Anda di halaman 1dari 21

TUGAS AKHIR

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA


PERBEDAAN DI INDONESIA DAN PERSAMAAN DERAJAT WARGA
NEGARA INDONESIA

Oleh :
Putri Chusnul Khotimah
133184010
Pendidikan Fisika 2013

Tahun Ajaran
2013-2014
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara kepulauan yang sangat luas. Bukan hanya
memiliki wilayah yang luas, namun Indonesia juga memiliki penduduk yang melimpah
dari berbagai macam ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku. Keanekaragaman
itulah yang dapat mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif. Pengaruh positifnya adalah bangsa Indonesia memiliki
berbagai macam kebudayaan yang menarik para wisatawan asing untuk mengetahui
dan

mempelajari keanekaragaman budaya Indonesia. Pengaruh negatifnya adalah

sering timbulnya sikap-sikap yang merugikan di dalam masyarakat,seperti : Sukuisme


yaitu sikap yang menganggap suku bangsa sendiri, Khauvinisme yaitu sikap yang
hanya mengunggulkan bangsa sendiri dan bangsa sendiri dan merendahkan bangsabangsa lain, Ekstrisme yaitu sikap keras mempertahankan pendirian dengan berbagai
cara walaupun melanggar ketentuan-ketentuan dasar Negara dan juga Propinsialisme
yaitu sikap yang selalu berkutat dengan kepentingan propinsi (daerah) sendiri tanpa
mempedulikan kepentingan bangsa yang lebih besar.
Apabila sikap-sikap tersebut masih ada dalam diri bangsa Indonesia, akan
menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan persatuan dan kesatuan bangsa dan
Negara. Seperti, semenjak tahun lima puluhan sampai dengan lahirnya Orde Baru pada
tahun 1965, kita dihadapkan pada sikap ekstrem, kesukuan, dan kedaerahan yang
membawa bangsa Indonesia ke jurang kehancuran. Pada waktu itu hampir sering terjadi
gejolak di daerah yang ingin memisahkan diri dari pemerintah pusat yang akibatnya
dapat menghancurkan seluruh aspek kehidupan bangsa.
Bangsa Indonesia tidak ingin pengalaman politik itu terulang lagi. Maka dari itu
kita sebagai warga Negara Indonesia harus menghargai perbedaan yang ada di Negara
tercinta kita ini. Serta mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agam kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Semua itu dilakukan agar kita
dapat mencapai tujuan dan cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana perbedaan-perbedaan yang terdapat di Indonesia?
1.2.2. Bagaimana upaya-upaya warga Negara Indonesia dalam usaha untuk
mengakui persamaan derajat setiap manusia?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia.
1.3.2. Untuk mengetahui upaya-upaya warga Negara Indonesia dalam usaha untuk
mengakui persamaan derajat setiap manusia dengan perbedaan yang
bermacam-macam.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Butir-butir Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan diatas sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan manusia.
Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu peri
kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan naluri
manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain. Oleh
karena peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia menghapuskannya.
Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk masyarakat yang penuh
kasih sayang serta saling menghormati diantara anggota-anggotanya.

Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak bangsa
kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling mencintai,
bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pengamalannya adalah sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga
tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup
secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang
lain.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang
sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu
pengorbanan untuk mempertahankannya. Dengan perasaan cinta pula manusia dapat
mempergiat hubungan social seperti kerjasama, gotong royong, dan solidaritas. Dengan
rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling membesarkan hati, saling
berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu sama lain.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Sikap ini menghendaki adanya usaha dan
kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan
orang lain. Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan maupun perbuatan kepada orang
lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri; bilamana kita tidak senang disakiti
hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang rasa juga dapat kita
wujudkan dalam toleransi dalam beragama.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat
sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, perilaku setiap
manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung tinggi hak dan
kewajiban.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi dan
melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan dengan baik.

