Anda di halaman 1dari 77

Laporan Kesehatan Permukiman dan Lingkungan Industri

(KLPI)

BANJIR SETROKALANGAN

Disusun oleh:
Kelompok: 3

1.

Widya Kristiani D. P

25010111120025

2.

Nery Ermaya

25010111120026

3.

Diah Suratri W.

25010111120027

4.

Juwita Pramodya W.

25010111120028

5.

Anis Wardhaningrum 25010111120029

6.

Ruth D. Siagian

25010111120031

7.

Dyah Agustin C. P.

25010111120032

8.

Eky Purwanti

25010111120033

9.

Anies Yuniar P.

25010111120035

10. Kurnia Nur L.

25010111120036

11. Whawan Bayu A.

25010111140366

Kelas

: A_2011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. wb


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan field trip Kesehatan Lingkungan dan Permukiman Industri (KLPI) yang
berjudul BANJIR SETROKALANGAN dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang berjuang
di jalan Allah SWT hingga akhir zaman. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di
yaumul kiyamah kelak. Aamiin.
Selesainya penulisan laporan ini adalah berkat dukungan dari semua pihak,
untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini.
Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Wassalamu alaikum wr.wb

Semarang, 20 Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. 1
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Dasar Kegiatan........................................................................................
C. Tujuan Kegiatan......................................................................................
BAB II: ISI
A. Hasil Observasi ....................................................................................... 7
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 43
B. Saran ..................................................................................................... 45
Daftar Pustaka .................................................................................................. 46

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini kita dituntut untuk semakin cerdas dan kompetitif dalam
pendidikan. Khususnya sebagai mahasiswa yang dituntut untuk selalu
berpikir kritis dan mengetahui segala perkembangan

yang terjadi di

lingkungan kita dan masyarakat. Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin berkembang pesat seiring dengan globalisasi yang menghadapkan
kita pada kompetisi-kompetisi yang positif di segala aspek kehidupan.
Kemajuan zaman ini menuntut seseorang untuk lebih mandiri dan tentu saja
mempunyai kualitas dan kapasitas yang tinggi baik dari segi keilmuan
maupun keterampilan, agar tetap eksis dalam persaingan atau perjuangan
hidup ini.
Sebagai seorang mahasiswa yang dipandang sebagai kaum intelektual
dan calon pemimpin masa depan; dituntut untuk peka terhadap berbagai
permasahan-kejadian yang terjadi di sekitar kita. Salah satu kondisi yang
memprihatinkan adalah perubahan iklim, yang dapat mengakibatkan berbagai
macam masalah seperti: banjir, tanah longsor, mencairnya es di kutub, curah
hujan yang tidak menentu, dan lain-lain.
Pada saat ini kita dihadapkan dengan kondisi curah hujan yang tidak
menentu.

Adanya

perubahan

iklim

dan

pemanasan

global

sangat

mempengaruhi pola curah hujan. Perubahan pola curah hujan tersebut


berdampak pada terjadinya intensitas curah hujan yang berbeda-beda di setiap
daerah. Apabila terjadi intensitas curah hujan yang cukup tinggi di wilayah
tertentu atau di bagian hulu, maka wilayah tersebut harus menahan air
selambat mungkin agar tidak mengakibatkan masalah di wilayah yang di aliri
air hujan tersebut. Jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan
mengakibatkan banjir.
Sebagaimana yang sudah kita ketahui mengenai berbagai macam
pemberitaan mengenai masalah banjir yang terjadi di berbagai tempat karena
kondisi alam yang sudah rusak, baik di bagian hulu dan atau hilir yang

memicu terjadinya musibah banjir. Seperti halnya yang terjadi di wilayah


Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, tepatnya di Kecamatan Kaliwungu
dan Kecamatan Mijen.
Banjir yang terjadi di Kecamatan Mijen pada awal dan akhir Apri 2013,
menyebabkan beberapa desa di wilayah tersebut tergenang air selama 5 hari
dan kondisinya relatif tergenang air setinggi 11,5 m. Pada Kecamatan
Kaliwungu tepatnya di Desa Setrokalangan juga terjadi banjir yang tentunya
merugikan bagi masyarakat.
Untuk mendapatkan informasi tentang dampak bencana

yang

ditimbulkan dari bencana banjir di wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten


Kudus maka mahasiswa perlu turun ke lapangan di wilayah terdampak banjir.
Dengan mendapatkan data langsung dari masyarakat maka mahasiswa akan
mendapatkan gambaran tentang dampak yang terjadi dari bencana banjir yang
dialami masyarakat. Kegiatan ini tentunya akan menambah pemahaman
ilmiah dan kepekaan sosial.
Dalam memahami suatu mata kuliah, tidak hanya mengutamakan
materi yang didapatkan di bangku kuliah namun juga dapat di dapatkan
melalui kegiatan lapangan. Agar dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya
di lapangan. Kami bermaksud untuk melakukan study lapangan berupa
kegiatan kunjungan lapangan di wilayah terdampak banjir. Dengan
diadakannya kegiatan tersebut, mahasiswa akan mampu mengaplikasikan
ilmunya kepada masyarakat terutama pada desa yang terkena dampak banjir.
Sebagai insan kesehatan masyarakat perlu sebuah kapasitas sebagai
pemberi solusi bagi masyarakat. Untuk itulah perlu pemahaman yang lebih
mendalam serta study lapangan untuk menyelesaikan masalah pada
masyarakat yang terkena dampak bencana banjir.

Bentuk Kegiatan
1. Field trip (study lapangan) dengan mengunjungi daerah terdampak banjir
di wilayah Kecamatan Mijen (Kantor Kecamatan Mijen, Kantor Desa
Mijen. Jleper. Jetak dan Ngelokulon). Berkunjung ke Kantor Kecamatan
Kaliwungu dan Desa Setrokalangan. Juga akan dikunjungi Bendung

Wilalung sebagai pintu air pengendali banjir Sungai Wulan dan Sungai
Juana. Tujuannya agar mahasiswa menambah pemahaman Topik
Manajemen bencana pada perkuliahan KLPI.
2. Wawancara dengan Aparat Kecamatan dan Desa, SKPD terkait (BPBD
Kabupaten), Tokoh Masyarakat dan warga terdampak banjir dengan
kuisioner untuk mengetahui kondisi dan aspirasi masyarakat yang
terdampak banjir.

B. Dasar Kegiatan
1. Kegiatan Perkuliahan mahasiswa semester IV Fakultas Kesehatan
Masyarakat khususnya mata kuliah Kesehatan Lingkungan Pemukiman
dan Industri.
2. Diperlukan pemahaman keadaan lapangan mahasiswa untuk memperkaya
pemahaman tentang teori.

C. Tujuan Kegiatan
1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya banjir di daerah tombolo Demak
pada tanggal 9 dan 20 April 2013.
2. Menganalisis dampak bencana banjir terhadap masyarakat dan lingkungan
serta manajemen bencana di daerah tombolo/ dataran Selat Muria purba.
3. Mendapatkan gambaran situasi-kondisi barak atau tempat penampungan
pengungsi, khususnya tinjauan dari aspek Kesehatan lingkungan
(pemenuhan gizi, sanitasi, air bersih, persampahan), dan lain-lain.
4. Merencanakan tindakan mitigasi bila kondisi banjir seperti pada tanggal 9
dan 20 April 2013 terulang.
5. Merencanakan tindakan mitigasi agar tidak terjadi banjir seperti pada
tanggal 9 dan 20 April 2013.
6. Memberi pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa terutama dalam bidang
kesehatan lingkungan tentang peran mahasiswa dalam mengatasi bencana
Banjir.

BAB II
ISI

A. HASIL OBSERVASI
Lokasi observasi : Desa Setrokalangan, Kabupaten Kudus
NO

PERTANYAAN

JAWABAN

Narasumber 1 :
Nama

: Abdul Chamdi

Jenis kelamin

: Pria

Usia

: 50 tahun

Jabatan

: Sekretaris Desa

Lama menjabat : 18 tahun

1.

FORMAL

Narasumber 2 :
Nama

: Khoiruddin

Jenis kelamin

: Pria

Usia

: 42 tahun

Jabatan

: Kepala Dusun

Lama menjabat : 2 tahun

a. Kejadian
Kapan terakhir

Narasumber 1 :
Narasumber 2 :

terjadinya banjir?
Apa penyebab terjadi
banjir?
Berapa lama terjadi
banjir tersebut?

Narasumber 1 :
Narasumber 2 :
Narasumber 1 :
Narasumber 2 :

Seberapa sering
terjadi banjir tersebut?

Narasumber 1 :
Narasumber 2 :
Narasumber 1 :
Lima puluh tahun, sejak kecil
hingga saat ini tinggal di Desa

Berapa lama
bapak/ibu tinggal di
daerah ini?

Setrokalangan.
Narasumber 2 :
Empat puluh dua tahun, sejak
kecil hingga saat ini tinggal di
Desa Setrokalangan.
Narasumber 1 :
Pada bulan Desember sampai
dengan bulam Maret curah
hujan tinggi, debit air juga
tinggi sehingga air tersebut
masuk ke dalam spill way dan

Bagaimana
perkembangan banjir
yang terjadi selama
bapak/ibu tinggal di
daerah ini? (tingkat
keparahan)

pada akhirnya masuk ke Desa


Setrokalangan. Genangan banjir
terjadi hingga tiga minggu.
Tujuh tahun akhir-akhir ini
debit air terus meningkat. Di
Desa ini, banjir terjadi sesuai
dengan cuaca.
Narasumber 2 :
Menurut PU, Desa
Setrokalangan memiliki
cekungan minus empat sehingga
Sungai Wulan saat terjadi banjir

maka air dapat masuk hingga ke


Desa Setrokalangan. Banjir di
Desa ini sudah terjadi sejak
empat puluh tahun yang lalu,
pada tahun 1980 sudah
dilakukan normalisasi kali besar
dan upaya ini berhasil karena
hamipr sepuluh tahun tidak
terjadi banjir (debit air
menurun). Beberapa tahun
kemudian dibuatlah spill way,
namun usulan ini membuat
banjir kembali menggenangi
Desa Setrokalangan ini.
Narasumber 1 :
Sepuluh tahun yang lalu sampai
dengan enam bulan terjadi
banjir, kedalaman mencapai 2
meter.
Kapan banjir di
daerah ini mencapai

Narasumber 2 :

tingkat keparahan

Pada tahun 2002 hingga 90%

tertinggi?

masyarakat di Dukuh Setro,


Dukuh Kalangan, dan Dukuh
Karang Turi tergenang banjir
dan mereka semua harus
mengungsi di lokasi
pengungsian.

Daerah mana saja


yang mencapai
keparahan tertinggi?

Narasumber 1 :
Dukuh Karang Turi, RT 1 7
pada RW 3 terkena banjir.

Narasumber 2 :
Dukuh Karang Turi, RT 1 7
pada RW 3, RW 2 sebagian
terkena banjir.
Narasumber 1 :
Banjir justru mulai terjadi.
Sumber air berasal dari Juwana
dan Kedung Ombo, banjir
melewati Purwodadi hingga
menyebabkan Desa
Setrokalanga tergenang lima
hari. Sungai Wulann ada di
Kudus dan Demak, pertemuan
Sungai ini ada di tengah Sungai
Bagaimana
perkembangan banjir
yang terjadi setelah
adanya Bendung
Kedung Ombo dan
sebelum ada Kedung
Ombo?

dengan lebar atas 50 meter,


bawah 20 meter, dan kedalaman
12 meter. Dibagian Selatan ada
Sungai SWD I (Jerarun Seluna),
dan Sungai Wulan di perbatasan
Demak, dan satu Sungai lagi
diantara Kudus dengan Demak
belum ditemukan. Sungai ini
sangat besar dan mengakibatkan
gerakan tanah belum stabil.
Narasumber 2 :
Tujuan awal Bendung Kedung
Ombo adalah untuk persediaan
air Kota Demak dan Purwodadi,
dan sebagai sumber air yang
memperkuat lumbung padi di
Kota tersebut. Ketika debit air

10

melebihi 900 liter maka di Desa


Setrokalangan pasti terjadi
banjir. Air tersebut mau tidak
mau diarahkan total ke Desa
Setrokalangan karena
pembuangan air yang ke daerah
Rembang tidak dibuka
(pembuangan ke daerah
Rembang tidak disama ratakan).
Bila pembagian merata di
wilayah Barat, maka Desa
Setrokalangan tidak akan
mengalami banjir. Di daerah
Klambu (Utara) pintu
pembuangan air seharusnya
dibuka, karena menyebabkan
banjir.
Narasumber 1 :
Tidak ada, tidak tahu, tetapi
Apakah mengetahui
apa itu tombolo?

terjadi pendangkalan setiap


tahun.
Narasumber 2 :
Kurang tahu persis.

b. Penatalaksanaan
Adakah tindakan

Narasumber 1 :
Sudah ada, sering dilakukan

preventif yang

pelatihan simulasi banjir. Pada

dilakukan oleh pihak

pra dan pasca banjir sudah

pemerintah ataupun

dilakukan tindakan preventif.

masyarakat untuk

Ada bantuan logistik,

mengantisipasi

pengobatan gratis, dan ada

adanya banjir?

sembako.

