Anda di halaman 1dari 19

LO 1 Memahami dan Menjelaskan Limfadenopati

1.1 Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau
karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliaka, atau
poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih
besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.
Berdasarkan luas, limfadenopati:
Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.
Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.
Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar
penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
limfadenopati generalisata.
1.2 Etiologi
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
a. Infeksi
Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti
Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV),
Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.
Virus lainnya, yaitu Epstein Barr Virus (EBV), Cytomegalovirus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah
satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang
dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV.
Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap
penyakit flu (influenza like illness).
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah.
Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri
dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya
ada pada sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak. Pada penderita HIV
positif, aspirat KGB dapat mengandung immunoblas yang sangat banyak. Pada
beberapa kasus juga tampak sel-sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat
sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi banyak
dijumpai sel-sel plasma.
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy
/ PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris
dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari
50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi
HIV-nya itu sendiri. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala,
dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga
kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali.

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:


- Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
- Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap
kelompok
- Berlangsung lebih dari satu bulan
- Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan
terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di
tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak
karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit
dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini
berukuran sebesar kacang polong sampaisebesar buah anggur.

Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus
Grup A atau Staphylococcus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries
dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian
mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut
biasanya menyebabkan KGB berwarna merah, panas dan nyeri tekan. Biasanya
penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi.
Pada infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, aspirat tampak karakteristik sel
epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel bentuk
poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas,
kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk
dengan kromatin halus.

b. Keganasan
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga
dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan
tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan
biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin
berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang hampir sama. Biasanya tersebar
dan tidak berkelompok.
Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda
klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan
histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated
dengan sitoplasma yang banyak dan pucat.
Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati
dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan
teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma
daripada limfoma.
c. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit
Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch,
penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus
(SLE).

d. Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul


setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti
allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,
pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).
e.

Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti


setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari


pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran
KGB tersebut.
1.3 Manisfetasi Klinis

Tanda dan gejala secara umum:

Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.


Sering keringat malam.
Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
Timbul benjolan di bagian leher.

1.4 Patofisiologis
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem
vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran
limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi
kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa
dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil
agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian
memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe.
Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang
bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan
cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang
meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang
dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan
primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang
menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan
oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju
kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih
dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).

1.5 klasifikasi
1.6 Diagnosis dan DD
Diagnosis
Anamnesis
Dari anamnesis, dokter harus mempertimbangkan empat poin kunci mengetahui
riwayat klinis pasien. Pertama, umur pasien saat mengalami limfadenopati karena ukuran
kelenjar sangat bervariasi tergantung umur penderita. Kedua, adanya gejala konstitusional
seperti demam, penurunan berat badan, kelelahan atau berkeringat malam hari yang
mengarahkan ke gangguan seperti tuberkulosis, limfoma, penyakit vaskular kolagen, infeksi
yang non spesifik atau keganasan. Ketiga, ada petunjuk epidemiologi tertentu seperti paparan
saat kerja, perjalanan ke daerah, perilaku berisiko tinggi atau adanya mengkonsumsi obat
tertentu yang megarahkan gangguan tertentu. Keempat, karakteristik dari limfadenopatinya
termasuk onset dan durasi terjadinya, lokasi, ukuran, nyeri, konsistensi atau terfiksasi.
-Umur Penderita
Umur adalah pertimbangan yang paling penting karena dapat membantu memprediksi
kemungkinan proses jinak maupun ganas. Pada pasien yang lebih muda dari 30 tahun,
limfadenopati oleh karena proses jinak didapatkan sekitar 80 % dari pasien limfadenopati,
sedangkan pada orang tua yang dari 50 tahun, limfadenopati oleh karena proses keganasan
diperkirakan sekitar 60%. Kelenjar getah bening umumnya tidak teraba pada bayi baru lahir.
Pada anak umur lebih muda, KGB yang teraba di daerah servikal, aksila, dan inguinal sering
masih dikatakan normal. "Shotty" limfadenopati adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan adanya KGB yang tidak terfiksasi, disebut demikian karena kemiripannya
dengan gotri di bawah kulit. Anak kurang dari 5 tahun, dikatakan memiliki KGB yang
teraba pada anak sehat sebesar 44%, sedangkan 64% dari anak-anak yang sakit memiliki
KGB yang teraba. Kelenjar getah bening teraba yang paling umum antara usia 3 dan 5 tahun.
Diagnosis diferensial limfadenopati akan berubah seiring dengan bertambahnya umur.
Sebagai contoh, limfoma Hodgkin merupakan penyebab penting dari limfadenopati pada
populasi pasien remaja dan dewasa, tetapi jarang terjadi sebelum umur 10 tahun. Dengan
demikian, penyakit Hodgkin harus dipertimbangkan pada seorang remaja yang tampaknya
baik namun memiliki pembesaran KGB patologis pada servikal atau supraklavikula, dari
anak umur 3 tahun yang memiliki temuan klinis yang sama. Penyakit menular seksual adalah
penyebab umum dari limfadenopati inguinal di akhir masa remaja dan dewasa. Sebaliknya,
infeksi saluran pernafasan atas, otitis, dan konjungtivitis sering menyebabkan limfadenopati
servikalis reaktif kronis pada kelompok taman kanak-kanak dan usia dini.
-

