Dosen Pengampu:
Dr. Retno Susilowati, M.Si
Dr. Ria
Oleh:
Uun Nurdiansyah
(11620034)
Ainiyatul Fikriyah
(11620062)
(11620070)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel-sel tubuh terus menerus menggunakan oksigen untuk reaksi metabolic yang
melepaskan energi dari molekul nutrien dan menghasilkan ATP. Pada waktuyang sama,
reaksi
tersebut
melepaskan
karbondioksida.
Konsumsi
oksigen
dan
produksi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PengertianPernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.Penghisapan ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 1996).
Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan
jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk
darah dan membuang karbondioksida.
Sistem pernapasan secara umum terbagi atas :
a. Bagian Konduksi
Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan
bronkiolus.Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan
dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang
diinspirasi.
b. Bagian Respirasi
Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan.Pertukaran gas antara
udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang
lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel
yang masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan
setiap bahan yang masuk yang dapat merusak (Alsagaff, 2002).
Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu :
a. Arsitektur saluran nafas; bentuk, struktur, dan caliber saluran nafas yang berbeda-beda
merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring,
laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang
reseptor di saluran nafas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang
4
mampu mengurangi penetrasi debu dan gas toksik kedalam saluran nafas (Tabrani Rab,
1996).
b. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran nafas, yang mampu menangkap partikel
debu dan mengeluarkannya.
c. Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap
partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran nafas (Tabrani Rab, 1996).
Dinding rongga ditunjang oleh tulang rawan dan tulang. Lantai, di depan terdiri dari
tulang langit-langit, di belakang berupa langit-langit lunak. Atap juga ditunjang oleh
tulang rawan sebagian dan sebagian lagi oleh tulang.Dari tiap dinding ada tiga tonjolan
tulang ke rongga hidung, disebut conchae.
Rongga hidung dibagi atas 4 daerah :
a. Vestibula
b. Atrium
c. Daerah pembauan
d. Daerah pernapasan.
Vestibula adalah bagian depan rongga, atrium adalah bagian tengah. Daerah
pembauan berada pada conchae yang atas, sedangkan daerah pernapasan terletak pada
dua conchae yang bawah.Rongga hidung dilapisi oleh tunica mukosa. Kecuali di bagian
depan vestibula sampai ke nares. Di sini dilapisi oleh kulit yang strukturnya sama dengan
kulit wajah. Epidermis dibina atas jaringan epitel berlapis menanduk, ada bulu, kelenjar
minyak bulu, dan kelenjar peluh.Pada vestibula itu ada bulu yang keras, disebut vibrissae.
Tunica mukosa sendiri dibina atas jaringan epitel berlapis semu bersilia.Di daerah
pembauan epitel bersilia itu memiliki struktur dan fungsi khusus, yaitu sabagai indera
bau.Diantara sel epitel batang bersilia tersebar banyak sel goblet.Pada lamina propria
banyak terdapat simpul vena, simpul limfa dan kelenjar lendir.Tak ada bulu, kelenjar
minyak bulu maupun kelenjar peluh.Kelenjar lendir itu di sebut kelenjar Bowman.Tunica
mukosa melekat ketat ke periosteum atau perichondrium di bawahnya.
Sekeliling rongga hidung ada empat rongga berisi udara yang berhubungan
dengannya, disebut sinus paranasal. Keempat sinus itu berada pada tulang-tulang berikut :
1). Frontal; 2). Maxilla; 3). Ethmoid; 4) sphenoid. Sinus dilapisi oleh tunica mucosa juga,
seperti yang melapisi rongga hidung.Hanya saja lebih tipis dan sel-selnya lebih kecilkecil serta sedikit mengandung kelenjar lendir.Lamina propria tidak terliahat dengan
jelas.
b. Tekak ( pharynx )
Daerah simpangan saluran napas dan saluran makan. Dibedakan atas tiga daerah
I. Daerah hidung (naso-pharynx)
Merupakan bagian pertama pharynx kebawah, dilanjutkan dengan bagian oral organ
ini yaitu oro-pharynx.
II. Daerah mulut (oro-pharynx)
III. Daerah jakun (laryngeo-pharynx)
Di daerah mulut lapisan muscularis-mucosa dari tunica mucosa digantikan oleh serat elastis
yang rapat dan tebal.Tunica submucosa hanya ada didinding daerah hidung dan dekat ke
kerongkongan. Di tempat lain tunica mukosa melekat langsung ke gumpal otot lurik sekitar
leher. Lapisan serat elastis yang ada pada bagian bawah tunica mucosa itu berpaut rapat dan
berjalin dengan jaringan interstisial otot.
