Anda di halaman 1dari 23

SKENARIO 2

LEKAS LELAH DAN PERUT MEMBUNCIT


Seorang anak laki-laki, usis 5 tahun, di bawa orang tuanya ke rumah sakit dengan
keluhan pucat, lekas lemah dan lelah, sesak nafas dan perut terlihat membuncit. Pertumbuhan
badannya agak terlambat bila dibandingkan dengan saudara kandungnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit pucat, konjunctiva pucat, sclera ikterik, dan
splenomegali Schufner II. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin 9 g/dL,
hematokrit 47 vol%, jumlah eritrotsit 6,75 x 106/l. MCV 69 fL, MCH 13 pg, MCHC 19%. Pada
pemeriksaan sediaan hapus darah tepi didapatkan eritrosit mikrositik hipokrom,
anosopoikilotosis, sel target, dan fragmentosit. Retikulosit 4% dan pada pewarnaan supravital
didapatkan inclussion bodies (+). Dokter mengajukan pemeriksaan elektroforesis Hb.

LEARNING ISSUE & LEARNING OBJECTIVE


1

LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Sintesis Hemoglobin


LO 1.1 Klasifikasi Hemoglobin
LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Thalassemia
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan definisi
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan epidemiologi
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan etiologi
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan klasifikasi
LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan patofisiologi
LO 2.6 Memahami dan Menjelaskan patogenesis
LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan manifestasi klinik
LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan diagnosa
LO 2.9 Memahami dan Menjelaskan diagnosa banding
LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan penatalaksanaan
LO 2.11 Memahami dan Menjelaskan pencegahan
LO 2.12 Memahami dan Menjelaskan prognosis

LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Sintesis Hemoglobin


LO 1.1 Klasifikasi Hemoglobin
2

Globin terdiri atas 2 pasang rantai polipeptida yang berbeda, beberapa jenis hemoglobin
yang dapat dijumpai:
Pada orang dewasa:
HbA (96%), terdiri atas 2 pasang rantai globin dan beta (22)
Hb A2 (2,5%), terdiri atas 2 pasang rantai alfa dan delta (22)
Pada fetus:
HbF (1%) new born 80%, dewasa menurun (predominasi), terdiri atas 2 pasang
rantai globin alfa dan gamma (22)
Pada saat dilahirkan HbF terdiri atas rantai globin alfa dan Ggamma (2G2) dan
alfa dan Agamma (2A2), dimana kedua rantai globin gamma berbeda pada asam
amino di posisi 136 yaitu glisin pada G dan alanin pada A
Pada embrio:
Hb Gower 1, terdiri atas rantai globbin zeta dan epsilon (22)
Hb Gower 2, terdiri atas rantai globin alfa dan epsilon (22)
Hb Portland, terdiri atas rantai globin zeta dan gamma (22), sebelum minggu ke
8 intrauterin.
Semasa tahap fetus terdapat perubahan produksi rantai globin dari rantai zeta ()
ke rantai alfa () dan dari rantai epsilon () ke rantai gamma (), diikuti dengan
produksi rantai beta () dan rantai delta () saat kelahiran.
HbS
Hb Sickle, karena eritrosit yang mengandung HbS cenderung berbentuk sabit akibat
tarikan sitoskeleton eritrosit oleh adanya Hb hidrofob didalamnya. HbS terbentuk
karena adanya mutasi kodon ke 6 pada gen globin dengan terjadinya subtitusi asam
glutamate menjadi valin (glutamate bersifat hidrofil, sementara valin bersifat
hidrofob)menjauhi
medium
airmolekul
Hb
sukar
larut
dalam
sitoplasmacenderung menarik diri dari lingkungan sitoplasma ertirositmenarik
sitoskeletonmembran eritrosit ke sisi tertentu eritrosit seperti sel sabit.
Pada heterozigot (HbA-HbS) yang dalam hemoglobinnya khas mengandung HbA 60%
dan HbS 40%, biasanya bebas gejala, eritrosit sel sabit muncul pada saat dalam
keadaan tekanan oksigen sangat rendah. Prevalensi gen ini sangat tinggi (mampu
menghambat polimerasi aktin di sitoskeleton dalam proses plasmodium).
Anemia sel sabit pada homozigot (HbS-HbS) terjadi Fenomena Sickling. RBC rentan
terhadap penurunan tekanan O2 yang sangat kecil sekalipun. Ini menyebabkan
fenomena seperti sabit dan sekuestrasi abnormal disertai thrombosis pada arteriol
yang kecil. Selanjutnya bisa terjadi infark pada bagian manapun dari tubuh.
HbC