Gejala Konstitutional

Gejala konstitusional yang sering dihubungkan dengan limfadenopati yang ganas


yaitu panas, keringat malam, penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 6 bulan, pruritus

atau rash, atralgia, atau fatigue. Sedangkan gejala dengan atralgia, kelemahan otot dan adanya
rash pada kulit sering dihubungkan ke arah penyakit autoimun seperti rematoid artritis, lupus
eritematosus, atau dermatomyositis. Adanya limfadenopati servikalis sering diikuti gejala
konstitusional seperti fatigue, malaise, panas atau nyeri menelan.
-

Riwayat Paparan

Riwayat paparan (eksposur) sangat penting untuk menentukan penyebab


limfadenopati. Paparan hewan dan serangga, penggunaan obat-obatan yang lama, kontak
dengan penyakit menular, dan riwayat infeksi berulang penting dalam evaluasi limfadenopati.
Paparan travelrelated dan status imunisasi harus dicatat, karena banyak penyakit tropis atau
nonendemic dapat dikaitkan dengan limfadenopati persisten, termasuk tuberkulosis,
tripanosomiasis, tifus, leishmaniasis, tularemia, brucellosis, dan anthrax. Paparan lingkungan
seperti tembakau, alkohol, dan radiasi ultraviolet meningkatkan kecurigaan kearah karsinoma
metastasis pada organ, kanker kepala dan leher, dan keganasan pada kulit.Paparan kerja
terhadap silikon atau berilium juga dapat menyebabkan limfadenopati. Riwayat seksual dan
orientasi seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinalis dan leher
rahim oleh karena penyakit menular seksual. Riwayat penyakit keganasan dalam keluarga
mungkin meningkatkan kecurigaan penyebab limfadenopati oleh karena keganasan, seperti
karsinoma payudara atau sindrom familial dysplastic nevus dan melanoma.(Tabel 3,4)
Tabel 3. Riwayat Paparan untuk Diagnosis Limfadenopati
Exposure

Diagnosis

A. General
Cat

Cat-scratch disease, toxoplasmosis

Undercooked meat

Toxoplasmosis

Tick bite

Lyme disease, tularemia

Tuberculosis

Tuberculous adenitis

Recent blood transfusion or transplant

Cytomegalovirus, HIV

High-risk sexual behavior

HIV, syphilis, herpes simplex virus,


cytomegalovirus, hepatitis B infection

Intravenous drug use

HIV, endocarditis, hepatitis B infection

B. Occupational
Hunters, trappers

Tularemia

Fishermen, fishmongers,

Erysipeloid

slaughterhouse workers
C. Travel-related
Arizona, southern California, New
Mexico, western Texas

Coccidioidomycosis

Southwestern United States

Bubonic plague

Southeastern or central United States

Histoplasmosis

Southeast Asia, India, northern


Australia

Scrub typhus

Central or west Africa

African trypanosomiasis (sleeping sickness)

Central or South America

American trypanosomiasis (Chagas' disease)

East Africa, Mediterranean, China,


Latin America

Kala-azar (leishmaniasis)

Mexico, Peru, Chile, India, Pakistan,


Egypt, Indonesia

Typhoid fever

Tabel 4. Obat-Obatan Penyebab Limfadenopati


Medications That May Cause Lymphadenopathy
Allopurinol (Zyloprim)

Hydralazine (Apresoline)

Atenolol (Tenormin)

Penicillin

Captopril (Capozide)

Phenytoin (Dilantin)

Carbamazepine (Tegretol)

Primidone (Mysoline)

Cephalosporins

Pyrimethamine (Daraprim)