Lamina propria tunica mucosa terdiri dari jaringan ikat rapat yang berisi jala serat elastis yang
halus.Di daerah mulut dan jakun tunica mukosa dilapisi oleh jaringan epitel berlapis banyak
dan mengelupas, sedang atapnya dibina atas jaringan epitel batang berlapis bersilia, dengan
banyak sel goblet.Pada lamina propria, dibawah lapisan serat elastis, banyak terdapat kelenjar
lendir.
c. Jakun ( Larynx )
Gerbang trakea ini ditunjang oleh beebrapa keping tulang rawan hialain dan elastis,
jaringan ikat, serat otot lurik, dan dilapisi sebelah kelumen oleh tunica mucosa.Tunica mucosa
itu memiliki kelenjar lendir.
Tiroid
2.
Krikoid tunggal
3.
Epiglotis
4.
Aritenoid
5.
Kornikulat sepasang
6.
Kuneiform
Permukaan depan dan sebelah belakang epiglotis dan pita suara diselaputi epitel berlapis
mengelupas. Didaerah lain yaitu dasar epiglotis, trakea dan bronkhus, epitel itu bersilia.
Pada tunica mucosa banyak sel goblet.Kelenjar lendir disini tergolong jenis tubuloacinus.Sedikit kuncup rasa terdapat tersebar pada bagian bawah epiglotis.
Pita suara berisi ligamen tiro-aritenoid, yang mengandung serat elastis dan dibagian sisisnya
silengkapi serat otot lurik tiro-aritenoid.Ditengah ditutup dengan tunica mucosa yang tipis
dari epitel berlapis mengelupas.
d. Tenggorok ( Trakhea )
Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru.Histologi dinding tenggorok dapat
dibedakan atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis, tunica adventitia.
Permukaan kelumen diselaputi tunica mucosa, dengan epitel batang berlapis semu dan
bersilia, menumpu pada lamina basalis yang tebal.Pada selaput epitel banyak terdapat sel
goblet.Lamina propria berisi banyak serat elastis dan kelenjar lendir yang kecil-kecil.Kelenjar
terletak sebelah atas lapisan serat elastis.Dibagian posterior tenggorok kelenjar itu menerobos
masuk tunica muscularis.Pada lamina propria terdapat pula pembuluh darah dan pembuluh
limfa.Tunica muscularis sendiri sangat tipis dan tidak terlihat dengan jelas.
Tunica adventitia juga tidak terlihat secara jelas, dan berintegrasi dengan jaringan
penunjang yang terdiri dari tulang rawan dibawahnya.
Tulang rawan di bawah tunica adventitia itu tersusun dalam bentuk cincin-cincin hialin
bentuk huruf C. Cincin inilah yang menunjang tenggorok pada sebelah samping dan
ventral.Sedangkan dibagian dorsal tenggorok, ditempat itu adalh bagian terbuka cincin,
terdapat serat otot polos yang susunannnya melintang terhadap poros tenggorok.Serat otot itu
melekat kepada kedua ujung cincin, dan berfungsi untuk mengecilkan diameter
tenggorok.Jika otot kendur, diameter tenggorok kembali sempurna.
Diantara cincin bersebelahan terdapat serat fibroelastis.Dengan struktur cincin yang tak
bulat penuh ini maka tenggorok dapat meregang (membesar) untuk menyalurkan lebih banyak
udara ke dalam paru.Di sebelah luar cincin terdapat jaringan ikat yang berisi banyak serat
elastis dan retikulosa.
e. Cabang Tenggorok
Ini adalah percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut bronkhus. Tiap
bronkhus bercabang membentuk cabang kecil, dan tiap cabang bronkhus ini membentuk
banyak ranting.
Histologi dinding bronkhus sama dengan trachea, yaitu terdiri dari : tunica mucosa,
tunica muscularis, tunica adventitia. Cabang yang sudah berada dalam jaringan paru histologi
dindingnya banyak berubah.Cincin tulang rawan hilang, digantikan oleh keping tulang rawan,
yang susunannya tidak teratur dan menunjang seluruh keliling saluran.
