STATUS MEDIK
I. IDENTITAS
No. RM
Nama
Umur
Agama
Alamat
Tanggal masuk rawat
Tanggal pemeriksaan
: 0550**
: Ny. W
: 48 tahun
: Islam
: Komplek Dit Bekang, Jakarta
: 4 Agustus 2014
: 6 Agustus 2014
II. ANAMNESA
Didapatkan keterangan dari pasien (autoanamnesis) pada hari kamis, 10 Agustus
2014
Keluhan Utama
: Sesak nafas
Status Generalis
Kepala
Mata
Leher
Thoraks
Cor
Pulmo
Abdomen
: Datar, bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
2
Ekstremitas
: Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada sianosis, tidak ada
edema.
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
LED
Hitung
(g/dl)
(%)
(/L)
(/L)
(mm)
Jenis
Leukosit
(%)
4-8-2014
7-8-2014
15,4
12,8
48
39
21000
14000
400.000
376.000
55
-/1/-/77/20/2
mEq
3,4
mEq/L
106
mEq/L
106
Pemeriksaan
SGOT
SGPT
Ureum Creatinin
4-8-2014
(U/L)
26
(U/L)
31
Mg/dL
17
Mg/dL
0.80
GDS
mg/dL
96
V. DIAGNOSIS
- Asma bronchiale
- Bronkietasis terinfeksi
VI. PENATALAKSANAAN
Paru :
-
VI. FOLLOW UP
TGL
5 08 2014
6 08 2014
7 08 2014
sasak
Kesadaran : cm
Td : 138/67 mmHg
N: 98x/m
P: 32x/m
S: 36,20C
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,gPulmo : SN vesikuler +/+,
kes : cm
Td : 106/72 mmHg
N: 95x/m
P: 26 x/m
S: 36,50C
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,gPulmo : SN vesikuler +/+,
kes : cm
Td : 90/54 mmHg
N: 75x/m
P: 23x/m
S: 36,3
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,g
Pulmo : SN vesikuler +/+
Asma bronkial
Bronkiektasis
Paru :
Paru :
Paru :
amp 12 jam
Meropenem 3x1
inj. Metilprednison 2x1 amp
Inhalasi ventolin 3x1
Inhalasi pulmicort 2x1
inj. ranitidine 2x1 amp
Syr Sukralfat 3x1C
Salbutamol 3 x 4 mg tab
Kodein 3 x 20 mg tab
amp 12 jam
Meropenem 3x1
inj. Metilprednison 2x1 amp
Inhalasi ventolin 3x1
Inhalasi pulmicort 2x1
inj. ranitidine 2x1 amp
Syr Sukralfat 3x1C
Salbutamol 3 x 4 mg tab
Kodein 3 x 20 mg tab
amp 12 jam
- Meropenem 3x1
- inj. Metilprednison
2x
amp
- Inhalasi
3x
ventolin
(8jam)
- Inhalasi pulmicort 2x1 (1
-
jam)
inj. ranitidine 2x1 amp
Syr Sukralfat 3x1C
Salbutamol 3 x 4 mg tab
Kodein 3 x 20 mg tab
5
TGL
8 08 2014
Kesadaran : cm
Td : 115/81 mmHg
N: 74 x/m
P: 21 x/m
S: 37 0C
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,gPulmo : SN vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+
Abdomen : datar, bising usus dbn, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, edema (-), sianosis (-)
- Asma bronkial
- Bronkiektasis
Paru :
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
1. Kongenital
7
Patogenesis
Patogenesis bronkiektasis tergantung penyebabnya, jika kongenital faktor
penyebabnya tidak diketahui, diduga erat hubungannya dengan faktor genetik dan
faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Ada beberapa faktor
yang diduga ikut berperan antara lain :
1.
2.
3.
Faktor adanya beberapa penyakit tertentu seperti fibrosis paru, asthmatic pulmonary,
eusinophilia.
4.
tergantung pada luasnya kerusakan parenkim paru dan komplikasi yang terjadi.