Sulfonamides

Quinidine

Sulindac (Clinoril)
Pemeriksaan Fisik
Ketika Limfadenopati terlokalisasi, klinisi harus memeriksa daerah mana yang
dialirkan oleh KGB untuk bukti adanya infeksi, lesi kulit atau tumor. Pembesaran KGB di

bagian lain juga harus hati-hati diperiksa untuk menyingkirkankemungkinan limfadenopati


generalisata.
1. Pemeriksaan Fisik Umum
Dalam pemeriksaan fisik, pemeriksa memeriksa penderita secara menyeluruh mulai dari
keadaan umum, tanda vital, status antropometrik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
secara komplet dari kepala sampai kaki.
1. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital : panas, anemia atau tampak toksik (toxic
appearing)
2. Status antropometrik : menggambarkan status gizi dan parameter pertumbuhan
3. Kepala dan leher : Infeksi kulit (dermatitis seboroik, tinea kapitis), konjungtiva pucat
(keganasan, penyakit autoimun), konjungtivitis, orofaring (faringitis, problem gigi,
stomatitis) dan telinga (otiti media akut)
4. Jantung dan paru : ronkhi (pneumonia), konsolidasi ((curiga TB)
5. Abdomen : hepatoslenomegali (sistemik proses : Epstein Barr virus,
Citomegalovirus, HIV, penyakit reumatik dan penyakit neoplastik), dan massa
abdomen (neuroblastoma)
6. Ekstremitas : adenopati inguinal dan aksila
7. Kulit : rash, petikie, purpura, ekimosis, lesi oleh karema traumatik, atau curiga
keganasan)
2. Pemeriksaan Fisik Lokal (Pemeriksaan Limfadenopati)
Dalam pemeriksaan palpasi KGB, yang perlu dipertimbangkan yaitu lokasi, ukuran,
nyeri, konsistensi dan fiksasi. Untuk pemeriksaan KGB leher, pasien duduk atau berdiri
menghadap pemeriksa. Tangan kanan pemeriksa mengeksplorasi sisi kiri leher pasien dan
kemudian tangan kiri dari pemeriksa mengeksplorasi sisi kanan pasien leher. Mulai dari
bagian atas leher dan turun, Semua nodus limfa harus dievaluasi termasuk preauricular,
auricularis posterior, oksipital, servikal superior, servikal posterior, submaxilaris, submental,
dan supraclavicular.
Pemeriksaan KGB di aksilaris dilakukan pada pasien dengan posisi duduk atau
terlentang. Lengan pasien, dipegang oleh salah satu tangan pemeriksa dan harus dilakukan
posisi sedikit tertekuk dan adduksi. Tangan kanan pemeriksa digunakan untuk memeriksa
pasien aksila kiri, dan tangan kiri untuk aksila kanan. Jari-jari pemeriksa harus sedikit
dirapatkan dan dimulai dari puncak aksila. Jari-jari itu dibawa turun perlahan-lahan,
mengarahkan tekanan lembut terhadap dada. Manuver ini harus diulang beberapa kali untuk
memeriksa KGB aksila kelompok lateral, kelompok medial, dan kelompok dada.

Gambar 6. Teknik palpasi pada KGB aksilaris17

Selanjutnya, pasien harus dievaluasi KGB di daerah epitrochlear. Sering kali, node ini
diabaikan, atau kurangnya pengetahuan tentang teknik pemeriksaannya. Pemeriksaan KGB
epitrochlear terbaik dimana siku pasienditekuk sampai sekitar 90o. Daerah kanan epitrochlear
didekati dengan memasukkan tangan kiri pemeriksa dari belakang siku pasien sementara
pemeriksa tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kanan pasien untukmemegang
lengan. Selanjutnya, pasien harus dievaluasi untuk kemungkinan adanya pembesaran KGB di
epitrochlear.

Gambar 6. Teknik palpasi pada KGB epitrochlear17

Pemeriksaan lokal yang dilakukan pada KGB didapatkan jika limfadenopati tersebut
lokal, teraba di daerah servikal, inguinal dan aksila dengan ukuran kurang dari 1-2 cm
(tergantung lokasi), mobile, dan eritema, cendrung limfadenopati tersebut tidak perlu
dikhawatirkan. Sebaliknya jika didapatkan limfadenopati yang generalisata, teraba di daerah
occipital, auricular, supraklavikular, epitrochlear atau servikalis posterior, ukuran lebih dari 2
cm, terfiksir dan terdapat gejala konstitutional maka perlu dipikirkan kearah keganasan.(tabel
6)
Tabel 6. Gambaran Klinis Untuk Membedakan Limfadenopti Jinak Dengan Ganas4

Feature
Size
Consistency
Duration
Mobility
Surroundings
Location
Tenderness

Malignant
>2 cm
Hard, firm, or rubbery
> 2 weeks
Fixed
Attached (invasion)
Supraclavicular,epthrochlear,
generalized
Usually non-tender

Benign
< 2cm (< 1cm)
Soft
< 2 weeks
Mobile
Not Attached
or Inguinal, submandibular
Usually tender

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada


penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh.
Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur
untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan,
hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada
fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. 1,2,15,16

Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan
abnormal.

Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan


bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

o Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah dapat diperlukan pada anak dengan limfadenopati. Adanya


leukostosis dengan dominasi netrofil mungkin menunjukkan adanya infeksi bakteri
akut. Leukositosis yang didominasi limfositik dapat dikaitkan dengan infeksi virus
Ebstein-Barr. Leukositosis dengan adanya blast pada hapusan darah tepi diindikasi
terjadinya leukemia. Leukopenia dengan depresi hemoglobin dan trombosit juga
mungkin indikasi adanya keganasan yang melibatkan sumsum tulang. Limfopenia
diindikasikan adanya infeksi HIV atau adanya gangguan immunodefisiensi bawaan.
Laju endap darah (LED) dan kadar C-reaktif protein dapat digunakan sebagai
petanda adanya peradangan dan infeksi dan juga mungkin membantu dalam
mengevaluasi pengobatan yang dilakukan. Kadar enzim hati yang tinggi dapat
menunjukkan keterlibatan hati yang disebabkan infeksi sistemik atau proses
infiltratif.1,11
Aspirasi dan kultur KGB membantu dalam mengisolasi organisme penyebab infeksi
dan keputusan antibiotik yang sesuai sebagai penyebab limfadenopati. Aspirasi
dengan jarum halus (fine needle aspiration / FNAB) mungkin menghasilkan
diagnosis sitologi pasti atau awal dan kadang-kadang tidak memerlukan lagi untuk
biopsi KGB. Karsinoma metastatik juga menghasilkan akurasi diagnostik yang tinggi

dari 98% sehingga menunjukkan pentingnya dilakukan sitologi FNAB.Pemeriksaan


FNAB sederhana, cepat dan tidak memerlukan anestesi umum. Prosedur FNAB
dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan. Kebanyakan pasien yang memiliki
diagnosis jinak pada FNAB tidak memerlukan lebih lanjut evaluasi. Keterbatasan
FNAB adalah sering terjadi kurangnya sampel jaringan yang tepat untuk
pemeriksaan khusus termasuk sitogenetik, Flow cytometry, mikroskop elektron dan
pengecatan khusus. Selain itu, potensi risiko adanya keganasan harus selalu
dipertimbangkan sebagai hasil dari prosedur FNAB.

Biopsi eksterna (bila suspek tuberkulosa atau infeksi nontuberkulosa


mycobacterium) atau insisi dan drainase dapat diindikasikan pada anak dengan
limfadenotis unilateral sedang atau berat. Beberapa hal yang diindikasikan untuk
dilakukan biopsi adalah awal pemeriksaan fisik dan riwayat klinis menunjukkan
keganasan, KGB dengan ukuran lebih besar daripada 2,5 cm, pembesaran KGB
menetap atau membesar, pemberian antibiotik yang sesuai gagal untuk mengecilkan
node dalam waktu 2 minggu.
Tuberkulosis skin test (TST) dapat diindikasikan untuk menyingkirkan infeksi M.
Tuberkulosis. TST dapat menunjukkan indikasi reaktif pada anak dengan
mikobakterium nontuberculosis tapi tidak sensitif.
Foto toraks merupakan suatu pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam evaluasi
limfadenopati kronis lokal atau generalisata dan dapat melihat adanya pelebaran
mediastinum karena limfadenopati dari limfoma dan sarcoid. Dua pertiga dari pasien
yang memiliki Hodgkin limfoma mungkin menunjukkan pelebaran mediastinum
pada foto dada.
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikal. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya
klasifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk
mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai
sensitivitas 98 % dan spesivisitas 95%.
CT scan dapat mendeteksi limfadenopati servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih

Diagnosis Banding
Acute Lymphoblastic Leukemia
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah ganas (klonal) penyakit sumsum tulang di
mana prekursor limfoid awal berkembang biak dan menggantikan sel-sel hematopoietik
normal sumsum. ALL adalah jenis yang paling umum kanker dan leukemia pada anakanak di Amerika Serikat.
Etiologi
Sedikit yang diketahui tentang etiologi leukemia limfoblastik akut (ALL) pada orang
dewasa dibandingkan dengan leukemia myelogenous akut (AML). Kebanyakan orang
dewasa dengan ALL tidak memiliki faktor risiko diidentifikasi. Meskipun sebagian besar
leukemia terjadi setelah terpapar radiasi AML daripada ALL, peningkatan prevalensi
ALL tercatat dalam selamat dari bom atom Hiroshima tetapi tidak pada mereka yang
selamat dari bom atom Nagasaki.