Hasil mutasi kodon posisi 6 gen globin dari kodon asam glutamate menjadi lysine.
Pada HbC tidak terjadi fenomena sickling, tetapi menyebabkan presipitasi molekul Hb
menjadi Kristal didalam eritrosit eritrosit berumur lebih pendek.
HbC relative tahan terhadap malaria. Individu heterozigot HbC mampu bertahan hidup
dilingkungan endemic malaria.
HbE
Hasil mutasi kodon posisi 26 gen globin dari kodon asam glutamate menjadi
lysine. HbE tidak menimbulkan gangguan hematologis, malahan HbE keadaannya
bersama pembawa kelaianan darah seperti thalassemia khususnya thalassemia .
HbO
ada 2 macam : HbO Arab dan HbO Indonesia. HbO arab adalah varian rantai globin
dengan mutasi kodon posisi 121 untuk asam glutamate diganti lysine. HbO Indonesia
adalah varian rantai globin dengan mutasi kodon posisi 116 untuk asam glutamate
jadi lysine.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Thalassemia
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan definisi
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud
dengan laut tersebut adalah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di
daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di
Detroit, USA yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. (Weatherall, 1965)
Thalassemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secara
umum terdapat penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantai polipeptida
hemoglobin dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena(, ,), dua katagori
utamanya adalah thalassemia dan .(Dorland, 2007)
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke
dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan
sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Mutasi gen globin ini
dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:
Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence) rantai globin
tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau
Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuan produksi rantai
globin tertentu, disebut thalassemia.

LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan epidemiologi


Ditemukan pertama kali secara bersamaan di Amerika Serikat dan
Itali tahun 1925-1927.

Italia: 10%

Cina: 2%

Yunani: 5-10% India: 1-5%

Negro:1%
Asia Tenggara: 5%

LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan etiologi


Thalassemia disebabkan oleh delesi (hilangnya) satu gen penuh atau sebagian dari
gen (ini terdapat terutama pada thalassemia atau mutasi noktah pada gen (terutama
pada talasemia , kelainan itu menyebabkan menurunnya sintesis rantai polipeptida yang
menyusun globin. (Sunarto, 2000)
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah
berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran selsel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder ialah karena defisiensi asam folat,
bertambahnya volume plasma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi dan
destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati. Penelitian
biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa
atau beta dari hemoglobin berkurang. (Mansjoer, 2009)
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan klasifikasi
Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, thalassemia dibagi
menjadi :
1.

Thalassemia

Thalassemia disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin
rantai alpha () yang ada. Thalassemia dibagi menjadi:
Silent Carrier State, gangguan pada 1 rantai globin alpha. Pada keadaan ini
mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit
kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).
Alpha Thalassaemia Trait, gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita
mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah
yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).
Hb H Disease, gangguan pada 3 rantai globin alpha. Gambaran klinis penderita
dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang
disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).
6

Alpha Thalassaemia Major, gangguan pada 4 rantai globin aplha. Talasemia tipe
ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe alpha. Pada
kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau
HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha talasemia mayor
mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan
(hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini
biasanya mangalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

2. Thalassemia
Talasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin
yang ada. Talasemia beta dibagi menjadi:
Beta Thalassaemia Minor atau Trait, penderita memiliki satu gen normal dan
satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang
ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).
Thalassaemia Intermedia, kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia
yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
Thalassaemia Major (Cooleys Anemia), kedua gen mengalami mutasi sehingga
tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi
ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan patofisiologi