11

Contohnya: standar
keselamatan kerja,

Narasumber 2 :

tindakan pengontrolan

Program baru tahun ini pada

banjir, regulasi guna

bulan Maret dilakukan. Ada

lahan, dsb.

kegiatan kerjasama antara Tim


SAR dengan pemerintah berupa
prediksi kapan terjadinya banjir.
Tindakan Pra: saat kedatangan
air maka ada pemberitahuan
Siaga 1, degan memberitahukan
kepada warga mengenai debit
air. Tindakan Proses: Seluruh
warga cepat diangkut ke lokasi
pengungsian dengan alat
transportasi dari Pemerintah.
Pada proses ini semua logistik
sudah siap. Tindakan Pasca:
Tim medis dan PMI turun ke
tempat kejadian banjir,
rekonstruksi kecil-kecilan oleh
warga, dan pemberian bahan
pangan selama tiga hari pasca
dipulangkan dari pengungsian.

Adakah upaya

Narasumber 1 :

mitigasi yang

Banjir di Desa Setrokalangan

dilakukan guna

datangnya tiba-tiba, pemerintah

mengurangi kerugian?

memberikan pelatihan simulasi

Contohnya:

banjir.

merancang bangunan
tahan gempa,

Narasumber 2 :

pelatihan,

Banjir di Desa Setrokalangan

pengorganisasian

disebabkan oleh Global

12

sukarelawan,

Warming, dimana cuaca tidak

peningkatan

menentu. Kegiatan yang

kesadaran publik, dsb.

dilakukan seperti simulasi dan


penyuluhan oleh BPPD, dan
Dinas Pengairan.

Adakah upaya
kesiapsiagaan yang
dilakukan baik oleh
pihak pemerintah
ataupun kesadaran

Narasumber 1 :

masyarakat?
Contohnya: Praktek

Narasumber 2 :

early warning system,


penyiapan jalur
evakuasi, pelatihan
bagi sukarelawan,
dsb.
Adakah tindakan
tanggap darurat yang
dilakukan?
Contohnya: search &

Narasumber 1 :

rescue, perbaikan
fasilitas/ infrastruktur

Narasumber 2 :

dasar (jembatan, jalan,


listrik), bantuan
makanan, pengobatan
darurat, dsb
Ketika banjir kemarin,
berapa lama
masyarakat
diungsikan?

Narasumber 1 :
Lama waktunya tidak tentu.
Narasumber 2 :
Lama waktunya tidak tentu,

13

tergantung lamanya banjir


mengenangi Desa
Setrokalangan. Jika dirasa banjir
sudah mulai surut dan tidak
membahayakan, maka
masyarakat akan kembali ke
rumah masing-masing.
Narasumber 1 :
Menggunakan angkutan untuk

Terkait tindakan
tanggap darurat,
berapa lama waktu
yang ditempuh untuk
mencapai tempat
pengungsian?

mengangkut masyarakat. Kirakira 15 menit sudah semua


warga diungsikan.
Narasumber 2 :
Evakuasi dilakukan selama 15
menit menggunakan mobil
Polri, Polres, dan Dinas
Kebencanaan.
Narasumber 1 :
Banyak warga yang ikut
mengungsi, biasanya yang
mengungsi Ibu dan Anak
sedangkan Bapak-bapak dan

Terkait tindakan

Mas-mas pada siang hari

tanggap darurat,

mencari rumput untuk makan

berapakah warga yang

Kerbau lalu malam harinya

ikut mengungsi?

kembali ke pengungsian.
Narasumber 2 :
Untuk mengajak penduduk
Desa Setrokalangan untuk
mengungsi agak sulit dan harus

14

menggunakan cara yang sedikit


keras karena masyarakat masih
memikirkan rumahnya. Warga
Dukuh Setro tidak mau
mengungsi, mereka memilih
untuk bertahan, lalu Pemerintah
memberikan logistik ke rumahrumah warga.
Terkait tindakan
tanggap darurat,

Narasumber 1 :
Menu makanan enak, lebih

bagaimana?

enak dibanding makanan di

Makanan yang

rumah. Makanan diberikan

disediakan, apakah

tidak boleh kurang dari tiga

mencukupi, tolong

kali sehari. Pemerintah

diceritakan

memberikan banyak logistik

(Pemenuhan hak-

di tempat pengungsian. Ada

hak gizi nya?)

jamu juga untuk warga desa.

Berapakah jumlah

MCK lebih dari 6 buah.

MCK? Berapakah

Air ada.

jumlah pnegungsi?

Sampah dikumpulkan di tong

Perbandingan

sampah yang besar, nantii

MCK dan

ada petugas yang

Pengungsi

mengambilnya setiap hari.

Sumber air bersih

Lingkungan bersih karena

dari mana? Berapa

pos pengungsian di Aula

kira-kira

besar yang bangunannya baru

Penyediaan air

dan bersih.

bersih untuk satu


pengungsi?
Apakah ada

Narasumber 2 :
Di posko makanan selalu

pengelolaan

lebih, stok diberikan di Balai

sampah? Misalnya

Desa lalu diberikan ke

15

dibuatkan lubang
Sanitasi
lingkungan?

Masyarakat. Bantuan pun


juga menumpuk karena
banyak pihak-pihak yang
membantu seperti komunitas
motor dan dari komunitas
BB. Bantuan yang diberikan
seprti susu, obat-obatan,
bahkan keperluan wanita
juga ada.
Ada beberapa kamar untuk
MCK, lebih dari 6 buah,
dibangun oleh warga sekitar.
Air ada, dan air tersebut
kondisinya bersih karena
pengungsian di dataran
tinggi.
Sampah dikumpulkan di bak
besar, dibuang dua satu hari
dua kali oleh petugas
kebersihan lalu langsung
dibawa ke TPA, jam 10 pagi
sampah-sampah sudah
bersih. Sampah dibersihkan
setelah jam makan siang dan
jam makan sore. Juga ada
piket untuk melakukan survei
kebersihan di tempat
pengungsian.
Lingkungan selalu bersih.

Terkait pemenuhan
hak-hak gizi
Apa saja makanan

Narasumber 1 :
Makanan besar seperti nasi
bungkus. Menu makanannya

16

ketika

tergantung pihak pemberi

pengungsian?

bantuan, bisa nasi rames atau

Sumber makanan
untuk pengungsian
dari mana saja?
para pengungsi
tidur beralaskan
apa?
Berupa apa tempat

yang lain.
Dari berbagai instansi dan
badan sosial, posko makanan
di Kedung Dowo.
Tikar, di Balai Desa Garung
Lor.
Tikar.

tidur untuk para


pengungsi?

Narasumber 2 :
Makanan bermacam-macam
dulu pernah ada Nasi Padang
juga.
Gagasan bantuan dari
Pemerintah Kabupaten
(Partai Politik, Institusi
pendidikan, Lembagalembaga, dan Kelompok
masyarakat). Sumber
bantuan di pos kan di tiga
titik yaitu Posko Dapur
Banjir, Dapur Umum ada
tiga titik, dan di tempat
Evakuasi.
Tikar, di Balai Desa Garung
Lor, Kecamatan Kaliwungu,
Kudus.
Tikar.

Terkait MCK
Di mana tempat
untuk melakukan

Narasumber 1 :
Di Aula tersebut.
Lebih dari 6 buah.

17

MCK?
Berapa jumlah
MCK yang
tersedia?

Narasumber 2 :
Di kamar mandi yang ada di
Aula tersebut.
Lebih dari 6 buah.
Narasumber 1 :

Terkait penyediaan air


bersih
Kualitas air bersih
Kuantitas air bersih

Baik.
Lebih dari cukup.
Narasumber 2 :
Masih kotor.
Sumber masih ada.

Adakah tindakan

Narasumber 1 :

pemulihan (recovery)?

Perbaikan fasilitas umum

Contohnya:

terlebih dahulu lalu perbaikan

memperbaiki

rumah.

prasarana dan
pelayanan dasar

Narasumber 2 :

(jalan, listrik, air

Pertama kali yang dilakukan

bersih, pasar

adalah perbaikan fasilitas umum

puskesmas, dll).

lalu perbaikan rumah.

Adakah tindakan
rehabilitasi yang
dilakukan guna
memperbaiki fasilitas
dasar masyarakat?
Contohnya: Perbaikan
tempat tinggal,
pembangunan
kembali pelayanan
dasar yang penting,
pemulihan kegiatan

Narasumber 1 :
Ada bedah rumah dan rehab
rumah.
Narasumber 2 :
Bedah rumah sebesar 14 juta
dana sumbangan, ada swadaya
masyarakat berupa tenaga. Dana
rehabilitasi rumah sebesar 4
juta.

18

sosial ekonomi yang


penting.
Narasumber 1 :
Kerugian apa saja

Korban jiwa tidak ada. Tanggul

yang dirasakan?

jebol akibat curah hujan tinggi.

(dapat berupa
kerugian materil

Narasumber 2 :

maupun korban jiwa,

Tanggul jebol dua kali akibat

korban luka dan

curah hujan yang tidak dapat

kerugian jenis

diprediksi. Tanah bbanyak

lainnya)

dilakukan pendangkalan dan


penyempitan.
Narasumber 1 :
Kulit menjadi gatal-gatal,

Adakah dampak
kesehatan yang

gangguan pernafasan, kutu air,


dan koreng.

dirasakan oleh
penduduk sekitar?

Narasumber 2 :
Gangguan kulit, pernafasan,
diare, nyamuk banyak.

Jika ada dampak


kesehatannya, apa

Narasumber 1 :

yang menjadi sorotan


utama nya dan

Narasumber 2 :

bagaimana
penanggulangannya?
Apa saja yang

Narasumber 1 :

menjadi kendala
dalam pelaksanaan

Narasumber 2 :

manajemen yang di

19

jelaskan di atas?

Narasumber 1 :
Normalisasi SPD I dan SPD II,
peninggian spill way,
Bagaimana harapan

pembagian air dari Sungai


Wulan harus merata.

bapak/ibu terhadap
kegiatan yang akan
datang? (kegiatan pra

Narasumber 2 :

sampai dengan pasca

Normalisasi SPD I dan SPD II,

banjir)

peninggian spill way,


pembagian air dari Sungai
Wulan harus merata.

Narasumber 1 :
Nama

: Tugiono

Jenis Kelamin : Pria

2.

SEMI FORMAL

Usia

: 57 tahun

Jabatan

: Guru Agama

Narasumber 2 :
1. Nama

: Rina

2. Jenis Kelamin : Wanita

a. Kejadian
Kapan terakhir terjadi
banjir?

3. Usia

: 46 tahun

4. Jabatan

: Guru OR

Narasumber 1 :
April 2013

100%

Narasumber 2 :

20

April 2013

Narasumber 1 :
Apa penyebab terjadi
banjir?

Kiriman dari Sungai Wulan


50%
Narasumber 2 :
Tanggulnya jebol

Seberapa sering
terjadi banjir tersebut?
Berapa lama
bapak/ibu tinggal di
daerah ini?

Narasumber 1 : Narasumber 2 :

50%

Sering, 2 th sekali
Narasumber 1 : 37 Tahun.

Narasumber 2 : 9 Tahun.

Bagaimana
perkembangan banjir
yang terjadi selama

bapak/ibu tinggal di
daerah ini? (tingkat
keparahan)
Narasumber 1 :
Kapan banjir di
daerah ini mencapai

Sebelum ada Gedung Ombo


(tahun 1976-1980).

tingkat keparahan
tertinggi?

50%

Narasumber 2 :
Tahun ini (2013).

Daerah mana saja


yang mencapai
keparahan tertinggi?

Narasumber 1 : Karangturi
Narasumber 2 : Karangturi

100%

21

Bagaimana
perkembangan banjir
yang terjadi setelah
adanya Bendung

Narasumber 1 :
Sebelum ada Gedung Ombo
terendam selama 2 bulan setelah
dibangunnya Gedung Ombo
banjirnya tidak terlalu besar.

Kedung Ombo dan


sebelum ada Kedung
Ombo?

Narasumber 2 :
Kurang tahu.

Apakah mengetahui

Narasumber 1 : Tidak tahu.

apa itu tombolo?

Narasumber 2 : Tidak tahu.

100%

b. Penatalaksanaan
Adakah tindakan
preventif yang
dilakukan oleh pihak
pemerintah ataupun
masyarakat untuk
mengantisipasi
adanya banjir?

Narasumber 1 : Ada dari BPBD


Narasumber 2 : Ada dari BPBD

100%

Contohnya: standar
keselamatan kerja,
tindakan pengontrolan
banjir, regulasi guna
lahan, dsb.
Adakah upaya

Narasumber 1 :

mitigasi yang dikukan

Ada yaitu dengan membangun

guna mengurangi

Gedung Ombo sebagai tanggul

kerugian?

penahan banjir.

50%

Contohnya:
merancang bangunan
tahan gempa,

Narasumber 2 :
Penyadaran pada masyarakat

22

pelatihan,

yang dilakukan ole pihak

pengorganisasian

BPBD.

sukarelawan,
peningkatan
kesadaran publik, dsb.
Adakah upaya
kesiapsiagaan yang

Narasumber 1 :

dilakukan baik oleh

Ada yaitu pelatihan dari pihak

pihak pemerintah

BPBD dan tim SAR terkait

ataupun kesadaran

pelatihan kesiapsiagaan

masyarakat?

terhadap bencana banjir.