Akibatnya dapat dijumpai pasien bronkiektasis ringan tanpa kelaianan fungsi paru atau
ringan, bronkiektasis sedang dan berat. Selain itu perlu dinyatakan bahwa kelainan
fungsi paru (faal ventilasi) yang terjadi selain jenisnya tidak sama( artinya bisa tipe
obstruktif, restriktif atau campuran), jenis kelainannya juga tidak khas(2)
Gambaran Klinis
Gejala dan tanda klinis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya
dan ada atau tidak adanya komplikasi lanjut. Keluhan-keluhannya
1. Batuk
Batuk produktif berlangsung kronik dan frekuen, jumlah sputum bervariasi
umumnya jumlahnya banyak terutama pagi hari. Sputum bisa mukoid, purulen, dapat
9
memberikan bau tidak sedap. Pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular
bronkiektasis, sputum jumlahnya banyak sekali, purulen dan apabila ditampung 11
beberapa lama tampak terpisah menjadi 3 lapisan; a.) Lapisan atas agak keruh terdiri
atas mukus, b.) Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva atau ludah., c.) Lapisan
terbawah keruh, terdiri atas nanah dan jaringan nekrotik dari bronkus yang rusak
(cellular debris).
2. Hemoptisis
3. Sesak napas (dispnea)
4. Demam berulang
Kelainan Fisis
Pada pemeriksaan fisis, mungkin pasien sedang mengalami batuk-batuk dengan
pengeluaran sputum, sesak napas, demam atau sedang batuk darah. Tanda fisis umum
yang dapat ditemukan meliputi sianosis, jari tabuh, manifestasi klinis komplikasi
bronkiektaisis. Pada kasus yang berat dapat ditemukan tanda-tanda kor pulmonari
kronik maupun payah jantung.
Pada pemeriksaan fisis paru biasanya ditemukan ronki basah yang jelas pada
lobus bawah yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu ke waktu, atau ronki
basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural. Dan timbul lagi pada
waktu lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas dapat terjadi retraksi dinding
dada dan berkurangnya gerakan pada dada daerah yang terkena serta dapat terjadi
pergeseran mediastinum ke daerah paru yang terkena. Wheezing sering ditemukan
apabila terjadi obstruksi bronkus.(5.6)
Laboratorium
Kelainan labor tidak khas, pada keadaan lanjut dan sudah ada insufisiensi paru
dapat ditemukan polisitemia sekunder, anemia, leukositosis. Urin umumnya normal,
kecuali sudah ada amiloidosis terdapat proteinuria.
Radiologis
Gambaran foto dada bervariasi tergantung berat ringannya kelainan. Gambaran
khas untuk bronchiectasis menunjukkan adanya kista-kista kecil dengan fluid level,
10
mirip seperti sarang tawon (honey comb appearance) pada daerah yang terkena,
biasanya hanya 13% kasus. Bisa juga gambaran pneumonia, fibrosis dan kolaps
(atelektasis), bahkan seperti gambaran paru normal (7%).(2)
Kelainan faal paru
Kapasitas vital dan kecepatan aliran udara ekspirasi satu detik pertama terdapat
tendensi menurun, juga pada analisa gas darah, terjadi penurunan PaO2 yang
menunjukkan
abnormalitas
Dignosis Banding
11
1. Bronkitis kronik
2. Tuberkulosis paru
3. Abses Paru
4. Penyakit paru penyebab hemoptisis, karsinoma paru, adenoma paru, dll
5. fistula bronkopleural dengan empiema.
Komplikasi
1. Bronkitis kronik
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis
3. Pleuritis
4. Efusi pleura atau empiema
5. Abses metastase di otak
6. Hemoptisis
7. Sinusitis
8. Kor pulmonari kronik
9. Kegagalan napas
10. Amiloidosis
Pengobatan
1. Pengobatan Konservatif
12
Pengelolaan Umum: Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien,
memperbaiki drainase sekret bronkus (melakukan drainase pustural, mencairkan
sputum yang kental, mengatur posisi tempat tidur pasien dan mengontrol infeksi
saluran napas)
Pengelolaan khusus: Kemoterapi , drainase sekret dengan bronkoskop,
Pengobatan simptomatik: terhadap obstruksi bronkus, hipoksia, hemoptisis, dan
demam.