Patofisiologi Thalassemia-
Penurunan produksi rantai beta, menyebabkan produksi rantai alfa yang
berlebihan. Produksi rantai globin pasca kelahiran masih tetap diproduksi, untuk
mengkompensasi defisiensi 22 (HbA), namun tetap tidak mencukupi. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi rantai globin dan dan rantai globin tidak pernah
dapat mencukupi untuk mengikat rantai alfa yang berlebihan. Rantai alfa yang
berlebihan ini merupakan ciri khas pada patogenesis thalassemia-.
Rantai alfa yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai
globin lainnya, akan berpresipitasi pada prekrusor sel darah merah dalam sumsum
tulang dan dalam sel progenitor darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan
gangguan pematangan prekusor eritrosit dan menyebabkan eritropoiesis tidak
efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya akan timbul
anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong proliferasi eritroid
yang terus menerus dalam sumsum tulang yang inefektif, sehingga terjadi
ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitas skeletal
dan berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme. Anemia kemudian akan
7

ditimbulkan lagi dengan adanya hemodilusi akibat adanya hubungan langsung


darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga oleh adanya splenomegali.
Pada limpa yang membesar makin banyak sel darah merah abnormal yang
terjebak, untuk kemudian dihancurkan oleh sistem fagosit. Hiperplasia sumsum
tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan muatan besi.
Patofisiologi Thalassemia-
Patofisiologi thalassemia- umumnya sama dengan yang dijumpai pada
thalassemia-, kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T)
rantai globin-. Hilangnya gen globin- tunggal (-/ atau T/) tidak
berdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2a- homozigot (-/-) atau
thalassemia-1a- heterozigot (/--) memberi fenotip seperti thalassemia- carrier.
Kehilangan 3 dari 4 gen globin memberikan fenotip tingkat penyakit berat
menengah, yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia o
homozigot (--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb Barts hydrops
syndrome.
Kelainan dasar thalassemia- sama dengan thalassemia-, yakni
ketidakseimbangan sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal
patofisiologi kedua jenis thalassemia ini:
1. Rantai- dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa, maka
thalassemia-alfa bermanifestasi pada masa fetus.
2. Sifat yang ditimbullkan akibat produksi berlebihan rantai globin a dan beta
yang disebabkan oleh defek produksi rantai globin-alfa sangat berbeda
dibandingkan dengan akibat produksi berlebih rantai pada thalassemia .
Bila kelebihan rantai tersebut menyebabkan presipitasi pada prekusor
eritrosit, maka thalassemia menimbulkan tetramer yang larut, yakni 4 (Hb
Barts) dan 4 (HbH).

LO 2.6 Memahami dan Menjelaskan patogenesis


Thalassemia diartikan sebagai sekumpulan gangguan genetik yang mengakibatkan
berkurang atau tidak adanya sama sekali sintesis satu atau lebih rantai globin (Weatherall
and Clegg, 1981). Abnormalitas dapat terjadi pada setiap gen yang menyandi sintesis
rantai polipeptida globin, tetapi yang mempunyai arti klinis hanya gen dan gen .
Karena ada 2 pasang gen maka dalam pewarisannya akan terjadi kombinasi gen yang
sangat bervariasi. Bila terdapat kelainan pada keempat gen ataupun maka akan
menimbulkan manifestasi klinis.
Thalassemia
Sangat erat kaitannya dengan ketidakseimbangan sintesis rantai dan rantai non
(, , ). Rantai non yang tidak memiliki pasangan akan membentuk agregat yang tidak
stabil yang dapat merusak sel darah merah dan prekursornya (anemia). (Robbins et.al,
1999)
Thalassemia
Dengan berkurangnya sintesis -globin, sebagian rantai yang diproduksi tidak
dapat menemukan pasangannya rantai untuk berikatan. Rantai yang bebas
membentuk agregat yang sangat tidak stabil, merusak membran sel, menyebabkakn
perpindahan K+ ke ekstravakular, serta menimbulkan gangguan sintesis DNA. Perubahan
ini menyebabkan presipitasi dalam prekursor eritrosit (berupa badan inklusi) di dalam
sumsum tulang. Sel ini akan didestruksi di sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis
inefektif. Eritrosit yang mengandung badan inklusi dan lolos ke sirkulasi akan
9

dihancurkan lebih cepat dibandingkan dengan eritrosit normal, sehingga akan


menimbulkan anemia. Penghancuran eritrosit ini terutama terjadi di limpa, sehingga pada
penderita thalassemia sering dijumpai splenomegali, bahkan juga hipersplenisme.

LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan manifestasi klinik


Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:

Gizi buruk

Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba

Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (hepatomegali ), Limpa yang
besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja.

Gejala khas adalah:

Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara

kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.


Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu
karena penimbunan besi.
10

1. Thalassemia-
Thalassemia dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
Thalassemia minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik hipokrom.
Thalassemia mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada transfusi
darah.
Thalassemia intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan minor.
a. Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup
tanpa ditransfusi.
Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel darah merah
berlebihan, haemopoesis ekstra modular, dan kelebihan beban besi.
Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas
dan fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi
darah. Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat
menyebabkan pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila.
Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor,
yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum
tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai
umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat
transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi
dalam jaringan kulit.
b. Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia mayor,
anemia sedang (hemoglobin 7 10,0 g/dl). Gejala deformitas tulang, hepatomegali
dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban besi
nampak pada masa dewasa.
c.

Thalasemia minor atau trait ( pembawa sifat)


Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositik,
bentuk heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia ringan.

2.
a.

Thalassemia-
Hydrops Fetalis dengan Hb Barts
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites, serta
kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan berinti. Sering disertai
toksemia gravidarum, perdarahan postpartum, hipertrofi plasenta yang dapat
membahayakan sang ibu.

b.

HbH disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%, splenomegali,
sumsum tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental dapat terjadi bila lokus yang
11

dekat dengan cluster gen- pada kromosom 16 bermutasi/ co-delesi dengan cluster
gen-. Krisis hemolitik juga dapat terjadi bila penderita mengalami infeksi, hamil,
atau terpapar dengan obat-obatan oksidatif.
c. Thalassemia Trait/ Minor
Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik hipokrom.
d. Sindrom Silent Carrier Thalassemia
Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi DNA/ gen.

-Facies Mongoloid-

Splenohepatomegali-

LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan diagnose

12

Anamnesis

Anak dengan thalasemia umumnya memiliki gambaran klinis yang berbeda


menurut rantai globin yang terkena dan derajat keparahannya.
Talasemia-:

Silent carrier : asimtomatik.

Sifat talasemia- (trait) : asimtomatik, seperti talasemia minor.

Penyakit HbH : anemia berat.

Hidrops fetalis : letal in utero.

Talasemia- heterozigot (talasemia minor):


Biasanya asimtomatik dengan anemia ringan atau tanpa anemia, dan transfusi
darah biasanya tidak dibutuhkan.
Talasemia- homozigot (talasemia mayor):

Hampir semua anak dengan talasemia-, memperlihatkan gejala klinis sejak lahir,
gagal tumbuh, kesulitan makan, infeksi berulang dan kelemahan umum.

Bayi nampak pucat dan didapatkan perut membesar. Pada stadium ini tidak ada
tanda klinis lain dan diagnosis dibuat berdasarkan adanya kelainan hematologi.

Di samping itu, anak dengan talasemia- mayor umumnya memiliki riwayat


transfusi berulang. Karena umumnya, pasien dengan talasemia mayor sudah parah
dan memerlukan transfusi darah secara berkala.
13

