Anda di halaman 1dari 16

BAB I

STATUS MEDIK

I. IDENTITAS

No. RM
Nama
Umur
Agama
Alamat
Tanggal masuk rawat
Tanggal pemeriksaan

: 0550**
: Ny. W
: 48 tahun
: Islam
: Komplek Dit Bekang, Jakarta
: 4 Agustus 2014
: 6 Agustus 2014

II. ANAMNESA
Didapatkan keterangan dari pasien (autoanamnesis) pada hari kamis, 10 Agustus
2014
Keluhan Utama

: Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


:
Pasien datang ke RS Ridwan dengan keluhan sesak, sesak dirasakan sejak mulai
memberat sudah 3 tahun terakhir ini, sesak timbul bisa ketika istirahat ataupun
beraktivitas dan bertambah berat apabila kecapean dan berada di ruangan
berdebu. Kemudian keluhan merasa enakan ketika diberikan pengobatan
oksigen dan salbutamol.
Keluhan disertai dengan batuk, batuk biasanya kambuh menjelang pagi hari,
batuk disertai dahak berwarna hijau, sakit kepala -, demam -, pilek -, gangguan
BAB - dan BAK -, mual -, muntah -, nyeri dada yang menjalar ke bahu dan
tangan kiri pasien menyangkal. Pasien mengatakan keluhan sesaknya ini sudah
dirasakan sejak berusia 3 tahun dan sudah sering berobat ke RS ridwan ini untuk
dirawat karena sesaknya ini apabila di rumah sudah tidak reda dengan
pemberian oksigen.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat penyakit asma sejak berusia 3 tahun
- Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal
1

- Riwayat penyakit hipertensi disangkal


- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit keganasan disangkal
- Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit keganasan disangkal
- Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal
- Riwayat alergi disangkal
Riwayat kebiasaan / Sosial
- Merokok disangkal
- Minuman alkohol disangkal
Riwayat pengobatan
- Salbutamol
- Oksigen
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84x/m
Respirasi
: 28x/m
Suhu
: 36,5 0C

Status Generalis
Kepala

: Normocepal, rambut distribusi merata, tanda trauma tidak ada.

Mata

: Pupil isokor, conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,

Leher

: Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks

: Simetris, tidak ada retraksi

Cor

: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: Suara nafas vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+

Abdomen

: Datar, bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
2

Ekstremitas

: Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada sianosis, tidak ada
edema.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan

Hb

Ht

Leukosit

Trombosit

LED

Hitung

(g/dl)

(%)

(/L)

(/L)

(mm)

Jenis
Leukosit
(%)

4-8-2014
7-8-2014

15,4
12,8

48
39

21000
14000

400.000
376.000

55

-/1/-/77/20/2

Pemeriksaan Kalium Natrium Chlorida


7-8-2014

mEq
3,4

mEq/L
106

mEq/L
106

Pemeriksaan

SGOT

SGPT

Ureum Creatinin

4-8-2014

(U/L)
26

(U/L)
31

Mg/dL
17

Mg/dL
0.80

GDS
mg/dL
96

Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pemeriksaan USG Thoraks


Tanggal 4-8-2014

V. DIAGNOSIS
- Asma bronchiale
- Bronkietasis terinfeksi

VI. PENATALAKSANAAN
Paru :
-

IVFD RL + Aminophiline 1 ampul 20 tpm


inj. Meropenem 3x1 gr (IV)
Inj. Methylprednisolone 2 x 1 ampul (IV)
inhalasi ventoline 3x/hari
inhalasi pulmicort 2x/hari
inj. ranitidine 2 x 1 ampul (IV)
Sukralfat syr 3 x 1C
Kodein 3 x 20 mg tablet
Salbutamol 3 x 4mg
4