Dalam menjunjung tinggi nila-nilai kemanusiaan sesuai dengan sifat ideologi Pancasila
yang terbuka, sikap dan perilaku kita harus senantiasa menempatkan manusia lain sebagai
mitra sesuai dengan harkat dan martabatnya. Hak dan kewajibannya dihormati secara beradab.
Pada butir-butir Pancasila sila kedua, dapat kita lihat bahwa Indonesia mengakui adanya
persamaan derajat serta persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, atau dengan kata
lain sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam pancasila pada prinsipnya menegaskan
bahwa kebangsaan Indonesia merupakan bagian dari

kemanusiaan universal, yang dituntut

mengembangkan persaudaraan dunia berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan


beradab. Dalam pasal-pasal UUD 1945 mengandung makna dengan kemanusiaan yang adil dan
beradab, maka setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama terhadap UUD,
mempunyai kewajiban dan hak-hak yang sama, setiap warga negara dijamin haknya serta
kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, dengan orang, dengan negara,
dengan masyarakat dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan mencapai
kehidupan yang layak yang sesuai dengan hak-hak dasar manusia.
Pada sila kedua ini yang kemudian dituliskan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang
selaras dengan prinsip HAM yang berlaku Universal juga merupakan bagian dari pelaksanaan
dan implentasi prinsip negara sebagaimana tertuang dalam pembukaab UUD 1945 yang
menegaskan bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia Internasional., yang
mempunyai kewajiban mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain.
Untuk mencapai tujuan negara yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 pun
membutuhkan peran serta dari setiap unsur masyarakat, dengan mengembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira,
mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain, mengembangkan sikap adil
terhadap sesama serta menghormati hak orang lain. Dalam hubungan masyarakat terhadap
bangsa dan negara, setiap orang diamanatkan untuk sanggup dan rela berkorban untuk
kepentingan negara dan bangsa dan mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

2.2.

Kesamaan Derajat
Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan

masyarakat umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak
dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara. Kita sebagai
warga negara Indonesia harus saling bertoleransi terhadap orang lain. Tidak ada pandangan si
kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh, semua di mata perundangan Indonesia adalah sama.
Dan kita harus saling menghargai satu sama lain, menghargai hak dan kewajiban masing
dengan begitu kehidapan damai pun akan tercipta diantara kita. Pada sebuah negara demokrasi,
rakyat akan menjadi subjek sekaligus objek kekuasaan. Karena itu rakyat akan menentukan
nasibnya sendiri, sedangkan pemerintah akan menjalankan kekuasaan berdasarkan pemberian
rakyat sebagai amanat atau kepercayaan yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya demi
kepentingan rakyat tersebut. Berdasarkan hal tersebut akan timbul hubungan timbal balik
antara warga negara dengan negaranya. Warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap
negaranya, sedangkan negara berkewajiban melindungi kepentingan-kepentingan

warga

negaranya berdasarkan prinsip persamaan dalam berbagai aspek kehidupan.


Indonesia sebagai negara demokrasi Pancasila juga menerapkan prinsip persamaan
kedudukan bagi warga negaranya tanpa membedakan agama, ras, golongan, gender, suku dan
budaya. Sebagaimana yang terkandung dalam semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka
Tunggal Ika. Perbedaan yang ada dalam negara Indonesia hendaknya tidak dianggap sebagai
ancaman melainkan dijadikan sebagai anugerah. Untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan
diantara semua komponen bangsa, maka perbedaan itu harus disikapi sedemikian rupa agar
terjalin keserasian hidup sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman bahkan mungkin
perselisihan antar kelompok dengan cara menghargai persamaan kedudukan tanpa
membedakan ras, agama, golongan, gender, suku dan budaya sehingga dapat menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia dan sikap tenggang rasa.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Perbedaan yang terdapat di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari Sabang di Aceh sampai
Merauke di Papua. Indonesia juga merupakan negara majemuk, yang masyarakatnya
terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, adat istiadat, agama dan lain sebagainya.
Keberagaman dan kekayaan budaya bangsa itu merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa dan harus disyukuri, dijaga, dan diberdayakan demi kejayaan bangsa Indonesia.
Penduduk Indonesia pun sangat besar, terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang
tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Setiap suku bangsa terikat pada wilayah tertentu
yang didiami oleh nenek moyang mereka secara turun menurun. Keadaan ini
melatarbelakangi sejarah dan kondisi alam lingkungan dimana mereka tinggal, serta
membentuk kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor adanya
perbedaan pada bangsa Indonesia terjadi karena adanya beberapa hal. Faktor utamanya
yaitu perpindahan penduduk dari luar daerah.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Memiliki wilayah yang luas serta
penduduk yang melimpah yang memiliki berbagai macam perbedaan, yang diantaranya
adalah:
3.1.1. Ras
Ras adalah perbedaan manusia berdasarkan pada ciri-ciri fisik. Ciri-ciri fisik
inilah yang menjadi ciri khas perbedaan ras. Menurut Pasal 26 ayat 1 UUD 1945
tentang warga Negara dan penduduk, disebutkan bahwa yang menjadi warga Negara
dan penduduk ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga. Jelaslah bahwa bangsa
Indonesia terdiri dari berbagai ras induk yang tersebar, lalu membentuk kelompokkelompok (bangsa) baru dan kebudayaan sesuai kelompok dan perkembangan
daerahnya dari masa ke masa. Perbedaan ras yang ada hendaknya jangan dijadikan
masalah yang mengancam disintegrasi bangsa. Sesungguhnya bangsa Indonesia selain
masyarakat pribumi terdiri dari banyak ras, misalnya :