Contohnya: Praktek
early warning system,

Narasumber 2 :

penyiapan jalur

Ada yaitu perahu untuk sarana

evakuasi, pelatihan

pengungsi dan ada bantuan dan

bagi sukarelawan,

pemerintah.

dsb.
Adakah tindakan
tanggap darurat yang
dilakukan?
Contohnya: search &
rescue, perbaikan
fasilitas/ infrastruktur
dasar (jembatan, jalan,
listrik), bantuan
makanan, pengobatan

Narasumber 1 :
Ada yaitu berupa bantuan
makanan dan pengobatan
darurat dari berbagai organisasi

dan pemerintah
Narasumber 2 : -

darurat, dsb
Ketika banjir kemarin,
berapa lama

Narasumber 1 : -

masyarakat

Narasumber 2 : -

diungsikan?

23

Terkait tindakan
tanggap darurat,
berapa lama waktu

Narasumber 1 : 45 menit

yang ditempuh untuk

Narasumber 2 : -

mencapai tempat
pengungsian?
Narasumber 1 :
Terkait tindakan

Tidak semua warga ikut


mengungsi.

tanggap darurat,
berapakah warga yang
ikut mengungsi?

100%
Narasumber 2 :
Tidak semua warga ikut
mengungsi.

Terkait tindakan
tanggap darurat,
bagaimana?
Makanan yang

Narasumber 1 :
Makanan standar, belum
mencukupi gizi.
MCK juga mencukupi dan

disediakan, apakah

perbandingan antara air

mencukupi, tolong

bersih dengan MCKnya

diceritakan

berimbang.

(Pemenuhan hakhak gizi nya?)

Sumbernya tidak tahu tapi air


cukup bersih.

Berapakah jumlah

Ada pengolahan sampah

MCK? Berapakah

yaitu dengan disediakan

jumlah pengungsi?

gerobak sampah.

Perbandingan

Sanitasi lingkungan cukup

MCK dan

bersih karena tempat

Pengungsi

pengungsian berdekatan

Sumber air bersih

dengan rumah sakit.

dari mana? Berapa


kira-kira
Penyediaan air

Narasumber 2 :
Makanan yang didapat

24

bersih untuk satu

berasal dari

pengungsi?

pemerintah,bentuk

Apakah ada
pengelolaan
sampah? Misalnya
dibuatkan lubang
Sanitasi
lingkungan

makanannya standar seperti


mie instan dan telur.
Jumlah MCK yang
disediakan lebih sedikit dari
jumlah pengungsi.
Ada penyediaan sumber air
bersih dari bantuan-bantuan.
Untuk pengolahan sampah
disediakan tempat sampah.
Sanitasi diolah dengan cukup
baik.
Narasumber 1 :
Sumber makanan dari

Terkait pemenuhan

berbagai organisasi

hak-hak gizi

masyarakat, pemerintah dan

Apa saja makanan

sumbangan dari para donator.

ketika pengungsian
Sumber makanan

Pengungsi tidur beralasakan


tikar.

untuk pengungsian
dari mana saja
Para pengungsi
tidur beralaskan
apa

Narasumber 2 :
Mie instan dan telur.
Sumber makanan didapat
dari swasta, pemerintah, dari

Berupa apa tempat

mahasiswa melalui dana

tidur untuk para

sukarela dan organisasi-

pengungsi

organisasi politik.
Pengungsi tidur beralaskan
tikar, lesehan, karpet.
-

25

Terkait MCK
Di mana tempat
untuk melakukan
MCK?
Berapa jumlah
MCK yang

Narasumber 1 : Narasumber 2 :
Mck berada di dekat tempat

50%

pengungsian.

tersedia?
Terkait penyediaan air
bersih

Narasumber 1 : -

Kualitas air bersih

Narasumber 2 : -

Kuantitas air bersih


Adakah tindakan
pemulihan (recovery)?
Contohnya:
memperbaiki
prasarana dan
pelayanan dasar
(jalan, listrik, air
bersih, pasar
puskesmas, dll).

Narasumber 1 :
Untuk perbaikan jalan belum
ada tindakan apa pun dari pihak
pemerintah.
Narasumber 2 :
Ada, dilakukan oleh pemerintah
secara langsung.

Adakah tindakan
rehabilitasi yang
dilakukan guna
memperbaiki fasilitas

Narasumber 1 :

dasar masyarakat?

Tindakan yang dilakukan adalah

Contohnya: Perbaikan

perbaikan tempat tinggal oleh

tempat tinggal,

masyarakat sendiri.

pembangunan
kembali pelayanan

Narasumber 2 : -

dasar yang penting,


pemulihan kegiatan
sosial ekonomi yang

26

penting.

Kerugian apa saja


yang dirasakan?

Narasumber 1 :

(dapat berupa

Kerugian berupa materiil yaitu

kerugian materil

gagal panen.

maupun korban jiwa,


korban luka dan
kerugian jenis

100%

Narasumber 2 :
Kerugian berupa gagal panen.

lainnya)
Narasumber 1 :
Adakah dampak
kesehatan yang

Ada yaitu penyakit diare,


penyakit kulit, dan penyakit flu.

dirasakan oleh
penduduk sekitar?

100%

Narasumber 2 :
Gatal,penyakit kulit, flu, pilek.

Jika ada dampak


kesehatannya, apa
yang menjadi sorotan

Narasumber 1 : -

utama nya dan

Narasumber 2 : -

bagaimana
penanggulangannya?
Apa saja yang
menjadi kendala
dalam pelaksanaan
manajemen yang di

Narasumber 1 : Narasumber 2 : -

jelaskan di atas?
Bagaimana harapan

Narasumber 1 :

bapak/ibu terhadap

Harapannya adalah pengerukan

kegiatan yang akan

Sungai harus dikontrol terus

27

datang? (kegiatan pra

menerus, warga harus

sampai dengan pasca

mendapatkan perhatian khusus,

banjir)

bantuan harus merata, dan


bantuan untuk anak sekolah
seharusnya langsung diberikan
lewat pihak sekolah.
Narasumber 2 :
Harapannya adalah
meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai
pentingnya menjaga kesehatan
lingkungan.
Narasumber 1:
Nama

: Kuan

Jenis Kelamin: Pria


Usia

: 80 tahun

Narasumber 2:
Nama
3.

WARGA

: Sumber

Jenis Kelamin: Wanita


Usia

: 33 tahun

Status

: Menikah

Narasumber 3:
Nama

: Nur Hidayatul A

Jenis Kelamin: Wanita


Usia

: 16 tahun

Status

: Pelajar SMA

28

Narasumber 1 :

100 %

Akhir April 2013


a. Kejadian
Kapan terakhir terjadi
banjir?

Narasumber 2 :
April 2013
Narasumber 3 :
April 2013

Apa penyebab
terjadinya banjir?

Narasumber 1 :

100%

Tanggul 500 meter dari


rumahnya rusak.
Narasumber 2 :
Banjir kirman dari daerah atas.
Tanggul yang membentengi
desa jebol.
Narasumber 3 :
Tanggul Kedung Ombo jebol.

Berapa lama
terjadinya banjir?

Narasumber 1 : 5-7 hari

66,67 %

Narasumber 2 : Narasumber 3 : Seminggu

Seberapa sering

Narasumber 1 :

terjadinya banjir

Sering terjadi banjir ketika

tersebut?

musim penghujan.

100%

Narasumber 2 :
Sudah biasa terjadi.
Narasumber 3 :
Setiap tahun banjir.

29

Berapa lama
bapak/ibu tinggal di

Narasumber 1 :

Sejak tahun 1933.

daerah banjir?
Narasumber 2 : Narasumber 3 :
Sejak lahir karena orang tuanya
sudah tinggal lama di Dukuh
Karangturi.
Bagaimana

Narasumber 1 :

perkembangan banjir

Dari tahun ke tahun dirasa

yang terjadi selama

keparahannya semakin turun.

bapak/ibu tinggal di
daerah ini? (tingkat

Narasumber 2 : -

keparahan)
Narasumber 3 :
Tahun ini (2013) paling parah,
tapi jaman dulu ada yang lebih
arah hanya lupa tahunnya.
Kapan banjir di

Narasumber 1 :

daerah ini mencaai

Tidak menyebutkan waktunya

tingkat keparahan

secara jelas. Di daerah ini paling

tertinggi?

parah jika terjadi banjir.

100%

Narasumber 2 :
Sepuluh tahun yang lalu.
Narasumber 3 :
Tidak tahu tahun berapa tapi
jaman dulu pernah terjadi banjir
terparah.

30

Daerah mana saja

Narasumber 1 :

yang mencapai

Dukuh Karangturi terparah jika

keparahan tertinggi?

terjadi banjir.

Narasumber 2 :
Ada daerah yang banjirnya
setinggi leher.
Narasumber 3 :
Genangan air tertinggi ada di
jalan sehingga tidak bisa
dilewati
Bagaimana

Narasumber 1 :

perkembangan banjir

Dari tahun ke tahun dirasa

yang terjadi setelah

menurun setelah adanya kali

adanya Kedung Ombo

gede (Kedung ombo).

dan sebelum adanya


Kedung Ombo?

Narasumber 2 : Narasumber 3 : -

b. Penatalaksanaan
Adakah tindakan
preventif yang

Narasumber 1 :

100%

Ada. Regulasi guna lahan dan


peninggian rumah.

dilakukan pemerintah
ataupun masyarakat
sendiri?

Narasumber 2 :
Membangun rumah 2 lantai.
Narasumber 3 :
Menyimpan barang-barang di
tempat khusus di bawah atap
persis.

31

Adakah upaya
mitigasi yang

Narasumber 1 :

100%

Peninggian rumah.

dlakukan guna
mengurangi kerugian?

Narasumber 2 :
Pengumuman seminggu
sebelum banjir.
Narasumber 3 :
Ada pengumuman melalui
pengeras suara tapi kadang telat.

Adakah upaya
kesiapsiagaan yang

Narasumber 1 :
Pengumuman banjir.

dilakukan baik oleh


pemerintah ataupun
kesadaran

Narasumber 2 :
Barang barang sudah dinaikan.

masyarakat?
Narasumber 3 :
Barang barang sudah dinaikkan
sehingga tidak terlalu susah
ketika diperintahkan
mengungsi.
Adakah tindakan

Narasumber 1 :

tanggap darurat yang

Instasi misalnya memberikan

dilakukan?

sembako dan obat-obatan,

100%

pemutusan aliran listrik.


Narasumber 2 :
Menyediakan tempat
pengungsian.
Narasumber 3 :

32

Sudah ada tempat pengungsian


di gudang Bapak Pieter.

Terkait tindakan
darurat, berapa lama

Narasumber 1 :

33,33%

Tidak mengungsi.

masyarakat
diungsikan?

Narasumber 2 : Narasumber 3 : Seminggu.

Terkait tindakan
tanggap darurat,

Narasumber 1 :

100 %

Tidak.

apakah semua warga


ikut mengungsi?

Narasumber 2 :
Tidak. Yang mengungsi adalah
yang daerahnya banjir setinggi
leher. Yang masih selutut di
rumah.
Narasumber 3 :
Tidak. Bapak bapak dan laki
laki tidak mengungsi ke
pengungsian tetapi tinggal
ditanggul untuk menjaga ternak.

Terkait tindakan

Narasumber 1 :

tanggap darurat,

10 menit jika naik motor ke

berapa lama waktu

Balai Desa Setrokalangan.

yang ditempuh untuk


mencapai tempat

Narasumber 2 : -

pengungsian?
Narasumber 3 :
Jaraknya 1 km jalan kaki

33

lumayan cepat. Tempatnya itu


gudang miliki Bapak Pieter.

Terkait pemenuhan

Narasumber 1 :

hak hak gizi

Makanannnya sembako dan

Apa saja makanan

buah buahan. Didapat dari

ketika di

bantuan.

pengungsian?
Sumber makanan

Narasumber 2 : -

di pengungsian dari
mana saja?
Dimana tempat

Narasumber 3 :
Ada dapur umum. Makanannya

tidur pengungsi?

masak nasi, lauk pauk dan

Berupa apa tempat

sayur. Makan 3 kali sehari.

tidur pengungsi

Banyak mie dari bantuan. Tidur


di tikar tidak ada kasurnya.

Terkait MCK
Dimana tempat

Narasumber 1 :

66,67%

Tidak begitu tahu.

untuk melakukan
MCK?
Berapa jumlah
MCK yang

Narasumber 2 :
MCK ada tapi tidak disebutkan
jumlahnya.

tersedia?
Narasumber 3 : .
Di pengungsian. Ada 2 MCK
untuk kurang lebih 100
pengungsi.
Adakah tindakan
pemulihan (recovery)?

Narasumber 1 :

100%

Ada. Gotong royong bersama.


Narasumber 2 :

34

Memperbaki tanggul yang jebol.