2. Pengobatan pembedahan
Tujuan mengangkat (reseksi) segmen bronkus yang terkena, bronkiektasi yang
terbatas yang tidak respon dengan konservatif dan infeksi berulang. Kontra indikasi
pada bronkiektasis dengan PPOK, bronkiektasi berat, dan dengan komplikasi
korpulmonal kronik dekompensata.
Pencegahan
1. Pengobatan dengan antibiotik
2. Tindakan vaksinasi terhadap pertusis dan lain-lain
Prognosis
Tergantung berat ringan penyakit dan luas penyakit saat pasien pergi berobat
pertama kali, pemilihan pengobatan secara tepat dapat memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus berat dan tidak diobati, prognosis jelek, survival tidak lebih dari 5-15 tahun.
Kematian biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis.(2,3)
13
BAB III
ANALISIS KASUS
110/70 mmHg, Nadi 84x/menit, Respirasi 28x/menit, Suhu 36,5 0C, dan didapatkan
Suara nafas vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+. Hal ini cenderung mengarah pada
adanya Bronkiektasis.
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
(ektasi) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten
dan irreversibel. (1,2)
Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan
14
dan pembuluh darah, bronkus yang terkena adalah bronkus kecil. Di negeri barat
prevalensi 1,3%, di indonesia tidak ada laporan pasti penyakit ini.(2.3)
Umumnya pasien datang dengan gejala batuk, batuk produktif berlangsung
kronik dan frekuen, jumlah sputum bervariasi umumnya jumlahnya banyak terutama
pagi hari. Sputum bisa mukoid, purulen, dapat memberikan bau tidak sedap,
hemoptisis, sesak napas (dyspnea), demam berulang. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan ronki basah yang jelas pada lobus bawah yang terkena dan keadaannya
menetap dari waktu ke waktu, atau ronki basah ini hilang sesudah pasien mengalami
drainase postural. Dan timbul lagi pada waktu lain. Apabila bagian paru yang diserang
amat luas dapat terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan pada dada
daerah yang terkena serta dapat terjadi pergeseran mediastinum ke daerah paru yang
terkena. Wheezing sering ditemukan apabila terjadi obstruksi bronkus. Foto toraks
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi gambaran bronchiectasis. Pada pasien ini
gambaran foto thoraks terdapat kista-kista kecil dengan fluid level, mirip seperti sarang
tawon (honey comb appearance) .
Bronkiektasis Berat terdiagnosis karena ditemukannya
sputum produktif
dengan sputum banyak berwarna kotor, hijau dan berbau, hemoptisis, nyeri pleura. Bila
ada obstruksi saluran napas akan ditemukan adanya dispnea. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan ronki kasar pada daerah yang terkena. Pada foto dada ditemukan
penambahan bronchovascular marking, dan multiple cyst containing fluid levels (honey
comb appearance)
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Prendergast TJ,MD &Ruoss SJ,MD. Pulmonary Disease.Pathophysiology of
Disease: An introduction to Clinical Medicine, Fourth Edition. International Edition
2003:219-259.
2. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi IV,
FKUI Jakarta, 2007: 1035-1039
3. Weiberger SE. Bronchiectasis. Harrisons Principles of Internal Medicine Volume II.
16 edition New York: Mc Graw-Hill, 2005; 1541-1543
4. Fishman, A., Bronchiectasis in Fishmans Pulmonary Diseases and Disorders .4th
edition, McGraw Hill. 2008
5. Weycker D, Edelsberg J, Oster G, et al: Prevalence and economic burden of
bronchiectasis. Clin Pulm Med 12:2005,
6. Patel IS, Vlahos I,Wilkinson TMA, et al: Bronchiectasis, exacerbation indices and
inflammation in chronic obstructive pulmonary disease. Am J Respir Crit Care Med
170:400, 2004.
7. Harun S, Wijaya IP. Kor Pulmonal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
edisi IV, FKUI Jakarta, 2007: 1680-1681.
16