a. Ras keturunan Tionghoa atau etnis Tionghoa


b. Ras keturunan Belanda atau etnis Belanda
c. Ras keturunan Arab atau etnis Arab
Perbedaan diatas tidaklah berarti apa-apa, karena semua warga Negara Indonesia
memiliki hak, kewajiban dan tujuan yang sama, mewujudkan kejayaan bangsa dan
Negara Indonesia di dunia internasional, harus saling menghormati dan saling
menghargai.
3.1.2. Agama
Agama adalah ajaran yang terutama didasarkan antara hubungan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya berdasarkan
suatu kitab suci. Ciri Khasnya terletak pada keyakinan yang dianut oleh setiap individu.
Menurut pasal 29 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa, Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masin-masing dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu, dan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa),yang mengandung arti
bahwa bangsa Indonesia :
a) Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya
b) Melaksanakan kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Membina sikap saling menghormati antarpemeluk agama
d) Membina kerja sama dan toleransi antarpemeluk agama
e) Menginginkan adanya kerukunan antarpemeluk agama
f) Mengakui bahwa hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa
merupakan hak pribadi yang paling hakiki
g) Mengakui bahwa tiap warga Negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya
h) Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain.

Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah :


a. Agama Islam, memiliki tempat suci Masjid dan kitab sucinya Al-Quran.
b. Agama Kristen Protestan, dengan tempat sucinya yaitu Gereja dan kitab sucinya
Injil.
c. Agama Kristen Katolik, tempat sucinya gereja dan kitab sucinya Injil.
d. Agama Budha, memiliki tempat suci Vihara dan kitab sucinya Tripitaka.
e. Agama Hindu, dengan tempat sucinya yaitu Pura dan kitab sucinya Veda.
f. Keyakinan Konghuchu, dengan tempat sucinya Klenteng.
Selain itu juga masih diakuinya adanya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Masa Esa.
Namun semuanya itu memiliki kedudukan yang sama.
3.1.3. Gender (jenis kelamin)
Gender adalah perbedaan manusia berdasarkan pada jenis kelamin yang disebut
dengan pria dan wanita. Di Indonesia juga terdapat pria dan wanita yang tinggal
didalamnya. Antara pria dan wanita oleh negara Indonesia dipandang memiliki
kedudukan dan derajat yang sama, maka tidak ada yang dipandang lebih rendah ataupun
lebih tinggi. Perbedaan secara fisik dan budaya antar-etnis bukanlah suatu alas an tepat
untuk saling membenci dan memusuhi. Hak hidup telah dijamin dalam UU No. 39 tahun
1999 tentang HAM. Setiap orang berhak untuk hidup merdeka di setiap wilayah tempat
tinggalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Diskriminasi gender pada zaman
dahulu sering terjadi di masyarakat, dikaitkan dengan kekuatan fisik, sifat, dan
kemampuan. Saat ini diskriminasi gender sudah dapat dihilangkan dan perempuan
memiliki akses yang sama dalam politik, social, dan ekonomi.
3.1.4. Golongan
Golongan adalah kelompok-kelompok yang ada didalam masyarakat yang
didasarkan pada kesamaan kepentingan maupun tujuan yang ditandai oleh ciri-ciri
tertentu serta mempunyai ikatan identitas sosial. Dalam masyarakat Indonesia juga
banyak kita temui adanya golongan-golongan dalam masyarakat, seperti:
a. Golongan Pria dan Golongan Wanita, yaitu kelompok sosial yang didasarkan
pada jenis kelamin mereka.