Perlu ditanyakan pula riwayat keluarga. Jika kedua orang tua membawa sifat
talasemia-, sebanyak 25 % anak berisiko untuk menderita talasemia mayor.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Silent carrier thalassemia
Kadar Hb dan Hb A2 normal,dan dimungkinkan adanya gambaran mikrositosis
ringan.
Thalassemia minor /trait
Hb 10-13 g %
Eritrosit dapat normal atau meningkat
Mikrositik hipokrom
Poikilositosis adanya sel target dan elipstoit
SSTL hiperplasi eritroid
Eritropoesis sedikit tidak efektif
Hb A2 3,5 -8 %
Hb F 1-5 %
Thalassemia intermedia
Elektroforesis Hb F 2-100 %
Hb A2 sampai dengan 7 %
Hb A 0-80 %
Thalassemia mayor
Pada radiologi tulang panjang menjadi tipis akibat ekspansi sumsum tulang.
Menonjolnya dahi, pipi, dan dagu atas (Facies Cooley).
Hb 3-4 g %
Hipokrom
Poikilositosis adanya sel target,tear drops,dan elipstoit
Fragmen eritrosit dan mikro sferosit
Banyaknya sel ertrosit bernukleus
MCV 50-60 fl
14

Eritrosit besar dan tipis


Retikulosit 1- 8 %
Eritropoesis inefektif
Hb F dan Hb A2 meningkat
Serum iron meningkat
TIBC normal atau meningkat
Serum feritin meningkat
Saturasi transferin lebih atau sama dengan 80 %
Silent carier thalassemia
Hb bart 1-2 % saat dilahirkan
Thalassemia trait
Anemia ringan dengan mikrositik hipokrom
Hb barts (4): Baru lahir: 5-10 %; Anak-anak/Dewasa: Normal
Hb H disease
Hb 7- 10 g %
Retikulosit 5-10 %
Eritrosit mikrositik hipokrom
Poikilositosis adanys gambaran sel target dll
Hb Barts (4) pada bayi baru lahir: 20-30 %
HbH (4) pada anak-anak / dewasa: 4-20%
Ekspresi klinis menunjukkan thalassemia intermedia
MCV 55-65 fL.
MCH sekitar 20 pg.
Hydrops fetalis
Hb 7- 10 g %
Retikulosit 5-10 %
MCV 55-65 fL.
MCH sekitar 20 pg.
Eritrosit mikrositik hipokrom
15

Poikilositosis adanys gambaran sel target dll


Hb Barts (4) pada bayi baru lahir: 20-30 %
HbH (4) pada anak-anak / dewasa: 4-20%
Ekspresi klinis menunjukkan thalassemia intermedia
Pewarnaan brilliant cresyl blue menunjukkan badan inklusi hemoglobin H.
Hb H menjadi heinz lika bodies dari globin yang terdenaturasi
Sum sumtulang (tidakmenentukan diagnosis) :

Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.

Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat

Pemeriksaan Khusus
HbF meninggi: 20-90% Hb total (alkali denaturasi).
Pemeriksaan pedigree untuk memastikan diagnosis: kedua orang tua pasien
thalassemia mayor merupakan trait (carier) dengan HbA2 meninggi (> 3,5 dari Hb
total).
Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein
pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul
hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :
HbA
HbA2
HbF
HbS

: 95% sampai 98%


: 2% hingga 3%
: 0,8% sampai 2%
: 0%

HbC

: 0%

Pada kasus thalasemia beta intermedia, HbF dan HbA2 meningkat.


Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier)
dengan HbA2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
Catatan: rentang nilai normal mungkin sedikit berbeda antara laboratorium yang
satu dengan laboratorium lainnya.
2. Pemeriksaan Molekuler
Terdapat ketidakseimbangan produksi rantai polipeptida globin (fenotif).

16

3. Pemeriksaan Rntgen
Foto R tulang kepala menunjukkan gambaran hair on end kortex menipis, diploe
melebar dengan traberkula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang menunjukkan perluasan sumsum
tulang trabekula tampak jelas.

LO

2.9 Memahami dan


Menjelaskan

diagnosa banding

LO 2.10 Memahami dan Menjelaskan penatalaksanaan


Manajemen bervariasi menurut tingkat keparahan anemia.

17

Pasien heterozigot dan thalassemia asimtomatik, hanya anemia ringan, tidak


beresiko kelebihan zat besi beri konseling mengenai risiko penurunan penyakit
pada anaknya.