Tunica mucosa pada cabang dan ranting bronkhis yang besar, memiliki epitel bentuk
batang bersilia, sedangkan pada ranting yang kecil epitel berubah jadi kubus dan tak
bersilia.Ada lamina basalis tebal, membatasi jaringan epitel dari lamina propria terkandugng
banyak serat elastis, dan sedikit serat kolagen dan retikulosa.Di bawah lamina propria erdapat
tunica muscularis-mucosa.
Kelenjar lendir terkandung dalam tunica mucosa dan tunica submucosa.
Tunica adventitia mengandung serat jaringan ikat, sedikit jaringan lemak, dan
dibawahnya terdapat keping tulang rawan yang susunannya tak teratur.Lapis terluar terdiri
dari mesothelium, sebagai penerusan selaput dalam pleura.
f. Paru
Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang kiri-kanan, terdiri dari
lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri dari jaringan ikat terbagi-bagi atas banyak
lobulli.Masing-masing lobulus dimasuki oleh satu bronkhiolus.Di dalamnya bronkhiolus
bercabang-cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung, dan berakhir pada bronkhiolus
pernapasan.Dalam lobulli terkandung pula pembuluh darah, pembuluh limfa, urat saraf, dan
jaringan ikat.Pada banyak tempat sepanjang cabang dan ranting bronkhus terdapat nodus
limfa menempel pada dinding.
Sebelah luar arah ke rongga pleura paru diselaputi oleh penerusan selaput dalam pluera.
g. Bronkhiolus
Bronkhus bercabang berkali-kali sampai jadi ranting kecil. Ranting bronkhus itu
bercabang halus berbentuk bronkhiolus .Bronkhiolus bercabang lagi membentuk ranting,
disebut bronkhiolus ujung.Bronkhiolus ujung ini berakhir pada bronkhiolus pernapasan.
Tunica mucosa pada bagian ini memiliki epitel kubus yang tak bersilia.
Di bawah tunica adventitia tidak ada lagi keping tulang rawan.Lapisan ini mengandung
mesothelium sebagai penerusan selaput dalam pleura.
Bronkhiolus Pernapasan
Ini adalah bagian ujung bronkhiolus, saluran pendek yang dilapisi sel epitel bersilia.Sel itu di
pangkal bentuk batang, makin ke ujung makin rendah sehingga menjadi kubus dan siliapun
9
hilang.Di bawah lapisan epitel ada serat kolagen bercampur serat elastis dan otot polos.Di sini
tak ada lagi keping tulang rawan maupun kelenjar lendir.Lendir di sini dihasilkan oleh sel
goblet yang hanya terdapat dibagian pangkal bronkhiolus.Sebagai gantinya ada sel Clara
berbentuk benjolan yang menonjol ke lumen.Sel ini menggetahkan surfaktan untuk melumasi
permukaan dalam saluran.
Bronkhiolus pernapasan bercabang-cabang secara radial membentuk saluran alveoli.
Saluran alveoli
Ini adalah saluran yang tipis dan dindingnya terputus-putus.Saluran ini bercabangcabang, tiap cabang berujung pada kantung alveoli.Dinding saluran alveoli pada mulutnya
kekantung alveoli dibina atas berkas serat elastis, kolagen dan otot polos.
Kantung alveoli dan alveolus
Kantung alveoli berpangkal pada saluran alveoli.Tiap kantung memiliki dua atau lebih
alveoli.
Alvelus adalah unit terkecil paru-paru, berupa gembungan bentuk polihedral, terbuka
pada satu sisi, yaitu muara ke kantung alveoli.Dindingnya terdiri dari selapis sel epitel gepeng
yang tipis sekali.Dinding alveolus dililit pembuluh kapiler yang bercabang-cabang dan yang
beranastomosis.Di luar kapiler ada anyaman serat retikulosa dan elastis.
Antara alveoli bersebelahan ada sekat.Sekat itu terdiri dari dua lapis sel apitel dari kedua
sel epitel terdapat serat elastis, kolagen, kapiler, dan fibroblast.
Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis yang tipis.Ada pula sel
epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada pada dinding alveolus, disebut sel sekat atau
sel alveolus besar.
Diperkirakan sel ini mensekresikan lendir.Ia memiliki mikrovilli dan mebentuk kompleks
pertautan dengan sel epitel alveolus yang gepeng dan yang lebih kecil. Sel alveolus gepeng
itulah dengan endotel kapiler yang melilitnya yang membina membaran pernapasan.