b. Golongan Pengusaha, yaitu kelompok sosial yang didasarkan pada kepentingan


profesi mereka.
c. Golongan Pemuda dan Golongan Tua, yaitu kelompok sosial yang didasarkan
pada usia mereka, dan masih banyak lagi golongan lainnya.
Namun semuanya itu diberlakukan sama sebagai warga negara karena merupakan
komponen bangsa Indonesia.
3.1.5. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentukbentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya
dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai
logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Budaya adalah merupakan suatu
hasil karya dari akal dan fikiran manusia. Faktor utama yang mempengaruhi
pembentukan kebudayaan adalah :

Lingkungan

Pertemuan antarbangsa

Kepercayaan yang kuat dan mengakar

Setiap suku memiliki budaya sendiri-sendiri karena di Indonesia ini dihuni oleh berbagai
macam suku maka budayanya juga beraneka ragam.
3.1.6. Suku
Suku adalah kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka
akan kesatuan kebudayaan mereka, sehingga kesatuan budaya tidak ditentukan oleh
orang luar melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan.
Indonesia memiliki banyak suku dengan perbedaan kebudayaan yang tercermin
pada pola dan gaya hidup mereka, seperti :
Suku Asmat
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Setiap kampung punya satu rumah
Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat
dan upacara keagamaan. Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat.
Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh
musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian
dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama.
Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya
Suku Sasak
Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan
menggunakan bahasa Sasak. Asal nama sasak kemungkinan berasal dari kata saksak yang artinya sampan. Pakaian adat suku ini ialah pakaian lambung, dan rumah
adatnya adalah Lumbung. Sebagian besar suku Sasak beragama Islam, uniknya
pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang
agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya
berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktek ibadah seperti itu. Ada pula sedikit
warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan
nama "Sasak Boda".

Suku Toraja
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi
Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000
diantaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara,
dan Kabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen,
sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk
To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian
dari Agama Hindu Dharma.

3.2. Upaya-upaya warga Negara Indonesia dalam usaha untuk mengakui persamaan
derajat setiap manusia dengan perbedaan yang bermacam-macam.

Setiap warga negara Indonesia memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk
menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara
Indonesia bertanggung jawab meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara dengan
cara menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Saling menghormati dan menghargai diharapkan dapat menciptakan kerukunan antarsuku
bangsa, agama, etnik maupun golongan.

3.2.1. Penerapan prinsip persamaan derajat warga negara antara lain :

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai


makhluk Tuhan Yang Maha Esa

Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin
kedudukan social, warna kulit dsb.

Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai


kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

3.2.2. Persamaan Derajat Warga Negara Tanpa Membedakan Ras, Agama, Gender,
Golongan, Suku dan Budaya
1) Persamaan Derajat Warga Negara Tanpa Membedakan Ras
Ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik. Perbedaan ras yang ada
hendaknya tidak dijadikan masalah yang mengancam disintegrasi bangsa. Indonesia yang
terdiri dari berbagai ras induk yang tersebar, lalu membentuk kelompok-kelompok baru
dan kebudayaan sesuai kelompok. Tentunya semangat dan nilai-nilai yang dikembangkan
serta tujuan yang diinginkan oleh masing-masing kelompok berbeda pula. Oleh
karenanya diperlukan toleransi agar tidak terjadi bebagai konflik, baik konflik rasial,
antar golongan atau kelompok atau konflik lainnya. Dengan demikian di antara kelompok
masyarakat akan tercipta kerukunan dan persatuan bangsa dalam bingkai Bhineka
tunggal Ika.
2) Persamaan Derajat Warga Negara Tanpa Membedakan Agama
Indonesia mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta,
dimana kepercayaan tersebut telah menciptaka keyakinan yang berbeda-beda terhadap
keberadaan Tuhan. Negara Indonesia menerima adanya berbagai macam agama, sebagai
bukti bahwa Indonesia menghormati kebebasan beragama dan mengakui bahwa
kehidupan beragama merupakan hak pribadi setiap warga Negara. Jaminan-jaminan
tentang persamaan kedudukan tersebut juga telah diatur dalam UUD 1945 yaitu pasal 29
ayat 1, 2, 3. Dengan demikian persamaan kedudukan warga negara telah mempunyai
dasar hukum dan sebagai warga negara kita harus taat pada hukum. Jelaslah sudah bahwa
perbedaan agama diakui oleh negara Indonesia demikian juga dengan kebebasan
memeluk agama telah menjadi hak asasi pribadi setiap warga negara.
Untuk itu, pemerintah membentuk lembaga keagamaan yang mengatur, mengurus,
serta membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan.
Adapun fungsi dari lembaga keagamaan adalah :
Tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut
keagamaan.
Media menyampaikan gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan
bangsa.

