TINJAUAN PUSTAKA
konsep-konsep
yang
lebih
abstrak.
Mereka
masalah
anak.
Mittman
dalam
Nakita
(1981;
2008)
mengemukakan beberapa masalah umum yang terjadi pada anak pada usia
prasekolah:
1. Tidak patuh
Ada 3 bentuk ketidakpatuhan: melakukan instruksi tapi terpaksa,
tidak mau melakukan instruksi, atau sengaja melakukan yang bertolak
belakang dengan instruksi.
Penyebab perilaku tidak patuh antara lain : pola pengasuhan yang
serba membolehkan atau terlalu disiplin, pola pengasuhan yang tidak
konsisten, orang tua yang mengalami stres, ataupun anak terlalu pandai.
2. Tempertantrum
Tempertantrum merupakan kemarahan yang meledak-ledak yang
berupa hilangnya kontrol diri berbentuk menjerit-jerit, memaki, merusak
barang, dan berguling-guling di lantai. Anak yang lebih kecil biasanya
muntah atau mengompol, ada juga yang menyerang orang lain dengan
menyepak dan memukul.
Tempertantrum sering terjadi pada anak usia prasekolah terutama
2-4 tahun ketika anak pertama kali berusaha menunjukkan negativisme
dan kemandiriannya. Setelah lebih besar (5-12 tahun) anak sudah bisa
mengutarakan pikirannya secara verbal sehingga tempertantrum akan
berkurang.
Penyebab tantrum karena reaksi instingtif saat frustrasi, diserang
atau keinginan tidak terpenuhi, meniru, ketidakmampuan mengutarakan isi
hati secara komunikatif.
10
kurangnya
keterampilan
sosial
seperti
antri,
berbagi,
menyumbangkan ide, atau orang tua yang tidak suka pada teman
sebayanya.
11
5. Impulsif
Anak yang impulsif bertindak secara spontan secara mendadak,
memaksa, dan tidak sengaja. Ia tidak memikirkan akibat dari tindakannya.
Anak usia prasekolah masih wajar jika menunjukkan beberapa perilaku
impulsif mengingat kematangan kognitif dan emosinya masih belum
berkembang sepenuhnya. Namun untuk kasus-kasus yang ekstrim,
impulsivitas dapat disebabkan oleh penyebab organik, kecemasan (karena
cemas tidak dapat berpikir rasional), dan pengaruh budaya atau
pengasuhan.
6. Terlalu aktif
Anak yang terlalu aktif biasanya masih bisa mengikuti kegiatan
belajar, namun pada saat tertentu ia menjadi sangat aktif dan jika ditelusuri
penyebabnya bisa dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
seperti kondisi emosi, kejenuhan belajar, dan kebutuhan akan perhatian
anak. Sedangkan faktor eksternal karena manajemen kelas yang kurang
baik, pelajaran kurang menantang, ataupun karena karakteristik guru.
7. Kurang mampu berkonsentrasi
Beberapa anak kurang mampu berkonsentrasi. Anak yang kurang
mampu berkonsentrasi bisa karena mengalami Gangguan Pemusatan
Perhatian (attention deficit disorder), tetapi juga ada kemungkinan
disebabkan oleh faktor emosional ataupun terlalu banyak minat.
Penyebab kurangnya perhatian antara lain karena gangguan
perkembangan syaraf, temperamen, gangguan perseptual (penglihatan atau
12
13
B. Perilaku Tempertantrum
1. Pengertian Tempertantrum
Definisi tantrum menurut Kamus Perkembangan Anak adalah
luapan kemarahan atau kekesalan, dan bisa terjadi pada semua orang.
Namun,
saat
orang
membicarakan
tantrum,
mereka
biasanya
14
Sebagian
anak
dapat
melawan
rangsangan
yang
15
16
Perilaku
semacam
ini
disebut
impunitive
atau
menyembunyikan
kemarahan
daripada
mengekspresikan
17
18
19
20
21
individualitasnya,
mengemukakan
pendapatnya,
22
berkuasa
(dengan
memperbolehkan
anak
mendapatkan
yang
23
24
anak tantrum apakah karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit.
Berpikir ulang ini perlu, agar orang tua bisa mencegah tantrum berikutnya
(Hames, 2005).
Jika anak yang dianggap salah, orang tua perlu berpikir untuk
mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak
mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin memberi nasihat, jangan
dilakukan setelah tantrum berakhir, tapi lakukan ketika keadaan sedang
tenang dan nyaman bagi orang tua dan anak. Waktu yang tenang dan
nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada
tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orang tua dan anak sedang gembira,
tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.
25
anak
untuk
menentukan
keputusan
sendiri
dan
26
kepada anak sebagai individu unik yang bisa diterima dan dicintai
bahkan ketika anak bersikap tidak normal.
Anak-anak dari orang tua yang bisa diandalkan cenderung
memiliki kebanggaan diri yang sehat, hubungan positif dengan
sebayanya, percaya diri, dan sukses. Anak-anak ini juga memiliki
masalah emosional yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak
yang dibesarkan dengan tipe pola asuh lain. Anak mampu mengatasi
stres dengan baik, berjuang mencapai tujuan, dan mengendalikan diri
terhadap amarah.
b. Pola Asuh Otoriter
Orang tua otoriter menekankan batasan dan larangan di atas
respon positif. Orang tua sangat menghargai anak yang patuh terhadap
perintah orang tua dan tidak melawan. Orang tua tipe ini cenderung
untuk menentukan peraturan tanpa berdiskusi dengan anak terlebih
dahulu. Mereka tidak mempertimbangkan harapan-harapan dan
kehendak hati anak. Hukuman sebagai penegak kedisiplinan dan
amarah diterapkan pada tipe orang tua otoriter.
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak dari orang tua
otoriter bisa menjadi pemalu, penuh ketakutan, menarik diri, dan
berisiko terkena depresi. Anak bisa menjadi sulit membuat keputusan
untuk diri anak karena sudah biasa diperintah apa yang harus
dikerjakan.
27
28
29
D. Kerangka Teori
Faktor fisiologis:
1. Lelah
2. Mengantuk
3. Lapar
4. Sakit
Faktor psikologis
1. Kegagalan anak
2. Tuntutan orang tua
Perilaku Tantrum
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Perilaku Tantrum
30
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
Variabel
G. Hipotesis
Hipotesa penelitian ini adalah Ada hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perilaku tempertantrum pada anak prasekolah.
31