Membran pernapasan berarti disusun atas : membran sel epitel alveolus, sitoplasma sel
epitel elveolus, membran sel alveolus, lamina basalis, membarab sel endotel kapiler,
sitoplasma sel endotel kapiler, membran sel endotel kapiler. Yang tujuh lapis ini sangat
tipis.Karena itu kaluar-masuk gas pernapasan antara lumen alveolus dan lumen kapiler sangat
mudah dan cepat.
10
Di dinding alveoli sering ditemukan fagosit atau makrofag.Karena lazimnya sel ini berisi
butiran maka disebut dengan sel debu.Sel ini banyan di temukan pada perokok.
a. Pernafasan eksternal (luar) : adalah difusi gas luar masuk ke dalam aliran darah
(pertukaran O2 dari darah)
b. Pernafasan internal (dalam) : adalah difusi gas atau pertukaran gas dari darah ke sel tubuh
Proses inspirasi dan ekspirasi diatur oleh otot diafragma dan otot antar tulang rusuk
(intercostalis).
a. Pernafasan dada :
Otot antara tulang rusuk berkontraksi maka tulang rusuk terangkat sehingga volume
rongga dada membesar. Akibatnya tekanan udara di paru-paru mengecil sehingga udara
luar mempunyai tekanan lebih besar masuk ke dalam paru-paru, maka terjadilah inspirasi.
Bila otot antartulang rusuk relaksasi maka tulang rusuk tertekan sehingga rongga dada
mengecil. Akibatnya tekanan udara di paru-paru membesar sehingga udara keluar, maka
terjadilah ekspirasi.
b. Pernafasan perut :
Diafragma berkontraksi sehingga mendatar maka rongga dada membesar.Keadaan ini
menyebabkan tekanan udara di paru-paru mengecil sehingga udara luar masuk dan
terjadilah inspirasi.
Bila otot diafragma relaksasi maka rongga dada mengecil, akibatnya tekanan di paruparu membesar sehingga udara keluar maka terjadilah ekspirasi.
f. Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke
dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC = VT + IRV + ERV + RV. Besarnya
adalah 6000 ml.
g. Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah
ekspirasi volume tidal normal. FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml.
h. Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi
normal. IC = VT + IRV. Nilai normalnya sekitar 3600 ml.
oblongata dan pons.Medulla oblongata merupakan pusat pernapasan primer dimana ada 2 area
yang mengatur respirasi.Pertama, dikenal sebagai area dorsal respiratory group.Dorsal
respiratory group atau sering disingkat DRG.Kedua, disebut dengan Ventral Respiratory Group
atau VRG (Soewolo, 1999).
Pusat respirasi merupakan sekelompok neuron yang tersebar luas dan terletak bilateral di
dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons.Pusat respirasi dibagi menjadi DRG
(Dorsal Respiratory Group) dan VRG (Ventral Respiratory Group)(Soewolo, 1999).
1. Medulla Oblongata :
DRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot eksternal interkostal dan
otot diafragma. DRG ini berfungsi pada seluruh proses respirasi normal (berperan pada
quiet breathing)
VRG merupakan kumpulan neuron yang mengatur kerja otot respirasi aksesori, yang
berfungsi saat bernapas dengan kuat, yaitu saat inhalasi maksimal dan ekshalasi aktif
(berperan pada saat pernapasan kuat dan inaktif pada pernapasan tenang).
Kelompok dorsal terutama terdiri atas neuron inspirasi yang serat desendensnya berakhir
pada motor neuron di medula yang mempersarafi otot-otot inspirasi.Kelompok ventral terdiri
atas neuron inspirasi dan neuron ekspirasi yang keduanya tidak aktif selama pernapasan
tenang.Apabila kebutuhan ventilasi meningkat, neuron I pada kelompok ventral diaktifkan
melalui rangsang dari kelompok dorsal. Impuls melalui serat saraf yang keluar dari neuron I
kelompok ventral akan merangsang motor neuron yang mempersarafi otot-otot inspirasi.