Wahana silahturahmi yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan


kekeluargaan
Tempat berdialog antara sesama anggota antar kelompok agama.

3) Persamaan Derajat Warga Negara Tanpa Membedakan Gender


Gender adalah jenis kelamin manusia yaitu laki-laki dan perempuan. Setiap warga
Negara baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kedudukan dan hak yang sama.
Perbedaan sebenarnya hanyalah dalam hal masalah kodrati seperti menyusui ataupun
melahirkan. Namun kenyataannya dalam kehidupan sosial, laki-laki dan perempuan
sering terjadi perbedaan dikaitkan dengan kekuatan fisik, sifat, dan kemampuan. Oleh
karena itu, setiap warga negara harus mengakui adanya persamaan kedudukan warga
negara tanpa membedakan gender.
4) Persamaan Derajat Warga Negara Tanpa Membedakan Golongan
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terdapat golongan-golongan.
Golongan yang dimaksud disini adalah kelompok, misalnya kelompok minoritas
(golongan masyarakat yang sedikit jumlahnya) atau kelompok mayoritas (golongan
masyarakat yang terbanyak jumlahnya). Tidak terdapat golongan antara si kaya dan si
miskin. Semua adalah sama, mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
5) Persamaan Derajat Warga Negara Tanpa Membedakan Budaya dan Suku
Di Indonesia terdapat banyak suku bangsa, keanekaragaman suku bangsa tersebut
menjadikan Indonesia memiliki banyak kebudayaan. Namun dengan banyaknya suku
bangsa tersebut tidak membuat Indonesia terpecah belah, melainkan membuatnya lebih
kokoh dengan adanya berbagai suku. Sebagaimana makna dari Bhinneka Tunggal Ika
yang artinya berbeda-beda namun tetap satu jua. Semboyan tersebut melambangkan
persatuan dan kesatuan seluruh warga negara Indonesia, meskipun mereka berbeda suku
dan budaya.
Indonesia mempunyai 34 provinsi. Pada setiap provinsi tersebut terdapat adat istiadat
dan budaya tersendiri. Setiap orang hendaknya menyadari bahwa perbedaan budaya
tersebut merupakan kekayaan bangsa dan tidak dijadikan sebagai faktor yang akan
memecah-belah persatuan bangsa. Adanya pengakuan negara Indonesia terhadap
keanekaragaman suku dan budaya, dan pengakuan tersebut juga diperkuat oleh undang-

undang, maka hal itu merupakan jaminan terhadap persamaan kedudukan warga negara
tanpa membedakan suku dan budayanya. Semua warga negara baik yang berada di Jawa,
di Papua ataupun di daerah-daerah lainnya memiliki hak dan kewajiban yang sama.
3.2.3. Berikut upaya-upaya menghargai persamaan derajat atau

