Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif Terhadap Status Gizi Pada Bayi Usia 6 Bulan Di Kecamatan Mampang Prapatan Jacko New Dari Jacko
Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif Terhadap Status Gizi Pada Bayi Usia 6 Bulan Di Kecamatan Mampang Prapatan Jacko New Dari Jacko
PENDAHULUAN
1,5 juta diantaranya gizi buruk. Anemia defisiensi besi dijumpai pada sekitar
8,1 juta anak. Apabila dikaitkan dengan pemberian ASI ekslusif, keadaan ini
cukup memprihatinkan.(4)
Menurut SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah
menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung
menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan
ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada
tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih
dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5% pada
tahun 2002.(4)
Berdasarkan data tersebut diatas, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana perkembangan status gizi bayi usia 6 bulan yang mendapat ASI
eksklusif dan bayi yang sudah diberikan PMT pada usia tersebut serta apakah
dengan pemberian asi ekslusif, kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan sudah
tercukupi.
I.2 Perumusan Masalah
Bagaimana status gizi balita usia 6 bulan yang diberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan bayi seusia yang sudah diberikan PMT.
I.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meningkatkan status gizi bayi melalui pemberian ASI eksklusif sampai 6
bulan
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya angka kejadian pemberian ASI eksklusif.
b. Diketahuinya hubungan antara pendidikan, pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif dan pengaruhnya terhadap pemberian ASI eksklusif.
c. Diketahuinya kontinuitas pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja
d. Diketahuinya faktor penghambat pemberian ASI eksklusif
e. Diketahuinya status gizi bayi usia 6 bulan yang diberi ASI eksklusif.
f. Diketahuinya status gizi bayi usia 6 bulan yang diberi ASI eksklusif
dibandingkan dengan bayi seusia yang diberikan PMT.
g. Diketahuinya perbedaan penggunaan standar status gizi menurut
WHO/NCHS dan standar status gizi menurut WHO.
I.4 Hipotesis
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki status gizi yang lebih
baik jika dibandingkan dengan yang tidak diberikan ASI eksklusif.
I.5 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan hasilnya dapat berguna baik bagi kami,
masyarakat, institusi dan pengembangan penelitian, yaitu :
1.
Bagi Peneliti
-
2. Bagi masyarakat
- Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
tentang manfaat ASI eksklusif untuk kecukupan gizi bayi mereka.
-
3. Bagi institusi
a. Puskesmas Kecamatan Mampang
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
ASI EKSKLUSIF adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lainnya pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bayi hanya
diberi ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali
obat, vitamin, mineral, dan ASI yang diperah.
Pada tahun 2001 World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia
menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi
adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.(5)
II.1.1 Manfaat ASI eksklusif enam bulan bagi bayi(5)
1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan
oleh bayi hingga ia berusia enam bulan
ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk
dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan
nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling
rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare, sudden
infant death syndrome/SIDS - sindrom kematian tiba-tiba pada bayi,
infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis
mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan
baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan: ASI adalah suatu
cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan
ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi Evaluasi
pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat
populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara
yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. Setelah 6
bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng
5
daripada yang tersedia didalam ASI pada titik inilah, nutrisi tambahan
bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa
minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih selama bayi anda terus
bertambah beratnya dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti ASI
anda bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.
2.
dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 3 sampai 4 bulan terakhir
jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Amilase,
enzim yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang
cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan.
Dan enzim pencerna karbohidrat seperti maltase, isomaltase dan sukrase
belum mencapai level orang dewasa sebelum 7 bulan. Bayi juga memiliki
jumlah lipase dan bile salts dalam jumlah yang sedikit, sehingga
pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9
bulan
Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi
agar sistem yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat
berkembang dengan baik.
4.
usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri pada usia sekitar 6
bulan, dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama.
5. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi
dari anemia karena kekurangan zat besi
Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung zat besi,
terutama pada usia enam bulan pertama, mengurangi efisiensi
penyerapan zat besi pada bayi. Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan
yang diberi ASI eksklusif selama 6-9 bulan menunjukkan kecukupan
kandungan hemoglobin dan zat besi yang normal. Dalam suatu studi
(Pisacane, 1995), para peneliti menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan
ASI eksklusif selama 7 bulan (dan tidak diberikan suplemen zat besi atau
sereal yang mengandung zat besi) menunjukkan level hemoglobin yang
secara signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun dibandingkan bayi
yang mendapat ASI tapi menerima makanan padat pada usia kurang dari
tujuh bulan. Para peneliti tidak berhasil menemukan adanya kasus
anemia di tahun pertama pada bayi yang diberikan ASI eksklusif selama
tujuh bulan dan akhirnya menyimpulkan bahwa memberikan ASI
eksklusif selama tujuh bulan mengurangi resiko terjadinya anemia.
ASI sangat bermanfaat karena mempunyai sifat sebagai berikut:(6)
1. Makanan alamiah (natural), ideal, fisiologis
2. Mengandung nutrient yang lengkap dengan komposisi yang sesuai
untuk keperluan pertumbuhan bayi yang sangat cepat, yaitu bulanbulan pertama berat badan bayi dapat meningkat kurang lebih 30%.
3. Nutrient yang diberikan selalu dalam keadaan segar dan suhu yang
optimal dan bebas dari bakteri pathogen.
4. Mengandung zat anti dan kekebalan lain yang dapat mencegah
berbagai penyakit infeksi terutama usus.
5. Mengurangi kejadian eksim atopik.
ini
menyebabkan
jaringan
muskuler
sekeliling
alveoli
Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur.
Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi,
tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi
pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
10
KOLOSTRUM
ASI
SUSU SAPI
Energi
(K.kal)
58.0
70.0
65.0
Protein
(g)
2.3
0.9
3.4
1:1.5
1:0.2
-Kasein/Whay
-Kasein
(mg)
140.0
187.0
-Laktalbumin
(mg)
218.0
161.0
-Laktdarierin
(mg)
330.0
167.0
-Lg A
(mg)
364.0
142.0
-Laktosa
(g)
5.3
7.3
4.8
-Lemak
(g)
2.9
4.2
3.9
Vitamin
11
-Vitamin A
(g)
151.0
75.0
41.0
-Vitamin B1
(g)
1.9
14.0
43.0
-Vitamin B2
(g)
30.0
40.0
145.0
-Asam Nikotinik
(g)
75.0
160.0
82.0
-Vitamin B6
(g)
12.0-15.0
64.0
-Asam
(g)
183.0
246.0
340.0
Pantotenik
-Biotin
(g)
0.06
0.6
2.8
-Asam Folat
(g)
0.05
0.1
0.13
-Vitamin B12
(mg)
0.05
0.1
0.6
-Vitamin C
(mg)
5.9
5.0
1.1
-Vitamin D
(g)
0.04
0.02
-Vitamin E
(g)
1.5
0.25
0.07
-Vitamin K
(g)
1.5
6.0
-Kalsium
(mg)
39.0
35.0
130.0
-Klorin
(mg)
85.0
40.0
108.0
-Tembaga
(mg)
40.0
40.0
14.0
(mg)
70.0
100.0
70.0
-Magnesium
(mg)
4.0
4.0
12.0
-Fosfor
(mg)
14.0
15.0
120.0
-Potassium
(mg)
74.0
57.0
145.0
-Sodium
(mg)
48.0
15.0
58.0
-Sulfur
(mg)
22.0
14.0
30.0
Mineral
Sumber : Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC, 1980
12
13
14
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi selama enam
bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai
diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan
sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
II.2 Status Gizi Bayi
II.2.1 Pokok Pengertian Tentang Status Gizi Bayi(10)
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh
setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia
balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini,
bersifat irreversible (tidak dapat pulih).
Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi,
700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat
program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia
pendek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda
kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat
mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama
masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30
minggu sampai bayi 18 bulan.
Menurut ahli gizi dari IPB, Prdari. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar
acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U). Sementara klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan
overweight (gemuk).
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik
disebut stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar
berdasar tabel WHO-NCHS (National Center for Health Statistics).
Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur
15
anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila
berat badannya kurang, maka status gizinya kurang.
Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju
Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi
anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot
berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau
maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk.
Bedanya dengan balita, status gizi orang dewasa menggunakan acuan
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau disebut juga Body Mass Index (BMI).
Nilai IMT diperoleh dengan menghitung berat badan (dalam kg) dibagi
tinggi badan kuadrat (dalam meter persegi). IMT normal bila angkanya
antara 18,5 dan 25; kurus bila kurang dari 18,5; dan gemuk bila lebih dari
25. Sebagai contoh orang bertinggi 1,6 meter, maka berat badan ideal
adalah 48-64 kg.
Parameter yang umum digunakan untuk menentukan status gizi pada
balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala
sering digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan
perkembangan otak.
Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di
Indonesia adalah berat badan menurut umur. Parameter ini dipakai
menyeluruh di Posyandu.
Menurut Prdari. Ali, untuk membedakan balita kurang gizi dan gizi
buruk dapat dilakukan dengan cara berikut. Gizi kurang adalah bila berat
badan menurut umur yang dihitung menurut Skor Z nilainya kurang dari
-2, dan gizi buruk bila Skor Z kurang dari -3. Artinya gizi buruk
kondisinya lebih parah daripada gizi kurang.
Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan
(pirang), perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema
(bengkak) atau monkey face (keriput), anak cengeng, kurang responsif.
Bila kurang gizi berlangsung lama akan berpengaruh pada kecerdasannya.
Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga
16
17
ANAK PEREMPUAN
Umur
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
(bulan)
0
(Kg)
1.7
(Kg)
1.8 2.1
(Kg)
2.2 3.9
(Kg)
4.0
2.1
2.2 2.7
2.8 5.0
5.1
2.6
2.7 3.2
3.3 6.0
6.1
3.1
3.2 3.8
3.9 6.9
7.0
3.6
3.7 4.4
4.5 7.6
7.7
4.0
4.1 4.9
5.0 8.3
8.4
4.5
4.6 5.4
5.5 8.9
9.0
ANAK LAKI-LAKI
Gizi
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
Buruk
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(Kg)
1.9
2.0 2.3
2.4 4.2
4.3
2.1
2.2 2.8
2.9 5.5
5.6
2.5
2.6 3.4
3.5 6.7
6.8
3.0
3.1 4.0
4.1 7.6
7.7
3.6
3.7 4.6
4.7 8.4
8.5
4.2
4.3 5.2
5.3 9.1
9.2
4.8
4.9 5.8
5.9 9.7
9.8
Rujukan : WHO/NCHS
Gizi buruk = <.3SD : Gizi Kurang : -3SD sampai 2SD sampai 2SD : Gizi Baik : -2 SD sampai + 2 SD : Gizi lebih : > + 2SD
18
Weight-for-age BOYS
Birth to 6 months (z-scores)
Month
0
1
2
3
4
5
6
0.3487
0.2297
0.1970
0.1738
0.1553
0.1395
0.1257
0.3487
0.2297
0.1970
0.1738
0.1553
0.1395
0.1257
0.14602
0.13395
0.12385
0.11727
0.11316
0.11080
0.10958
-2SD
2.5
3.4
4.3
5.0
5.6
6.0
6.4
-1SD
2.9
3.9
4.9
5.7
6.2
6.7
7.1
Median
3.3
4.5
5.6
6.4
7.0
7.5
7.9
1 SD
3.9
5.1
6.3
7.2
7.8
8.4
8.8
2
4
5
7
8
8
9
9
Weight-for-age GIRLS
Birth to 6 months (z-scores)
Month
0
1
2
3
4
5
6
0.3809
0.1714
0.0962
0.0402
-0.0050
-0.0430
-0.0756
3.2322
4.1873
5.1282
5.8458
6.4237
6.8985
7.2970
0.14171
0.13724
0.13000
0.12619
0.12402
0.12274
0.12204
-2SD
2.4
3.2
3.9
4.5
5.0
5.4
5.7
-1SD
2.8
3.6
4.5
5.2
5.7
6.1
6.5
Median
3.2
4.2
5.1
5.8
6.4
6.9
7.3
19
1 SD
3.7
4.8
5.8
6.6
7.3
7.8
8.2
2
4
5
6
7
8
8
9
Berat badan bayi pada saat lahir dapat dianggap berpengaruh pada
perkembangannya,
tetapi
bukanlah
suatu
petunjuk
bagaimana
sedikit dapat membuat berat badan bayi menjadi dibawah atau diatas berat
badan rata-rata.