Perbaikan tanggul dilakukan
dengan cara penambalan
tanggul yang berlubang dengan
karung plastik bekas.
Narasumber 3 :
Bersih-bersih rumah. Untuk
yang rumahnya roboh diberi
bantuan uang untuk perbaikan.
Terkait penyediaan air

Narasumber 1 : -

33,33%

bersih
Kualitas air bersih

Narasumber 2 : -

Kuantitas air bersih


Narasumber 3 :
Kualitas cukup. Kuantitas juga
cukup.
Kerugian apa saja
yang dirasakan?

Narasumber 1 :

66,67 %

Tidak bisa melakukan


pekerjaan, padi dan tanaman
pertanian lain banyak yang
rusak dan mati, gagal panen,
susahnya memenuhi kebutuhan
pakan ternak kerbau, suasana
gelap kalau malam.
Narasumber 2 : Narasumber 3 :
Berkaitan dengan pendidikan.
Narasumber masih sekolah
SMA, meskipun buku dan

35

seragam sudah dinaikkan ke


atas tapi masih saja ada yang
basah. Terpaksa narasumber
harus membeli buku (LKS) dan
seragam baru. Bantuan seragam
biasanya hanya untuk anak SD,
sedangkan bantuan seragam
untuk anak SMA jarang ada.
Dari keterangan narasumber
ketika banjir untuk anak SD
sekolah diliburkan sampai
banjir surut. Padahal ketika
banjir kemarin anak SD sedang
menempuh try out. Sedangkan
untuk narasumber yang masih
SMA masih tetap berangkat
karena sekolah di kota, tetapi
kadang tidak bisa pulang karena
akses terhalang, jadi harus
menginap di rumah saudara di
kota. Di pengungsian biasanya
anak anak hanya main-main
saja. Kegiatan belajarnya jarang
dilakukan.
Adakah dampak

Narasumber 1 : Ada

100%

kesehatan yang
dirasakan oleh

Narasumber 2 : Ada

penduduk sekitar?
Narasumber 3 : Ada

36

Jika ada dampak

Narasumber 1 :

kesehatannnya, apa

100%

Diare dan gatal-gatal.

yang menjadi sorotan


Narasumber 2 :

utamanya, dan
bagaimana?

Diare dan gatal-gatal.


Narasumber 3 :
Diare, flu, dan gatal-gatal.
Gatal-gatal karena airnya kotor
dan bercampur dengan kotoran
ternak. Di pengungsian juga
jarang mandi.

Bagaimana harapan

Narasumber 1 :

bapak/ibu terhadap

Misalnya peninggian rumah

kegiatan yang akan

yang adil karena beberapa

datang?

rumah belum di tinggikan maka

tingkat keparahan setiap rumah


pun berbeda .
Narasumber 2 : Narasumber 3 :
Agar tidak banjir lagi.

Narasi Hasil Wawancara


1. Formal
Narasumber 2
Nama

: Choirudin

Jenis kelamin

: laki-laki

Usia

: 42 tahun

Jabatan

: Kepala Dusun

Lama jabatan

: 2 tahun

37

- Lingkup masalah : kejadian


Terjadinya banjir pada Desa Setrokalangan Kabupaten Kudus
terjadi saat minggu pertama bulan Mei. Penyebab terjadinya banjir
adalah meluapnya Sungai Wulan dan deras nya curah hujan. Banjir
tersebut terjadi selama 1 minggu dan untuk curah hujan dan debit yang
masuk selama hujan terjadi selama 3 hari, banjir ini terjadi berkala yaitu
setahun sekali pasti terjadi masa banjir yaitu bulan Desember-Maret.
Bapak Choirudin selaku narasumber telah bertempat tinggal di Desa
Setrokalangan selama 40 tahun, beliau lahir dan dibesarkan di desa
tersebut.

Beliau

juga

menuturkan

bahwa

mayoritas

warga

Setrokalangan merupakan penduduk asli, ini disebabkan oleh


pernikahan antar warga desa. Selain itu penduduk asli Desa
Setrokalangan yang bermigrasi, tendensinya masih rendah. Selama
beliau tinggal di desa Setrokalangan yaitu selama 40 tahun
perkembangan banjir yang terjadi adalah dilaksanakannya normalisasi
kali besar pada tahun 80an, setelah adanya normalisasi tersebut selama
10 tahun tidak terjadi banjir, lalu setelah dibangun spell way terjadi
banjir kembali dan sekitar 7 tahunan terakhir dampak nya semakin
meningkat.
Banjir di Desa Setrokalangan mencapai tingkat keparahan
tertinggi pada tahun 2002 saat itu 90% pemukiman penduduk tergenang
dan pada tahun ini 2013 tepatnya bulan Maret sekitar 60% pemukiman
warga tergenang banjir yang terdiri dari 3 dukuh yaitu Dukuh Setro,
Dukuh Kalangan dan Dukuh Karangturi. Hal ini disebabkan karena
jebolnya tanggul di Karangturi dan di luar Karangturi. Saat itu Dukuh
Karangturi RT 1-7 dan RW 3 serta sebagian RW 2 lah yang paling
parah terkena banjir. Sebelum adanya bendung kedung ombo masih
terjadi banjir dan setelah adanya bendung kedung ombo tidak terjadi
banjir karena adanya spell way/ limpasan-limpasan. Narasumber tidak
mengetahui secara jelas mengenai daerah Tombolo hanya pernah
mendengar nama tersebut.

38

- Lingkup masalah : penatalaksanaan untuk mengantisipasi banjir


Adanya tindakan preventif yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan masyarakat, yaitu :
Pemerintah mengadakan penyuluhan praktek simulasi banjir
Prediksi terjadinya banjir lalu mengkoordinasikan pada pihak-pihak
terkait selanjutnya melakukan tindakan evaluasi (penyediaan sarana
dan prasarana)
Terdapat

tim

medis

dari

relawan

PMI,

dan

diadakan

pengobatan/posko gratis
Tindakan preventif juga dilakukan oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPPD), PU dan instansi-instansi terkait dengan
berbagai tahapan yaitu tahap :
Pra bencana: melakukan koordinasi dengan pihak terkait dan
selanjutnya dikomunikasikan ke masyarakat dengan satgas dan
dilakukan setiap tahun.
Proses: penyediaan armada untuk evakuasi, penyiapan logistik
dan sarana prasaran seperti tempat pengungsian dsb
Pasca: adanya rekontruksi sarana prasarana umum seperti
perbaikan jalan yang berlubang dan bersih-bersih bersam (kerja
bakti), pemberian bantuan pangan selama 3 hari pasca banjir
untuk setiapa kepala keluaraga.
Upaya mitigasi yang dilakukan guna mengurangi kerugian adalah
dilakukannya simulasi bencana, pelatihan dan penyuluhan. Adanya
upaya kesiapsiagaan yanng dilakukan baik oleh pihak pemerintah
maupun kesadaran masyarakat yaitu dengan adanya tindakan preventif
mulai dari pra bencana hingga pasca bencana yang tentunya melibatkan
semua elemen baik pemerintah maupun masyarakat. Tindakan tanggap
darurat dilakukan denga cepat tidak bisa memakan waktu lama karena
menyangkut nyawa manusia. Tindakan tanggap darurat itu contohnya
penyediaan angkutan untuk mengevakuasi warga. Untuk lamanya
warga di ungsikan itu semua bergantung pada situasi atau kondisional.

39

Waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai tempat


pengungsian tidak butuh waktu lama maksimal 15 menit. Karena
mudah nya akses dengan mobil yang telah disediakan yaitu mobil polri,
dinas kesehatan, BPBD semua nya siap untuk dikerahkan. Warga
Setrokalangan tidak seluruhnya mengungsi, membujuk warga untuk
diungsikan merupakan hal yang sulit, dikarenakan sebagian warga
memilik pemikiran sendiri dan meimiliki karakteristik yang berbedabeda untuk bertahan misalnya saja ada beberapa warga yang memilih
tetap tinggal di rumah untuk menjaga harta benda dan binatang ternak
mereka karena tidak jarang terjadi pencurian saat kondisi seperti ini.
Jika terjadi hal ini makan perangkat desa harus mencarikan logistik
untuk warga yang tidak mau mengungsi dan mastikan warga nya tetap
aman dan selamat.
Pemenuhan hak-hak gizi warga terpenuhi dengan baik bahkan
stok makanan dapat dikatakan lebih dari cukup dan sampai pasca banjir
pun makanan tersebut masih tersisa. Makanan yang disediakan enak
dan bergizi. Disediakan juga susu, obat-obatan dan roti oleh dinas
kesehatan, bahkan keperluan wanita pun disediakan. Mandi Cuci
Kakus (MCK) disediakan. Untuk air bersih saat terjadi bencana
mencukupi dengan air mineral namun saat pasca banjir sumber air
buruk atau belum bersih. Di tempat pengungsian juga disediakan bakbak sampah besar yang setiap 2x dalam 1 hari sampah di kumpulkan
dan di buang ke TPA oleh petugas kebersihan. Sanitasi lingkingan tetap
terjaga oleh warga yang dijadwalkan dengan piket kebersihan.
Sumber makanan di pengungsian diperoleh dari instansi terkait
seperti BPBD, PU dan Dinkes. Para pengungsi tidur beralaskan tikar
dan diberikan selimut jika selimut dirasa kurang baik dapat diganti oleh
PMI. Tempat tidur para pengungsi berada di balai Desa Garong Lor.
Sebagian besar para pengungsi adalah ibu-ibu, anak-anak dan lansia.
Untuk yang bapak-bapak menjaga rumah, harta benda dan ternak.
Disediakan MCK untuk para pengungsi berjumlah kurang lebih 6 MCK
dan sebagian warga sekitar memfasilitasi. Kualitas air bersih yang

40

disediakan dari tempat-tempat daerah yang memiliki ketinggian. Untuk


kuantitas nya tidak pernah mengalami kekurangan.
Tindakan pemulihan atau recovery dilakukan untuk pemulihan
sarana dan prasarana dilakuakan oleh pemerintah dan masyarakat.
Tindakan

pemulihan

yang

dilakukan

oleh

pemerintah

adalah

pelaksanaan program bedah rumah yang bernilai 14 juta ditambah


bantuan tenaga swadaya oleh masyarakat, rehab rumah yang bernilai 4
juta. Sedangkan pemulihan yang dilakuakan oleh masyarakat adalah
sumbangsih tenaga/ material.
Dalam kejadian bencana banjir ini tentunya dirasakan beberpa
dampak atau kerugian yaitu dilihat dari sisi tanaman pertanian
mengalami kerugian 60-80 hektar lahan pertanian yang tergenang
banjir, dimana 1 hektar bernilai 3 juta. Dari segi korban jiwa sampai
saat ini tidak ada dan untuk segi hewan ternak tidak terlalu bermasalah
karena hewan ternak sudah terbiasa dengan keadaan ini maka hewan
ternak di desa ini dapat beradaptasi dengan baik.
Dampak kesehatan yang dirasakan oleh penduduk sekitar adalah
gangguan pada pernapasan yang disebabkan karena tercemarnya udara
menyebabkan bau tidak sedap karena banyak benda-benda busuk
karena terendam terlalu lama, penyakit kulit, diare, dan masalah demam
berdarah karena banyak nya air yang menggenang dan dijadikan tempat
hidup vektor. Dari berbagai dampak kesehatan, salah satu yang menjadi
sorotan utama adlah masalah penyakit kulit yaitu gatal-gatal dan kutu
air dan cara penanggulangannya tim medis secara rutin turun ke
masyarakat dan memberikan pengobatan gratis, adapun hari-hari di
adakannya pengobatan gratis yaitu hari senin dan kamis, masyarakat
juga diberikan jamu nyonya menir dan minyak telon.
Dalam menejemen penanggulangan bencana terdapat beberapa
kendala yaitu : sulitnya masyarakat untuk di evakuasi, masyarakat
merasa kurang puas ( semakin di beri semakin kurang) serta saat
pulang/ pasca banjir pemerintah desa harus bertanggung jawab untuk
menyediakan makanan selama 3 hari.

41

Harapan narasumber pada kegiatan yang akan datang adalah:


Pra:
normalisasi sungai wulan
Peninggian spell way (limpasan)
Pembagian air dari hulu secara rata (waduk babalan purwodadi)
Proses:
kerja sama antar masyarakat dan pemerintah desa sangat di
butuhkan terutama dalam hal evakuasi
Pasca:
rekonstruksi

harus

cepat

karena

program

bedah

rumah

admisistrasinya masih bertele-tele harusnya segera dipercepat.

2. Semi Formal
a. Narasumber 1
Nama

: Tugiono

Jenis Kelamin : Pria


Usia

: 57 tahun

Jabatan

: Guru Agama

Desa Setrokalangan menjadi salah satu desa di kota Kudus yang


sering terkena banjir. Desa Setrokalangan sendiri terbagi menjadi 3
dukuh, yaitu Dukuh Setro, Dukuh Kalangan, dan Dukuh Karang Turi.
Dukuh Karang Turi menjadi dukuh dengan tingkat kebanjiran yang
sangat parah dibandingkan 2 dukuh lainnya. Banjir di Desa
Setrokalangan

sendiri

disebabkan

oleh

beberapa

faktor,

yaitu

dikarenakan curah hujan yang tinggi dari Muria, banjir kirirman dari
Grobogan, dan karena pendangkalan sungai Wulan. Karena seringnya
terjadi banjir di desa tersebut menyebabkan dampak psikologis dan
dampak kesehatan yang negatif bagi para warga. Pemerintah pun sudah
memberikan bantuan kepada Desa Setrokalangan yaitu dengan
normalisasi sungai Wulan, peninggian spell way, dan pengaliran
normalisasi SWD 1.