Pasien jarang memiliki gangguan yg hematologi (AHD) seperti sindrom


myelodysplastic (MDS) yang berkembang ke ALL. Namun, kebanyakan pasien dengan
MDS yang berkembang untuk leukemia akut mengembangkan AML daripada ALL.
Semakin, kasus ALL dengan kelainan kromosom Band 11q23 setelah pengobatan dengan
topoisomerase II inhibitor untuk keganasan lain telah dijelaskan. Namun, kebanyakan
pasien yang mengembangkan leukemia akut sekunder setelah kemoterapi untuk kanker
lain mengembangkan AML daripada ALL.
Limfoma maligna
Limfoma maligna terbagi menjadi Hodgkins limfoma dan Non-Hodgkins limfoma.
Limfoma hodgkin dan non-hodgkin dibedakan dengan keberadaan reed-sternberg sel dan T
atau B-cell associated antigens. Sel RS mempunyai ekspresi CD15 (antigen golongan darah
lewis x yang berfungsi sebagai reseptor adhesi) dan CD30.
Tabel 2. Perbedaan limfoma hodgkin dengan limfoma non Hodgkin.
Limfoma hodgkin
Limfoma non-hodgkin
Lokasi kelompok kelenjar limfe tunggal Lebih sering terlibat kelenjar limfe tepi yang
(servikal, mediastinal, paraaortik)

multiple

Penyebaran lewat kontak


Penyebaran tidak lewat kontak
Kelenjar limfe mesentrik dan cincin Sering ditemukan keterlibatan limfe mesentrik
waldeyer jarang terlibat
Keterlibatan ekstranodal jarang terjadi

dan cincin waldeyer


Biasanya ada keterlibatan ekstranodal

Limfoma Hodgkin
Limfoma ini memiliki distribusi himodal dengan puncaknya pada dewasa muda dan
puncak yang lain pada manula. Tanda khas pada penyakit ini adalah sel Reed-Stcrnhcrg.
Penyebabnya tidak diketahui. Pemeriksaan epidemiologis/serologis menemukan
kemungkinan adanya kaitan dengan EBV. Genom virus EBV ditemukan pada 80% spesimen
biopsi. Terdapat sedikit peningkatan risiko pada anggota keluarga penderita. Sebagian besar
pasien dalang dengan limfadenopati pada leher dan di tempat lain (lebih jarang). Gejala B
dapat terjadi. Terkadang pasien dalang dengan keluhan akibat limpadenopati masif seperti
obstruksi vena kava superior. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan biopsi pada nodus
limfatikus yang terkena.
Tipe dan stadium
Telah dikenali empat jenis utama penyakit Hodgkin. Tipe nodular sklerosis dan
selularitas campuran terjadi pada 80% kasus. Stadiumnya sama dengan NHL. Sistem Ann
Arbor atau variasinya banyak digunakan.8
Sistem penentuan stadium Ann Arbor:

Stadium I
: suatu daerah nodus tunggal atau lokasi ekstranodus tunggal
Stadium II
: dua atau lebih daerah nodus atau lokasi ekstranodus dengan
keterlibatan nodus regional (IIE) pada satu sisi diafragma

Stadium III : pembesaran limfatik pada kedua sisi diafragma.


Stadium IV : keterlibatan hati atau sumsum tulang atau keterlibatan yang luas pada
daerah ekstralimfatik
A: menandakan tidak adanya keringat malam, >10% penurunan berat badan atau
demam dan B: menandakan adanya satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut.
Klasifikasi limfoma Hodgkin berdasarkan WHO (2008)9:

Reed-Sternberg
multinukleus

Selularitas campuran

LH sklerotik nodular

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histologis.