H= Height, Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan anak dilakukan setiap 6 bulan dari usia 18 bulan
sampai usia masuk sekolah.sJika anak anda kurang tinggi dari garis normal
pada KMS pada tiga kali pembacaan lebih baik dikonsultasikan ke tenaga
kesehatan.
P=Problem, Masalah
Bayi pada usia awal bisa saja tidak mendapat kenaikan berat badan, atau
bahkan turun berat badannya.Yang dilihat pada KMS adalah perkembangan
keatas dalam grafik berwarna yang sama,bukan naik turunnya pada grafik
yang berbeda atau berada jauh dari grafik normalnya. Lambatnya
peningkatan berat badan dan tinggi badan bisa menunjukkan adanya suatu
yang salah pada bayi, walaupun kebanyakan disebabkan masalah gizi. Anak
dan bayi tidak boleh diberikan komposisi diet yang sama dengan orang
dewasa karena adanya perbedaan kebutuhan gizi
S = Spurts, Dorongan pertumbuhan yang cepat
Semua bayi dan Balita dapat mengalami pertumbuhan yang cepat dan
mereka membutuhkan asupan gizi yang banyak. Bahkan bisa jadi mereka
menolak tidur siang,dan mengalami peningkatan berat badan dan tinggi
yang pesat,terutama pada usia enam sampai tujuh tahun,dan juga pada saat
pubertas. Bayi membutuhkan dua setengah sampai tiga kali lipat kalori lebih
banyak sesuai berat badannya dibandingkan dengan orang dewasa
21
22
penggunaan
Grafik
pertumbuhan
dalam
pemantauan
kesehatan anak
Grafik harus digunakan sejak kelahiran. Kurva yang berjalan dari
berat badan kelahiran bayi ditandai pada kolom pertama grafik pada
23
24
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN,
DAN DEFINISI OPERASIONAL
Kontinuitas
Faktor
Penghambat
pengetahuan
tentang
asi
eksklusif
adalah
tingkat
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik studi cross
sectional, melalui observasi dan kuisioner pada ibu-ibu yang memiliki bayi
usia 6 - 12 bulan.
IV.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Mampang pada tanggal 30 Maret 2009 hingga 24 April 2009.
IV.3 Populasi Penelitian
Ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6 12 bulan yang memenuhi
kriteria inklusi pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang.
IV.4 Sampel Penelitian
Sampel penelitian (untuk pemberian asi eksklusif) diambil dari hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus infinit :
z2 x p x q
no =
d2
(1,96)2 x 0,984 x 0,016
=
(0,01)2
= 605 sampel
no = besar sampel optimal yang dibutuhkan studi
Z = pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96
p = prevalensi/proporsi kelompok yang menderita penyakit/peristiwa
yang diteliti
27
q=
prevalensi/
proporsi
kelompok
yang
tidak
menderita
116 sampel
isi kuesioner
-Pengelompokkan data : Seluruh jawaban dikelompokkan per variabel
-Tabulasi
29
30
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang telah kami lakukan, kami mendapatkan 183 orang
responden yang terdiri dari 89 orang responden yang melakukan pemberian ASI
eksklusif dan 94 orang responden yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif
sebagai kontrol dan pembanding dari rencana semula yaitu 232 orang responden
yang terdiri dari 116 orang responden yang memberikan ASI eksklusif dan 116
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sebagai pembanding di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan pada periode April 2009.
Kekurangan jumlah responden dari rencana semula dikarenakan kurangnya
jumlah sampel (jumlah anak antara 6 hingga 12 bulan) juga karena karena
keterbatasan waktu. Pengambilan sampel dilakukan pada masing-masing 1 Rukun
Warga (RW) pada setiap wilayah kerja puskesmas kelurahan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Pemilihan RW didapatkan
berdasarkan jumlah bayi usia antara 6 bulan hingga 12 bulan terbanyak menurut
data yang kami dapat dari puskesmas kelurahan. Karena kurangnya jumlah
responden, kamu juga melebarkan usia dari sampel kami menjadi antara 6 hingga
24 bulan, namun masih dengan syarat pernah ke posyandu dan memiliki KMS
yang berisi data ketika usia 6 bulan. Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bangka
tidak kami sertakan karena kami tidak mendapatkan data jumlah bayi usia antara 6
bulan hingga 12 bulan di puskesmas tersebut.
31
Data Pribadi
Tabel 1. Jenis kelamin bayi yang menjadi sampel penelitian kami di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009.
Jenis Kelamin
Laki-laki (N (%))
Perempuan (N (%))
Total
Diberikan
ASI Eksklusif
46 (51,7%)
43 (48,3%)
89
Total
95
88
183
Dari tabel di atas, jumlah bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 49 bayi atau sebanyak 52,1% (26,8% dari total),
sedangkan jumlah bayi berjenis kelamin perempuan sebanyak 45 bayi atau
sebanyak 47,9% (24,6% dari total).