VI. FOLLOW UP

TGL

5 08 2014

6 08 2014

7 08 2014

Sesak nafas, pusing, batuk

sasak

Masih merasa sesak dan


batuk-batuk

Kesadaran : cm
Td : 138/67 mmHg
N: 98x/m
P: 32x/m
S: 36,20C
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,gPulmo : SN vesikuler +/+,

kes : cm
Td : 106/72 mmHg
N: 95x/m
P: 26 x/m
S: 36,50C
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,gPulmo : SN vesikuler +/+,

kes : cm
Td : 90/54 mmHg
N: 75x/m
P: 23x/m
S: 36,3
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,g
Pulmo : SN vesikuler +/+

rhonki -/-, wheezing +/+


Abdomen : datar, bising usus

rhonki +/+, wheezing +/+


Abdomen : datar, bising usus

rhonki +/+, wheezing +/+


Abdomen : datar, bising us

dbn, nyeri tekan (-), hepar dan

dbn, nyeri tekan (-), hepar dan

dbn, nyeri tekan (-), hepar

lien tidak teraba


lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT Ekstremitas : akral hangat, CRT
< 2, edema (-), sianosis (-)
A

Asma bronkial
Bronkiektasis

dan lien tidak teraba


Ekstremitas : akral hangat

< 2, edema (-), sianosis (-)


- Asma bronkial
- Bronkiektasis

Paru :

CRT < 2, edema (-),


sianosis (-)
- Asma bronkial
- Bronkiektasis

Paru :

Paru :

- IVFD RL : Aminophiline 1 - IVFD RL : Aminophiline 1 - IVFD RL : Aminophiline


-

amp 12 jam
Meropenem 3x1
inj. Metilprednison 2x1 amp
Inhalasi ventolin 3x1
Inhalasi pulmicort 2x1
inj. ranitidine 2x1 amp
Syr Sukralfat 3x1C
Salbutamol 3 x 4 mg tab
Kodein 3 x 20 mg tab

amp 12 jam
Meropenem 3x1
inj. Metilprednison 2x1 amp
Inhalasi ventolin 3x1
Inhalasi pulmicort 2x1
inj. ranitidine 2x1 amp
Syr Sukralfat 3x1C
Salbutamol 3 x 4 mg tab
Kodein 3 x 20 mg tab

amp 12 jam
- Meropenem 3x1
- inj. Metilprednison

2x

amp
- Inhalasi

3x

ventolin

(8jam)
- Inhalasi pulmicort 2x1 (1
-

jam)
inj. ranitidine 2x1 amp
Syr Sukralfat 3x1C
Salbutamol 3 x 4 mg tab
Kodein 3 x 20 mg tab
5

TGL

8 08 2014

Sesak mulai terasa berkurang

Kesadaran : cm
Td : 115/81 mmHg
N: 74 x/m
P: 21 x/m
S: 37 0C
Mata : ca -/-, si -/THT-KL : dbn
Thorax : simetris, retraksi
Cor : BJ I-II regular, m-,gPulmo : SN vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+
Abdomen : datar, bising usus dbn, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, edema (-), sianosis (-)
- Asma bronkial
- Bronkiektasis

Paru :
-

IVFD RL : Aminophiline 1 amp 12 jam


Meropenem 3 x 1 g
inj. Metilprednison 2 x amp
Inhalasi ventolin 3 x 1
Inhalasi pulmicort 2 x 1
inj. ranitidine 2 x 1 amp
Syr Sukralfat 3x1C
Salbutamol 3 x 4 mg tab
Kodein 3 x 20 mg tab
Amiodaron 1 x 1 tab

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi


(ektasi) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten
dan irreversibel. (1,2)
Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan
dan pembuluh darah, bronkus yang terkena adalah bronkus kecil. Dinegeri barat
prevalensi 1,3%, di indonesia tidak ada laporan pasti penyakit ini.(2.3)

Etiologi
1. Kongenital
7

Bronkiektasis hampir mengenai seluruh cabang bronkus, biasnya disertai


penyakit kongenital lainnya seperti : Mucoviscidosis (Fibro kistik paru), Sindrom
Kartagener, (bronkiektasis kongenital, sinusitis paranasal dan situs inversus) hipo
dan gamaglobulinemia)
2. Kelainan didapat
Bronkiektasi paling sering disebabkan karena infeksi dan obstruksi bronkus
seperti korpus alienum, karsinoma bronkus, atau tekanan dari luar lainnya terhadap
bronkus