Selama respirasi normal :
meningkatnya aktivitas DRG, yang menstimulasi aktivasi VRG pada otot-otot inspirasi
14
2. Pons :
a. area pneumotaksik : membantu switch off inspirasi (mengatur lamanya inspirasi)
b. area apnustik : mencegah switch off inspirasi (berlawanan fungsi kerja dengan area
pneumotaksik)
Pusat Apneustik dan Pneumotaxic
Pusat apneustik dan pneumotaxic merupakan sepasang nuceli yang mempengaruhi output
respirasi. Pusat pneumotaxic berfungsi membatasi lama inspirasi dan meningkatkan laju
respirasi, dengan menginhibisi apneustik neuron dan membantu proses ekshalasi normal atau
kuat.Pusat pneumotaksik mengirim impuls ke DRG yang menghambat neuron I, membatasi
durasi inspirasi. Sebaliknya, pusat apneustik mencegah penghambatan neuron I dan memberikan
kekuatan ekstra untuk inspirasi.Pada sistem ini, pusat pneumotaksik mendominasi, membantu
menghentikan
inspirasi
dan
memberikan
kesempatan
ekspirasi.Bila
pengaruh
pusat
pneumotaksik dan n. vagus dihilangkan, pengaruh tonik pusat apneustik terhadap pusat respirasi
menjadi dominan, sehingga terjadi apneusis (henti napas pada fase inspirasi).Sedangkan apabila
pengaruh hambatan n. vagus masih ada, terjadi irama pernapasan yang lebih lambat dan
dalam.Selama pernapasan normal, stimulasi dari pusat apneustik membantu peningkatan
intensitas inhalasi sampai 2 sekon. Sedangkan pada pernapasan kuat, pusat apneustik dapat
merespon input sensori dari nervus vagus sehingga meningkatkan laju respirasi(Soewolo, 1999).
Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :
1.
2.
Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan
konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.
3.
4.
Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.
15
5.
Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran
nafas.
dengan:
F
= tekanan
16
Definisi tekanan ini berlaku umum, pada zat padat, zat cair, dan gas.Pengukuran tekanan
merupakan peristiwa yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ban harus dipompa
sampai tekanan yang sesuai, tekanan darah seharusnya berada dalam jangkauan normal, dan
tekanan dalam mata yang terlampau besar (glaucoma) dapat menyebabkan kebutaan. Udara yang
mengalir didalam saluran napas merupakan salah satu macam peristiwa terkait tekanan,
khususnya tekanan udara dalam tubuh manusia(Setiadi, 2007).
Secara umum, udara mengalir karena ada perbedaan tekanan.Udara mengalir dari tekanan
yang lebih tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah.Perbedaan tekanan udara di paru
terjadi akibat adanya daya kekuatan yang bekerja pada sistem pernapasan sehingga dapat
mengatasi kekuatan-kekuatan yang melawan gerak udara ketika masuk ke paru.
Udara dari lingkungan luar dapat masuk kedalam paru-paru karena terdapat perbedaan
17
tekanan antara lingkungan luar dengan tekanan dalam paru-paru.Secara umum, inspirasi terjadi
karena rongga paru-paru yang berkontraksi dan mengembang sehingga terjadi peningkatan
ukuran rongga.Peningkatan ukuran rongga dada ini menyebabkan tekanan didalam paru-paru
menurun sehingga lebih kecil dari pada tekanan dilingkungan luar.Perbedaan tekanan ini
menyebabkan udara terhisap masuk kedalam paru-paru.Ketika otot-otot rongga dada mengalami
relaksasi, maka ukuran rongga dada pun mengalami penurunan sehingga menyebabkan tekanan
didalam paru-paru meningkat dan menjadi lebih tinggi daripada tekanan dilingkungan luar. Hal
ini mendorong udara keluar dari dalam paru-paru sehingga terjadilah apa yang disebut dengan
ekspirasi.
Penjelasan diatas merupakan penerapan dari salah satu hukum fisika yang berkaitan
dengan pernapasan, yakni hukum Boyle. Sebenarnya ada beberapa hukum fisika yang terkait
dengan pernapasan, diantaranya hukum Dalton (tentang tekanan parsial), Hukum Boyle (PV =
konstan), serta hukum Laplace. Namun demikian, disini hanya akan dibahas tentang hukum
Boyle saja. Hukum Boyle menyatakan bahwa tekanan pada suatu massa gas yang tetap
berbanding terbalik dengan volumenya. Jika pada suatu temperatur tertentu volume meningkat,
maka tekanan akan berkurang, dan sebaliknya. Hal ini berarti bahwa jika volume diperkecil
menjadi setengahnya, maka tekanan akan menjadi dua kali lipat, hal ini disebabkan karena lebih
banyak partikel gas yang bertumbukan dengan dinding wadah.