Sementara jumlah bayi yang diberikan ASI ekslusif yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 45 bayi atau sebanyak 51,7% (25,1% dari total), sedangkan jumlah
bayi berjenis kelamin perempuan sebanyak 43 bayi atau sebanyak 48,3% (23,5%
dari total).
Tabel 2. Pendidikan ayah dari bayi menjadi sampel penelitian kami di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009.
Pendidikan Ayah * Pemberian ASI Eksklusif
Pendidikan Ayah
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak Diberikan ASI
Diberikan
Eksklusif
ASI Eksklusif
Tidak Sekolah (N (%))
0 (0%)
1 (1,1%)
SD (N (%))
9 (9,6%)
8 (9,0%)
SMP (N (%))
16 (17,0%)
12 (13,5%)
SMA (N (%))
54 (57,4%)
54 (60,7%)
Universitas (N (%))
15 (16,0%)
14 (15,7%)
Total
94
89
32
Total
1
17
28
108
29
183
Dari hasil di atas, pendidikan ayah bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yang
tidak sekolah tidak ada atau sebanyak 0% (0% dari total), sedangkan yang hanya
mengenyam pendidikan sekolah dasar ada 9 orang atau sebanyak 9,6% (4,9% dari
total). Sementara pendidikan ayah bayi hingga SMP terdapat 16 orang atau
sebanyak 17% (8,7% dari total) dan SMA terdapat 54 orang atau sebanyak 57,4%
(29,5% dari total). Pendidikan ayah bayi hingga ke tingkat universitas mencapai
15 orang atau sebanyak 16% (8,2% dari total).
Sedangkan pendidikan ayah bayi yang diberikan ASI eksklusif yang tidak sekolah
ada 1 orang atau sebanyak 1,1% (0,5% dari total), sedangkan yang hanya
mengenyam pendidikan sekolah dasar ada 8 orang atau sebanyak 9% (4,4% dari
total). Sementara pendidikan ayah bayi hingga SMP terdapat 12 orang atau
sebanyak 13,5% (6,6% dari total) dan SMA terdapat 54 orang atau sebanyak
60,7% (29,5% dari total). Pendidikan ayah bayi hingga ke tingkat universitas
mencapai 14 orang atau sebanyak 15,7% (7,7% dari total).
Tabel 3. Pendidikan ibu dari bayi yang menjadi sampel penelitian kami di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009.
Pendidikan Ibu * Pemberian ASI Eksklusif
Pendidikan Ibu
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak Diberikan
Diberikan
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Tidak Sekolah (N (%))
1 (1,1%)
1 (1,1%)
SD (N (%))
9 (9,6%)
8 (9,0%)
SMP (N (%))
19 (20,2)
16 (18,0%)
SMA (N (%))
55 (58,5%)
55 (61,8%)
Universitas (N (%))
10 (10,6)
9 (10,1%)
Total
94
89
Significance : 0,094
Total
2
17
35
110
19
183
Dari hasil di atas, pendidikan ibu bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yang
ada 1 orang atau sebanyak 1,1% (0,5% dari total), sedangkan yang hanya
mengenyam pendidikan sekolah dasar ada 9 orang atau sebanyak 9,6% (4,9% dari
33
total). Sementara pendidikan ibu bayi hingga SMP terdapat 19 orang atau
sebanyak 20,2% (10,4% dari total) dan SMA terdapat 55 orang atau sebanyak
58,5% (30,1% dari total). Pendidikan ibu bayi hingga ke tingkat Universitas
mencapai 10 orang atau sebanyak 10,6% (5,5% dari total).
Sedangkan pendidikan ibu bayi yang diberikan ASI eksklusif yang tidak sekolah
ada 1 orang atau sebanyak 1,1% (0,5% dari total), sedangkan yang hanya
mengenyam pendidikan sekolah dasar ada 8 orang atau sebanyak 9% (4,4% dari
total). Sementara pendidikan ibu bayi hingga SMP terdapat 16 orang atau
sebanyak 18% (8,7% dari total) dan SMA terdapat 55 orang atau sebanyak 61,8%
(30,1% dari total). Pendidikan ibu bayi hingga ke tingkat Universitas mencapai 9
orang atau sebanyak 10,1% (4,9% dari total).
Tabel 4. Berat badan lahir bayi yang menjadi sampel penelitian kami di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009.
Berat Badan Lahir * Pemberian ASI Eksklusif
Berat Badan Lahir
Pemberian ASI Eksklusif
(gr)
Tidak Diberikan
Diberikan
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
< 2500 (N (%))
9 (9,6%)
6 (6,7%)
2500 3000 (N (%))
41 (43,6%)
30 (33,7%)
3001 3500 (N (%))
31 (33,0%)
35 (39,3%)
3501 4000 (N (%))
7 (7,4%)
14 (15,7%)
> 4000 (N (%))
6 (6,4%)
4 (4,5%)
Total
94
89
Total
15
71
66
21
10
183
Jumlah bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram adalah 9 bayi atau sebanyak 9,6% (4,9% dari total). Berat badan
lahir bayi antara 2500 hingga 3000 gram adalah 41 bayi atau sebanyak 43,6%
(22,4% dari total). Sementara jumlah 3001 hingga 3500 gram adalah 31 bayi atau
sebanyak 33% (16,9% dari total). Jumlah bayi dengan berat badan lahir 3501
hingga 4000 gram adalah 7 bayi atau sebanyak 7,4% (3,8% dari total). Sedangkan
jumlah bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 6 bayi atau
sebanyak 6,4% (3,3% dari total).
34
Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram adalah 6 bayi atau sebanyak 6,7% (3,3% dari total). Berat badan lahir
bayi antara 2500 hingga 3000 gram adalah 30 bayi atau sebanyak 33,7% (16,4%
dari total). Sementara jumlah 3001 hingga 3500 gram adalah 35 bayi atau
sebanyak 39,3% (19,1% dari total). Jumlah bayi dengan berat badan lahir 3501
hingga 4000 gram adalah 14 bayi atau sebanyak 15,7% (7,7% dari total).
