Saat ini di Pulau Bangka mungkin terdapat lebih dari 1000 kolong dan jumlah ini
bisa meningkat terus akibat tidak adanya pengontrolan penambangan TI. Hanya sebagian
kecil kolong tua yang sudah membaik kondisinya dan telah dimanfaatkan penduduk
untuk sumber air minum, irigasi, perikanan dan rekreasi.
Permasalahan yang masih ada pada beberapa kolong air adalah rendahnya derajat
keasaman (pH), konsentrasi logam berat yang masih cukup tinggi dan beberapa elemen
kualitas air lainnya yang masih diatas ambang batas. Dari hasil penelitian terdahulu
kualitas air kolong muda menunjukkan kuliatas air yang buruk pH berkisar 2,9 4.5,
kandungan logam berat seperti Fe, Al, Pb, dan Mn yang sangat tinggi. Kandungan logam
berat pada kolong muda di pulau Bangka bisa mencapai 5 8 mg/L (Brahmana dkk,
2004). Sedangkan kolong tua mempunyai kualiats air yang lebih baik dengan kisaran pH
5.5 8. Akan tetapi untuk perbaikan kualitas air secara alami seperti pada kolong tua
memakan waktu 20 30 tahun (Subardja dkk (2004); Brahmana dkk (2004)). Oleh karena
itu masih perlu dilakukan suatu usaha seperti penerapan teknologi sederhana seperti in
situ treatment menggunakan limestone ataupun passive treatment yang dapat menaikkan
pH air kolong dengan cepat dan menurunkan kandungan beberapa logam berat berbahaya
pada air kolong sehingga kualitasnya lebih baik. Pemilihan aplikasi limestone
(pengapuran) untuk in situ treatment mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang
menunjukkan keberhasilan aplikasi limestone untuk menaikkan pH AMD, mining pit
lake (kolong) dan danau asam. Limestone selain murah, mudah didapat, juga sangat
efektif dalam menaikkan pH dibandingkan jenis alkali lainnya seperti caustic soda dan
dolomite. Harga limestone mencapai Rp 300,000 sampai dengan Rp 600,000 per ton.
Dengan kesadaran yang tinggi dari stakeholder dan kebijakan baru dari PEMDA untuk
meningkatkan kualitas lingkungan di Pulau Bangka serta mengingat banyaknya
stakeholder seperti PT Timah dan pengusaha lainnya dengan aset besar di Pulau Bangka
sebenarnya aplikasi insitu treatment dengan limestone ataupun passive treatment
mestinya cukup ekonomis untuk di terapkan. Treatment ini sangat lebih eknomis apabila
dilihat dari lifespannya (umurnya) yang bisa mencapai 20 tahunan. Walau kadang
perbaikan untuk kualitas lingkungan memang harus dibayar mahal, remediasi/reklamasi
Sistem constructed wetland atau lahan basah/rawa buatan juga merupakan passive
treatment yang cukup efektif untuk pengontrolan AMD, akan tetapi untuk efektifitas
treatment sistem wetland tidak bisa langsung digunakan untuk treatment AMD kecuali
sistem di lengkapi dengan media kapur. Pretreatment AMD dengan pengapuran atau
menggunakan sistem anaerobik harus dilakukan sebelum ditreatment menggunakan
wetland aerobik. Sistem wetland atau lahan basah secara alamiah adalah daerah transisi
(ekoton) antara ekosistem perairan dimana memiliki kondisi basah dan tergenang dengan
ekosistem darat yang kering. Lahan basah dapat memiliki masa terendam air namun juga
dapat praktis kering (Kadlec dan Knight, 1996). Ciri-ciri lahan basah adalah adanya
tumbuhan yang bersifat hidrofit yang dapat beradaptasi dengan kondisi kering maupun
basah. Secara alamiah, pada lahan basah terjadi proses-proses biologi, kimia dan fisika.
Proses biologi terjadi pada interaksi antara tumbuhan penyusun lahan basah dengan
lingkungan lahan basah tersebut. Penyerapan (up taking) unsur-unsur yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan diserap melalui akar atau organ yang berfungsi seperti akar pada air
dan substrat tumbuh tumbuhan tersebut.
Rawa buatan diyakini dan telah teruji kemampuannya dalam menurunkan beban
pencemar yang terdapat dalam air. Tidak hanya limbah rumah tangga yang tinggi akan
nutrien tatapi juga limbah tambang yang memiliki kandungan logam tinggi dan kadang
ber-pH sangat rendah. Gersberg et al. (1984) melaporkan bahwa lahan basah buatan
mampu menurunkan kandungan konsentrasi logam cadmium, tembaga dan seng masingmasing hingga 99%, 99% dan 97%. Namun demikian tumbuhan dalam rawa buatan
hanya menyerap logam dalam konsentrasi yang sangat rendah yaitu kurang dari 1%
(Sinicrope et al. (1992), Ye et al. (2001)).
Penyerapan logam dalam air, terutama Fe dan Mn, akan berlangsung efektif apabila
terdapat intreraksi secara biologis yang menjembatani oksidasi dan reduksi. Rawa buatan
adalah satu-satunya ekosistem yang didalamnya terjadi proses-proses oksidasi dan
reduksi. Proses biologi lainnya yang terjadi pada lahan basah adalah proses pelepasan
material organik dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya. Tumbuhan merupakan elemen
yang sangat penting bagi pertumbuhan komunitas mikroba. Perombakan material secara
langsung menjadi materi yang sangat sederhana dapat dilakukan oleh komunitas mikroba.