Pasien thalassemia minor tidak boleh diberikan terapi besi jangka panjang, dan
tidak memerlukan suplementasi asam folat.

Pasien dengan thalassemia intermedia atau major untuk alfa atau beta thalassemia
perlu perhatian medis sejak kanak-kanak!

Prinsip manajemen utama meliputi:

Transfusi suportif

Pencegahan kelebihan zat besi

Manajemen hipersplenisme

Pengobatan untuk thalassemia meliputi transfusi darah, operasi pengangkatan


limpa (splenektomi), dan terapi khelasi besi.

Transplantasi sumsum tulang paling agresif

Terapi thalassemia -mayor


Anemia berat tergantung pada transfusi darah

Atasi penurunan hemoglobin supaya normal atau mendekati normal tidak terjadi
gangguan pertumbuhan berian transfusi teratur pakai teknik hipertransfusi, agar
Hb 10 g/dl, dengan transfusi 2-4 unit darah setiap 4-6 minggu

Cegah penumpukan besi(hemochromatosis) beri iron chelator

Beri asam folat 5 mg/hari secara oral untuk mencegah krisis megaloblastik.

Kurangi proses hemolisis dengan splenektomi (dilakukan jika splenomegali cukup


besar dan hipersplenisme)

Terapi definitif dengan transplantasi sumsum tulang.

Terapi eksperimental dengan rekayasa genetik: transfer gen.

Terapi Thalassemia Intermedia


Awali dengan penentuan Hb dan adanya pansitopenia yang menunjukan adanya
hipersplenisme

Hb<7 gr/dl Disertai dengan splenomegali masif & Hipersplenisme


18

Splenektomi merupakan pilihan pengobatan.

Pasca splenektomi bila Hb < 7 gr %


Tangani komplikasi

Pasca splenektomi bila Hb > 7 gr %


Pada kondisi ini transfusi darah merah pekat

Hb < 7 gr/dl tanpa splenomegali


Pemantauan klinis dan hematologi

Transfusi darah, indikasi:


Gangguan pertumbuhan, Kondisi stress sementara : kehamilan, infeksi. Manifestasi
klinis anemia, Gagal jantung kongestif, Ulkus tungkai

Pantau besi pada penderita thalassemia intermedia

Pengobatan muatan berlebih besi

Splenektomi

Kriteria:
Limpa terlalu besar membatasi gerak penderita peningkatan tekanan
intraabdominal dan bahaya ruptur
Hipersplenisme: peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi
eritrosit (PRC) melebihi 200-250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

Imunisasi pre-splenektomi dan antibiotik profilaksis pascaoperasi telah menurunkan


komplikasi infeksi.

Dosis rendah aspirin setiap hari bermanfaat ketika jumlah trombosit > 600.000/L
postsplenektomi.

Diet

Rekomendasi: asam folat, dosis kecil asam askorbat (vitamin C), dan alpha-tokoferol
(vitamin E).

Besi tidak boleh diberikan, dan makanan kaya zat besi harus dihindari.

Minum kopi atau teh membantu menurunkan penyerapan zat besi dalam usus.

Antipiretik, analgesik
Administrasi sebelum transfusi darah mencegah/mengurangi reaksi demam.

Antihistamin
Administrasi sebelum transfusi darah menurunkan/mencegah reaksi alergi.
19

Chelating agent (kelator); untuk mengkelat besi yang berlebihan:


Deferoksamin mesilat /DFO (Desferal)
Deferiprone (Ferriprox)
Deferasirox (Exjade)

Kortikosteroid
Hidrokortison dalam larutan DFO membantu mengurangi reaksi lokal tempat
suntikan

Kombinasi Antibakteri

Vitamin

Vaksin

Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

LO 2.11 Memahami dan Menjelaskan pencegahan


Pencegahan primer
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah
perkawinan diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang
homozigot. Perkawinan antara 2 hetarozigot (carrier) menghasilkan keturunan : 25
% Thalasemia (homozigot), 50 % carrier (heterozigot) dan 25 normal.
Pencegahan sekunder
Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri dengan Thalasemia
heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan sperma berasal
dari donor yang bebas dan Thalasemia troit. Kelahiran kasus homozigot terhindari,
tetapi 50 % dari anak yang lahir adalah carrier, sedangkan 50% lainnya normal.
Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu
kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin
sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus provokotus (Soeparman dkk,
1996).
20