Sedangkan jumlah bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 4
bayi atau sebanyak 4,5% (2,2% dari total).
Tabel 5. Tempat lahir bayi yang menjadi sampel penelitian kami di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009
Tempat Lahir * Pemberian ASI Eksklusif
Tempat Lahir
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak Diberikan
Diberikan
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Dukun Anak (N (%))
4 (4,3%)
3 (3,4%)
Rumah Sakit (N (%))
29 (30,9%)
32 (36,0%)
Puskesmas (N (%))
10 (10,6%)
11 (12,4%)
Bidan (N (%))
51 (54,3%)
43 (48,3%)
Total
94
89
Total
7
61
21
94
183
Berdasarkan tabel, jumlah bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yang lahir di
dukun anak adalah 4 bayi. Yang lahir di rumah sakit adalah 29 bayi. Yang lahir di
puskesmas adalah 10 orang, serta yang lahir di bidan adalah 51 orang.
Sedangkan jumlah bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yang lahir di dukun
anak adalah 3 bayi. Yang lahir di rumah sakit adalah 32 bayi. Yang lahir di
puskesmas adalah 11 orang, serta yang lahir di bidan adalah 43 orang.
35
Total
12
66
56
49
183
36
Tabel 7. Jumlah anak pada keluarga bayi yang menjadi sampel penelitian kami di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009
Jumlah Anak
> 5 (N (%))
5 (N (%))
4 (N (%))
3 (N (%))
2 (N (%))
1 (N (%))
Total
Total
2
6
6
32
50
87
183
Dari tabel dapat dilihat jumlah anak pada keluarga bayi yang tidak diberikan ASI
eksklusif yang memiliki anak lebih dari 5 adalah 1 keluarga atau sebanyak 1,1%
(0,5% dari total). Memiliki anak 5 sebanyak 2 keluarga atau sebanyak 2,1% (1,1%
dari total). Memiliki anak 4 sebanyak 3 keluarga atau sebanyak 3,1% (1,6% dari
total). Memiliki anak 3 sebanyak 14 keluarga atau sebanyak 14,9% (7,7% dari
total). Memiliki anak 2 sebanyak 25 keluarga atau sebanyak 26,6% (13,7% dari
total). Memiliki anak 1 sebanyak 49 keluarga atau sebanyak 52,1% (26,8% dari
total).
Dari tabel dapat dilihat jumlah anak pada keluarga bayi yang tidak diberikan ASI
eksklusif yang memiliki anak lebih dari 5 adalah 1 keluarga atau sebanyak 1,1%
(0,5% dari total). Memiliki anak 5 sebanyak 4 keluarga atau sebanyak 4,5% (2,2%
dari total). Memiliki anak 4 sebanyak 3 keluarga atau sebanyak 3,4% (1,6% dari
total). Memiliki anak 3 sebanyak 18 keluarga atau sebanyak 20,2% (9,8% dari
total). Memiliki anak 2 sebanyak 25 keluarga atau sebanyak 28,1% (13,7% dari
total). Memiliki anak 1 sebanyak 38 keluarga atau sebanyak 42,7% (20,8% dari
total).
37
Tingkat Pengetahuan
Tabel 8. Tingkat pengetahuan ibu bayi yang menjadi sampel penelitian kami di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009
Tingkat Pengetahuan * Pemberian ASI Eksklusif
Tingkat Pengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak Diberikan
Diberikan
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Rendah (N (%))
16 (17,0%)
5 (5,6%)
Kurang (N (%))
22 (23,4%)
27 (30,3%)
Cukup (N (%))
19 (20,2%)
19 (21,3%)
Baik (N (%))
37 (39,4%)
38 (42,7%)
Total
94
89
Significance : 0,104
Total
21
49
38
75
183
Dari hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah ibu yang memiliki bayi
yang tidak diberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan rendah tentang ASI
eksklusif 16 ibu atau sebanyak 17% (8,7% dari total). Pengetahuan kurang 22 ibu
atau sebanyak 23,4% (12% dari total). Pengetahuan cukup 19 ibu atau sebanyak
20,2% (10,4% dari total). Sedangkan yang pengetahuan akan ASI eksklusifnya
baik adalah 37 ibu atau sebanyak 39,4% (20,2% dari total).
Sementara jumlah ibu yang memiliki bayi yang diberikan ASI eksklusif dan
memiliki pengetahuan rendah tentang ASI eksklusif 5 ibu atau sebanyak 5,6%
(2,7% dari total). Pengetahuan kurang 27 ibu atau sebanyak 30,3% (14,8% dari
total). Pengetahuan cukup 19 ibu atau sebanyak 21,3% (10,4% dari total).
Sedangkan yang pengetahuan akan ASI eksklusifnya baik adalah 38 ibu atau
sebanyak 42,7% (20,8% dari total).
38
Tabel 9. Tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu bayi yang menjadi sampel
penelitian kami di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
periode April 2009
Pendidikan Ibu
Tidak sekolah (N (%))
SD (N (%))
SMP (N (%))
SMA (N (%))
Universitas (N (%))
Total
Significance: 0,939
Baik
0 (0%)
5 (29,4%)
16 (45,7%)
46 (41,8%)
8 (42,1%)
75
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 ibu yang tidak sekolah dan
memiliki pengetahuan rendah. Sementara yang yang berpendidikan setingkat SD
dan memiliki tingkat pengetahuan yang rendah ada 2 orang (11,8%), kurang ada 5
orang (29,4%), berpengetahuan cukup ada 5 orang (29,4%), dan berpengetahuan
baik ada 5 orang (29,4%). Ibu yang berpendidikan SMP dan berpengetahuan
rendah ada 2 orang (5,7%), kurang ada 8 orang (22,9%), cukup ada 9 orang
(25,7%), dan yang berpengetahuan baik ada 16 orang (45,7%). Ibu yang
berpendidikan SMA dan berpengetahuan rendah ada 11 orang (10%), kurang ada
33 orang (30%), cukup ada 20 orang (18,2%), dan yang berpengetahuan baik ada
46 orang (41,8%). Ibu yang berpendidikan hingga tingkat Universitas dan
berpengetahuan rendah ada 4 orang (21,1%), kurang ada 3 orang (15,8%), cukup
ada 4 orang (21,1%), dan yang berpengetahuan baik ada 8 orang (42,1%).
