Anda di halaman 1dari 13

ILMU KESEHATAN KULIT DAN RAMBUT

ACNE (JERAWAT)

DISUSUN OLEH:

RIZKIA AMINI

5535127642

SUHARYATI

5535127646

TRI UTAMI P.

5535127648

Pendidikan Tata Rias Non Reguler 2012


Ilmu Kesejahteraan Keluarga
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah Ilmu Kesehatan
Kulit dan Rambut ini. Dengan itikat baik penyusun mencoba menyusun makalah ini dalam
rangka melengkapi nilai matakuliah tersebut .
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada dr. Elvyra Yulia selaku dosen
matakuliah Ilmu Kesehatan Kulit dan Rambut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, mahasiswa lainnya, dan para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyadari kemungkinan masih terdapat kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu penyusun meminta maaf dan meminta saran ataupun kritikan
yang bersifat membangun demi tercapainya satu kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini.

Jakarta, Maret 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit kulit yang selalu ngetren bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat
atau dalam bahasa medisnya acne. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena
berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah
penderita.
Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia remaja ketika
terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak. Keadaan ini cenderung
diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi beberapa orang yang
mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan
pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara penyembuh yang tuntas,
meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya, kondisi ini akan mengalami
perbaikan dengan bertambahnya usia.
Orang yang sudah menginjak masa pubertas umumnya pernah mengalami jerawat. Dalam
dunia medis, jerawat dikenal sebagai acne vulgaris. Merupakan peradangan kronis dari folikel
pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan penimbunan keratin,
ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula, dankista.Daerah yang terkena bukan hanya
wajah, namun juga bahu, dada, punggung, dan lengan bagian atas.

B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Definisi
Klasifikasi
Epidemiologi
Etiopatogenesis
Gejala Klinis
Dignosis
Pencegahan
Pengobatan
Prognosis

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksi.
Acne Vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi
pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfik,
terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, dan jaringan parut yang
terjadi akibat kelainan aktif tersebut baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang
hipertofik.
B. KLASIFIKASI
Klasifiksi yang dibuat oleh Plewig dan Kligman dalam buku Acne : Morphogenesis and
Treatment (1975) :
Akne :
1.

Akne vulgaris dan varietasnya :


Akne tropikalis
Akne fulminan
Pioderma fasiale
Akne mekanika dan lainnya

2.

Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya :


Akne kosmetika
Pomeda acne
Akne klor
Akne akibat kerja
Akne deterjen

3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya :


Solar comedones
Akne radiasi (sinar x, kobal)

C. EPIDEMIOLOGI
Akne vulgaris atau lebih sering disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang banyak sekali
dijumpai terutama di masyarakat kita Indonesia, penyakit yang menyerang bagian organ
kulit ini terutama ditemui pada usia remaja dan dewasa muda, wanita usia15 19 tahun
dan pada pria usia 17 21 tahun , tapi sering juga usia lebih muda atau lebih tua, terkena
penyakit ini.
Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa frekuensi akne, vulgaris pada
populasi manusia cukup tinggi, bahkan menurut Kligman penyelidik terkenal dibidang akne
tidak ada seorang manusiapun yang melewati kehidupannya tanpa sebuah jerawat
dikulitnya. Sehingga timbul keraguan apakah akne ini merupakan penyakit atau hanya suatu
tanda kehidupan fisiologis saja. Sama seperti tumbuhnya kumis jenggot dan lain-lain.
Hal inilah yang menjadi kendala karena walaupun akne vulgaris ini tidak membahayakan
kehidupan tetapi sering menjadi masalah karena akibat kosmetik yang tidak jarang menjadi
keluhan psikologis penderita terhadap lingkungan sosial sekelilingnya, bahkan
menyebabkan kurang percaya diri pada aindividu tersebut, malu untuk berkumpul-kumpul
dan lain sebagainya.
Akne vulgaris ini menyerang dan mengenai appendages kulit yaitu kelenjer lemak kulit
sehingga daerah kulit yang lebih sering terkena adalah bagian kulit yang yang banyak
mengandung kelenjar lemak yaitu muka, leher, dada, bahu punggung dan lengan atas
bagian atas.