kedudukan warga

negara baik yang harus dilakukan masyarakat maupun pemerintah

sesuai

dengan pasal 27 UUD 1945 secara jelas disebutkan bahwa negara menjamin
warga negaranya tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan
suku:
a. Partisipasi masyarakat dalam politik harus memperhatikan kesetaraan sara
dan gender.
b. Memberi kesempatan pemeluk agama lain yang akan melaksanakan
kegiatan keagamaannya dan tidak mengganggu atau berbuat gaduh/kacau
terhadap agama lain.
c. Saling membantu dalam bidang kemanusiaan atau social, seperti gotong
royong, membantu korban bencana, dan lain-lain.
d. Mengadakan musyawarah wakil-wakil agama yang berbeda secara mandiri
maupun dengan pihak pemerintah demi kepentingan bersama.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
g. Setiap kebijakan pemerintah hendaknya bertumpu pada persamaan dan
menghargai pluralitas.
h. Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat berperan
serta dalam pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan antar sesama.
i. Produk hukum atau peraturan perundang-undangan harus menjamin
persamaan warga Negara.

3.2.4. Upaya Yang Harus Dilakukan Guna Memasyarakatkan Prinsip Persamaan


Kedudukan Warga Negara
Berbagai peluang dan hambatan dalam mewujudkan prinsip persamaan
kedudukan warga negara dapat menyadarkan kita bahwa mewujudkan prinsip
persamaan kedudukan warga negara merupakan upaya sepanjang hayat. Dalam
hal ini akan berlaku prinsip bahwa selama masih ada hal yang dapat diperbaiki

agar semakin menjadi lebih baik lagi, mengapa tidak kita lakukan. Oleh karena
itu, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan guna makin memasyarakatkan
prinsip persamaan kedudukan warga negara, antara lain sebagai berikut :
Secara pribadi, orang perlu terus berusaha belajar dan melatih diri untuk
dapat bersikap empati da solider terhadap mereka yang diperlakukan
secara diskriminatif (baik atas dasar alasan ras, agama, gender,
golongan, budaya, maupun suku).
Secara sosial, masyarakat perlu menumbuhkan sikap multikultural,
yaitu sikap bersedia menerima adanya kesejahteraan di antara
keragaman budaya. Dengan demikian, akan tumbuh masyarakat
multikultural, yaitu masyarakat beragam budaya yang di dalamnya ada
sistem sosial yang secara konsisten memberlakukan berbagai kelompok
atau individu berbeda identitas budaya tanpa diskriminasi sosial (baik
atas dasar alasan ras, agama, gender, golongan, budaya, maupun suku).
Aparat negara perlu memberikan teladan dalam mewujudkan tegaknya
prinsip persamaan kedudukan warga negara melalui upaya penciptaan,
penerapan, dan penegakan hukum secara konsisten sebagaimana amanat
konstitusi.
Semua pihak secara berkesinambungan berupaya menumbuhkan budaya
multikultural

dan

gerakan

antidiskriminasi

di

berbagai

bidang

kehidupan.
Apabila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan sunggh-sungguh,
niscaya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia akan semakin sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan
warga negara.

3.2.5. Peluang dan Hambatan yang Dihadapi dalam Mewujudkan Prinsip Persamaan
Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Ras, Agama, Gender, Golongan,
Suku dan Budaya
Mewujudkan persamaan kedudukan warga negara bukanlah persoalan yang
mudah. Konstitusi dan berbagai peraturan perundang-undangan telah mengatur hal
itu, prinsip tersebut belum terwujud secara optimal yang disebabkan oleh adanya
diskriminasi di kalangan masyarakat yang masih membeda-bedakan ras, agama,

gender, golongan, dan suku. Terdapat peluang dan hambatan dalam mewujudkan
prinsip tersebut. Adapun peluang dalam mewujudkan prinsip persamaan kedudukan
warga negara Indonesia, yakni sebagai berikut :
a. Dalam UUD 1945 (hasil amandemen), dan berbagai perundang-undangan yang
berlaku sekarang semakin memberikan dasar yang kuat bagi upaya meajukan
prinsip persamaan kedudukan dan derajat warga negara di berbagai bidang
kehidupan.
b. Dewasa ini demokrasi semakin diterima, dipahami dan diperjuangkan oleh
sebagian besar masyarakat, sebagai pilihan terbaik bagi kehidupan bangsa
Indonesia
c. Iklim kehidupan dalam kebebasan pers yang bebas, bermoral, dan bertanggung
jawab, yang sedang dikembangkan bangsa Indonesia, merupakan sarana efektif
untuk semakin memasyarakatkan gagasan tentang prinsip persamaan dan
kedudukan warga negara.
d. Keterbukaan politik yang ada sekarang ini merupakan media pemebelajaran
konkret yang sangat baik bagi seluruh warga negara untuk belajar mengenai
pentingnya prinsip persamaan kedudukan warga negara.
e. Makin banyaknya tokoh-tokoh penting dalam memajukan prinsip persamaan
kedudukan warga negara, yaitu berbagai elemen civil society (masyarakat
madani) yang gigih memperjuangkan gagasan multikulturalisme.
Namun, kita perlu berhati-hati karena masih juga terlihat berbagai hambatan dalam
upaya menegakkan dan memajukan prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam
berbagai bidang kehidupan. Hambatan ini antara lain :
a) Masih adanya individu atau kelompok masyarakat yang merasa lebih tinggi
kedudukannya daripada kelompok masyarakat lainnya, sehingga mereka
cenderung menuntut perlakuan istimewa di berbagai bidang kehidupan.
b) Masih kuatnya budaya politik patron klien, dimana etika politik yang menjadi
patron akan cenderung memberikn perlakuan istimewa kepada klien mereka
c) Masih kuatnya kecenderungan tindakan negatif KKN di berbagai tingkatan
pemerintahan sehingga mendorong orang untuk bertindak diskriminatif, terutama
kepada mereka yang lemah secara sosial-ekonomi-politik.

d) Berbagai kelemahan sistem hukum dan buruknya sikap mental serta rendahnya
pemahaman beragama sebagian kecil para pelaku dan penegak hukum, sehingga
terjadi adanya mafia peradilan, dan tindakan yang cenderung mendorong orang
untuk berlaku diskriminatif
e) Masih adanya pandangan-pandangan dan gerakan-gerakan ektrim, radikal, dan
intoleran (baik alasan ras, agama, gender, golongan, budaya maupun suku) dalam
masyarakat kadang memicu sikap-sikap dan tindakan diskriminatif.
f) Masih adanya sikap diskriminatif sejumlah oknum penegak hukum, sehingga
memicu munculnya sikap distriminatif pula oleh masyarakat terhadap kelompokkelompok tertentu, baik atas dasar alasan ras, agama, gender golonga, budaya,
maupun suku.

BAB IV
PENUTUP

4.1.
4.1.1.

Kesimpulan
Di Indonesia terdapat banyak perbedaan diantaranya adalah perbedaan agama,
ras, suku, gender (jenis kelamin), golongan dan budaya. Keberagaman dan
kekayaan budaya bangsa itu merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan
harus disyukuri, dijaga, dan diberdayakan demi kejayaan bangsa Indonesia.

4.1.2.

Salah satu upaya yang dapat kita lakukan demi memasyarakatkan persamaan
derajat warga negara adalah perlu terus berusaha belajar dan melatih diri untuk
dapat bersikap empati dan solider secara diskriminatif. Serta saling menghargai
dan menghormati setiap perbedaan yang terdapat pada setiap manusia.

4.2.
4.2.1.

Saran
Pemerintah tidak boleh lemah dalam menetapkan peraturan yang melarang
adanya sikap diskriminatif antar ras, golongan, gender, suku, agama, dan budaya

4.2.2.

Diharapkan untuk mengadakan sosialisasi pemahaman persamaan derajat warga


negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, suku dan budaya.

4.2.3.

Pembaca hendaknya lebih memperbanyak membaca materi tentang persamaan


kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan,
suku dan budaya

4.2.4.

Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat berperan


serta dalam pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan antar sesama.

DAFTAR PUSTAKA

Purnama, Fifi Dewi. 2006. Buku Ajar EKSIS Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA
Kelas X Semester 2. Jakarta : Citra Pustaka
Tim Penulis Pancasila MPK-UNESA. 2008. Modul Pendidikan Pancasila Revisi.
Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
TIM Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014. 2009. Empat Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI
http://PKN/Makalah/20Kewarganegaraan.html.18 Desember 2012. 15.34
http://PKN/MakalahPendidikanPancasila.html.18 Desember 2013. 15.51

Anda mungkin juga menyukai