39
Total
2
17
35
110
19
183
ASI Eksklusif
Tabel 10. Pekerjaan ibu dan kontinuitas pemberian ASI eksklusif ibu bayi yang
menjadi sampel penelitian kami di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Mampang Prapatan periode April 2009
Pekerjaan Ibu dan Kontinuitas Pemberian ASI Eksklusif
Pekerjaan Ibu
Pemberian ASI Eksklusif
Diberikan ASI Eksklusif
Tidak Bekerja (N (%))
78 (87,6%)
Bekerja (N (%))
Dipompa
6 (6,7%)
Pulang bila
2 (2,2%)
waktunya diberi
ASI
Lainnya
3 (3,4%)
Total
89
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ibu dari bayi yang di berikan
ASI eksklusif yang tidak bekerja adalah 78 ibu (87,6%). Ibu yang bekerja dan
melanjutkan pemberian ASI eksklusifnya dengan dipompa ada 6 ibu (6,7%),
pulang bila waktunya diberi ASI ada 2 ibu (2,2%) dan melanjutkan pemberian
ASI eksklusifnya dengan cara lainnya ada 3 orang (3,4%).
Non ASI Eksklusif
Tabel 11. Alasan pemberian makanan tambahan pada bayi yang menjadi sampel
penelitian kami di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
periode April 2009
Alasan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak Diberikan ASI Eksklusif
Ibu Bekerja (N (%))
23 (24,5%)
Susu Formula Lebih Baik (N (%))
3 (3,2%)
Ibu Sakit (N (%))
2 (2,1%)
Produksi ASI Berkurang (N (%))
55 (58,5%)
Lainnya (N (%))
11 (11,7%)
Total
94
Alasan PMT
40
Dari tabel di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa alasan ibu tidak memberikan
ASI eksklusif karena ibu bekerja ada 23 orang (24,5), karena merasa susu formula
lebih baik dari asi ada 3 orang. Sedangkan karena ibu sakit sehingga takut
menularkan pada bayinya ada 2 orang (2,1%). Alasan karena produksi ASI ibu
berkurang ada 55 orang (58,5%). Sementara alasan lainnya ada 11 orang (11,7%).
Status Gizi
Tabel 12. Usia bayi ketika pertama kali dibawa ke posyandu yang menjadi sampel
penelitian kami di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
periode April 2009
Bayi Dibawa ke Posyandu *Pemberian ASI Eksklusif
Bayi Dibawa ke Posyandu
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak Diberikan
Diberikan
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
5 6 Bulan (N (%))
12 (12,8%)
7 (7,9%)
3 4 Bulan (N (%))
16 (17,0%)
11 (12,4%)
0 2 Bulan (N (%))
66 (70,2%)
71 (79,8%)
Total
94
89
Total
19
27
137
183
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yang
dibawa ke posyandu pada usia 5 hingga 6 bulan ada 12 bayi atau sebanyak 12,8%
(6,8% dari total). Usia 3 hingga 4 bulan ada 16 bayi atau sebanyak 17% (8,7%
dari total). Sedangkan dibawa ke posyandu saat usia 0 hingga 2 bulan ada 66 bayi
atau sebanyak 70,2% (36,1% dari total).
Sementara pada bayi yang diberikan ASI eksklusif, saat pertama kali dibawa ke
posyandu pada usia 5 hingga 6 bulan ada 7 bayi atau sebanyak 7,9% (3,8% dari
total). Usia 3 hingga 4 bulan ada 11 bayi atau sebanyak 12,4% (6% dari total).
Sedangkan dibawa ke posyandu saat usia 0 hingga 2 bulan ada 71 bayi atau
sebanyak 79,8% (38,8% dari total).
41
Tabel 13. Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi (menurut
standart WHO/NCHS) pada bayi yang menjadi sampel penelitian kami di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009
Pemberian ASI Eksklusif *Status Gizi WHO/NCHS
Pemberian ASI Eksklusif
Status Gizi WHO/NCHS
Buruk
Kurang
Baik
Tidak Diberikan (N (%))
1 (1,1%)
6 (6,4%)
87 (92,6%)
Diberikan (N (%))
0 (0%)
1 (1,1%)
88 (98,9%)
Total
1
7
175
Significance: 0,108
Total
94
89
183
Menurut tabel di atas status gizi bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menurut
standart WHO/NCHS, yang termasuk ke dalam kategori gizi buruk ada 1 bayi
atau sebanyak 1,1% (0,5% dari total). Yang termasuk ke dalam kategori gizi
kurang ada 6 bayi atau sebanyak 6,4% (3,3% dari total). Yang termasuk kedalam
gizi baik ada 87 bayi atau sebanyak 92,6% (47,5% dari total).
Sementara status gizi bayi yang diberikan ASI eksklusif, menurut standart
WHO/NCHS, yang termasuk ke dalam kategori gizi buruk tidak ada. Yang
termasuk ke dalam kategori gizi kurang ada 1 bayi atau sebanyak 1,1% (0,5% dari
total). Yang termasuk kedalam gizi baik ada 88 bayi atau sebanyak 98,9% (48,1%
dari total).
