Anda di halaman 1dari 9

V.2.

4 PROBABILITAS BLOCKING LEE GRAPHS


1. Pada kenyataannya non blocking switch hampir tidak pernah
disyaratkan bagi komunikasi telepon.
2. Disain peralatan sentral telepon adalah sedemikian rupa sehingga
pada jam sibuk hanya sejumlah kecil permintaan sambungan yang
mengalami blocking / kegagalan.
3. Ukuran kegagalan dinyatakan dengan :
Faktor rugi B :
Persentase trafik yang gagal dibanding total trafik yang
ditawarkan.
Misal : Faktor rugi B = 2 % , artinya :
Trafik yang ditawarkan = 30 Erlang
Trafik yang gagal = 0,02 x 30 Erlang = 0,6 Erlang
30 Erlang

29,4 Erlang
B = 2%

Gbr.V-10 : Faktor rugi B pada suatu alat sambung


Probabilitas blocking B :
Persentase sambungan yang gagal disebabkan tidak cukupnya
perangkat / alat sambung yang tersedia.
Misal : Bila suatu square matrix punya inlet N=128 maka :
Prob.blocking B = 0,0% bila total crosspoint N x = 7.680
Prob.blocking B = 0,2% bila total crosspoint N x = 7.168

30 Erlang

Nx=7.680

30 Erlang

B = 0,0%
30 Erlang

Nx=7.168

29,94 Erlang

B = 0,2%

Gbr.V-11 : Probabilitas blocking pada suatu alat sambung

4. Masalah:

V-11

BERAPA TOTAL KEBUTUHAN CROSSPOINT UTK


PROBABILITAS BLOCKING TERTENTU?

V.2.4.1 PROBABILITAS BLOCKING 1 TAHAP : S-SWITCH

a.

INLET n=6

1
2
3
4
5
OUTLET n = 6

b.

n
p

Gbr.V-12 : Gambar bagi perhitungan 1 tahap Space Switching:


Konfigurasi switchingnya
Diagram probabilitasnya
Untuk konfigurasi switching yang terdiri dari 1 tahap seperti pd Gbr.V12 :
n = jumlah saluran dalam berkas
p = Probabilitas saluran dalam keadaan sibuk
q = Probabiltas saluran dalam keadaan bebas
= 1p
Maka :
Probabilitas blocking B = pn = (1-q ) n (V-4)
Contoh:
Bila suatu alat sambung dengan inlet berupa berkas dari 5 saluran
punya inlet utilization p = 0,2 maka tentukanlah :
a. Jumlah crosspoint Nx
b. Besarnya penawaran trafik A

V-12

Trafik sisa yang tidak dapat dilayani R


d. Trafik yang dapat dilayani Y
Penyelesaian :
a. Jumlah crosspoint Nx = N (N-1) = 20
b. Besarnya penawaran trafik A = p N = 0,2 x 5 Erlang = 1,0 Erlang
5
-3
c. Probabilitas blocking B = ( 0,2 ) = 0,32 10
-3
d. Trafik sisa yang tidak dapat ditampung R = B A = 0,32 10 1,0 = 0,32
mErlang
e. Trafik yang dapat dilayani Y = A R = 0,968 Erlang = 968 mErlang
c.

V.2.4.2 PROBABILITAS BLOCKING 3 TAHAP : SSS-SWITCH


n

N/n array

N/n array
k

nxk

N/n

k array

N/n

kxn
1

N/nxN/n

kxn

nxk

a.

N/nxN/n

nxk

kxn
N/nxN/n

N/n

N/n

1
n
n

S
S

p
p

b.

p
S

p
n

p
S

Gbr.V-13: Gambar Space Switch k3 tahap : SSS-Switch


Konfigurasi SSS-switch
Diagram probabilitas SSS-Switch
Gbr.VIII-5 : Konfigurasi switching 1 tahap dimana:
Untuk konfigurasi switching yang terdiri dari 3 tahap seperti pada Gbr.V13 dapat dihitung besarnya probabilitas blocking B yang terjadi, yakni :
Probabilitas blocking B = { 1 ( 1- p/ )2 } k .(V-5)
n

dimana :
= Jumlah saluran masuk dalam array tahap 1
V-13

k
p
q

=
=
=
=

Jumlah array tahap 2


Probabilitas saluran dalam keadaan sibuk
Inlet utilization = penggunan jalan masuk
1 p = Probabiltas saluran dalam keadaan bebas

