Yaitu apabila saturasi oksigen berkurang sementara aliran darahnya tetap konstan.
Gangguannya terjadi pada difusi oksigen, bisa dari paru ke arteri dan dari kapiler ke
jaringan. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh hipoventilasi, berkurangnya fraksi
oksigen inspirasi (oksigen di udara bebas berkurang), shunting, V/Q mismatch
(v=ventilasi, q=perfusi, kalau v/q=0 berarti ada obstruksi jalur nafas karena
ventilasinya 0, kalau v/q= berarti ada obstruksi aliran darah karena perfusinya 0),
tercampurnya darah vena dengan saturasi oksigen rendah.
2. Circulatory/stagnant/ischemic hypoxia
Yaitu hipoksia yang terjadi karena berkurangnya aliran darah ke kapiler meskipun
PO2 arterinya tetap konstan. Hipoksia ini dipengaruhi oleh sistem kardiovaskular.
dapat terjadi pada daerah tertentu karena spasme atau blokade lokal, atau terjadi
secara umum karena syok sirkulasi atau gagal jantung kongestif.
3. Anemichypoxia
2. Hipoksia Akut
Hipoksia ini terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida.
Misalnya terjadi pada seorang pendaki gunung yang tiba-tiba panik takkala udara
belerang datang menyergap. Udara bersih akan tergantikan oleh gas beracun, dan
akhirnya paru-paru tidak sanggup untuk menyaring udara tersebut kemudian
mengalami jatuh pingsan mendadak.
Li.3 Resiko yang Menyebabkan Hipoksia
Berbagai macam faktor resiko dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Diantaranya
disebut faktor maternal, yaitu :
1. Ekslampsia
2. Toxemia
3. Hipertensi
4. Isoimunisasi (infeksi anemia, diabetes melitus)
5. Dan trauma fisik pada ibu hamil yang mengakibatkan syok.
Li.4 penyebab dan dampak
Penyebab hipoksia dapat dilihat dari penyebab terjadinya sianosis sentral dan perifer.
Sianosis sentral dapat disebabkan oleh:
Kondisi di mana kadar oksigen berkurang seperti: daerah ketinggian, fungsi paru-paru
yang sudah berkurang, hubungan yang tidak selaras antara oksigen yang masuk ke paru dan
oksigen yang dapat dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh, beberapa tipe penyakit jantung
bawaan;
Hemoglobin dengan afinitas (ketertarikan) yang rendah terhadap oksigen;
Kelainan dari hemoglobin seperti: methemoglobinemia, sulfhemoglobinemia,
karboksihemoglobinemia.
Sedangkan sianosis perifer dapat disebabkan oleh:
Kondisi yang dapat menyebakan menurunnya curah jantung (volume darah yang
dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit);
Paparan terhadap dingin;
Sumbatan pada pembuluh darah arteri atau vena.
Dampak:
1.Kelelahan Otot
Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mendapatkan energy. Tubuh kita
membutuhkan oksigen sebagai bahan bakar reaksi kimia antara gula dan oksigen dan
menghasilkan ATP .
Bila oksigen tersedia di dalam tubuh secara normal , maka mitokondria akan
memproduksi ATP , tapi apabila tidak ada mitokondria tidak dapat membuat ATP kekurangan
oksigen akan menurunkan cadangan energy tubuh , dan akan kekurangan ATP akan
menggangu sinyal elektris dari otak ke otot , sehinggap membuat otot lelah .
Tapi ATP dapat diproduksi juga melalui proses glikolisis di sitosol , tapi ATP yang dihasilkan
tidak sebanyak yang dihasilkan di dalam mitokondria.
2.Kematian Sel
Sel manusia mengalami metabolism aerob yang membutuhkan oksigen didalam
prosesnya,apabila kekurangan oksigen maka tubuh akan mengganti proses metabolism aerob
dengan anaerob , yang menghasilkan energy lebih sedikit daripada metabolism aerob.
Sehingga energy tersebut tidak cukup utnuk mempertahankan membrane sel, yang
menyebabkan sel mengalami kerusakan dan kematian .
Gejala Hipoksia
Gejala hipoksia yang dialami dapat bermacam-macam dan berbeda pada setiap individu,
diantaranya yaitu :
1. Sianosis
2. Panik
3. Nyeri kepala
4. Kelelahan
5. Mual
6. Penglihatan kabur
7. Kehilangan konsentrasi
8. Kehilangan koordinasi otot
9. Euforia
Li.5 Memahami dan Menjelaskan pencegahan dan Penanganan Terhadap Hipoksia
Pencegahan
Hipoksia dapat dicegah dengan melakukan aktifitas fisik atau olahraga secara rutin . Bahkan
kegiatan ringan seperti jalan kaki berkeliling lingkungan rumah setiap hari bisa membantu
melancarkan aliran darah dan meningkatkan masukan oksigen dalam tubuh.
Penanganan
Ada beberapa cara untuk menangani Hipoksia,yaitu:
1. Terapi Oksigen (O2)
Keuntungan : Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah
dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O 2 yang lebih dari 45%, tehnik
memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran
dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 6
L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam
kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 8 L/mnt dengan
konsentrasi O2 40 60%.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80% dengan
aliran 8 12 L/mnt
Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir
Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan
aliran 8 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
Kerugian : Kantong O2 bisa terlipat.
1. Terapi Oksigen Hiperbarik
Suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% O2 kepada pasien dalam suatu
hyperbaric chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal.
2. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat karbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi Hco3- di
urin merangsang pernapasan, meningkatkan PCO2 dan mengurangi pembentukan cairan
serebrospinal.
Li.6 mekanisme
Reakasi umum :
Hb + O2 = HbO2
Hb02 + 02 = Hb(O2)2
Hb02 + 02 = Hb(O2)3
HbO3 + 02= Hb(O2)4
Reaksi keseluruhan:
Hb + 4O2 Hb(O2)4
HbO2 merupakan oksihaemoglobin yang berperan dalam membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh termasuk otak. Tetapan kesetimbangan dari reaksi tersebut adalah:
Kc= [ H bO 2 ]
( H b ) [O 2 ]
Kesetimbangan
akan
bergeser
ke
kiri
Berdasarkan azas Le-Chatelier, dengan berkurangnya gas oksigen berati
kesetimbangan akan bergeser ke kiri, dan berakibat kadar HbO2 di dalam darah menurun.
Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan akan
berkurang. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya rasa mual dan pusing, serta perasaan
tidak
nyaman
pada
tubuh.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan tubuh berusaha beradaptasi dengan
memproduksi hemoglobin sebanyak-banyaknya. Dengan meningkatnya konsentrasi
hemoglobin akan menggeser kembali kesetimbangan ke kanan dan HbO2 akan meningkat
kembali seperti semula. Penyesuaian ini berlangsung kurang lebih 2-3 minggu.
Dari penelitian, diketahui bahwa kadar hemoglobin rata-rata penduduk yang
bertempat tinggal di dataran tinggi akan memiliki hemoglobin lebih tinggi daripada penduduk
yang bertempat tinggal di dataran rendah.