Perubahan patologi anatomis


Tempat predisposisi bronkiektasi adalah lobus tengah paru kanan, bagian lingula
paru kiri lobus atas, segmen basal pada lobus bawah kedua paru. Bronkus yang terkena
umumnya bronkus ukuran sedang, sedangkan bronkus besar jarang terkena dan dapat
mengenai satu segmen paru saja.(2)
Pada bronkiektasis, keluhan-keluhan timbul umumnya sebagai akibat adanya hal
berikut :
1) adanya kerusakan dinding bronkus,
2) adanya kerusakan fungsi bonkus,
3) adanya akibat lanjut bronkiektasis atau komplikasi dan sebagainya.
Kerusakan dinding bronkus berupa dilatasi dan distorsi dinding bronkus,
kerusakan elemen elastic, tulang rawan, otot-otot polos, mukosa dan silia, kerusakan
tersebut akan menimbulkan stasis sputum, gangguan ekspektorasi, gangguan reflex
batuk dan sesak nafas.
Ada 3 variasi kelainan anatomis bronkiektasis .(3):
1. Bentuk Tabung (Tubular, cylindrical, Fusiform bronchiectasis) yang merupakan
bronkiektasis yang paling ringan, dan sering ditemukan pada bronkiektasis yang
menyertai bronkitis kronik

2. Bentuk Kantong (Saccular Bronchiectasis) yang merupakan bentuk klasik, ditandai


dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini
kadang kadang berbentuk kista (Cystic Bronchiectasis)
3. Varicose Bronchiectasis bentuk ini diantara bentuk batang dan bentuk kantong. Istilah
ini digunakan karena perubahan bentuk broncus menyerupai varises pembuluh darah

Patogenesis
Patogenesis bronkiektasis tergantung penyebabnya, jika kongenital faktor
penyebabnya tidak diketahui, diduga erat hubungannya dengan faktor genetik dan
faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Ada beberapa faktor
yang diduga ikut berperan antara lain :
1.

Faktor obstruksi bronkus

2.

Faktor infeksi pada bronkus atau paru

3.

Faktor adanya beberapa penyakit tertentu seperti fibrosis paru, asthmatic pulmonary,
eusinophilia.

4.

Faktor intrinsik dalam bronkus atau paru.(4)


Kelainan fungsi paru yang terjadi sangat bervariasi dan tingkatan beratnya

tergantung pada luasnya kerusakan parenkim paru dan komplikasi yang terjadi.
Akibatnya dapat dijumpai pasien bronkiektasis ringan tanpa kelaianan fungsi paru atau
ringan, bronkiektasis sedang dan berat. Selain itu perlu dinyatakan bahwa kelainan
fungsi paru (faal ventilasi) yang terjadi selain jenisnya tidak sama( artinya bisa tipe
obstruktif, restriktif atau campuran), jenis kelainannya juga tidak khas(2)

Gambaran Klinis
Gejala dan tanda klinis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya
dan ada atau tidak adanya komplikasi lanjut. Keluhan-keluhannya
1. Batuk
Batuk produktif berlangsung kronik dan frekuen, jumlah sputum bervariasi
umumnya jumlahnya banyak terutama pagi hari. Sputum bisa mukoid, purulen, dapat
9

memberikan bau tidak sedap. Pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular
bronkiektasis, sputum jumlahnya banyak sekali, purulen dan apabila ditampung 11
beberapa lama tampak terpisah menjadi 3 lapisan; a.) Lapisan atas agak keruh terdiri
atas mukus, b.) Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva atau ludah., c.) Lapisan
terbawah keruh, terdiri atas nanah dan jaringan nekrotik dari bronkus yang rusak
(cellular debris).
2. Hemoptisis
3. Sesak napas (dispnea)
4. Demam berulang
Kelainan Fisis
Pada pemeriksaan fisis, mungkin pasien sedang mengalami batuk-batuk dengan
pengeluaran sputum, sesak napas, demam atau sedang batuk darah. Tanda fisis umum
yang dapat ditemukan meliputi sianosis, jari tabuh, manifestasi klinis komplikasi
bronkiektaisis. Pada kasus yang berat dapat ditemukan tanda-tanda kor pulmonari
kronik maupun payah jantung.
Pada pemeriksaan fisis paru biasanya ditemukan ronki basah yang jelas pada
lobus bawah yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu ke waktu, atau ronki
basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural. Dan timbul lagi pada
waktu lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas dapat terjadi retraksi dinding
dada dan berkurangnya gerakan pada dada daerah yang terkena serta dapat terjadi
pergeseran mediastinum ke daerah paru yang terkena. Wheezing sering ditemukan
apabila terjadi obstruksi bronkus.(5.6)
Laboratorium
Kelainan labor tidak khas, pada keadaan lanjut dan sudah ada insufisiensi paru
dapat ditemukan polisitemia sekunder, anemia, leukositosis. Urin umumnya normal,
kecuali sudah ada amiloidosis terdapat proteinuria.
Radiologis
Gambaran foto dada bervariasi tergantung berat ringannya kelainan. Gambaran
khas untuk bronchiectasis menunjukkan adanya kista-kista kecil dengan fluid level,
10