18
P1V1 = P2V2
dengan
P1
= tekanan awal
P2
= tekanan akhir
V1
= volume awal
V2
= volume akhir
= tekanan
= volume
Hukum Boyle inilah yang menjelaskan mengapa tekanan udara diluar bisa menjadi lebih
rendah atau lebih tinggi daripada tekanan udara diparu-paru.Gerakan pernapasan menyebabkan
perubahan volume toraks (dada) dan perubahan tekanan gas dalam rongga dada yang
19
mengakibatkan udara mengalir ke dalam atau ke luar rongga dada.Seperti saat ketika inspirasi,
dimana diafragma berkontraksi dan mendatar serta otot-otot antariga (interkostal) berkontraksi.
Volume toraks akan bertambah dan tekanan paru-paru berkurang (hukum Boyle). Karena volume
paru meningkat, maka tekanan dalam paru akan lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga
udara akan tertarik masuk ke paru.
Demikian pula halnya ketika ekspirasi, dimana diafragma berelaksasi dan bergerak ke
atas dan otot-otot antariga berelaksasi. Volume toraks akan berkurang dan tekanan paru
bertambah (hukum Boyle). Karena volume paru berkurang, maka tekanan dalam paru akan lebih
tinggi dari tekanan atmosfer sehingga udara keluar dari paru-paru.
2.7 Perubahan Tekanan Selama Inhalasi Dan Ekshalasi
1. Tekanan intrapulmoner
Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan tekanan
intrapulmoner.Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran pernafasan, di alveoli
(Sloane, 1994).
Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan atmosfer
dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru mengembang dan
tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan intrapulmoner 1 mm Hg
di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada umumnya ditulis dengan -1 mmHg.
Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan tekanan intrapulmoner meningkat menjadi
761 mmHg, atau +1 mmHg.
Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet yang
berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat mencapai -30
mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis yang ettap
tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada saat ekshalasi;
karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal meningkat dengan
signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.
2. Tekanan intrapleural
Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan visceral
pleura.Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat mencapai 18
20
Sirkulasi pulmonal memiliki aliran yang tinggi dengan tekanan yang rendah (kira-kira 50
mmHg). Paru-paru dapat menampung sampai 20% volume darah total tubuh, walaupun hanya
10% dari volume tersebut yang tertampung dalam kapiler. Sebagai respon terhadap aktivitas,
21
terjadi peningkatan sirkulasi pulmonal.Yang paling penting dari sistem ventilasi paru-paru
adalah upaya terus menerus untuk memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru-paru.
Antara alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru terjadi difusi gas yang terjadi berdasarkan prinsip
perbedaan tekanan parsial gas yang bersangkutan (Leonhardt, 1988).
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran
gas, tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas,
seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak berguna
dalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara
ruang rugi, sebelum udara di alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan
kerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi anatomik
dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasan
selain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang, sebagian
alveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak adanya atau buruknya
aliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segi
fungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi dan disebut sebagai ruang rugi
fisiologis.
Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada
kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.
Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat
inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan
dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer(Guyton, 2002).
22
Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya
masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi
oksihemoglobin
23
Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut (Anonimous).
24
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya
dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah
berdifusi daripada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paruparu membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan
25
dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang
dengan demikian terjadi pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2 (Anonimous).
26
BAB III
KESIMPULAN
Sistem respirasi melibatkan sejumlah organ seperti hidung, mulut, faring,trachea,
bronchus, dan paru. Fungsi sistem respirasi adalah memfasilitasipertukaran gas antara atmosfer,
paru-paru dan sel-sel jaringan dalam tubuh.Manusia memiliki volume dan kapasitas paru-paru
yang berbedabeda dipengaruhi oleh ukuran paru-paru, kekuatan bernafas, cara bernafas dan juga
usia.
Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan (medulla oblongata) yang terdapat di
otak.Sedangkan keinginan bernafas adalah karena adanya rangsangan dari konsentrasi CO2
dalam darah.Bila kita menahan napas dalam waktu tertentu, maka dorongan untuk bernapas
semakin besar. Ini terjadi karena kadar CO2 dalam darah semakin meningkat dan akan memacu
pusat pernapasan agar organ pernapasan melakukan gerakan bernapas.
Secara umum, udara mengalir karena ada perbedaan tekanan.Udara mengalir dari tekanan
yang lebih tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah.Perbedaan tekanan udara di paru
terjadi akibat adanya daya kekuatan yang bekerja pada sistem pernapasan sehingga dapat
mengatasi kekuatan-kekuatan yang melawan gerak udara ketika masuk ke paru.
Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada
kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.
27
DAFTAR PUSTAKA
28