42

Menurut narasumber yaitu bapak Tugiono sebagai guru di salah


satu SD Desa Setrokalangan mengatakan bahwa terakhir terjadinya
banjir adalah saat dilangsungkannya Try Out terakhir untuk siswa SD.
Banjir di desa tersebut biasanya paling cepat surut antara 1 minggu
sampai 3 mingguan, sedangkan paling lama sampai 2 bulanan. Banjir di
desa tersebut mencapai tingkat keparahan tertinggi saat sebelum
dibangunnya Gedung Ombo. Setelah dibangunnya Gedung Ombo ini
banjir yang melanda desa tidak lagi separah dulu sebelum dibangunnya
Gedung Ombo. Menurut Pak Tugiono, pemerintah terkait telah
melakukan berbagai macam tindakan preventif untuk mengantisipasi
datangnya banjir kiriman. Selain tindakan preventif, pemerintah juga
telah melakukan upaya kesiapsiagaan dan pelatihan untuk warga agar
siap jika dilanda banjir kiriman. Biasanya untuk tindakan tanggap
darurat, listrik desa dimatikan selama 3 minggu kecuali lisrik di tempat
pengungsian.
Lalu untuk pengungsian warga desa biasanya disediakan 3 tempat
pengungsian yaitu di gedung pertemuan dan olahraga, di gudang rokok
tepatnya di desa Mijen, dan di kantor kecamatan. Terkait dengan
tanggap darurat di tempat pengungsian untuk makanan dirasa sudah
sangat mencukupi kebutuhan para warga desa, sumber makanan untuk
pengungsi biasanya berasal dari pemerintah daerah, dari bantuan
organisasi. Untuk MCK sendiri juga cukup jumlahnya dan kebutuhan
air bersihnya dibandingkan dengan jumlah pengungsinya juga sudah
mencukupi.

Sedangkan

untuk

penyediaan

sampah

di

tempat

pengungsian telah disediakan gerobak sampah dan para warga juga


bergotong royong membuat lobang untuk sampah. Untuk kerugian yang
dialami warga karena terjadinya banjir adalah kesehatan para warga
yang banyak terjangkit penyakit kulit, diare, dan flu. Selain kerugian
kesehatan, para warga juga mengalami kerugian materil yaitu gagal
panen dan sawah beralih fungsi menjadi tadah hujan.
Tindakan rehabilitasi yang dilakukan guna memperbaiki fasilitas
dasar masyarakat, yaitu masih dilakukan oleh masyarakat sendiri,

43

menurut Pak Tugiono jalan utama yang dilewati warga sampai saat ini
belum diperbaiki pemerintah dan warga pun hanya melakukan
perbaikan rumahnya sendiri-sendiri. Harapan yang disampaikan Bapak
Tugiono

sebagai

wakil

masyarakat

Desa

Setrokalangan

yaitu

pengerukan sungai harus dikontrol, warga harus mendapatkan perhatian


khusus, bantuan harus merata, dan bantuan untuk anak sekolah
seharusnya lewat pihak sekolah langsung.

b. Narasumber 2
Nama

: Rina

Jenis Kelamin : Wanita


Usia

: 46 tahun

Jabatan

: Guru OR SD Negeri 1 Setrokalangan

Berdasarkan informasi dari Ibu Rina, terakhir kali Setrokalangan


mengalami bencana banjir yaitu bulan April 2013, namun tidak
diketahui tepatnya pada tanggal berapa karena Ibu Rina tidak
mengingatnya. Banjir yang terjadi di bulan April 2013 ini, diduga
karena jebolnya tanggul Sungai Wulan. Banjir yang terjadi di daerah
Setrokalangan ini tergolong sering, yaitu kurang lebih 2 tahun sekali.
Karena terlalu seringnya desa ini mengalami kebanjiran, penduduk
Setrokalangan telah menganggap banjir sebagai suatu hal yang biasa
saja.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Ibu Rina, banjir terparah
yang pernah dialami yaitu banjir yang terjadi di tahun 2013 ini. Dan
daerah yang mengalami keparahan paling tertinggi terdapat di Dukuh
Karangturi. Seringnya banjir yang terjadi di Setrokalangan ini,
membuat pihak pemerintah Kota Kudus membuat Waduk Kedung
Ombo sebagai penahan endapan, namun Ibu Rina kurang mengetahui
apakah ada perbedaan yang terjadi setelah adanya Waduk Kedung
Ombo ini.
Selain dibuatnya Kedung Ombo ini, pihak pemerintah ataupun
masyarakat Setrokalangan telah melakukan beberapa tindakan preventif

44

seperti tindakan pengontrolan banjir, regulasi guna lahan, dan


menggunakan standar keselamatan kerja. Upaya mitigasi yang
dilakukan untuk mengurangi kerugian juga tidak lupa dilakukan. Selain
itu kesiapsiagaan yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah maupun
kesadaran masyarakat yaitu dengan disediakankannya beberapa perahu
sebagai alat transportasi ketika banjir datang. Tempat pengungsian juga
telah disediakan. Tindakan tanggap darurat juga telah diketahui oleh
masyarakat desa ini karena memang pernah diselenggarakan suatu
pertemuan warga yang khusus membahas tindakan tanggap arurat
ketika terjadi banjir. Hal ini sangat penting dilakukan terkait seringnya
terjadi banjir di desa Setrokalangan ini.
Biasanya ketika terjadi pengungsian, warga mengungsi ketika
banjir itu datang. Warga pun baru mau mengungsi ketika banjir tersebut
memang kelihatan sudah besar, ketika banjir itu sudah surut lagi,para
pengungsi kembali lagi ke rumah masing-masing. Waktu yang biasanya
ditempuh untuk menuju tempat pengungsian tergantung kecepatan kita
menuju tempat tersebut dan alat transportasi apa yang digunakan.
Namun biasanya dibutuhkan waktu 15 menit dengan jarak 5 km yaitu di
Balai Desa atau aula pabrik yang dirasa memiliki luas wilayah yang
paling memungkinkan. Pemenuhan kebutuhan gizi bagi korban
mengungsi tergolong biasa karena bantuan dari pemerintah dalam
kualitas yang standar seperti mie instan, telur. Selain pemerintah, bahan
makanan juga diperoleh dari pihak swasta, mahasiswa dalam program
bakti sosial maupun organisasi-organisasi lain. Tidak jarang juga, hal
ini dijadikan sebagai pemenuh keuntungan pribadi pihak tertentu. Di
tempat pengungsian tersebut juga disediakan MCK (Mandi, Cuci,
Kakus). Namun banyaknya pengungsi tidak sebanding dengan MCK
yang disediakan. Air bersih juga disediakan di tempat pengungsian.
Para pengungsi tidur beralaskan tikar dan karpet.
Kerugian yang banyak didapat karena terjadinya bencana ini
adalah kerugia materiil seperti gagalnya panen, mempengaruhi
penghasilan warga yang sebagian besar pencahariannya sebagai petani.

45

Selain itu biaya perbaikan rumah yang cukup banyak. Untuk kerugian
dibidang kesehatan tidak begitu dirasakan, penduduk menganggapnya
sebgaia penyakit yang wajar-wajar saja dan dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa perlu dikhawatirkan, seperti gatal, flu, batuk, diare,
dan lain-lain.

3. Masyarakat
a. Narasumber 1
Nama

: Kuan

Jenis Kelamin : Pria


Usia

: 80 tahun

Menurut penuturan beliau, terakhir kali banjir terjadi pada akhir


April tahun 2013. Penyebabnya karena adanya kerusakan tanggul 500
meter dari halaman rumah yang jebol akibat tidak mampu menahan air
kiriman dari sungai dan wilayah lain. Rentang waktu terjadinya banjir
bervariasi antara 5-7 hari. Dan sekarang ada upaya untuk perbaikan
tanggul melalui gotong royong dan bantuan dari pemerintah.
Wilayah Dukuh Karangturi sering terjadi banjir setiap tahun
ketika musim penghujan hingga masyarakat disana sudah terbiasa.
Kemarin banjir mencapai 1,5 meter tingginya. Pak Kuan tinggal di
Dukuh Karangturi sudah lama sejak tahun 1933. Perkembangan banjir
di Dukuh Karangturi adalah yang parah daripada daerah Setro dan
Kalangan dari tahun ke tahun keparahannya dirasa mulai turun. Kapan
terakhir daerah ini mencapai tingkat keparahan tertinggi beliau tidak
menyebutkan waktunya yang jelas karena daerah ini yang terparah jika
terjadi banjir. Sejak ada kali gede (Gedung ombo) dirasa sangat
membantu menurunkan volume air kiriman dari daerah lain. Sebelum
ada Kali Gede, banjir di Dukuh karangturi mencapai bulanan surutnya.
Beliau tidak mengetahui apa itu tombolo yang diketahuinya bahwa
kawasan di daerah ini sering terjadi banjir sebab permukaan tanah yang
lebih rendah dari daerah lain.

46

Beliau membenarkan adanya tindakan preventif dari pihak warga


dan pemerintah misalnya regulasi guna lahan dan peninggian tanggul.
Mitigasi

juga

ada

pasca

kejadian

yang

dilakukan

oleh

sukarelawan,Industri Rokok dan pemerintah. Ada upaya kesiapsiagaan


oleh pihak pemerintah melalui pengumuma-pengumuman sebelum
banjir. Ada tindakan tanggap darurat yang diberikan oleh para instasi
misalnya memberikan sembako dan obat-obatan, pemutusan aliran
listrik dan peninggian rumah.
Beliau tidak mengungsi selama tinggal di Dukuh Karangturi
kecuali anak anak dan wanita berapa lama kerabat-kerabatnya
diungsikan tergantung lamanya banjir surut. Untuk sampai ke daerah
pengungsian dibutuhkan waktu 10 menit jika menggunakan kendaraan
tempatnya di balai desa setro kalangan.
Ada pemenuhan hak-hak gizi seperti sembako dan buah-buahan.
Jika akan MCK ya terbiasa di tempat MCK di belakang rumah kalau di
pengungsian beliau tidak begitu tahu. Pemenuhan air bersih yang
menyediakan adalah pemerintah. Terkait sampah beliau mengatakan
tidak ada kecuali lumpur yang mengendap pasca banjir. Sanitasi
lingkungan yang seperti ini apa adanya. Kalau lingkungan dari dulu
tidak banyak perubahan. Untuk buang sampah ya di timbun plastik
dulu.
Keadaan di tempat pengungsian beliau tidak begitu paham. Ada
pemenuhan air bersih dirasa sudah mencukupi semua warga. Ada
tindakan Pemulihan yaitu dalam bentuk gotong-royong bersama. Ada
banyak kerugian yang di rasa ketika banjir yaitu tidak bisa melakukan
pekerjaan, padi dan tanaman pertanian lain banyak yang rusak dan mati,
gagal panen, susahnya memenuhi kebutuhan pakan ternak kerbau,
suasana gelap kalau malam , Tidak ada korban jiwa selama tinggal di
daerah ini karena sifat banjirnya tidak membawa arus yang kuat.
Beliau tidak pernah merasakan gangguan kesehatan pasca
terjadinya bencana. Namun pastinya ada terutama penyakit diare dan
gatal-gatal. Terkait tingkat kepuasan tentang pelayanan penanggulangan

47

bencana ya relatif tergantung individu masing-masing, dari sudut


pandangnya sendiri mempunyai keinginan agar/ supaya tidak terjadi
banjir lagi jadi kurang begitu puas. Harapan ke depan ya adalah
misalnya peninggian rumah yang adil karena beberapa rumah belum di
tinggikan maka tingkat keparahan setiap rumah pun berbeda.