p = p / = Probabilitas interstage link dalam keadaan sibuk


= k / n = Space expansion = Faktor ekspansi S-Switch
q = 1-p = Probabilitas interstage link dalam keadaan bebas
CONTOH PERHITUNGAN :
Bila konfigurasi 3 tahap SSS-Switch punya N=128, n=8, k=5 dan p=0,1
maka :
a. Hitunglah jumlah crosspoint dari konfigurasi tersebut.
b. Tentukan probabilitas blocking yang terjadi.
c. Hitung kebutuhan crosspint agar konfigurasi switching menjadi nonblocking.
d. Tentukan jumlah crosspoint yang harus ditambahkan untuk mencapai
kondisi non blocking tersebut.
e. Tentukan jumlah trafik yang ditawarkan
f. Besarnya trafik yang tidak dapat dilayani.
Penyelesaian :
a.

Jumlah crosspoint N x = 2 Nk + k (N/n)2 = 2 x 128 x 5+5 (128/8) =


2.560

b. Probabilitas blocking yang dialami :


= k / n = 5 / 8 = 0,625
B = { 1 ( 1- p/ ) 2 } k = { 1 ( 1- 0,1 / 0,625 )2 } 5
= { 1 ( 1- 0,16) 2 } 5 = { 1 ( 0,84) 2 } 5 = 0, 002 = 0,2 %
c. Kebutuhan crosspoint pada kondisi non blocking :
N x (min) = 4N { (2N) 1/2 1 } = 4 x 128 { ( 256 ) ) 1/2 1 } = 7.680
d. Penambahan crosspoint untuk mencapai kondisi non blocking :
= 7.680 2.560 = 5.120
e. Jumlah trafik yang ditawarkan :
A = p x N = 0,1 x 128 Erlang = 12,8 Erlang.
f. Besarnya trafik yang tidak dapat dilayani :
R = B x A = 0,002 x , Erlang = 0,0256 Erlang

V-14

KESIMPULAN :
Agar sisa trafik R = 0,0256 Erlang dapat dilayani, maka jumlah
crosspoint harus dinaikkan menjadi 3 kali lipat, yakni dari 2.560
menjadi 7.680.
Komentar. ???.
Tabel V-1: DISAIN 3 TAHAP SPACE SWITCH DGN INLET
UTILIZATION P = 0,1
N
128
512
2.048
8.192
32.768
131.072

n
8
16
32
64
128
256

k
5
7
10
15
24
41

0,625
0,438
0,313
0,234
0,188
0,160

N x ( B=0,2% )

N x ( B = 0,0% )

2.560
14.336
81.920
491.520
3,1 juta
21,5 juta

7.680 ( k=15)
63.488 (k=31)
516.096 (k=63)
4,2 juta ( k=127)
33 juta (k=255)
268 juta (k=511)

Tabel V-2: DISAIN 3 TAHAP SPACE SWITCH DGN INLET


UTILIZATION P = 0,7
N
128
512
2.048
8.192
32.768
131.072

n
8
16
32
64
128
256

k
14
22
37
64
116
215

0,625
0,438
0,313
0,234
0,188
0,160

N x ( B=0,2% )

N x ( B = 0,0% )

7.168
45.056
303.104
2,1 juta
15,2 juta
113,0 juta

7.680 ( k=15)
63.488 (k=31)
516.096 (k=63)
4,2 juta ( k=127)
33 juta (k=255)
268 juta (k=511)

V-15

V.2.4.3 PROBABILITAS BLOCKING 5 TAHAP : SSSSS-SWITCH


Dari tabel VIII-1 dan tabel VIII-2 terlihat bahwa total crosspoint masih
tetap besar meskipun sudah dengan perhitungan blocking.
Jumlah crosspoint masih dapat dikurangi bila tahapan switching dirobah
dari 3 tahap menjadi 5 tahap sebagaimana terlihat pada Gbr.VIII14.
Konfigurasi switching 5 tahap diperoleh dengan memecah
tahap 2 dari konfigurasi switching 3 tahap
n1xk1

n2xk2

N/n1n2x N/n1n2

k2xn2

k1xn1

Tahap2 Tahap3 Tahap4


Tahap 1

Tahap5

Gbr.VIII-14: Konfigurasi Space Switch 5 tahap: SSSSS-Switch


Dengan menggunakan 5 tahapan Space Switch maka total
crosspoint menjadi menurun dibanding dengan kebutuhan
pada 3 tahap, hal mana dapat terlihat dari hasil perhitungan
untuk N=32.768 , B=0,002 dan p=0,1 dimana :
.
Untuk 1 tahap S-Switch
: total crosspoint N x = 33,0 juta
Untuk 3 tahap SSS-Switch : total crosspoint N x = 3,1 juta
Untuk 5 tahap SSSSS-Switch : total crosspoint N x < 2,0 juta