Limfoma Non Hodgkins (NHL)

Limfoma non-Hodgkin (non-Hodgkins lymphoma [NHL]) merupakan kumpulan


penyakit keganasan heterogen yang mempengaruhi sistem limfoid: 80% berasal dari sel B
dan yang lain dari sel T. Insidensi NHL perlahan-lahan bertambah. Beberapa, tetapi tidak
semua, dapat dihubungkan dengan NHL yang berkaitan dengan AIDS. Beberapa penyebab
NHL yang diketahui ditunjukkan pada gambar, walaupun pada sebagian besar kasus tidak
ditemukan penyebab yang jelas. Abnormalitas sitogenetik dapat ditemukan pada 85% pasien,
sebagian besar melibatkan translokasi pada gen reseptor antigen.8
Terdapat lebih dari 20 klasifikasi yang berbeda untuk NHL klasifikasi yang terbaru
adalah klasifikasi Revised European-American Classification of Lymphoid Neoplasms
(REAL) yang telah diterima secara luas. Skema klasifikasi ini membedakan berdasarkan
gambaran morfologi, imunologi, dan genetic. Namun, sebagian besar onkolog yang
mengklasifikasikan NHL menjadi grup-grup yang luas yang dinamakan derajat rendah,
derajat menengah dan derajat tinggi.8
a. NHL derajat rendah

Ini termasuk penyakit seperti limfoma folikular dan makroglobulinemia


waldenstrm. Biasanya kelaianan timbul lambat, dengan progresi yang lambat pula.
Kelainan ini biasanya bisa dikontrol dengan kemoterapi oral. Sebagian besar pasien
tidak dapat disembuhkan dengan harapan hidup 3-10 tahun.
Limfoma folikular merupakan suatau limfoma sel B derajat rendah, yang terutama
ditemukan pada manula. Translokasi terjadi antara kromosom 14 dan 18 [t(14;18)]
sehingga ekspresi bcl-2 menjadi berlebih, akibatnya terjadi inhibisi terhadap apoptosis
dan memperpanjang hidup sel-sel limfoma. Sebagian besar pasien datang dengan
gejala limfadenopati dan telah mencapai stadium 3 dan 4; sepertiga menunjukkan
gejala B pada saat diagnosis. Pasien asimtomatik tidak memerlukan terapi sampai
gejala dan tanda progresi penyakit muncul. Pada keadaan ini diberikan terapi dengan
obat oral seperti klorambusil. Terapi obat ganda dan penggunaan obat jenis baru
seperti fludarahin semmakin banyak dilakukan. Transplantasi sumsum tulang
terkadang juga dilakukan. Penyakit ini adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan
pada sebagian besar kasus, dengan angka harapan hidup rata-rata 9 tahun.
b. NHL derajat menengah dan tinggi
Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang agresif dengan onset dan progresivitas
yang cepat. Contohnya adalah NHL tipe sel B besar (derajat menengah) dan NHL
Burkitt (derajat tinggi). Dengan kemoterapi intensif, 20-40% pasien berusia <60 tahun
dapat sembuh. Sisanya meninggal karena oenyakit ini. stadium berarti mendefinisikan
tingkat perluasan NHL dalam tubuh. Sistem Ann Arbor, yang berpengaruh pada
prognosis, biasanya digunakan untuk mendefinisikan stadium. 8
c. Makroglobulinemia Waldenstrm
Ini merupakan limfoma derajat rendah yang paling banyak ditemukan pada manula,
dimana terdapat limfosit abnormal yang memiliki sifat-sifat sel plasma (limfoma
limfoplasmasitoid) dan memproduksi paraprotein IgM monoclonal. Pasien dapat
datang dengan gejala limfoma (limfadenopati atau gejala B) atau lebih sering datang
dengan sindrom hiperviskositas akibat kadar para protein IgM yang tinggi yang terdiri
dari: letargi, confusion, nyeri kepala, gamang; dan gangguan penglihatan. 8
Plasmaferesis dapat mengurangi konsentrasi IgM dan mengurangi viskositas plasma
dengan cepat. Efeknya kemudian dipertahankan dengan kemoterapi. Klorambusil oral
atau analog purin seperti fludarabin paling sering digunakan. Angka harapan hidup
rata-rata adalah 4-5tahun. 8
d. NHL derajat menengah
Limfoma sel besar difus. Tumor sel B ini memiliki onset yang cepat dan apabila tidak
diterapi akan memiliki progresivitas yang tinggi. Pasien datang dengan limfadenopati
dan/atau gejala sistemik seperti demam atau penurunan berat badan (gejala B). 30%
pasien dapat disembuhkan dengan kemoterapi obat ganda. Terapi dosis tinggi dengan
terapi suportif sel stem terhadap sumsum tulang dan darah tepi dapat menyembukan
sebagian kecil pasien yang mengalami relaps. Sisanya meninggal akibat penyakitnya.
8