b. Narasumber 2
Nama

: Sumber

Jenis Kelamin : Wanita


Usia

: 33 tahun

Status

: Ibu Rumah Tangga

Kejadian banjir paling parah di Dukuh Karang Turi terjadi pada


sepuluh tahun yang lalu. Banjir yang terjadi tersebut merupakan banjir
kiriman dari daerah yang lebih atas. Selain itu, banjir juga disebabkan
oleh jebolnya tanggul yang membentengi sungai (tanggul pelindung).
Akibat peristiwa banjir ini, sebagian warga di Dukuh Karangturi
mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sedangkan sebagian lagi
memilih untuk tetap tinggal di rumah. Mereka yang mengungsi adalah
para warga yang daerahnya terkena banjir hingga setinggi leher. Dan
mereka yang memilih bertahan di rumah adalah warga yang daerahnya
hanya terkena banjir setinggi lutut. Banjir yang melanda Dukuh
Karangturi, lamanya bervariasi. Dikatakan banjir cepat apabila dalam
waktu seminggu banjir telah surut. Apabila dalam waktu satu bulan
banjir baru surut maka dikatakan banjir lama. Sebagian besar warga di
Dukuh Karang Turi belum mengetahui tentang tombolo.
Bencana banjir di Dukuh karangturi sudah biasa terjadi. Oleh
karena itu, warga di daerah tersebut tidak kaget lagi ketika banjir
melanda. Dalam rangka mencegah timbulnya korban jiwa maupun
kerugian,

biasanya

pemerintah

Kota

Kendal

melalui

Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memberikan peringatan awal


akan terjadinya banjir. Peringatan tersebut dilakukan seminggu sebelum

48

bencana banjir diprediksi akan terjadi. Dengan diberikannya peringatan


awal akan kejadian banjir, para warga dapat mempersiapkan diri,
misalnya mulai memindahkan barang-barang di rumah mereka ke lantai
dua rumahnya. Kebijakan akan pemberian peringatan tersebut bertujuan
untuk meminimalisir kerugian yang akan terjadi ketika terjadi banjir.
Terkait tindakan tanggap darurat yang dilakukan terhadap korban
banjir seperti yang telah disebutkan di atas adalah dengan menyediakan
tempat pengungsian. Tempat pengungsian yang disediakan tersebut
dapat menampung sejumlah banyak orang. Berbagai fasilitas dan sarana
prasarana telah disiapkan di tempat pengungsian tersebut. Fasilitas dan
sarana prasarana tersebut antara lain: suplai air bersih, makanan untuk
pemenuhan gizi pengungsi, kebutuhan MCK, dsb.
Dampak kesehatan yang dirasakan warga di Dukuh Karang Turi
dengan adanya banjir tersebut adalah menderita sakit. Penyakit yang
sering diderita biasanya diare dan gatal-gatal. Untuk menangani hal
tersebut, pihak pemerintah telah mengupayakan pelayanan kesehatan
gratis.
Warga di Dukuh Karang Turi berharap banjir tidak akan melanda
lagi. Oleh karena itu pemerintah Kota Kudus melakukan berbagai
upaya untuk mencegah datangnya banjir kembali. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah memperbaiki tanggul yang jebol. Perbaikan
tanggul dilakukan dengan cara penambalan tanggul yang berlubang
dengan karung plastik bekas.

c. Narasumber 3
Nama

: Nur Hidayatul Azizah

Jenis Kelamin : Wanita


Usia

: 16 tahun

Status

: Pelajar SMA

Desa Karangturi merupakan desa yang cukup padat karena jarak


rumah begitu berdekatan. Selain itu, kondisi desanya banyak sekali

49

terdapat kandang ternak berupa kambing dan kerbau tepat disebelah


rumah. Bahkan, ketika kami mewawancarai narasumber, rumahnya
membuka sebuah warung makan kecil dan sebelahnya persis adalah
kandang kerbau.
Narasumber merupakan orang asli Desa Karangturi. Kedua orang
tuanya sudah sejak lama tinggal di Desa Karangturi. Banjir di Desa
Karangturi terjadi terakhir kali pada bulan April. Banjir datang ketika
narasumber baru saja pulang dari dari sekolah. Air sudah masuk
kerumah dan menggenang cukup tinggi di jalan jalan. Menurut
narasumber banjir bulan April kemarin adalah banjir terparah beberapa
tahun ini. Tingginya mencapai sedada orang dewasa. Genangan air
tertinggi ada di sepanjang jalan sehingga jalan tidak bisa dilewati.
Menurut narasumber banjir bulan April kemarin sampai mengakibatkan
rumah ambruk. Jaman dulu ada yang lebih parah cuma untuk beberapa
tahun ini banjir bulan April adalah yang terparah. Menurut keterangan
narasumber, banjir akibat tanggul Kedung Ombo jebol. Ketika
narasumber ditanya mengenai Tombolo, narasumber menjawab tidak
tahu.
Untuk penatalaksanaan bencana yang dilakukan pemerintah
sepengetahuan narasumber telah ada BPBD. Di dekat desa Karangturi
sejauh 1 km sudah disediakan pengungsian di gudang milik Bapak
Pieter (pengusaha rokok). Ada juga pengungsian yang letaknya di Balai
Desa dan Kecamatan, tapi cukup jauh diakses dari Desa Karangturi.
Selain itu, penatalakasanaan dari masyarakat di setiap rumah sudah ada
gudang yang dibuat sendiri di bawah atap guna menyelamatkan barang
ketika terjadi banjir. Masyarakat juga tidak sulit jika diajak mengungsi
karena sudah paham dengan kondisi yang ada.
Untuk menuju ke pengungsian masyarakat berjalan kaki ketika air
belum begitu tinggi. Peringatan adanya banjir memang sering telat di
Desa Karangturi. Jadi, ketika air sudah mulai menggenang di jalan dan
mulai masuk ke rumah masyarakat baru diperintahkan untuk mengungsi
oleh RT setempat. Peringatan biasanya disampaikan melalui pengeras

50

suara di masjid. Untuk yang orang tua, orang yang sedang sakit,
maupun orang yang sehat tapi terlambat mengungsi padahal air sudah
tinggi, dijemput menggunakan perahu karet. Pada banjir bulan April
kemarin, masyarakat mengungsi hampir seminggu. Biasanya kalau air
sudah agak surut masyarakat pulang untuk membersihkan rumah. Tapi,
kemarin ketika masyarakat pulang ternyata ada banjir susulan. Jadi,
masyarakat mengungsi lagi di pengungsian selaman 3 hari. Tidak
semua warga ikut mengungsi. Ada yang tinggal di tanggul untuk
menjaga ternak, yaitu Bapak bapak dan sebagian lelaki. Kebiasaan
masyarakat yang notabene memiliki banyak ternak baik kambing
mauun kerbau, mengungsikan ternaknya ke tanggul dan bergantian
menjaga ternak disana. Mereka takut kalau ternaknya di curi.
Kondisi ditempat pengunsian sendiri dgambarkan narasumber
gudang yang cukup luas. Akan tetapi MCK nya hanya ada 2 padahal
jumlah pengungsi lebih dari 100. Air bersih baik untuk MCK maupun
minum

jumlahnya cukup dan kualitas cukup menurut narasumber.

Karena kamar mandi hanya dua dan ketika ingin menggunakan harus
antri maka biasanya masyarakat di pengungsian jarang mandi.
Untuk makanan sendiri di tempat pengungsian (gudang Pak
Pieter) ada dapur umum. Ada tukang masaknya juga. Makanannya
biasa seperti yang mereka makan sehari hari. Ada nasi sayur dan lauk.
Masyarakat juga mendapatkan makan 3 kali sehari. Makanan yang
paling banyak dijumpai disana adalah mie instan. Biasanya itu dari
bantuan. Menurut narasumber, di pengunsian yang lain tidak ada dapur
umum, jadi makanan yang diberikan adalah nasi bungkus dari relawan.
Untuk tempat tidur, masyarakat tidur di tikar. Tidak ada kasurnya.
Ketika ditanya masalah persampahan dan sanitasi lingkungan.
Narasumber menjawab kalau sampahnya malah justru terbawa arus
semua, tapi airnya jadi kotor. Di pengungsian sampah dikelola dengan
baik karena ada plastik sampahnya. Pada saat banjir karena begitu
banyaknya ternak di Desa Karangturi maka kotoran ternak bercampur

51

jadi satu, ada juga yang masuk ke rumah. Biasanya menimbulkan bekas
dan bau.
Pasca banjir biasanya masyarakat langsung bersih bersih rumah
dan jalan sekitar. Jika kemarin ada rumah yang rubuh, pemilik rumah
mendapat dana bantuan (fresh money) dari pemerintah untuk
meperbaiki rumah.
Untuk masalah kesehatan, biasanya saat banjir maupun pasca
banjir masyarakat banyak yang terkena gatal gatal, flu, dan diare. Gatal
gatal karena air yang kotor akibat bercampur dengan kotoran ternak. Di
pengungsian juga masyarakat jarang mandi. Di pengungsian ada 1
dokter jaga yang setiap harinya berganti tugas. Untuk mendapatkan obat
juga cukup mudah.
Kerugian yang sangat dirasakan oleh narasumber adalah berkaitan
dengan pendidikan. Narasumber masih sekolah SMA, meskipun buku
dan seragam sudah dinaikkan ke atas tapi masih saja ada yang basah.
Terpaksa narasumber harus membeli buku (LKS) dan seragam baru.
Bantuan seragam biasanya hanya untuk anak SD, sedangkan bantuan
seragam untuk anak SMA jarang ada. Dari keterangan narasumber
ketika banjir untuk anak SD sekolah diliburkan sampai banjir surut.
Padahal ketika banjir kemarin anak SD sedang menempuh try out.
Sedangkan untuk narasumber yang masih SMA masih tetap berangkat
karena sekolah di kota, tetapi kadang tidak bisa pulang karena akses
terhalang,

jadi

harus

menginap

di

rumah

saudara

di

kota.

Dipengungsian biasanya anak anak hanya main main saja. Kegiatan


belajarnya jarang dilakukan.

B. Identifikasi Penyebab Terjadinya Banjir di Desa Setrokalangan, Kudus


pada April 2013
Penyebab terjadinya banjir menurut wawancara tokoh formal desa
Setrokalangan kecamatan kaliwungu kabupaten kudus.
1. Derasnya Curah Hujan

52

Hujan yang terjadi pada bulan April sangat deras, hal ini merupakan
salah satu penyebab utama terjadinya banjir. Air hujan yang jatuh tersebut
langsung di tampung pada Sungai Wulan dan karena Sungai Wulan yang
tidak dapat menampung banyaknya debit air maka tanggul pun jebol dan
membanjiri pemukiman warga.

2. Tingginya Debit Air pada Sungai Wulan


Sungai Wulan yang memiliki lebar atas 50 meter, lebar bawah 20
meter dan kedalamannya mencapai 12 meter dapat menampung air
sebanyak 900 m3. Saat terjadinya banjir, Sungai Wulan menampung air
lebih dari 900m3 yaitu 1300 m3. Hal inilah yang menyebabkan tanggul
Sungai Wulan tidak dapat menahan debit air yang terlalu besar dan akibat
nya tanggul Sungai Wulan jebol termasuk yang berada di desa Karang
Turi dan di luar Karang Turi . Air yang meluap masuk ke pemukiman
warga Setrokalangan dan sekitarnya.

Adapun penyebab terjadinya banjir di Desa Setrokalangan menurut


dokumen tanggap darurat bencana banjir Setrokalangan kecamatan kaliwungu
kabupaten kudus tahun 2013, yaitu :
1. Informasi dari Kabupaten Grobogan
Pada tanggal 8 April 2013, air Sungai Lusi dan Sungai Glugu
meluap di daerah kabupaten grobogan, dan sudah menggenangi beberapa
perkampungan di bantaran Sungai lusi. Serta cuaca mendung yang terjadi
di grobogan.
Pada tanggal 9 april 2013, debit Sungai Lusi 9.16 pada jam 8 pagi
dan masih taraf mengkhawatirkan dan Grobogan belum surut, beberapa
perkampungan masih terendam air. Akses jalan Purwodadi-Pati dan
Purwodadi-Kudus tergenang air yang memiliki kedalaman 75 cm. Akibat
yang terjadi hujan semalaman dari lereng Gunung Kendeng Utara Kab
Grobogan.

53

2. Informasi Cuaca dari BMKG


a. 09 april 2013 pukul 16.00 WIB
Potensi hujan tinggi untuk wilayah Jawa-Tengah Bagian Timur
kondisi cuaca: awan CN menutupi kawasan Jawa-Tengah Sisi Timur.
Terjadi peningkatan potensi hujan pada wilayah Jawa-Tengah
khususnya Jawa-Tengah sisi timur (Merapi-Merbabu, di Yogyakarta,
Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Surakarta dan Wonogiri).
Terpantau awan CN maka indikasi untuk 3-4 jam ke depan potensi
hujan akan meningkat dengan pergerakan awan dari laut Jawa arah
awan dari Timur kemudian Selatan kemudian di Laut Selatan bergerak
ke Timur.
b. 10 april 2013 pukul 20.00 WIB
Tropical Cyclone Victoria (selatan Jawa) meningkat dari
perkiraan turun kategori 1 menjadi kategori 3.
Potensi hujan tinggi untuk wilayah Jawa-Tengah bagian timur
melebar ke arah Jawa Tengah sisi barat dan perbatasan Jawa Timur.
Kondisi cuaca: awan CN mulai memasuki kawasan Jawa Tengah sisi
timur terjadi peningkatan potensi hujan potensi hujan pada wilayah
Jawa Tengan khususnya Jawa Tengah sisi Timur (Merapi-Merbabu, DI
yogyakarta, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Surakarta dan
Wonogiri).
Hal ini diakibatkan meningkatnya Tropical Cyclone Victoria yang
hari ini diperkirakan turun ke kategori 1 ternyata mengalami
peningkatan menjadi kategori 3, sehingga diperkirakan akan banyak
perubahan dari kondisi cuaca yang terjadi pada malam hingga esok hari
terpantau mulai masuknya awan CN sehingga untuk 2-3 jam ke depan
potensi hujan akan meningkat dengan dengan pergerakan awan dari
Laut Jawa arah awan dari timur kemudian selatan kemudian di Laut
Selatan bergerak ke timur.