Keberadaan tumbuhan dengan sistem perakarannya mampu menyokong pertumbuhan
mikroba dalam sistem yang juga akan mendegradasi senyawa-senyawa logam berat pada
sistem.
Pada sistem wetland anaerobik, komposisi reaktif material yang digunakan seperti
kompos, daunan, serbuk gergaji di tambahkan lumpur aktif dari sistem sewage juga
7. Lahan disekitr kolong mempunyai tingkat kesuburan rendah dan resiko tinggi
terhadap erosi.
8. Aksessibilitas ke kolong masih sulit , kebanyakan kesuburan kolong-kolong jauh
dari pemukiman. Prasarana seperti jalan-jalan menuju kolong masih jelek.
Permasalah sosial ekonomi
1. Kualitas SDM dengn tingkat keahlian rendah. Pengetahuan masyarakat terhadap
kondisi dan potensi kolong masih kurang yang menyebabkan attens terhadap
kolong juga kurang.
2. Masyarakat secara ekonomi masih tergantung kepada pertambangan timah,
padahal cadangan timah mulai menipis.
3. Kempuan masyarkat secara ekonomi masih kurang. Sebagian besar masyarakat
tidak mampu/punya modal untuk usaha pengembangankolong.
EFEK PEMANFAATAN TERHADAP KOLONG
Pemanfaatan kolong yang tidak menggunakan manajemen yang tidak berwawasan
lingkungan akan mengancam kelestarian kolong sehingga tidak bisa dimanfaatkan dalam
waktu jangka panjang.
Budidaya ikan dengan KJA dan Peternakan Bebek
Pengamatan menggunakan 2 jenis air (hujan pH 5,2 dan air kolong pH 2,6), diperoleh :
Pada akhir pengamatan didapatkan pH 2 pada sistem pyrite dan 3 pada sistem
kaolin
Baik ikan KJA dan restoking mengandung logam cukup tinggi untuk ikan
berumur > 6 bulan. Ikan kolam dan KJA yang berumur < 4 bulan kandungan
logamnya rendah dan layak untuk dikonsumsi.
9. Pelatihan dan sosialisasi yang intensif untuk meningkatkan pengetahuan dan skill
masyarakat untuk berbagai macam pemanfatan selain dari perngembangan
perikanan .
10. Pengembangan kolong bisa dilakukan secara terpadu oleh masyarakat dengan
bantuan pemerintah daerah sebagai penetap kebijakan dan pihak swasta sebagai
investor.
Kesimpulan dan Saran
Pemanfaatan langsung kolong seperti budidaya ikan dengan system KJA dan
peternakan bebek peking harus memperhatikan kualitas airkolong dan kandungan
logam pada biota ternak.
Sistem kolam dengan system water treatment untuk budidaya ikan merupakan
pemanfaatan kolong yang berkelanjutan.
Informasi
Disamping permasalahan yang timbul, sebenarnya kolong dapat dimanfaatkan untuk
berbagai fungsi seperti:
1. Air bersih (mandi dan cuci) atau Air baku PDAM.
2. Perikanan darat KJA, kolam dan restoking (ikan patin, lele, bawal, dan nila untuk
kolong lebih dalam)
3. Rekreasi (ikan hias arwana, koi dan emas) dan wisata pemancingan.
4. Peternakan bebek. Pemanfaatan peternakan bebek di kolong masih relatif baru namun
secara ekonomi cukup berpotensi untuk jangka panjang dengan manajemen kolong yang
baik.
Untuk dapat dimanfaatkan diperlukan adanya usaha mempercepat perbaikan kualitas air
kolong muda berupa teknologi pengolahan air yang sederhana, ekonomis dan efisien
seperti in situ treatment (untuk kolong muda berukuran kecil) dan passive treatment
menggunakan sistem ALD (limestone)dan wetland.
Karakteristik Kolong
Tipe Kolong
Tipe kolong sangat dipengaruhi oleh mineral pembentuknya. Meskipun dalam waktu
lama proses alamiah (biologis/kimia) dapat mengubahnya. Umumnya ada 2 macam tipe
mineral penyusun kolong di Bangka yakni pyrite dan kaolin.
1. KOLONG MUDA
Proses pemulihan kualitas air secara alami lebih cepat (<20 tahun)
Kandungan logam masih tinggi tetapi lebih rendah dari kolong muda tipe
pirit
Kandungan logam Fe dan sulfat tinggi dan kandungan logam lain yang cukup
tinggi
Mineral dasar pirit ; pH 4>; - Masih terdapat kandungan beberapa logam dan
belum banyak dimanfaatkan.
Diversitas fitoplankton pada kolong tua cukup tinggi yang menandakan bahwa kolong
cukup subur. Namun demikian kolong umumnya mengandung logam lebih tinggi di
bandingkan perairan umum, fitoplankton mengandung logam yang tingi.
Sumber:
Dr. Cynthia Henny
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
Cibinong Science Center, Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong 16911,
cynthia_azis@yahoo.com
HP. 0813-181-66-383
Terakhir Diperbaharui ( Senin, 18 Mei 2009 11:05 )