Tabel 14. Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi (menurut
standart WHO) pada bayi yang menjadi sampel penelitian kami di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan periode April 2009
Pemberian ASI Eksklusif *Status Gizi WHO
Pemberian ASI Eksklusif
Status Gizi WHO
Buruk
Kurang
Baik
Tidak Diberikan (N (%))
3 (3,2%)
8 (8,5%)
83 (88,3%)
Diberikan (N (%))
0 (0%)
3 (3,4%)
86 (96,6%)
Total
3
11
169
42
Total
94
89
183
Menurut tabel di atas status gizi bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menurut
standart WHO, yang termasuk ke dalam kategori gizi buruk ada 3 bayi atau
sebanyak 3,1% (1,6% dari total). Yang termasuk ke dalam kategori gizi kurang
ada 8 bayi atau sebanyak 8,5% (4,4% dari total). Yang termasuk kedalam gizi baik
ada 83 bayi atau sebanyak 88,3% (45,4% dari total).
Sementara status gizi bayi yang diberikan ASI eksklusif, menurut standart WHO,
yang termasuk ke dalam kategori gizi buruk tidak ada. Yang termasuk ke dalam
kategori gizi kurang ada 3 bayi atau sebanyak 3,4% (1,6% dari total). Yang
termasuk kedalam gizi baik ada 86 bayi atau sebanyak 96,6% (47% dari total).
43
BAB VI
PEMBAHASAN
(20,8% dari total). Tingkat kemaknaan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif sebesar 0,104. Ini berarti
ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan
pemberian ASI eksklusif.
Dari tabel hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan
tentang ASI eksklusif ada 2 ibu yang tidak sekolah dan memiliki pengetahuan
rendah. Sementara yang yang berpendidikan setingkat SD dan memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah ada 2 orang (11,8%), kurang ada 5 orang (29,4%),
berpengetahuan cukup ada 5 orang (29,4%), dan berpengetahuan baik ada 5 orang
(29,4%). Ibu yang berpendidikan SMP dan berpengetahuan rendah ada 2 orang
(5,7%), kurang ada 8 orang (22,9%), cukup ada 9 orang (25,7%), dan yang
berpengetahuan baik ada 16 orang (45,7%). Ibu yang berpendidikan SMA dan
berpengetahuan rendah ada 11 orang (10%), kurang ada 33 orang (30%), cukup
ada 20 orang (18,2%), dan yang berpengetahuan baik ada 46 orang (41,8%). Ibu
yang berpendidikan hingga tingkat Universitas dan berpengetahuan rendah ada 4
orang (21,1%), kurang ada 3 orang (15,8%), cukup ada 4 orang (21,1%), dan yang
berpengetahuan baik ada 8 orang (42,1%). Berdasarkan hasil tesebut didapatkan
ada 2 ibu yang tidak sekolah, dan keduanya memiliki tingakt pengetahuan tentang
ASI eksklusif yang rendah. Ibu yang berpendidikan hingga tingkat SMA dan
Universitas juga memiliki perbandingan tingkat pengetahuan yang berarti antara
tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan lainnya. Hal ini menunjuukan
adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif dengan kemaknaan sebesar 0,039.
Ibu dari bayi yang memberikan ASI eksklusif yang tidak bekerja sebanyak
78 ibu (87,6%), ibu yang bekerja dan melanjutkan pemberian ASI eksklusifnya
dengan dipompa sebanyak 6 ibu (6,7%), ibu yang melanjutkan pemberian ASI
eksklusifnya dengan cara lainnya sebanyak 3 orang (3,4%), pulang bila waktunya
memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 ibu (2,2%).
Alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena produk ASI berkurang
sebanyak 55 orang (58,5%), karena ibu bekerja sebanyak 23 orang (24,5%),
45
alasan lainnya sebanyak 11 orang (11,7%), ibu sakit dan takut menularkan pada
bayinya sebanyak 2 orang (2,1%).
Status gizi yang tidak diberikan ASI eksklusif menurut standard WHO/
NCHS yang termasuk kategori gizi baik sebanyak 87 bayi (92,6% (47,5% dari
total)), yang termasuk dalam kategori gizi kurang sebanyak 6 bayi (6,4% (3,3%
dari total)), yang termasuk dalam kategori gizi buruk sebanyak 1 bayi (1,1%
(0,5% dari total)).
Sementara status gizi bayi yang diberikan ASI eksklusif menurut standard
WHO/NCHS, yang termasuk ke dalam gizi baik sebanyak 88 bayi (98,9% (48,1%
dari total)), yang termasuk ke dalam kategori gizi kurang sebanyak 1 bayi (1,1%
(0,5% dari total)) dan yang termasuk ke dalam kategori gizi buruk tidak ada.
Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan status gizi dengan
menggunakan standar status gizi menurut WHO/NCHS dengan kemaknaan
sebesar 0,108.
Status gizi bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif menurut standar WHO,
yang termasuk ke dalam gizi baik sebanyak 83 bayi (88,3% (45,4% dari total)),
yang termasuk ke dalam kategori gizi kurang sebanyak 8 bayi (8,5% (4,4% dari
total)), yang termasuk ke dalam kategori gizi buruk sebanyak 3 bayi (3,1% (1,6%
dari total)).
Sementara status gizi bayi yang diberikan ASI eksklusif menurut
standard WHO, yang termasuk ke dalam kategori gizi baik sebanyak 86 bayi
(96,6% (47% dari total)), yang termasuk ke dalam kategori gizi kurang sebanyak
3 bayi (3,4% (1,6% dari total)) dan yang termasuk ke dalam kategori gizi buruk
tidak ada.
Pemberian ASI eksklusif mempunyai hubungan dengan status gizi
menurut standar WHO dengan tingkat kemaknaan sebesar 0,121.
