO, 2006).


Pemeriksaan antenatal dilakukan dgn
standar pelayanan yg dimulai dgn bbrp
kegiatan :
1. Ukur Tinggi badan
2. Timbang berat badan & Lingkar Lengan
Atas (LLA)
3. Ukur tekanan darah
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
5. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
6. Pemberian Tablet besi (fe)
7. Tanya/Temu wicara
7T
1. Timbang berat badan
2. Mengujur tekanan darahnya
3. Mengukur tinggi fudusnya
4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus
Toxoid) lengkap
5. Pemberian tablet zat besi (Fe)
minimal 90 tablet selama
kehamilannya
6. Tes terhadap penyakit menular
seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan.

Pelayanan Antenatal
Konsep pmx antenatal :

1. Anamnese : identitas ibu hamil, riwayat
kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan
sekarang
2. pemeriksaan umum : pmx fisik, pmx khusus
kebidanan
3. Pemeriksaan laboratorium (hanya atas
indikasi/diagnosa)
4. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) dan tablet besi (fe)
5. Penyuluhan ttg gizi, kebersihan, OR, pekerjaan &
perilaku sehari-hari, perawatan payudara dan ASI,
tanda2 resiko, pentingnya pmx kehamilan dan
imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih,
KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan
pmx kehamilan ulang

Anamnesa
a. Identitas Pasien

b. Keluhan utama

c. Riwayat kehamilan sekarang / riwayat
penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan.
Kapan hari pertama haid terakhir, siklus haid
biasanya berapa hari. Penting untuk
memperkirakan usia kehamilan menstrual dan
memperkirakan saat persalinan.
Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ
lain, baik yang berhubungan dengan perubahan
fisiologis kehamilan maupun tidak.



Anamnesa
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin
mempengaruhi atau diperberat oleh kehamilan
(penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes
mellitus), riwayat alergi makanan / obat tertentu
dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi
umum / lainnya maupun operasi kandungan
(miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya).

e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat
bawaan, dan sebagainya.

Anamnesa
f. Riwayat khusus obstetri ginekologi
Riwayat kehamilan / persalinan / abortus sebelumnya.
Ada tidaknya masalah2 pada kehamilan / persalinan
sebelumnya seperti prematuritas, cacat bawaan, kematian
janin, perdarahan dan sebagainya?
Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan,
penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru lahir,
berat badan lahir jika masih ingat.
Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau
gangguan haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.

g. Riwayat sosial / ekonomi
Pekerjaan, kebiasaan, kehidupan sehari-hari.

Pemeriksaan Umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali
lakukan penilaian keadaan umum, status
gizi dan tanda vital.

Mata: konjungtiva pucat, sklera ikterik,
edema kelopak mata, dan kloasma
gravidarum.

Periksa gigi melihat adanya infeksi lokal.
Periksa pula jantung, paru, mammae,
abdomen, anggota gerak secara lengkap.

Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan luar
Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa
usia kehamilan, letak janin, persentase janin,
kondisi janin, serta taksiran berat janin

Pemeriksaan dalam
Letak, bentuk, dan ukuran uterus serta
periksa konsistensi, arah, panjang, porsio,
dan pembukaan servik
Laboratorium
Pada K1 diperiksa kadar hemoglobin
darah, hematokrit, dan hitung leukosit.
Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan
glukosa.
Jika terdapat kelainan ditatalaksana &
periksa ulang sampai mencapai normal.
Jika sejak awal laboratorium rutin dalam
batas normal, diulang kembali pada
kehamilan 32-34 minggu.
Periksa infeksi TORCH (Toxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis /
HIV).
DAMPAK IBU HAMIL TIDAK ANC
Meningkatnya angka mortalitas dan
morbilitas ibu

Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan
kehamilan

Kelainan fisik yang terjadi pada saat
persalinan tidak dapat dideteksi secara
dini

LOGO
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai