Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah disertai
perforasi membran timpani dan keluarnya sekret. Sebagian besar OMSK merupakan
kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan sebagian kecil disebabkan oleh perforasi
membran timpani akibat trauma telinga.1 Otitis media kronis merupakan penyakit Telinga
Hidung dan Tenggorok (THT) yang paling banyak di negara sedang berkembang.2
Di Indonesia, penyakit OMSK dikenal dengan istilah congek, kopok, toher, curek,
teleran, atau telinga berair.3 Angka kejadian OMSK di negara berkembang sangat tinggi
dibandingkan dengan Negara maju. Hal ini disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor
sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya kesalahpahaman
masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas.4
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, sekitar 65-330 juta
orang di dunia menderita OMSK disertai dengan otorea, 60% diantaranya (39-200 juta)
menderita kurang pendengaran yang signifikan.5
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,9% sedangkan untuk OMSK
tipe ganas adalah 2% dari kejadian OMSK dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasienpasien yang berobat ke poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.2,6 Data poliklinik THT
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari
seluruh kunjungan pasien.6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan. Baik
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah.6,7

B. Klasifikasi
Otitis media supuratif kronis dibagi menjadi 2 tipe, tipe jinak dan tipe ganas. Tipe jinak
(benigna) adalah tipe tubotimpanik karena biasanya didahului dengan gangguan fungsi tuba
yang menyebabkan kelainan di kavum timpani; disebut juga tipe mukosa karena proses
peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, disebut juga tipe aman karena
jarang menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Tipe ganas disebut juga tipe atiko-antral
karena proses biasanya dimulai di daerah tersebut; disebut juga tipe tulang karena penyakit

menyebabkan erosi tulang. OMSK tipe ganas adalah OMSK yang mengandung
kolesteatoma.2,6 Pembagian lain adalah otitis media supuratif kronis dengan kolesteatoma dan
tanpa kolesteatoma.8

C. Etiologi
OMSK jinak bermula sejak usia anak. Tipe ini merupakan lanjutan dari penyakit otitis
media akut yang diikuti dengan demam ruam dan menyebabkan perforasi yang letaknya
sentral. Perforasi ini menetap dan memudahkan terjadinya infeksi berulang dari telinga luar.
Otorrhea menjadi persisten akibat mukosa telinga tengah yang terpapar kepada lingkungan
luar yang penuh dengan aero allergen sehingga terjadinya sensitisasi. Infeksi bisa terjadi
secara ascending melalui tuba eustachia. Infeksi tonsil, adenoid dan sinus bisa menimbulkan
otorrhea yang persisten atau rekuren.9
Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi
imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti
infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.4

D. Patogenesis
1. Otitis Media supuratif Kronik Tipe Jinak
Oleh karena proses patologi telinga tengah pada tipe ini didahului oleh kelainan fungsi
tuba, maka disebut juga sebagai penyakit tubotimpanik. Terjadinya otitis media supuratif
kronik hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa.2

Terjadinya otitis media disebabkan multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan sosial ekonomi. Anak lebih
mudah mendapat infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak yang berbeda dengan
dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi
infeksi saluran nafas atas, maka otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi.
Fokus infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis)
mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari
telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani. Maka terjadilah
proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantong mukosa di
telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat adekuat dan dengan perbaikan fungsi
ventilasi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa
akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi, polip
ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus
dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik, perubahan menetap pada mukosa
telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk
kembali normal. Bila terjadi perforasi membrana timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpapar ke dunia luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang
setiap waktu.2

2. Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Ganas


Kolesteatoma timpani dapat merupakan penyakit akuisital (kolesteatoma timpani
sekunder), tetapi dapat juga bersifat kongenital (kolesteatoma timpani primer). Banyak
teori telah menerangkan mengenai asal, etiopatogenesis, diagnosis dan insidensi
kolesteatoma timpani kongenital. Teori-teori tersebut menerangkan mengenai penyebaran
kuman, metaplasi, pertumbuhan ke arah dalam epidermis meatus, dan tertelannya cairan
amnion. Teori lain adalah penebalan epitel ektodermal yang berkembang di proksimal
ganglion genikulatum, disebelah medial leher tulang maleus. Peneliti lain menyatakan
adanya migrasi ektodermal atau metaplasia pada mukosa telinga tengah.10
Kolesteatoma timpani jenis akuisital sampai saat ini disepakati merupakan hasil
pertumbuhan dari: a) epitel skuamus kanalis auditoris eksternus ke arah medial melalui
tepi perforasi membran timpani, b) kantong retraksi (invaginasi) pars flaksida atau c)

berasal dari pertumbuhan lapisan basal membran timpani ke arah medial, menuju kavum
timpani. Kejadian kolesteatoma timpani jenis akuisital biasanya berhubungan dengan
otitis media kronik.11
Kolesteatoma timpani jenis akusital dibedakan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Etiopatogenesis kolesteatoma timpani jenis akuisital primer adalah akibat gangguan fungsi
tuba auditiva yang selanjutnya menyebabkan retraksi pars flaksida. Akibatnya aerasi pada
ruang epitimpanum menjadi jelek. Selanjutnya timbul kantong retraksi, terjadi perubahan
pola migrasi epitel membran timpani, kemudian menyebabkan akumulasi sel epitel
keratin. Kantong retraksi ini dapat membesar sampai ke sekitar osikula auditoria, dinding
epitimpani dan sekitarnya.11
Kolesteatoma timpani jenis akuisital sekunder disebabkan oleh beberapa teori. Teori
implantasi menerangkan bahwa epitel skuamus masuk ke dalam kavum timpani akibat
tindakan operatif, benda asing atau trauma. Teori metaplasi menerangkan bahwa otitis
media kronik atau kambuhan menyebabkan epitel kuboid rendah kavum timpani
mengalami metaplasi menjadi epitel skuamus berlapis dengan keratinisasi, akibat iritasi
atau infeksi kronis tersebut. Mekanisme yang mendasari invasi epitel atau teori migrasi
adalah bahwa apabila terdapat perforasi permanen membran timpani, sel-sel epitel
skuamus mulai mengalami migrasi sepanjang tepi perforasi dan berlanjut ke medial
sepanjang permukaan dalam membran timpani dan merusak epitel kolumner. Proses ini
dapat dipicu oleh infeksi kronik dalam kavum timpani.11
Kolesteatom bila telah terbentuk akan terus meluas. Karena merupakan debris keratin,
akan lembab karena menyerap air sehingga mengundang infeksi. Kolesteatoma mengerosi
tulang yang terkena baik akibat efek penekanan oleh penumpukan debris keratin, maupun
akibat akitifitas mediasi enzim osteoklas. Resorbsi tulang dapat menyebabkan destruksi
trabekula mastoid, erosi osikel, fistula labirin, pemaparan n. fasial, dura serta sinus
lateralis.2

E. Gejala Klinis
1. Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Jinak
Gejalanya berupa sekret mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama kali
ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik
lokal biasanya cepat menghilang, sekret mukoid dapat konstan atau intermitten.12
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian
tergantung beratnya kerusakan tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik
akut pada awal penyakit.12
Perforasi membran timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu
meninggalkan sisa pada bagian tepinya. Proses peradangan pada daerah timpani terbatas
pada mukosa sehingga membran mukosa menjadi berbentuk garis . Derajat infeksi
membran mukosa dapat tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang-kadang suatu polip
didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi
pandangan membran timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Sekret
terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid. Setelah
satu atau dua kali pengobatan local bau busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu

bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membran mukosa yang berbentuk garis
pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada OMSK tipe tubatimpani.12

2. Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Ganas


Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan
berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat kepingan-kepingan kecil,
berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat
terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada
otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena
kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat
osteolitik kolesteatom.12

F. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
1. Anamnesis
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali
datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering
dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada tipe jinak
(tubotimpanal) sekretnya lebih banyak dan mukos, tidak berbau busuk dan intemiten. Pada
tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan
jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada
kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.2,7
Nyeri dapat juga dikeluhkan karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter
atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses atau trombosis
sinus lateralis.2

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah. Beberapa tanda klinik dapat menjadi

pedoman akan adanya OMSK tipe ganas, yaitu perforasi pada marginal atau pada atik.
Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe ganas, sedangkan pada kasus
yang sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel retro aurikuler (belakang telinga), polip
atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah, terlihat
kolesteatom pada telinga tengah, (sering pada epitimpanum), sekret berbentuk nanah dan
berbau khas (aroma kolesteatoma).2,6