e. NHL derajat tinggi


Limfoma Burkitt. ini adalah suatu tumor sel B yang sangat ganas. Limfoma Burkitt
yang endemis sangat berkaitan dengan mleksi oleh virus Epstein-Barr (LBV).
sedangkan pada daerah nonendemis. protein EBV dapat ditemukan di sel tumor pada
kurang dari setengah jumlah pasien. Anak-anak dengan tumor endemis datang dengan
tumor yang mengenai tulang rahang dan muka. sedangkan mereka yang menderita

limfoma Burkitl nonendemik seringkah memiliki penyakit abdominal ekstra-nodus


yang luas. Pada kedua jenis penyakit tersebut, sel tumor mengandung translokasi
kromosom yaitu t(8;14). Kemoterapi intensif dapat menyembuhkan pasien kedua jenis
penyakit tersebut. Bentuk nonendemis biasanya terjadi pada penderita infeksi HIV
atau keadaan sistem imun yang tertekan lainnya dan memiliki prognosis yang buruk.

1.7 tatalaksana dan pencegahan


Pengobatan limfadenopati kelenjar getah bening leher didasarkan kepada penyebabnya.
Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan sendirinya dan
tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah
4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi
dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.
Kelenjar getah bening yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang
adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
Penatalaksanaan menurut penyakit :
1. Limfoma Hodgkin (Penyakit Hodgkin)
Kemoterapi dengan multiobat
Terapi radiasi
Transplantasi sumsum tulang
Terapi berdasarkan target biologis, seperti penggunaan reseptor spesifik antibodi,
penghambat jalur antiapoptotik, dan induksi sitotoksitas spesifik, dapat ditoleransi
dengan lebih baik oleh pasien dan memiliki komplikasi jangka panjang yang lebih
sedikit.
(Corwin, 2009)
2. Limfoma maligna non-Hodgkin
Kemoterapi yang agresif digunakan untuk penyakit tahap lanjut
Kemotrapi konservatif mungkin digunakan untuk pertumbuhan limfoma yang lambat
Radioterapi
Pembedahan untuk mengangkat tumor yang berukuran besar
Pada praktik mutakhir, kombinasi obat yang diketahui sebagai CHOP (siklofosfamid,
doksorubisin, vinkristin dan prednison) ditambah radioterapi adjuvant telah digunakan.
Untuk pasien yang berusia kurang dari 61 tahun yang menderita limfoma sel-B luas
yang terlokalisasi, regimen intensif dengan kombinasi obat lainnya. ACVBP
(doksorubisin, siklofosfamid, vindesin, bleomisin, prednison) tampak lebih kuat dari
CHOP.
(Corwin, 2009)
3. Limfadenitis tuberkulosis

Terapi non farmakologis adalah dengan pembedahan


Pembedahan tidaklah merupakan suatu pilihan terapi yang utama, karena
pembedahan tidak memberikan keuntungan tambahan dibandingkan terapi
farmakologis biasa. Namun pembedahan dapat dipertimbangkan seperti prosedur
dibawah ini:
- Biopsy eksisional: Limfadenitis yang disebabkan oleh atypical mycobacteria bisa
mengubah nilai kosmetik dengan bedah eksisi.
- Aspirasi
- Insisi dan drainase