mirip seperti sarang tawon (honey comb appearance) pada daerah yang terkena,
biasanya hanya 13% kasus. Bisa juga gambaran pneumonia, fibrosis dan kolaps
(atelektasis), bahkan seperti gambaran paru normal (7%).(2)
Kelainan faal paru
Kapasitas vital dan kecepatan aliran udara ekspirasi satu detik pertama terdapat
tendensi menurun, juga pada analisa gas darah, terjadi penurunan PaO2 yang
menunjukkan

abnormalitas

regional maupun difus distribusi ventilasi, yang

berpengaruh pada perfusi paru.


Tingkatan beratnya penyakit :
1. Bronkiektasis Ringan, batuk-batuk, sputum bisa hijau, hemoptisis ringan, pasien
tampak sehat dan fungsi paru normal. Foto dada normal.
2. Bronkiektasis Sedang, batuk produktif terjadi tiap saat, sputum timbul tiap saat
umumnya warna hijau, serta berbau busuk, sering ada hemoptisis, pasien masih
tampak sehat, fungsi paru normal, jarang ada jari tabuh. Pada pemeriksaan fisik paru
ada ronki basah kasar pada daerah paru yang terkena, foto dada normal.
3. Bronkiektasis Berat, sputum produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan
berbau, sering ditemukan pneumonia, hemoptisis, nyeri pleura. Bila ada obstruksi
saluran napas akan ditemukan adanya dispnea, sianosis, atau tanda kegagalan paru.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan ronki kasar pada daerah yang terkena. Pada foto
dada ditemukan penambahan bronchovascular marking, dan multiple cyst containing
fluid levels (honey comb appearance)
Diagnosis
Diagnosis kadang mudah diduga, yaitu hanya dengan anamnesis saja. Diagnosis
pasti dapat ditegakkan apabila ditemukan adanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus
dengan bronkografi, bronchogram dan CT-scan. Bronkografi tidak selalu dapat
dikerjakan. CT-Scan menjadi alternatif pemeriksaan karena tidak bersifat invasif dan
hasilnya akurat, sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 95% ( 2,3)

Dignosis Banding
11

1. Bronkitis kronik
2. Tuberkulosis paru
3. Abses Paru
4. Penyakit paru penyebab hemoptisis, karsinoma paru, adenoma paru, dll
5. fistula bronkopleural dengan empiema.

Komplikasi
1. Bronkitis kronik
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis
3. Pleuritis
4. Efusi pleura atau empiema
5. Abses metastase di otak
6. Hemoptisis
7. Sinusitis
8. Kor pulmonari kronik
9. Kegagalan napas
10. Amiloidosis

Pengobatan
1. Pengobatan Konservatif

12

Pengelolaan Umum: Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien,
memperbaiki drainase sekret bronkus (melakukan drainase pustural, mencairkan
sputum yang kental, mengatur posisi tempat tidur pasien dan mengontrol infeksi
saluran napas)
Pengelolaan khusus: Kemoterapi , drainase sekret dengan bronkoskop,
Pengobatan simptomatik: terhadap obstruksi bronkus, hipoksia, hemoptisis, dan
demam.
2. Pengobatan pembedahan
Tujuan mengangkat (reseksi) segmen bronkus yang terkena, bronkiektasi yang
terbatas yang tidak respon dengan konservatif dan infeksi berulang. Kontra indikasi
pada bronkiektasis dengan PPOK, bronkiektasi berat, dan dengan komplikasi
korpulmonal kronik dekompensata.