D. ETIOPATOGENESIS
Etiopatogenesa terjadinya akne yaitu :
1. Produksi sebum (lemak) yang meningkat
2. Perubahan dalam komposisi lemak permukaan kulit
3. Penyumbatan saluran kelenjar sebasea
4. Kolonisasi bakteri pada tempat tersebut
Ini merupakan dasar patogenisis yang penting sebagai pengobatan akne. Untuk mengatasi
timbulnya akne vulgaris perlunya kerjasama yang baik antara penderita dan dokter yang
merawatnya.

Secara sistematis Sjarif M Wasitaatmadja (1987) mengemukakan beberapa factor baik


eksogen maupun endogen yang disangka dapat mempengaruhi terbentuknya akne vulgaris
seperti :
1. Faktor genetik,
Akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetik akibat adanya peningkatan kepekaan
unit pilosebsea terhadap kadar androgen yang normal. Adanya menduga bahkan faktor
genetik ini berperan dalam menentukan bentuk dan gambaran klinis, penyebaran lesi dan
durasi penyakit. Pada lebih 80% penderita mempunyai minimal seorang saudara kandung
mempunyai yang sama dan pada ebih dari 60% penderita mempunyai minimal salah satu
orang tua dengan akne vulgaris juga.
2. Faktor Ras,
Kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris diajukan karena melihat
kenyataan adanya ras-ras tertenu seperti mongoloid yang lebih jarang menderita akne
dibandingkan dengan Causcasian, orang kulit hitam pun lebih dikenal dibanding dengan
orang kulit putih.
3. Faktor musim,
suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar, serta sinar ultra violet yang lebih
banyak menyebabkan akne vulgaris lebih sering timbul pada musim panas dibandingkan
dengan musim dingin. Pada kulit kenaikan suhu udara 1 derajat celcius mengakibatkan
kenaikan laju ekresi sebum naik sebanyak 10%.
4. Faktor makanan
Masih diperdebatkan, ada penyelidik yang setuju makanan berpengaruh pada timbulnya
akne, adapula yang kontra. Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne
adalah makanan tinggi lemak (kacang, daging berlemak susu, es krim), makanan tinggi
karbohidrat (makanan manis syrop), makanan beryodida tinggi (makanan asal laut) dan
pedas. Menurut yang pro makanan dapat merubah komposisi sebum dan menaikan
Produksi kelenjar sebasea.
5. Faktor infleksi,
Ada 3 (tiga) golongan mikroorganisme yang merupakan floranormal kulit, C akne, S
epidermis, dan P ovale. Peran mikroba ini adalah membentuk enzim lipase yang dapat
memecah trigliserida menjadi asamlemak bebas yang bersifat komedogenik.

6. Faktor psikis,
Stress emosi pada sebagian penderita dapat menyebabkan kambuhnya akne, mungkin
melalui mekanisme peningkatan produksi Androgen dalam tubuh.
7. Faktor endokrin atau hormonal
8. Faktor keaktifan kelenjar sebasea
Memepengaruhi banyak sedikitnyaproduksi sebum. Pada penderita akne vulgaris produksi
sebumnya lebihtinggi dari normal.Semua faktor penyebab ini pengaruhnya tidak sama pada
setiap individu penderita dan umumnya multifaktora, dengan kata lain semua faktor dapat
mempengaruhi.patogenesa terjadinya akne vulgaris. Pada kulit kelenjar sebasea bermuara
pada folikel rambut, membentuk unit pilosebsea, yaitu folikel rambut dengan satu atau
lebih kelenjar, bersama otot polos yang berhubungan dengan folikel tersebut. Kadangkadang kelenjar sebasea bermuara langsung kepermukaan kulit.
Didaerah muka punggung dan kulit kepala terdapat kelenjar sebasea dalam jumlahyang
lebih banyak dan lebih besar. Pada daerah-daerah tersebut terdapat 400 900
Kelenjar/Cm2 sedangkan ditempat lain kurang dari 100 kelenjar/cm2. Kelenjar sebasea
adalah kelenjar yang menghasilkan sebum atau lemak yang berguna untuk membentuk
lemak permukaan kulit yang berfungsi melindungi kulit. Sebum terdiri dari campuran dari
berbagai macam lemak seperti trigliserida, asam lemak bebas, ester malam kolesterol
skualen dan ester kolesterol.
Faktor-faktor patogen yang terjadi pada pembentukan lesi akne vulgaris antara lain :
1. Terjadinya penyumbatan pad saluran kelenjar sebasea dengan keratin dan sebum yang
akan mengeras dimulai siinfra infun dibum. Dengan pengaruh faktor kertinisasi,
hormonal dan susunan lemak sebum maka terjadi proses ini. Masa penyumbat akan
menghalangi pengeluaran produksi sebum dari kelenjar dan mengundang timbulnya
peradangan didinding folikel.
2. Pengaruh hormon testoren dan androgen yang mempengaruhi produksisebum,
peningkatan hormon ini akan berpengaruh pada berat ringannyapenyakit.
3. Terjadinya perubahan hormonal akan mengakibatkan perubahan susunan biokimia
lemak dan ensim pemecah lemak dari mikroorganisme dikulit. Hampir semua komponen
sebum bersifat komedogenik tetapi yang dianggap paling komedogenik adalah asam
lemak bebas dan skualent, sedang ester, kolesterol trigliserida mempunyai efek lemah.