Berdasarkan hasil yang didapat, standar status gizi menurut WHO/NCHS
mendapatkan 1 bayi dengan status gizi buruk dan 6 bayi dengan status gizi
kurang. Sementara dengan menggunakan standar gizi menurut WHO didapatkan 3
bayi dengan status gizi buruk dan 11 bayi dengan status gizi kurang. Hal ini
menunjukkan bawha standar status gizi menurut WHO memiliki deteksi yang
46
lebih baik terhadap bayi dengan status gizi kurang dan status gizi buruk. Hal ini
sesuai dengan hasul penelitian de Onis, dkk dari Department of Nutrition, World
Health Organization pada penelitian berjudul Comparison of the World Health
Organization (WHO) Child Growth Standards and the National Center for Health
Statistics/WHO international growth reference: implications for child health
programmes.
47
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian kami yang berjudul pengaruh pemberian ASI
eksklusif terhadap status gizi bayi usia 6 bulan di Kecamatan Mampang Prapatan,
berdasarkan data yang telah kami kumpulkan, kami mengambil kesimpulan.
- Tingkat pendidikan terakhir ibu yang menjadi responden terutama
adalah setingkat sekolah menengah atas. Perbandingan yang tidak besar
antara yang ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif menegaskan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif.
- Tingkat pendidikan terakhir dari ibu juga ternyata berpengaruh terhadap
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Ibu dengan tingkat pendidikan
SMA dan kuliah memiliki tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif
yang lebih baik. Sementara dari 2 orang ibu yang tidak mengenyam
pendidikan formal, keduanya memliki tingkat pengetahuan tentang ASI
yang rendah.
- Tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif. Walaupun perbandingan antara ibu yang memberikan ASI
eksklusif dan yang tidak memberikan ASI eksklusif tidak terlalu besar
pada tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik, namun pada
tingkat pengetahuan yang rendah perbandingannya cukup besar. Hal ini
dapat menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ASI eksklusif yang
rendah berpengaruh pada rendahnya pemberian ASI eksklusif.
- Alasan utama ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
adalah karena kurangnya produksi ASI ibu. Sedangkan alasan terbanyak
kedua adalah karena ibu bekerja.
48
Saran
1. Meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif melalui penyuluhan
penyuluhan atau melalui brosur- brosur yang dapat menjangkau semua
golongan dengan materi yang lebih mudah dimengerti.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang cara-cara mencegah berkurangnya
produksi asi dengan cara memberikan penyuluhan pada saat kehamilan atau
setelah melahirkan.
3. Memberikan pengertian dan pengetahuan kepada ibu yang bekerja tentang
cara menjalankan ASI eksklusif ketika bekerja.
4. Dipergunakannya standar status gizi menurut WHO karena standar status gizi
tersebut dapat lebih banyak mendeteksi bayi/anak dengan gizi kurang/buruk.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Berhman RE, Kiegmen RM, Jensen HB. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi
15 volume 1. Pennsylvania ; 2000. Hal 37 90.
2. Siregar A. Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,
Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, 2004. Available at
http://library.usu.ac.id/fkm/fkm-arifinsiregar.pdf. Accessed on 19 January
2009.
3.
4.
ASI
Ekslusif
dan
Perkembangan
Balita.
Available
at
http://www.depkes.go.id/index.php?
option=news&task=viewarticle&sid=709&itemid=2 Accessed on 17 Maret
2009.
5.
50
Upah
Minimum
Provinsi,
2008.
Available
at
http://www.pajak.net/blog/2008/02/03/upah-minimum-provinsi-ump-2008
Accessed on 18 Maret 2009.
14. Novida L, Dida A, Gurnida, Garna H. Perbandingan Fungsi Kognitif Bayi
Usia 6 Bulan yang Mendapat dan yang Tidak Mendapat ASI ekslusif.
Bandung. J. Sari Pediatri 2008; 9 : 429-34.
51
LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP
STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6 BULAN
DI KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN
Pembimbing :
Penyusun :
Jackson T.
Teguh Wibowo
Ivan Ferdian
(030.97.076)
(030.99.261)
(030.01.119)
52
Pembimbing,
Pembimbing,
Kampus FK USAKTI
53
KATA PENGANTAR
i
Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan Laporan Penelitian yang berjudul : PENGARUH PEMBERIAN
ASI EKSLUSIF TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6 BULAN
DI KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN.
Tujuan dari penyusunan Laporan Penelitian ini adalah sebagai salah satu
tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Trisakti yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1..DR.dr.R.M.Nugroho Abikusno,MSc., selaku Dosen Pembimbing dari IKM
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
2. dr. Hj.Henny F. Fachruddin, MARS, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan
Mampang Prapatan.
3. dr. Friana Asmely, selaku pembimbing dari Puskesmas Kecamatan
Mampang Prapatan.
4. Para dosen IKM Fakultas Kedokteran Trisakti.
5. Para dokter, paramedis dan seluruh staff Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan.
6. Serta semua pihak yang turut membantu selama penyusunan laporan
penelitian ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami sadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, kami
sangat menghargai saran serta kritik yang diberikan yang bertujuan membangun
bagi kita semua.
Jakarta, April 2009
54
Penyusun
ii
55
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang...................................................................
I.2
Perumusan Masalah...........................................................
I.3
Tujuan Penelitian...............................................................
I.4
Hipotesis.............................................................................
I.5
Manfaat Penelitian.............................................................
I.6
Keterbatasan Penelitian......................................................
I.7
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
II.2
15
II.3
19
II.4
22
Kerangka Konsep...............................................................
25
III.2
Variabel Penelitian.............................................................
25
III.3
Definisi Operasional..........................................................
25
iii
56
Halaman
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1
Jenis Penelitian...................................................................
27
IV.2
27
IV.3
Populasi Penelitian.............................................................
27
IV.4
Sampel Penelitian...............................................................
27
IV.5
28
IV.6
29
IV.7
Instrumen Penelitian..........................................................
29
IV.8
Pengolahan Data................................................................
29
IV.9
Analisis Data......................................................................
31
29
30
BAB V
31
BAB VI
PEMBAHASAN ...........................................................................
44
BAB VII
48
DAFTARPUSTAKA....
LAMPIRAN
iv
57
50
LAMPIRAN
58