Anda di halaman 1dari 112

FISIOLOGI UROPOETIKA

SUMBER:
Buku ajar Fisiologi kedokteran,edisi 11 Th. 2011- Guyton
& Hall,

Fungsi Ginjal
Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit (Pengaturan osmolaritas ECF)
Pengaturan tekanan arteri
Pengaturan keseimbangan asam basa
Pengaturan produksi eritrosit
Pengaturan produksi 1,25-dihidroksivitamin D3
Sintesis glukosa
Pengaturan homeostasis Ph
Ekskresi urine

Sekresi hormon

NEFRON
unit fungsional ginjal
setiap nefron:

Glomerulus
Tubulus proksimal
Loop of henle (pars asenden dan pars desenden)
Tubulus distalis
Duktus koligentes
Tipe nefron:
1. Cortical nephron

2. Juxta medullary nephron (15%)

1. GLOMERULUS :
Pars Viseralis
Kapsula Bowman
Pars Parietalis

Filter Glomerulus : Membran glomerulus


- Endotelium kapiler sel endotel pipih
- Lamina basalis (bermuatan neg) kolagen dan glikoprotein
- Epitelium pars viseralis kapsula Bowman (Podocyt)
Filtrat
plasma

= Plasma darah - seldarah - protein

Filtrasi pada Membran Glomerulus

1. Kapiler glomerulus lebih


permeabel daripada kapiler di
tempat lain cairan yg
difiltrasi >>
2. Keseimbangan gaya-gaya
menembus membran
glomerulus adalah
sedemikian filtrasi terjadi
di keseluruhan panjang
kapiler

2. TUBULUS PROKSIMALIS / TC I :
Panjang =

15 mm

- Tight junction
- Lateral intercelluler space
- Brush border

3. LENGKUNG HENLE :
Pars Descendens : 2 14 mm
Pars Ascendens :

- mitokondria >>
- berakhir di macula densa (pembatas)
- sel juxtaglomerular arteriol aff dan eff

Renin

4. TUBULUS DISTALIS / TC II:


Panjang : 5 mm
Epitel lebih pipih
Brush border (-)

dari epitel tubulus proksimalis

5. DUCTUS COLLIGENTES :
Panjang : 20 mm
Menampung beberapa tubulus
Bermuara di papilla renalis

distalis

PANJANG SELURUH NEFRON :

45 65 mm

Renal Circulation

ALIRAN DARAH
GINJAL
Renal Blood Flow (RBF)
Cardiac Output ( CO)

= 1200 ml/menit
= 5000 ml / menit

Aliran darah yang ke ginjal (RBF) dipakai untuk :

1. Memberi nutrisi ginjal


2. Proses filtrasi, disebut Effective Renal Blood Flow (ERBF)

RENAL FRACTION :
= Bagian dari CO yang melewati ginjal
= kecepatan aliran darah melalui kedua ren X 100 %
cardiac output
= 1200 X 100 %
5000

= 24 %

Renal Fraction

Fungsi ginjal sebagai autoregulasi


Autoregulasi :

Proses pengaturan lokal ginjal untuk mempertahankan

GFR relatif konstan


Fungsi : melindungi barier filtrasi dari tekanan darah yg
tinggi yg dpt merusak barier
Dipengaruhi :

Respon miogenik

penurunan GFR konservasi volume darah


Umpan balik tubuloglomerulus makula densa, sel JG

Grafik : Autoregulasi aliran darah


ginjal mencegah perubahan
spontan GFR

Renal Plasma Flow (RPF) = plasma yang mengalir ke


ginjal = 650 ml/menit
Tekanan darah 90 mmHg 200 mmHg : Renal Plasma
Flow konstan

BASIC RENAL PROCESSES


Afferent
Arteriole

Glomerulus

Efferent Arteriole

GF

Kidney
Tubule

Reabsorbsi
Peritubular Capillary
Sekresi

Urine Excreted

Proses-proses dasar di ginjal


Filtrasi: dari kapiler ke lumen glumerulus masuk ke kapsula

bowman tubulus proximal


Sekresi: kapiler lemen tubulus
Reabsorbsi: lumen kapiler

Proses Filtrasi
(tekanan kapiler menyebabkan filtrasi)

G F R (Glomerular Filtration Rate) :

Jumlah filtrat yang disaring dari plasma dalam satu menit (kedua
ginjal)
Normal : 125 ml/ menit
- 1 jam dibentuk :
- 1 hari dibentuk :
Lebih dari 99 % di reabsorpsi
Produksi urine = 1 l/ hari

7,5 l.
180 l.