V-16

p2,k2
p,n

p1,k1

p2,k2

p1,k1

p,n
S

S
S

S
6

S
S

S
S

S
S

S
S

S
S

Gbr.V-15: Diagram probabilitas Space Switch 5 tahap: SSSSS-Switch


Untuk konfigurasi switching yang terdiri dari 5 tahap seperti
pada Gbr.VIII-15 akan diperoleh :
Probabilitas blocking B = [ 1 { 1(q1 ) 2 {1 (1- q2 2 ) k2 } ] k1
6)

.(VIII-

dimana:
k1 = 2n1 1
k2 = 2n2 - 1
q1 = 1 p1
q2 = 1 p2
p1 = p ( n1/k1 ) = inlet utilization tahap 2 dan tahap 5
p2 = p ( n1/ k1 ) ( n2/k2 ) = inlet utilization tahap 3 dan tahap 4.

V.2.5 PROBABILITAS BLOCKING JACOBAEUS

V-17

Jacobaeus memberikan analisis yang lebih teliti dari Lee Graphs,


disebabkan beda asumsi yng digunakan keduanya, yakni:
Untuk dimensi switching yang besar dengan multi stage,
probabilitas blocking antar tahapan akan saling
mempengaruhi, sehingga probabili-tas blocking total akan
menjadi semakin besar.
Semakin banyak lintasan yang sibuk, semakin sedikit jalan
keluar yang tersedia.
Berdasar pertimbangan tersebut maka probabiltas blocking untuk 3
tahap space switching menurut Jacobeaus:
Probabilitas bloking B = { (n!)2 / k! (2n-k)! } { p k (2-p) 2n-k (V7)
dimana:
B = Probabilitas blocking 3 tahap space switch : SSS-Switch
n = jumlah inlet dari array tahap 1
= jumlah outlet dari array tahap 3
k = jumlah array tahap 2
p = inlet utilization
Pada tabel V-4 diperlihatkan perbandingan probabilitas blocking dari Lee
dan Jacobeaus untuk SSS-Switching dengan N=512, n=16 dan p=0,7.
Tabel V-4: PROBABILITAS BLOCKING LEE DAN JACOBEAUS DARI
SSS-SWITCHING DENGAN N=512, N=16 DAN P=0,7.
140,87
55,48
10

B (Lee)

B(Jacobeaus)

15,9
8
10116
1,00
02,2

V-18

Tabel V-5: PROBABILITAS BLOCKING LEE DAN JACOBEAUS


DARI SSS-SWITCHING DGN N=512, N=16 DAN P=0,1.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

k
6
3
10
12
14
16

0,375
0,500
0,625
0,750
0,875
1,000

B (Lee)
97,0 10-4
2,8 10-4
4,9 10-6
5,7 10-8
4,0 10-10
2,9 10-12

B(Jacobeaus)
2,7 10-2
8,6 10-4
1,5 10-5
1,4 10-7
7,8 10-10
2,9 10-12

V.2.-6 FOLDED FOUR WIRE SWITCH


1. Multiple switch dapat dipakai untuk komunikasi 1 arah / 2 arah ( 2
kawat / 4 kawat )
2. Kedua lintasan dpt diperlihatkan secara jelas karena yg satu
merupakan pencerminan yang lainnya sebagaimana pada Gbr.V-16.
Kondisi semacam ini disebut juga sebagaig folded matrix, yakni
lintasan forward merupakan pencerminan dari lintasan backward.

Inlet ke 6
Array ke 3

(6,4)
(3,7)

(15,4)
Inlet ke 11
Array ke 15

15

(11,7)

(4,6)

Outlet ke 6
Array ke 3

(7,3)

(4,15)
(7,11)

15

Outlet ke 11
Inlet ke 15

Gbr.V-16: Folded Space Switch sebagai lintasan komunikasi 2 arah

V-19

Anda mungkin juga menyukai