54

3. Banjir Disebabkan Oleh Jebolnya Tanggul SWD


Banjir disebabkan oleh jebolnya tanggul SWD (Sungai Welahan
Drain) sepanjang 15 meter di desa tersebut. SWD merupakan saluran
pembuangan limpasan Sungai Wulan.

C. Analisis Dampak Bencana Banjir terhadap Masyarakat dan Lingkungan


1. Dampak Kesehatan
Terjadinya gangguan kesehatan (penyakit)
Masyarakat desa Setrokalangan pada umumnya memelihara hewan
ternak, seperti kerbau yang kandangnya

terletak sangat dekat dengan

rumah penduduk dan tak jarang penduduk tersebut serumah dengan hewan
ternaknya. Saat terjadi banjir, kotoran ternak yang mengandung virus
penyebab penyakit akan bercampur dengan air hujan dan menyebar di
daerah Setrokalangan sehingga apabila terkena pada manusia yang
memiliki daya tahan tubuh rendah dapat menyebabkan penyakit.
Penyakit yang biasanya timbul pasca banjir, antara lain :
a. Diare
Penyakit Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu
(personal hygiene). Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi,
potensi banjir meningkat. Pada saat banjir, sumber-sumber air minum
masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal, akan
ikut tercemar. Di samping itu, pada saat banjir biasanya akan terjadi
pengungsian dengan fasilitas dan sarana serba terbatas, termasuk
ketersediaan air bersih. Itu semua menjadi potensial menimbulkan
penyakit diare disertai penularan yang cepat.
b. Demam berdarah
Pada saat musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat
perindukan nyamuk aedes aegypti, yaitu nyamuk penular penyakit
demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada saat musim hujan, banyak
sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-tempat tertentu
terisi air dan terjadi genangan selama beberapa waktu. Genangan air
itulah yang akhirnya menjadi tempat berkembang biak nyamuk

55

tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular


penyakit, risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat.
c. Penyakit leptospirosis
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut
leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena
ditularkan melalui hewan atau binatang. Di Indonesia, hewan penular
terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim
hujan, terutama saat banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah
akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di
sekitar manusia sehingga kotoran dan air kencingnya akan bercampur
dengan air banjir tersebut. Seseorang yang memiliki luka, kemudian
bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran
atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi
terinfeksi dan jatuh sakit.
d. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus, dan berbagai mikroba
lainnya. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam. Jika berat, maka
dapat atau mungkin disertai sesak napas, nyeri dada, dan lain-lain.
e. Penyakit kulit
Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi, atau bentuk lain. Jika
musim banjir datang, maka masalah utamanya adalah kebersihan yang
tidak terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, berkumpulnya banyak orang
juga berperan dalam penularan infeksi kulit.
f. Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid
Penyakit ini erat kaitannya dengan kebersihan perorangan
maupun kebersihan kelompok. Dengan kebersihan yang baik, maka
resiko seseorang untuk terkena penyakit saluran cerna akan kecil.
g. Memburuknya penyakit kronis yang mungkin memang sudah
diderita
Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim
hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir yang terjadi selama berharihari.

56

2. Dampak di Bidang Sosial - Ekonomi


a. Kehilangan harta benda
Banjir dalam aliran skala besar mampu menyeret apapun yang
dilaluinya termasuk harta benda. Seperti kursi, kasur, meja, pakaian,
dan lain sebagainya. Selain itu, barang-barang yang tergenang banjir
dapat rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Hal itu dapat merugikan
masyarakat yang terkena banjir.
b. Banyaknya lahan pertanian dan perkebunan yang tergenang
Masyarakat Desa Setrokalangan pada umumnya mempunyai mata
pencarian sebagai petani dan pekebun. Pada saat banjir, lahan pertanian
dan perkebunan akan tergenang sehingga sawah atau ladang menjadi
rusak. Dengan rusaknya lahan pertanian dan perkebunan, maka
penghasilan yang seharusnya didapat dari bertani maupun berkebun
secara otomatis akan berkurang dan mungkin tidak menghasilkan sama
sekali. Dengan demikian dapat mengganggu perekonomian masyarakat.
c. Kehilangan hewan-hewan ternak
Pada umumnya, masyarakat Desa Setrokalangan memelihara
hewan ternak, seperti kerbau dan sapi. Mereka memelihara dan
merawat hewan tersebut mulai hewan itu kecil sampai besar dan apabila
terjadi gagal panen, hewan ternak itu dapat dijual untuk membantu
perekonomian pemilik ternak. Dengan adanya banjir, hewan-hewan
ternak ada beberapa yang pergi meninggalkan kandang. Selain itu,
dengan adanya banjir beberapa ternak ada yang tidak terurus karena
pemilik masih sibuk untuk mengungsi yang berakibat ternak dapat
sakit, bahkan mati.
d. Terputusnya jalur transportasi
Dengan adanya banjir maka jalur transportasi darat menjadi
terputus. Jika air yang menggenangi saat banjir cukup tinggi maka
motor, mobil dan alat transportasi lainnya tidak bisa melewati jalan
tersebut. Di Desa Setrokalangan, saat terjadi banjir, beberapa mobil
masih bisa melewati daerah tersebut, tetapi pada umumnya masyarakat
dan pemerintah setempat menggunakan perahu karet untuk memasuki

57

daerah yang mengalami banjir cukup tinggi. Penggunaan perahu karet


yaitu untuk memantau keadaan rumah-rumah yang tergenang, maupun
untuk mendistribusikan bantuan-bantuan kepada korban banjir yang
berada di rumah maupun tempat-tempat pengungsian.
e. Pemadaman listrik
Listrik

merupakan

kebutuhan

yang sangat

penting

bagi

masyarakat, termasuk masyarakat Setrokalangan. Karena terjadi banjir


maka dari PLN pusat mematikan aliran listrik untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan, seperti tersetrum, yang sangat mudah menyebar
dengan air. Saat listrik dimatikan, banyak warga yang tidak bisa
melakukan aktivitasnya sehari-hari, terlebih pada malam hari.
f. Mengganggu aktivitas sehari hari
Dengan adanya banjir, secara otomatis aktivitas sehari - hari
masyarakat Desa Setrokalangan akan terganggu, bahkan harus
dihentikan untuk sementara waktu. Hal itu dapat terlihat pada sekolah
yang saat terjadi banjir diliburkan untuk beberapa waktu dan pada
petani tidak bisa bertani karena sawahnya tergenang air.

3. Dampak Psikologis
Gangguan psikologis di Desa Setrokalangan tergolong tidak berat
karena bencana banjir sudah sering dialami masyarakat sehingga mereka
sudah mulai terbiasa dengan kejadian ini. Masyarakat tidak sampai
mengalami trauma berkepanjangan akibat bancana ini. Gangguan
psikologi yang dialami masyarakat tergolong ringan, seperti terjadi pada
masyarakat yang mengungsi. Di tempat pengungsian mereka banyak
memikirkan rumah mereka. Mereka takut saat ditinggal mengungsi, ada
orang yang mengambil barang-barang di rumahnya. Hal itu menyebabkan
banyak warga yang mengungsi untuk pulang ke rumahnya sekedar untuk
melihat apakah rumah dalam keadaan baik atau tidak. Tak jarang banyak
warga, khususnya laki-laki yang tidak mengungsi untuk menjaga rumah
mereka.

58

Selain itu, warga juga mengalami ganguan psikologis karena mereka


yang mengungsi memikirkan hewan ternak mereka. Mereka takut hewan
yang mereka pelihara hilang. Oleh karena itu, beberapa warga memilih
untuk mengungsi bersama-sama dengan hewan ternak mereka daripada
mengungsi di tempat pengungsian yang sudah disediakan pemerintah
setempat.

4. Dampak Lingkungan
a. Adanya sampah yang berserakan pasca banjir
Setelah banjir surut maka sampah-sampah mulai bermunculan.
Sampah tersebut berasal dari daun, ranting, pohon, alat-alat rumah
tangga, ataupun plastik yang ikut hanyut saat terjadinya banjir. Banyak
barang-barang yang mulanya bisa digunakan, tetapi saat terjadi banjir
barang tersebut terendam dan sekarang sudah tidak bisa digunakan.
Banyak masyarakat yang membuang barang-barang yang sudah tidak
berfungsi yang mengakibatkan jumlah sampah pasca banjir selalu
bertambah.
b. Berkembangnya Vektor penyakit
Pasca banjir, banyak terjadi genangan-genangan air di botol,
kaleng, ember dan tempat tempat lain. Genangan air tersebut
digunakan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Dengan banyaknya
nyamuk yang berkembang biak menyebabkan populasi nyamuk
semakin hari semakin bertambah dan dapat menimbulkan penyakit di
masyarakat.
c. Mencemari Lingkungan Sekitar
Pencemaran lingkungan dapat terjadi saat banjir. Saat banjir, yang
datang tidak hanya air, tetapi juga membawa serta sampah, kotoran,
limbah pabrik, limbah kimia, yang dapat mencemari sumber air bersih.
Banjir juga akan mengotori rumah dan halaman yang membuat
lingkungan menjadi kotor dan tidak sehat.

59

D. Gambaran Situasi - Kondisi Barak atau Tempat Penampungan


Pengungsi, Khususnya Tinjauan dari Aspek Kesehatan Lingkungan
(Pemenuhan Gizi, Sanitasi, Air Bersih, Persampahan), dan Lain-Lain.
1. Pemenuhan Gizi:
a. Menurut narasumber formal, pemenuhan gizi sudah cukup terpenuhi
jika dibandingkan makanan yang dimakan warga setiap harinya.
Makanan berasal dari bantuan pemerintah dan banyak donatur lainnya.
Menu makanan berupa nasi bungkus dengan lauk telur, mie, nasi
padang, dan lain-lain. Makanan yang diberikan untuk warga sebanyak 3
x sehari, selain makanan, warga di pengungsian juga mendapatkan jamu
dan susu. Makanan tidak hanya diberikan untuk warga yang mengungsi
saja tetapi makanan tetap di distribusikan kepada warga yang tidak mau
mengungsi. Untuk menyiapkan makanan tersebut,

Terdapat

dapur

umum di tempat pengungsian.


b. Menurut narasumber semi formal, makanan yang diberikan di tempat
pengungsian masih standart dan belum mencukupi gizi, makanan yang
didapat berasal dari pemerintah dengan menu seperti mie instan dan
telur. Sumber makanan berasal dari organisasi masyarakat, donatur, dan
pemerintah.
c. Menurut warga, makanan berupa lauk-pauk, sayur dan buah-buahan
sudah diberikan tiga kali sehari. Terdapat dapur umum di tempat
pengungsian.

Bantuan

makanan

didapatkan

dari

donatur

dan

pemerintah.

2. Sanitasi:
a. Menurut narasumber formal, MCK sudah tersedia di tempat
pengungsian lebih dari 6 tempat MCK, jumlah ini sudah mencukupi
untuk para warga yang mengungsi.
b. Menurut narasumber semi formal, MCK yang berada di tempat
pengungsian sudah mencukupi.
c. Menurut warga sudah terdapat MCK di tempat pengungsian.

60

3. Air bersih:
a. Menurut sumber formal, air bersih di tempat pengungsian sudah cukup
bersih, air didapatkan dari tangki-tangki yang berisikan air bersih dan
tangki itu berasal dari donatur dan pemerintah.
b. Menurut sumber semi formal, air sudah cukup bersih dan mencukupi.
c. Menurut warga, kualitas dan kuantitas air bersih sudah cukup baik.

4. Persampahan:
a. Menurut sumber formal, sampah yang dihasilkan akan dikumpulkan di
tong sampah yang besar dan nantinya akan ada petugas yang
mengambilnya dan membuangnya ke TPA setiap hari sehingga
lingkungan tetap bersih. Selain itu, ada petugas piket untuk melakukan
survei kebersihan di tempat pengungsian.
b. Menurut sumber semi formal, untuk persampahan sudah dikelola
dengan baik karena sudah tersedia gerobak sampah yang akan dibuang
ke TPA sehingga tempat pengungsian tetap bersih.
c. Menurut warga, persampahan sudah dikelola dengan baik karena ada
petugas kebersihan dan sampah diangkut ke TPA sehingga tempat
pengungsian tetap terjaga kebersihannya.

5. Tempat tidur:
Para pengungsi menggunakan tikar dan karpet tanpa kasur untuk alas
tidurnya.

E. Rencana Tindakan Mitigasi bila Kondisi Banjir seperti pada Bulan April
2013 terulang
1. Kesiapsiagaan
Yang dimaksud kesiapsiagaan menghadapi banjir adalah kegiatan
yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga
tindakan yang dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir dilakukan
secara tepat dan efektif.

61

Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/ kesiapsiagaan yang


biasanya dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal yaitu :
a. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak dilalui
masyarakat pada saat banjir.
b. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk
tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan
bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada kondisi
tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air bersih,
selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi, tempat evakuasi,
dll (ADPC, 2005).
c. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait
dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan
apa pada saat keadaan darurat, serta bagaimana menyelamatkan diri
menuju tempat yang aman (menentukan jalur evakuasi dan tempat
evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi.
d. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya
rumah hunian dan ternak yang ditinggal mengungsi.