Filtration Fraction :

G F R = 125 ml/ menit


R P F = 650 ml/ menit
F.F

= 125 X 100 % = 19 %
650

Filtration Fraction
persentase volume plasma total yg difiltrasi ke tubulus

Besarnya GFR tergantung keadaan


vas afferent dan vas efferent

Cara mengukur G F R :
G F R x PX = UX x V
GFR= UX .V
PX

Syarat-syarat zat untuk mengukur GFR :


1. Molekul kecil
2. Tidak direabsorpsi / disekresi
3. Tidak dimetabolisir.
4. Tidak beracun
5. Tidak terikat pada plasma protein
6. Tidak disimpan pada ginjal
7. Tidak mempengaruhi kecepatan filtrasi
8. Mudah dianalisa

Zat yang memenuhi syarat tersebut :


INULIN
2. MANITOL
1.

Inulin Clearance

Penentuan GFR dengan


Clearance Creatinin
Ada dlm tubuh
Sifat creatinin :

- molekul kecil Konsentrasi di plasma = di filtrat


- disekresi sedikit oleh tubuli (inulin & manitol tdk)
- dlm plasma creatinoid chromogen yaitu zat yg bkn
creatinin tp terdeteksi sbg creatinin (seolah-olah
creatinin di plasma tinggi)

Kelemahan : penentuan GFR dgn CC kurang teliti, nilainya


agak rendah dari GFR sebenarnya

Penentuan GFR dengan


Clearance Creatinin
Kreatinin plasma = 1,8 mg/100 mL plasma,
Kreatinin urin = 1,5 mg/mL urin
Volume urin = 1100 mL dlm 24 jam
CC = kecepatan ekskresi C / C plasma
GFR = CC

Faktor yang mempengaruhi GFR


GFR= Koefisien filtrasi x Tekanan filtrasi akhir
Kf ditentukan oleh:
Permeabilitas kapiler dan kapsula bowman
Luas permukaan kapiler untuk filtrasi

Tekanan filtrasi akhir ditentukan oleh:


Tekanan hidrostatik glomerulus (PG)
Tekanan osmotik koloid kapsula bowman (B)
Tekanan hidrostatik kapsula bowman (PB)
Tekanan osmotik koloid glomerulus (G)

Kf = GFR/ tek. Filtrasi akhir

Penentuan gfr
Daya yang mendorong filtrasi:

Tek. Hidrostatoik glomerulus (Hs)


Tek osmotik koloid di kapsula bowman (Ok)
Daya yang melawan filtrasi:
Tek hidrostatik di kapsula bowman (Hk)
Tek osmotik koloid di kapiler glomerulus (Os)

GFR = Kf x (Hs Hk Os + Ok)

Kontrol hormonal
Norepinefrin, epinefrin, endotelin kontriksi p.d ginjal dan

menurunkan GFR
angiostensin ii kontriksi arteriol eferen
peranan nitrat oksida yang berasal dari endotel penurunan
tahanan vaskular ginjal dan peningkatan GFR
Prostaglandin dan bradikinin meningkatkan GFR

FUNGSI TUBULUS
I. Reabsorpsi.

II. Sekresi

Glomerulus

Px

Kidney
Tubule

GFR

Reabsorbsi
Peritubular Capillary
Sekresi

Ux
V

Urine Excreted

Filtrasi Reabsorbsi - Sekresi

Jumlah ekskresi tergantung filtrasi, reabsorbsi &


sekresi

MEKANISME TRANSPORT :
A. Pasif
B. Aktif

A.