Pencegahan
1. Pengobatan dengan antibiotik
2. Tindakan vaksinasi terhadap pertusis dan lain-lain
Prognosis
Tergantung berat ringan penyakit dan luas penyakit saat pasien pergi berobat
pertama kali, pemilihan pengobatan secara tepat dapat memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus berat dan tidak diobati, prognosis jelek, survival tidak lebih dari 5-15 tahun.
Kematian biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis.(2,3)

13

BAB III
ANALISIS KASUS

Pasien perempuan berusia 48 tahun datang dengan keluhan sesak, sesak


diasakan sejak mulai memberat sudah 3 tahun terakhir ini, sesak timbul bisa ketika
istirahat ataupun beraktivitas dan bertambah berat apabila kecapean dan berada di
ruangan berdebu. Kemudian keluhan merasa enakan ketika diberikan pengobatan
oksigen dan salbutamol, keluhan sesaknya ini sudah dirasakan sejak berusia 3 tahun dan
sudah sering dirawat di RS karena sesaknya ini apabila di rumah sudah tidak reda
dengan pemberian oksigen. Keluhan disertai dengan batuk, batuk biasanya kambuh
menjelang pagi hari, batuk disertai dahak berwarna hijau. Kemudian dari pemeriksaan
fisik Keadaan umum

tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, Tekanan darah

110/70 mmHg, Nadi 84x/menit, Respirasi 28x/menit, Suhu 36,5 0C, dan didapatkan
Suara nafas vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+. Hal ini cenderung mengarah pada
adanya Bronkiektasis.
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
(ektasi) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten
dan irreversibel. (1,2)
Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan
14

dan pembuluh darah, bronkus yang terkena adalah bronkus kecil. Di negeri barat
prevalensi 1,3%, di indonesia tidak ada laporan pasti penyakit ini.(2.3)
Umumnya pasien datang dengan gejala batuk, batuk produktif berlangsung
kronik dan frekuen, jumlah sputum bervariasi umumnya jumlahnya banyak terutama
pagi hari. Sputum bisa mukoid, purulen, dapat memberikan bau tidak sedap,
hemoptisis, sesak napas (dyspnea), demam berulang. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan ronki basah yang jelas pada lobus bawah yang terkena dan keadaannya
menetap dari waktu ke waktu, atau ronki basah ini hilang sesudah pasien mengalami
drainase postural. Dan timbul lagi pada waktu lain. Apabila bagian paru yang diserang
amat luas dapat terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan pada dada
daerah yang terkena serta dapat terjadi pergeseran mediastinum ke daerah paru yang
terkena. Wheezing sering ditemukan apabila terjadi obstruksi bronkus. Foto toraks
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi gambaran bronchiectasis. Pada pasien ini
gambaran foto thoraks terdapat kista-kista kecil dengan fluid level, mirip seperti sarang
tawon (honey comb appearance) .
Bronkiektasis Berat terdiagnosis karena ditemukannya

sputum produktif

dengan sputum banyak berwarna kotor, hijau dan berbau, hemoptisis, nyeri pleura. Bila
ada obstruksi saluran napas akan ditemukan adanya dispnea. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan ronki kasar pada daerah yang terkena. Pada foto dada ditemukan
penambahan bronchovascular marking, dan multiple cyst containing fluid levels (honey
comb appearance)

15

DAFTAR PUSTAKA
1. Prendergast TJ,MD &Ruoss SJ,MD. Pulmonary Disease.Pathophysiology of
Disease: An introduction to Clinical Medicine, Fourth Edition. International Edition
2003:219-259.
2. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi IV,
FKUI Jakarta, 2007: 1035-1039
3. Weiberger SE. Bronchiectasis. Harrisons Principles of Internal Medicine Volume II.
16 edition New York: Mc Graw-Hill, 2005; 1541-1543
4. Fishman, A., Bronchiectasis in Fishmans Pulmonary Diseases and Disorders .4th
edition, McGraw Hill. 2008
5. Weycker D, Edelsberg J, Oster G, et al: Prevalence and economic burden of
bronchiectasis. Clin Pulm Med 12:2005,
6. Patel IS, Vlahos I,Wilkinson TMA, et al: Bronchiectasis, exacerbation indices and
inflammation in chronic obstructive pulmonary disease. Am J Respir Crit Care Med
170:400, 2004.
7. Harun S, Wijaya IP. Kor Pulmonal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I
edisi IV, FKUI Jakarta, 2007: 1680-1681.

16

Anda mungkin juga menyukai