Terapi farmakologis
Memiliki prinsip dan regimen obatnya yang sama dengan tuberkulosis paru.
Menurut panduan WHO, regimen pengobatan TB terdiri atas 2 fase, yaitu fase awal dan
fase lanjutan. Regimen ini ditulis dengan kode baku sebagai berikut: angka di depan
satu fase menunjukkan jangka waktu pengobatan fase tersebut dalam bulan. Huruf
menunjukkan obat dan angka di belakang/di samping bawah huruf menunjukkan
frekuensi pemberian obat per minggu. Kalau tidak ada angka di belakang/ di samping
bawah huruf, menunjukkan pemberian obat setiap hari/minggu. Di mana huruf R
artinya Rifampisin, huruf H artinya isoniazid, huruf Z artinya pirazinamid dan huruf E
artinya Etambutol. (Gunawan, 2007)
Berdasarkan beberapa pedoman pengobatan TB, terdapat perbedaan pemberian
regimen. Pedoman internasional dan nasional menurut WHO memasukan limfadenitis
TB dalam kategori III dan merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan dengan
regimen 2HRZ/4RH atau 2HRZ/4H3R3 atau 2HRZ/6HE. American Thoracic society
(ATS) merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan sampai 9 bulan, sedangkan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB
kedalam TB di luar paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society
Research Committee and Campbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama
9 bulan dalam regimen 2RHE/7RH.
Ada 2 (dua) kategori Obat Anti Tuberkulosa (OAT):
a. OAT Utama (first-line Antituberculosis Drugs), yang dibagi menjadi dua (dua) jenis
berdasarkan sifatnya yaitu:
- Bakterisidal, termasuk dalam golongan ini adalah isoniazid atau isonikotinil
hidrazid (INH), rifampisin, pirazinamid dan streptomisin.
- Bakteriostatik, yaitu etambutol.
b. OAT sekunder (second Antituberculosis Drugs)
Terdiri dari asam paraaminosalisilat (PAS), ethionamid, sikloserin, kanamisin dan
kapreomisin. OAT sekunder ini selain kurang efektif juga lebih toksik, sehingga
kurang dipakai lagi.
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka
prinsip--prinsip yang dipakai adalah: Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk
mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.

4. Limfadenitis kronik non spesifik

Penatalaksanaan yang spesifik pada limfadenitis tidak ada. Limfadenitis dapat terjadi
setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan oleh bakteri
seperti Streptococcus atau Staphylococcus. Terkadang juga dapat disebabkan oleh infeksi
seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella). Oleh karena itu, untuk mengatasi
limfadenitis adalah dengan mengeliminasi penyebab utama infeksi yang menyebabkan
limfadenitis.
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang
bersangkutan dan pemberitan antibiotik, penderita limfadenitis mungkin mengalami
pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis spesifik, misalnya
oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk menetapkan
diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
- Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
Pengobatan tergantung dari organisme penyebabnya. Untuk infeksi bakteri, biasanya
diberikan antibiotic per-oral (melalui mulut) atau intravena (melalui pembuluh darah).
Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa
dikompres hangat.
Biasanya jika infeksi telah diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa
sakit akan hilang. Kadang-kadang kelenjar yang membesar tetap keras dan tidak lagi
terasa lunak pada perabaan. Pembesaran KGB biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh
sendiri, walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan.
Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari
dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25 mg/kgBB empat kali sehari.
Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik golongan penicillin dapat diberikan cephalexin
25 mg/kg (sampai dengan 500 mg) tiga kali sehari atau erythromycin 15 mg/kg (sampai
500 mg) tiga kali sehari.
1.8 Komplikasi
Complications are usually related to the specific underlying disorder causing the
lymphadenopathy; however, the lymphadenopathy itself can cause potentially serious
complications.

Mediastinal adenopathy can result in several potentially life-threatening complications.


Recognition of these complications is important because mediastinal adenopathy
cannot be directly assessed clinically and therefore may be easily missed.
Mediastinal adenopathy can cause superior vena cava syndrome with obstruction of
blood flow; bronchial or tracheal obstruction with cough, wheezing, and ultimately
respiratory tract obstruction (which can be life threatening); and dysphagia from
esophageal compression. Occasionally, erosion of a node into a bronchus or trachea
can result in hemoptysis.
When the diagnosis of an underlying malignancy is missed, serious metabolic
complications can occur. These include uric acid nephropathy, hyperkalemia,
hypercalcemia, hypocalcemia, hyperphosphatemia, and acid renal failure.
Abdominal adenopathy can cause abdominal or back pain, constipation, and urinary
frequency. Intestinal obstruction caused by intussusception can be life threatening.

1.9 Prognosis
Pada individu dengan penyakit ganas, prognosis tergantung pada penyakit
tertentu. Pada individu dengan infeksi bakteri, pemulihan lengkap dapat diharapkan dengan
pengobatan antibiotik prompt. Waktu pemulihan akan bervariasi, tergantung pada penyebab
yang mendasarinya. Ini mungkin memerlukan jangka waktu untuk pembengkakan untuk
sepenuhnya menghilang.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf (5
November 2014, 11.00 WIB).
http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209Pendekatan%20Diagnosis
%20Limfadenopati.pdf
Oehadian, Amaylia.2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati Indonesia:IDI
Reksodiputro AH, Irawan C. Limfoma non-hodgkin. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jilid 2 edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1251-60
Sumantri R, Penyakit hodgkin. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 2 edisi ke 5.
Jakart: Interna Publishing; 2009.h.1262-5

Anda mungkin juga menyukai