Transport Pasif : sll dr gaya tinggi rendah (downhill)


1. Selisih konsentrasi ( Ureum )
2. Selisih muatan listrik ( Cl- )
3. Selisih Tekanan ( Filtrasi )

B. Transport Aktif :
1. Butuh Energi
2. Melawan Electro chemical gradient (Up- hill)
3. Butuh carrier system.

Tm ( Reabsorpsi )
Glukosa
Urate
Laktate
Hb.
Vit. C
Tm ( Sekresi )
Creatinin
PAH
Diodrast
Phenol red

mg/ menit
320
15
75
1
1,77
mg/ menit
16
80
57
56

Renal Thresold :
Bila Tubular Load ( GFR.PX ) = Tm
Maka ekskresi zat x = 0

Nilai ambang Glukosa :


Kenyataan :

GFR. P X = Tm
125. P X

= 320

P X = 320 = 2,56 mg/ ml


125

= 256 mg%

Nilai ambang ginjal = 180 mg %


(Karena Tm masing masing
nephron berbeda)

Tub. Prox.

Reabsorbsi

Sekresi

-Zat organis(glukosa, asam amino, bikarbonat)


-65 % reabsorpsi di tubulus proksimalis
Zat yang dIreabsorbsi di tub prox,tdk disekresi lg,kecuali
K+
- Reabsorbsi+ H2O equivalent Isotonis

-Zat organis( garam


empedu,oksalat,urat dan
katekolamin)

Loop henle
descenden

- Permeabilitas besar thd air.


- Sedikit permeabel thd Na dan ureum

Loop henle
ascenden

Tidak permeable thd. H2 O + Ureum


Reabsorpsi aktif Cl - dan Na +
(Tidak disertai air Hipotonis)

Tubulus distalis

Bag. Proksimal = segm.tebal Henle.


Bag. Distal
ion exchange ( Aldosteron )
reabsorbsi Na

Bag distal: Sekresi K+ dan


H+

Ductus Colligentes

Bag. Cortex : = bag distal tub distalis - impermeable


thd. Ureum
Bag. Medulla : cukup permeable thd. Ureum.
ADH : permeable thd. H2O (reab air )
ADH : impermeable thd H2O

Bag. Cortex : = bag distal


tub distalis
Sekresi K+ dan H+
Bag medula: sekresi H+

Aliran Cairan dalam tubulus :

Tub. Proks.
Henle
Tub. Dist.
Duct. Coll
Urina

V ml/menit
125
45
25
12
1

% Reabsorpsi
65
15
10
9,3
0,7

REABSORBSI ELEKTROLIT :
( Kation ) perlu dikendalikan cermat, bila berubah
kegagalan faal tubuh.
( K+ ) pot. membr. paralysis
( Na +) pot.aksi paralysis
( Ca+ + ) permeab. Membran tetani.

1. Natrium :
> 90 % kation ekstrasel
- 65 % direab.di tub.proks. + H2O isotonis.
- Segm. tipis Henle
: reabsorpsi (-)
- Segm. tebal Henle
: reabsorpsi aktif,
bersama Cl , tanpa H2 O Hipotonis
- Bag. proks tub. dist. : reabsorpsi (+)
- Bag.distal tub.dist : ion exchange
dikendalikan aldosteron.

Bag.distal tub.dist

Cairan Peritub

|
|
|

HCO3-

: ion exchange
dikendalikan aldosteron
|
|
|

Sel Tub.

HCO3-

H+

Lumen

Na+

H2CO3
H+

K+
Na+

Na+

CA
H2O + CO2
|
|
|

|
|
|

Cl-

Pengendalian Sekresi Aldosteron :


Aldosteron :
( Na+ )
( K+ )
ACTH
Angiotensin II

2. Kalium :
Reabsorpsi lengkap di tub.proksimalis
Sekresi di tub.dist. : ion exchange .

3. Bicarbonat :
|
Cairan Peritub |
|
HCO3HCO3-

|
|
|

Sel Tub.
HCO3-

H+

Lumen
Na+

H2CO3
H+
Na+

Na+
CA

H2CO3

H2O + CO2

pH Urine 4,5

|
|
|

CO2
H2O
|
|
|

4. Calsium dan Phosphat :


Reabsorpsi di tub. Proksimalis
Dikendalikan Parathormon :