3. Pemeriksaan Audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang
dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk
menentukan gap hantaran udara dan hantaran tulang. Audiometri tutur berguna untuk
menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan unuk memperbaiki
pendengaran.6
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif derajat
ringan hingga menengah (sekitar 30-60 dB). Kekurangan pendengaran ini merupakan
akibat dari perforasi membran timpani dan putusnya rantai tulang pendengaran pada
telinga tengah karena proses osteomielitis sehingga suara yang masuk ke telinga tengah
langsung menuju tingkap oval. Kekurangan pendengaran derajat yang lebih tinggi lagi
dapat terjadi bila proses infeksi melibatkan koklea atau saraf pendengaran.6

G. Penatalaksanaan
Pada OMSK tipe jinak, tujuan utama pengobatan adalah mengendalikan infeksi,
membersihkan sekret telinga dan selanjutnya memperbaiki ketulian dengan operasi. Pertama
dilakukan pembersihan pada liang telinga dari sekret dengan Aural toilet. Kedua, penggunaan
antibiotik topikal yang mengandungi neomisin, polimiksin atau gentamisin. Obat ini
dikombinasikan dengan steroid yang mempunyai efek anti inflammasi. Obat ini diberi 3-4 kali
per hari. pH asam sangat bermanfaat dalam membunuh infeksi bakteri pseudomonas dengan
irigasi menggunakan 1,5% asam asetik. Pada penggunaan obat ini harus diperhatikan efek
ototoksik dari beberapa sedian dan tidak lebih dari 1 minggu.7,9
Pada OMSK tipe ganas penanganannya adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa merupakan terapi sementara sebelum operasi. Bila terdapat abses

subperiosteal, maka insisi abses dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan mastoidektomi.
Tujuan utama operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat serta memperbaiki pendengaran. Jenis pembedahan yang dapat dilakuan adalah
mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal dengan modifikasi,
miringoplasti dan timpanoplasti.7,9

H. Komplikasi
Komplikasi otitis media merupakan penyebaran infeksi melalui daerah pneumatisasi
tulang temporal dan mukosa, Komplikasi ini diklasifikasikan sebagai komplikasi
intratemporal dan intrakranial. Komplikasi intratemporal meliputi mastoiditis, petrositis,
labirintitis, dan paralisis nervus fasialis. Komplikasi intrakranial meliputi abses ekstradural,
abses otak, abses subdural, tromboflebitis sinus sigmoid, hidrosepalus otik, dan meningitis.13
Di Pakistan, komplikasi intrakranial adalah sebanyak 2,26%, dan intratemporal sebanyak
15,58%.14
Komplikasi ke intrakranial, merupakan penyebab utama kematian pada OMSK di negara
sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena penderita mengabaikan keluhan
telinga berair. Meningitis atau radang selaput otak adalah komplikasi intrakranial OMSK yang
paling sering ditemukan di seluruh dunia. Kematian terjadi pada 18,6% kasus OMSK dengan
komplikasi intrakranial.15

I. Prognosis
Biasanya OMSK berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan. Biasanya
kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita tetapi dapat
menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi yang serius.16

BAB III
PENUTUP

Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan. Otitis
media supuratif kronis dibagi menjadi 2 tipe, tipe jinak (tubotimpanik) dan tipe ganas
(atikoantral).
Gejalanya klinis OMSK tipe jinak berupa sekret mukoid yang tidak terlalu berbau
busuk, gangguan pendengaran konduktif dengan derajat ketulian tergantung beratnya
kerusakan tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.
Sedangkan gejala klinis OMSK tipe ganas berupa kolesteatom yang beraroma khas, sekret
yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat kepingankepingan kecil, berwarna putih mengkilat serta gangguan pendengaran tipe konduktif.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik telinga dan
pemeriksaan audiologi.
Pada OMSK tipe jinak, tujuan utama pengobatan adalah mengendalikan infeksi,
membersihkan sekret telinga dan selanjutnya memperbaiki ketulian dengan operasi. Pada
OMSK tipe ganas penanganannya adalah operasi.
Komplikasi OMSK dapat diklasifikasikan sebagai komplikasi intratemporal dan
intrakranial. Komplikasi intratemporal meliputi mastoiditis, petrositis, labirintitis, dan
paralisis nervus fasialis. Komplikasi intrakranial meliputi abses ekstradural, abses otak, abses
subdural, tromboflebitis sinus sigmoid, hidrosepalus otik, dan meningitis.
Biasanya OMSK berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan. Biasanya
kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita tetapi dapat
menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi yang serius.

Anda mungkin juga menyukai