Tahapan pencegahan:
a.Edukasi
b. Penapisan (skrining) pembawa sifat Thalassemia
Prospektif : mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari

populasi diberbagai wilayah


Retrospektif : menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga

penderita thalassemia
c. Konsultasi genetik
Prinsip dasar dalam konseling: masing-masing individu atau pasangan memiliki:
Hak otonomi untuk menentukan pilihan
Hak untuk mendapat informasi akurat secara utuh
Kerahasiaan mereka terjamin penuh.
d. Diagnosis prenatal
Retrospektif: pada pasangan yang telah mempunyai anak thalssemia, dan

sekarang sementara hamil


Prospektif: pada pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya

pembawa sifat dan sementara baru hamil.


Bila keduanya adalah karier, maka ditawarkan:
Diagnosis pranatal pada janin
Pengakhiran kehamilan bila ada risiko gen thalassemia homozigot.
WHO: biopsi vili korialis pada usia gestasi 10-12 minggu, karena pada
usia kurang dari 10 minggu ditemukan risiko malformasi janin.
LO 2.12 Memahami dan Menjelaskan prognosis
Tidak ada pengobatan untuk Hb Barts. Pada umumnya kasus penyakit HbH
mempunyai prognosis baik, jarang memerlukan transfusi darah/ splenektomi dan dapat
hidup biasa. Thalassemia alfa 1 dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang normal pada
umumnya juga mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternative tetapi
hingga saat ini belum mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di
antara berbagai penyelidik secara global.
Thalassemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai
usia decade ke 3, walaupun digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan pemberian
chelating agents (desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga umumnya tidak
terjangkau oleh penduduk Negara berkembang). Di Negara maju dengan fasilitas
transfusi yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang baik, usia dapat
mencapai decade ke 5 dan kualitas hidup juga lebih baik.
21

DAFTAR PUSTAKA

Soeparman, Sarwono, W, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.

Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Edisi

ke-15. Jakarta : EGC ; 1996


Erythropoesis. November 4, 2009 (cited December 6, 2009) Available at

http://en.wikipedia.org/wiki/Erythropoiesis
Hemoglobine. December 9, 2009 (cited December 12, 2009). Available at

http://en.wikipedia.org/wiki/Hemoglobin
Hay WW, Levin MJ. Current Diagnosis and Treatment in Pediatrics. 18th
Edition. New York : Lange Medical Books/ McGraw Hill Publishing Division ;

2007
Permono B, Sutaryo, dkk. Buku Ajar Hemotologi- Onkologi Anak Cetakan

Kedua. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia ; 2006


Yaish HM. Thalassemia. July 29, 2009 (cited December 5, 2009). Available

at : http://emedicine.medscape.com/article/958850-followup
http://www.bmj.com/content/314/7095/1675.full
http://books.google.co.id/books?
id=N78JAQDz9g8C&pg=PA62&lpg=PA62&dq=globin+adalah&source=bl
&ots=dF5iwGUag8&sig=70_6wsoQEgbAm4D2ysVSez2O3Jg&hl=id&ei=Kf
OxTtS3E4ayrAfTsaSrDg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ve
d=0CBYQ6AEwADgK#v=onepage&q=globin%20adalah&f=false.

Firmansyah R, et all. Mudah dan Aktif Belajar Biologi, hal 62.


http://www.labtestsonline.org.uk/understanding/conditions/thalassemia-

2.html
http://health.feedfury.com/content/49401779-thalassemia-informationand-treatment.html
22

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2063/3/08E00848.pdf.txt
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10DiagnostikThalassemia110.pdf/10

DiagnostikThalassemia110.html
http://www.mdguidelines.com/thalassemia/prognosis
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000587.htm

23

Anda mungkin juga menyukai