Reabsorpsi Ca++
Reabsorpsi Phosphat

5. Chlorida :
Reabsorpsi pasif,
Kecuali di segmen tebal Henle

6. Ion Amonium :
Dibentuk melalui NH3 :
H+ + NH3 NH4+

Efek Aldosteron

Renin Angiotensin - Aldosteron

MEKANISME PELINDUNG
I. Reabsorpsi Bicarbonat
II. Buffer Phosphat.
III. Produksi NH3
I. Bicarbonat dlm ultrafiltrat (lumen) bertugas u/
mengkat H+
II. H3PO4 H2PO4- + H+
HPO42- + 2H

dlm lumen
(buffer fosfat)

III. Bl tubuh asidosis enzim glutaminase


glutamin (NH2)

NH3 (amin)
mengikat H+
NH4
(ammonium ion)
Tidak asam

Mekanisme Counter - Current :

: Suatu sistem dimana aliran masuk, berjalan :

sejajar
berlawanan
berdekatan

dengan aliran keluar

1. Lengkung Henle :

Counter Current multiplier ( aktif )


2. Vasa Recta
:
Counter Current exchanger ( pasif )

Counter current mechanism

Perubahan osmolaritas pada nefron

Osmolaritas bertingkat-tingkat dalam medulla :


ditimbulkan oleh : reabsorpsi aktif Na+ dan Cl tanpa air
dipertahankan oleh : sirkulasi vasa recta.

Pengendalian jumlah cairan tubuh :


Hydropenia ADH Permeab.duct.coll.

Urina ( hypertonis ).
Hyperhydrosis ADH Permeab..duct coll.
Urina ( hypotonis ).

Vasopressin (ADH) pada ductus colligens

Efek vasopressin (ADH)

ANATOMI GINJAL

Anatomi ginjal
Bentuk. Seperti kacang kedele.
Posisi :
Regio abdomen posterior.
Disebelah lateral columna vertebra
Retroperitoneal.
Antara Vertebra T.XII Vertebra L.III
Ren Dextra terletak lebih caudal dari
ren sinistra.

Pembungkus ren:
1. capsula renal
2. capsule adiposa
3. fascia renalis.

Struktur Ren.
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.

Hilus renalis
Cortex renalis
Medulla renalis
Columna renalis
Pyramida renalis
Papilla renalis
Calyx minor
Calyx major

Vesica urinaria

ISK ATAS

PIELONEFRITIS

definisi
Pielonefritis akut: proses oinflamasi parenkim hinjal yang

disebabkan oleh infeksi bakteri


Pielonefritis kronik: akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkeppanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

IPD edisi 5

Etiologi
Jenis Kelamin

Kehamilan
Diabetes
Personal hygine

Patofisiologi
83898523-Pathway-Pielonefritis.doc

Manifes,Px Fisik,Px Penunjang PNA

Gejala Klinis
PYELONEFRITIS AKUT
Demam tinggi & Menggigil
Nausea , nyeri kepala
Nyeri tekan pada
costovertebral ( CVA )
(70%)
Leukositosis
Adanya bakteri & sel
darah putih dalam urin
Disuria (40%)

Pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan costovertebre

Nyeri tekan suprapubis


Suara usus melemah seperti ileus paralitik

Pemeriksaan penunjang
Urinalisis
Darah
Lengkap

Kultur
urine

Pyuria
Bakteriuria
Hematuria
Leukositosis
LED meningkat
Peningkatan kadar C-reactive
protein
Mengetahui adanya
mikroorganisme spesifik

Pemeriksaan radiologis pada pielonefritis akut


BOF

Kekaburan dari kebanyakan otot psoas dan mungkin terdapatb


ayangan radio-opak dari batu saluran kemih
Pemeriksaan tambahan, seperti IVP, CT-scan,
dipertimbangkan bila pasien masih tetap demam setelah 72
jam untuk menyingkirkan faktor komplikasi yang lebih jauh
seperti abses renal.

Penatalaksanaan, Pencegahan, Prognosis

Source
Dasar-Dasar Urologi Edisi Ke-3, Basuki B. Purnomo, 2012
Guidelines on Urological Infections,M. Grabe (Chairman), M.C.