4. Akne vulgeris bukan termasuk penyakit infeksi, peranan mikroorganisme C.Akne


S.epidermis, P ovale terhadap pembentukan erupsi tidak dapat disingkirkan.
Mikroorganisme ini mengeluarkan enzim hialurronidase dan lipase, dan faktor
kemotaktik. Lipase memecah lemak menjadi asam lemak bebas yang komedogenik.
Faktor kemotaktik diduga berperan pada proses inflamasi yang terjadi sesudah
penyumbatan.

E. GEJALA KLINIS
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian
atas.Lokasi kulit lain, misalnya leher,lengan atas, dan glutea kadang kadang terkena.Erupsi
kulit polimorfik dengan gejala predomoinan salah satumya, komedo, papul yang tidak beradang
dan pustul, nodus dan kista yang beradang.Dapat disertai rasa gatal namun umum keluhan
pendeita adalah keluhan estetis.Komedo adalah gejala patognomonis bagi akne berupa papul
miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat
mengandung unsur melanin disebut komedo hitam ataun komedo trebuka ( black komedo,
open komedo ).Sedang bila brewarna putih karena letaknya lebih dalm sehuingga tidak
mengandungb unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup( white,close
komedo )

F. DIAGNOSIS
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan eksohleasi sebum, yaitu
pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraltor ( sendok Unna ). Sebum yang
menyumbat foikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau masa lebih lunak bagai nasi
yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel
radang kronis di sekitar foliel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista,
radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang
tercampur dengan darah, jariang mati, dan keratin yang lepas.
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan
patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan
penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.

Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan
untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas ( free fatty acid ) meningkat
dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

G. PENCEGAHAN
1. Menghindari peningkatan jumlah lipis sebum dan perubahan isi sebum dengan cara : a)
Diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun hal ini diperdebatkan efektivitasnya,
namun bila pada anamnesis menunjang, hal ini dapat dilakukan; b) Melakukan
perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran jasad renik yang
mempunyai peran pada etiopatogenesis akne vulgaris.
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misalnya: a) Hidup teratur dan
sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stress; b) penggunaan
kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya; c) Menjauhi terpacunya
kelenjer minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat
dan sebagainya.; d) Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis,
yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi.
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,
pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya. Hal ini penting
agar penderita tidak underestimate atau overestimate terhadap usaha penatalaksanaan
yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa.

H. PENGOBATAN
Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat obat topical, obat sistemik,
bedah kulit atau kombinasi cara cara tersebut.
A. Pengobatan topical
Pengobatan topical dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan,
dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topical terdiri atas:
1. Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit ( peeling ), misalnya sulfur (4-8%), resosinol
(1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%),
dan asam azeleat (15-20%). Akhir akhir ini digunakan pula asam alfa hidroka (AHA),
misalnya asam glikolat (3-8%. Efek samping obat iritan dapat dikurangi dengan cara
pemakaian berhati hati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah.
2. Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah miktoba dalam topikal yang berperan
dalam etiopatogensis akne vulgaris, misalnya oksi tetrasilin (1%), eriteomisin (1%),
klindamisin fosfat (1%).
8

3. Antiperadangan topikal, salap atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau sedang (
hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat ( triamsinolon asetonid
10 mg/cc) pada lesi nodulo-kistik.
4. Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
B.

Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik di samping dapat
juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi keseimbangan
hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas:
1. Anti bakteri sistemik; tetrasiklin (250 mg 1,0 g/hari), eritmisin (4250 mg/hari),
doksisiklin 50 mg/hari), trimetoprim 3100 mg/hari).
2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki
reseptor organ target di kelenjer sebasea, misalnya estrogen ( 50 mg/hari selama 21 hari
dalam sebulan ) atau antiandrogen siproteron asetat (2mg/hari). Pengobatan ini
ditujukan untuk penderita wanita dewasa akne vulgaris beradang yang gagal dengan
terapi yang lain. Kortikosteroid sistemik diberikan untuk menekan peradangan dan
menekan sekresi kelenjer adrenal, misalnya prednisone (7,5 mg/hari) atau
deksametason ( 0,25-0,5 mg/hari).
3. Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai antikeratinisasi ( 50.000 ui
150.000 ui/hari) sudah jarang digunakan sebagai obat akne karena efek sampingnya.
Isotretinoin ( 0,5 1 mg/kg BB/hari merupakan derivate retinoid yang menghambat
produksi sebum sebagai pilihan pada akne nodulokistik atau konglobata yang tidak
sembuh dengan pengobatan lain.
4. Obat lainnya, misalnya antiinflamasi non-steroid ibuprofen ( 600 mg/hari) dapson (
2100 mg/hari), seng sulfat ( 2200 mg/hari).
C. Bedah kulit
Tindakan bedah kulit kadang kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut
akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut; baik yang
hipertrofik maupun yang hipotrofik. Jenis bedah kulit disesuaikan dengan macam dan kondisi
jaringan parut yang terjadi. Tindakan dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh.
1. Bedah skalpel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol atau
melakukan eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik yang dalam.
2. Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah pengeluaran
sebum atau pada nodulo-kistik untuk drainase cairan isi yang dapat mempercepat
penyembuhan.
3. Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan jaringan parut yang
benjol.
4. Bedah beku dengan bubur CO2 beku atau N2 cair untuk mempercepat penyembuhan
radang.
9

5. Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca akne yang luas.

I. PROGNOSIS
Umunya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umunya sembuh sebelum mencapai usia 30-40
an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat
sehingga perlu di rawat-Inap di rumah sakit.

10

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksi.
Acne Vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi
pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfik,
terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, dan jaringan parut yang
terjadi akibat kelainan aktif tersebut baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang
hipertofik.

B. SARAN
1.

Menghindari peningkatan jumlah lipis sebum dan perubahan isi sebum dengan cara : a)
Diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun hal ini diperdebatkan efektivitasnya, namun
bila pada anamnesis menunjang, hal ini dapat dilakukan; b) Melakukan perawatan kulit
untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran jasad renik yang mempunyai peran
pada etiopatogenesis akne vulgaris.

2.

Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, misalnya: a) Hidup teratur dan
sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stress; b) penggunaan
kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya; c) Menjauhi terpacunya kelenjer
minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat dan
sebagainya.; d) Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis, yang dapat
memperberat erupsi yang telah terjadi.

3.

Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,


pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya. Hal ini penting
agar penderita tidak underestimate atau overestimate terhadap usaha penatalaksanaan
yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa.

11

DAFTAR PUSTAKA
Arnold, H.L.; Odom, R.B. and James, W.D.: Andrews Diseases of the Skin. Clinical Dermatology,
8th ed. pp. 252-257 (W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1990)
Cunliffe, W.J.: Acne, pp 11-75 (Martin Dunitz, London 1989)
Kligman, A.M. and Plewig, G.: Acne Morphogenesis and Treatment; pp. 162-163, 233-234
(Springer Verlag, Berlin 1975)
Strauss, J.S.: Sebaceous Glands in Dermatology in General Medicine, 4th ed. pp. 709-726 (Mc
Graw-Hill Inc, New York 1993)

12

Anda mungkin juga menyukai