Bishop, T.E. Bjerklund-Johansen, H. Botto, M. ek, B. Lobel, K.G.


Naber, J. Palou, P. Tenke, F. Wagenlehner
Diagnosis and Treatment of Acute Pyelonephritis in Women ,
RICHARD COLGAN, MD, and MOZELLA WILLIAMS, MD
University of Maryland School of Medicine, Baltimore, Maryland,
JAMES R. JOHNSON, MD, University of Minnesota, Minneapolis,
Minnesota
http://www.cumc.columbia.edu/student/health/pdf/OP/Pyelonephritis.pdf
National kidney and urologic diseases information clearinghouse
(kidney.niddk.nih.gov/KUDiseases/pubs/pyelonephritis/index.aspx)

Penatalaksanaan
Mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang lebih parah
dan memperbaiki kondisi pasien
Antibiotika bakterisidal dan berspektrum luas

Penetrasi ke
jaringan ginjal dan
kadarnya dalam
urin cukup tinggi

Aminoglikosida yang dikombinasi dengan aminopenisilin (ampisilin atau amoksisilin),


aminopenisilin dikombinasi dengan asam klavunalat atau sulbaktam, karboksipenisilin
sefalosporin, atau floroquinolone
48-72 jam
membaik

Pemberian parenteral diteruskan sampai 1


minggu dan kemudian dilanjutkan dengan
pemberian peroral selama 2 minggu
berikutnya

Tidak membaik

Kuman tidak sensitif terhadap antibiotika


yang diberikan

Diagnosis and Treatment of Acute Pyelonephritis in Women , RICHARD COLGAN, MD, and MOZELLA WILLIAMS, MD University of Maryland
School of Medicine, Baltimore, Maryland, JAMES R. JOHNSON, MD, University of Minnesota, Minneapolis, Minnesota

Guidelines on Urological Infections,M. Grabe (Chairman), M.C. Bishop, T.E. Bjerklund-Johansen, H. Botto, M.
ek, B. Lobel, K.G. Naber, J. Palou, P. Tenke, F. Wagenlehner

Pencegahan
Drink plenty of water and other noncaffeinated drinks. (Caffeine can

cause the body to lose fluids.)


Practice good hygiene when you use the toilet. For example, wipe
from front to back.
Avoid using irritating cosmetics or chemicals in the area of the
vagina and urethra (such as strong soaps, scented napkins, or
panty liners).
Urinate after you have sexual intercourse.

Komplikasi
Permanent kidney scars chronic kidney disease

High blood pressure


Kidney failure

Prognosis
Pielonefritis akut

Baik
Bila memperlihatkan
penyembuhan klinis
maupun bakteriologis
terhadap antibiotic

Pielonefritis kronik

Diagnosis terlambat dan


kedua ginjal telah menyusut
tujuan pengobatan :
pengobatan konserfatif
semata-mata untuk
mempertahankan faal
jaringan ginjal yang masih
utuh

ISK BAWAH

SISTITIS

Definisi
Sistitis adalah inflamasi pada mukosa vesica urinaria yang sering

disebabkan olen infeksi terutama oleh bakteri.

Etiologi
Paling banyak disebabkan oleh E coli (90%), Enterococcus,

Proteus dan Staphylococcus aureus, pseudomonas.


Refluks uretrovesikal
Kateter
Bahan Kimia (ditergen)

Patofisiologi

Manifestasi,pemeriksaan fisik dan penunjang


Suhada akmal
201210330311151

Manifestasi klinis
Disuria

Polakisuria
Hematuria
Nyeri suprapubik
Demam

Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan suprapubik

Kondisi umum tidak menurun


Peningkatan suhu tubuh
Edema vu

Pemeriksaan penunjang
Permeriksaan urine

Kultur urine
PIV
USG
sistoskopi

Penatalaksanaan, Komplikasi, Prognosis,


Pencegahan

Penatalaksanaan

Komplikasi
Rasa tidak nyaman di daerah pelvic beberapa hingga merasa nyeri

terutama saat akan kencing atau saat VU penuh


Infeksi ginjal
Hematuria

Prognosis
Bagi sebagian besar orang jarang terjadi sistitis kembali di kemudian hari.

Tetapi pada satu dari lima wanita terjadi perulangan kembali


Lebih sedikit kemungkinan pria menderita sistitis pertama tetapi begita ia
mendapat penyakit ini, ia cenderung mengalami perulangan karena bakteri
bersembunyi di dalam jaringan prostat
Siapapun yang memiliki diabetes atau masalah yang membuat sulit untuk
buang air kecil mungkin memiliki infeksi berulang.
Jika Anda memiliki infeksi berulang, sebaiknya konsultasi ke ahli urologi untuk
mendapatkan perlakuan khusus misalnya konsumsi antibiotik

Pencegahan
Tidak menahan kencing
Kencing segera setelah berhubungan seksual. Minum segelas air dapat

membantu flush bakteri


Setelah dari toilet selalu bersihkan daerah uretra dari belakang ke depan
menghindari bakteri masuk uretra
Menggunakan pakaian yang tidak terlalu ketat agar daerah uretra terkena
udara (kering)
Pada perempuan, atur kelahiran. Hindari penggunaan unlubricated condom
karena meningkatkan kemungkinan iritasi

Sumber
Clinical practice guideline, CID 2011:52 , 1 Maret 2011 (IDSA

guideline)
National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse
(NKUDIC)
(http://kidney.niddk.nih.gov/KUDiseases/pubs/uti_ez/index.aspx)

Sindroma Uretra Akut

SUA
Definisi : sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sititis tanpa

ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistisis


bakterialis.
Etiologi
1.

2.
3.
4.
5.

Kehamilan
Sumbatan
Disfungsi neurogenik kandung kemih
Refluks vesikoureteral
Faktor genetik

Patofisiologinya sama seperti cystitis primer tetapi berbeda


di etiologinya.

Manifestasi Klinis
Ditandai dengan disuria akut

Dengan urine yang dikeluarkan steril kurang dari 100.000

organisme per mililiter.


Polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi
bersamaan
Disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis

Diagnosis/ Pemeriksaan Fisik


Anamnesis tanyakan apakah ada gejala seperti dibawah ini???

1. Nyeri supra pubik


2. Disuria
3. Polakisuria
4. Hematuria
5. Stranguria

Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis(Eritrosit, Piuria atau sedimen leukosit, Silinder, Kristal,

Bakteri)
Tes Kimiawi
Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Radiologi (USG/CT Scan)

Penatalaksanaan, pencegahan, prognosis

Prinsip penatalaksanaan ISK bawah ;


intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi

simtomatik untuk alkalinisasi urin


80% pasien memberikan respon stlah 48 jam dgn antibiotika tunggal;

ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.


Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis diperlukan terapi

konvensional selama 5-10 hari.


Pmx mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua

gejala hilang dan tanpa leukosuria.

Penatalaksaan SUA
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 103-105

memerlukan antibiotika yang adekuat. (Memberi respon baik dgn


Ampicillin)
Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin.
Infeksi yang disebabkan mikroorganisme anaerobik diperlukan

antimikroba yang serasi (misal golongan kuinolon)

Pencegahan
1.

Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni
merupakan sebab terbesar dari infeksi saluran kemih.

2.

Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini
akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari
rektum.

3.

Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti,
bakteri akan berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.

4.

Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun


dapat memperlancar sirkulasi udara.

Pencegahan Lanjutan...

5.

Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara,


dan dapat mendorong perkembangbiakan bakteri.

6.

Minum air yang banyak.

7.

Gunakan air yang mengalir untuk membersihkan diri selesai


berkemih.

8.

Buang air seni sesudah hubungan kelamin, hal ini membantu


menghindari saluran urin dari bakteri

Prognosis
Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik

bila dapat diatasi fa


ktor pencetus dan penyebab terjadinya infeksi tersebut.

Referensi:
Novi, Praktika.,dkk.2009.The Rationality of Antibiotics Usage of

Urinary Tract Infection Patients at Department of Internal Medicine


RSUP Dr. Kariadi Semarang in TheYear of 2008

Anda mungkin juga menyukai