Sementara tindakan kesiapan/ kesiapsiagaan yang dapat dilakukan di


tingkat masyarakat (keluarga dan individu) adalah :
a. Menempatkan barang barang elektronik (pemanas air, panel, meteran
dan peralatan listrik) serta barang berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll)
di tempat yang tinggi (tidak terjangkau bencana banjir).
b. Menyiapkan alamat/ nomor telepon yang penting untuk dihubungi.
c. Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim
penghujan (seperti radio, obat obatan, makanan, minuman, baju hangat
dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung, ban dalam mobil atau
barang-barang yang bias mengapung, tali dan korek api).
d. Memindahkan barang-barang rumah tangga seperti furniture ke tempat
yang lebih tinggi.
e. Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air
dan aman.

62

2. Peringatan Dini Banjir


Kita mengenal pula Peringatan Dini Banjir. Peringatan dini
dikeluarkan sesaat sebelum terjadinya bencana banjir. Selama ini, sistem
peringatan dini banjir di Indonesia disampaikan berdasarkan tahapan
kondisi siaga yang didasarkan tinggi muka air di beberapa pos pengamatan
dan pintu air. Di Demak dan Kudus pun demikian ditentukan berdasarkan
ketinggian air di waduk Kedung Ombo.
Pada kenyataan yang terjadi di lapangan ternyata peringatan dini
banjir sering mangalami keterlambatan. Solusi yang dibutuhkan adalah
memperbaiki sistem peringatan dini banjir yang lebih cepat. Untuk itu
dibutuhkan komunikasi dan kerjasama antara beberapa pihak seperti
BMKG, BPBD, PDAS, instansi pendukung lain bahkan sampai ke kepala
desa.
Selain itu di tingkat masyarakat, mungkin perlu dikembangkan juga
alat sistem peringatan dini banjir (Flood Reference) yang dikembangkan
dan dibuat oleh warga masyarakat sendiri berdasarkan prosedur tetap
tertentu. Gambar flood reference dan ringkasan prosedur yang harus
dilakukan oleh warga dapat dilihat pada gambar berikut ini.

63

3. Penanganan dan Pemulihan


Bila banjir yang seperti bulan April 2013 terjadi kembali maka perlu
dilakukan tindakan penanganan maupun pemulihan. Tindakan penanganan
(response/ intervention) bencana banjir, antara lain pemberitahuan dan
penyebaran informasi tentang prakiraan banjir (flood forecasting
information and dissemination), tanggap darurat, bantuan peralatan
perlengkapan logistik penanganan banjir (flood emergency response and
assistance), dan perlawanan terhadap banjir (flood fighting).
Pemulihan setelah banjir dilakukan sesegera mungkin, untuk
mempercepat perbaikan agar kondisi umum berjalan normal. Tindakan
pemulihan, dilaksanakan mulai dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari, perbaikan sarana-prasarana (aftermath assistance and relief),
rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik dan non-fisik (flood adaptation and
rehabilitation), penilaian kerugian materi dan non-materi, asuransi
bencana banjir (flood damage assessment and insurance), dan pengkajian
cepat penyebab banjir untuk masukan dalam tindakan pencegahan (flood
quick reconnaissance study).

64

4. Kebijakan Bila Kondisi Banjir seperti pada Bulan April 2013


Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan,
terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan
pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah
bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana
biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan
tangan memberikan bantuan tenaga, moril material. Banyaknya bantuan
yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus
dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna,
tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Kebijakan dan program
pada tahapan ketika terjadi bencana, berupa:
a. Pemberitahuan dini kepada masyarakat tentang kondisi cuaca;
b. Menempatkan petugas pada pos-pos pengamatan;
c. Menyiapkan sarana penanggulangan, termasuk bahan banjiran;
d. Mengevakuasi dan mengungsikan penduduk ke daerah aman, sesuai
yang telah direncanakan dengan memanfaatkan seluruh komponen
masyarakat, TNI, Polri, Satlak PBP, Satkorlak PBP, Badan SAR
Nasional (Basarnas), dan Karang Taruna;
e. Memberikan bantuan pangan, pakaian, dan peralatan kebutuhan
lainnya, serta pelayanan kesehatan darurat kepada korban bencana;
f. Mendata lokasi danjumlah korban bencana.

Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi


masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali
prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak
hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga
rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
Program dan kegiatan fisik yang telah dilakukan adalah:
a. Pendataan kerusakan bangunan dan fasilitas publik;

65

b. Memperbaiki prasarana publik yang rusak;


c. Pembersihan lingkungan;
d. Mengajukan usulan pembiayaan program pembangunan fasilitas
penanggulangan banjir

5. Saran Tindakan Bila Kondisi Banjir seperti yang Terjadi pada Bulan
April 2013
a. Jangan panik.
b. Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan
bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus
terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati-hati untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
c. Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan
harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta
mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena
bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar
biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.
d. Ketika melihat air datang, jauhi secepat mungkin daerah banjir. Segera
selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang
tinggi.
e. Apabila terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa
mengapung sebisanya.
f. Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.
g. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/ sumber listrik.
h. Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga
tidak rusak atau hilang terbawa banjir.
i. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar
untuk tindakan selanjutnya.
j. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.
k. Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
l. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.
m. Menggunakan air bersih dengan efisien.

66

F. Rencana Tindakan Mitigasi agar Tidak Terjadi Banjir seperti pada


Tanggal 9 dan 20 April 2013.
1. Definisi Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi banjir adalah semua tindakan/upaya untuk mengurangi
dampak dari suatu bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya ditujukan
untuk jangka waktu yang panjang. Secara umum jenis-jenis mitigasi dapat
dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.

a. Mitigasi Struktural
Yang dimaksud dengan mitigasi struktural adalah upaya-upaya
pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik.
Upaya-upaya mitigasi struktural banjir yang dilakukan oleh
pemerintah antara lain adalah :
1) Perbaikan dan peningkatan sistem drainase.
2) Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa: pengerukan, sudetan.
3) Relokasi pemukiman di bantaran sungai.
4) Pengembangan bangunan pengontrol tinggi muka air/ hidrograf
banjir berupa tanggul, pintu, pompa, waduk dan sistem polder.
5) Perbaikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sementara, mitigasi struktural yang dapat dilakukan oleh
masyarakat di kawasan rawan banjir antara lain:
1) Membantu upaya peningkatan kapasitas resapan air di wilayahnya
baik dengan menanam lebih banyak pohon maupun membuat sumur
resapan.
2) Membantu penyusunan peta zonasi/ risiko banjir.
3) Membangun rumah sesuai dengan peraturan tata guna lahan.
4) Membuat rumah lebih tinggi dari muka air banjir.
5) Melengkapi sistem sanitasi rumah dengan klep/ penutup banjir

b. Mitigasi Non - Struktural

67

Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural adalah


segala upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat
non fisik, organisasional dan sosial kemasyarakatan.
Upaya-upaya mitigasi non struktural banjir yang dilakukan
pemerintah antara lain :
1) Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan
risiko bencana.
2) Membuat PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang
berkelanjutan.
3) Mengembangkan peta zonasi banjir.
4) Mengembangkan sistem asuransi banjir.
5) Membangun/memberdayakan Sistem Peringatan Dini Banjir.
6) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir
melalui pendidikan dan pelatihan.
7) Mengembangkan building code bagi daerah banjir.
Mitigasi non fisik dapat pula dilakukan melalui kegiatan
pendidikan lingkungan yaitu :
1) Mewujudkan budaya masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
memahami fenomena banjir dan menjaga kapasitas/ kelestarian daya
serap
2) Daerah Aliran Sungai (DAS).
3) Mewujudkan budaya masyarakat untuk berperan serta dalam
menjaga fungsi sistem pembuangan air (drainase) dan pengendalian
banjir.
4) Mewujudkan budaya masyarakat yang tidak membuang sampah/
sedimen/ limbah ke sungai, saluran dan bangunan air lainnya.
5) Melakukan gerakan penghijauan/ penanaman kembali tumbuh
tumbuhan di lahan kosong dan memeliharanya dengan baik.
6) Mengarus-utamakan upaya pengurangan risiko bencana banjir
kedalam kurikulum pendidikan.
Adapun bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat
dilakukan oleh masyarakat di kawasan rawan banjir antara lain :

68

1) Mengerti akan ancaman banjir-termasuk banjir yang pernah terjadi


dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar
dari banjir.
2) Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam
menghadapi bencana, seperti pelatihan pertolongan pertama pada
kondisi
3) tanggap darurat, dll.
4) Berperan aktif pada aktifasi posko banjir.

2. Prinsip Mitigasi Banjir


Upaya mitigasi dalam menghadapi bencana banjir dilakukan dengan
prinsip bahwa:
a. Bencana banjir adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa
berikutnya.
b. Upaya mitigasi itu sangat kompleks, saling ketergantungan dan
melibatkan banyak pihak.
c. Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif.
d. Jika sumberdaya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada
kelompok rentan, dan
e. Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus
menerus untuk mengetahui perubahan situasi (Anonim, 2001 dan
Anonim, 2007b).

3. Kebijakan dan Strategi Mitigasi Banjir


a. Kebijakan Pencegahan Banjir
Dalam rangka pencegahan banjir, kebijakan yang dapat dilakukan
adalah:
1) Membuat peta rawan bencana.
2) Membangun, meningkatkan, memperbaiki atau normalisasi, dan
memelihara sungai, tampungan air, dan drainase beserta peralatan
dan fasilitas penunjangnya;
3) Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai.

69

4) Membuat peta daerah genangan banjir.


5) Sosialisasi dan pelatihan prosedur tentang penanggulangan banjir.
6) Menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah
aliran sungai.
7) Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat
banjir lainnya.
8) Membuat sumur resapan.
9) Pemantapan Satkorlak PBP.
10) Merevisi tata ruang propinsi maupun kota secara terkoordinasi dan
terintegrasi.
11) Mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan
daerah hulu.
12) Membuat penampungan air berteknologi tinggi.
13) Menerapkan pengelolaan sungai terpadu berdasarkan wilayah
sungai (WS) dan memberdayakan kelembagaan pengelolaan WS.
14) Membangun fasilitas pengolah limbah dan sampah.
15) Mereboisasi kota dan daerah hulu.
16) Mendirikan posko banjir di wilayah RT/ RW.

b. Strategi Mitigasi Bencana Banjir


1) Mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan
yang lebih besar.
2) Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
3) Agar dapat diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil
yang segera tampak.
4) Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera
setelah bencana, dan
5) Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal
dalam manajemen dan perencanaan (Anonim, 2002 dan Anonim,
2007c).

4. Analisis Mitigasi di Desa Setrokalangan

70

Upaya mitigasi harus dilakukan secara komprehensif pada daerah


rawan banjir di dukuh Karangturi Desa Setrokalangan dan daerah pemasok
air banjir dataran tinggi. Prinsip dasar pengendalian secara teknis sudah
dilakukan dengan pembuatan waduk Kedung Ombo untuk menampung
debit air dari lereng/ dataran tinggi.
Pembuatan tanggul SWD di sekitar DAS juga sudah dilakukan.
Permasalahan lain yang terjadi dari pengamatan kami adalah semakin
berkurangnya pohon/ tanaman hutan di sekitar lereng Muria dan sekitarnya
serta alih fungsi lahan peresap debit air untuk dijadikan pemukiman.

a. Mitigasi Struktural Dukuh Karangturi, Desa Setrokalangan


Di Desa Setrokalangan terdapat sungai utama yang menjadi
sumber banjir yaitu Sungai Wulan. Sungai tersebut saat ini terus
mengalami pendangkalan dan belum diupayakan pengerukan. Oleh
karena itu pengerukan Sungai Wulan perlu dilakukan.
Relokasi pemukiman di bantaran sungai Wulan harus dilakukan
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Berdasarkan KepPres No. 32/1990 dan PP No. 47/1997,
sempadan sungai yang harus merupakan kawasan lindung adalah lebar
minimum dari bibir kiri-kanan sungai ke arah darat yang berada:
- Di luar pemukiman

: 100 m

- Anak sungai

: 50 m

- Daerah pemukiman

: 10 15 m

- Bertanggul (dari tepi luar tanggul) : 5 m


Perbaikan kondisi daerah aliran sungai seperti di sungai SPD 1
harus dilakukan walaupun sungai tersebut tergolong sungai kecil
penghubung Sungai Wulan.
Informasi dan pengamatan yang kami lakukan di Dusun
Karangturi menilai bahwa kondisi daerah tersebut 70% tergolong
daerah yang gersang dengan sedikitnya kuantitas tanaman/ pohon besar
yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Dari wawancara kami
menemukan bahwa tidak ada sumur resapan di Dukuh Karangturi yang

71

ada hanya sumur bor untuk keperluan Masak dan MCK. Untuk
membantu upaya peningkatan kapasitas resapan air di Dukuh
Karangturi ini dapat dulakukan dengan menanam lebih banyak pohon
maupun membuat sumur resapan.
Pembuatan rumah yang lebih tinggi dari muka air banjir harus
dilakukan dengan merata karena berdasarkan pengamatan kami di
lapangan menunjukan baru sekitar 60% rumah yang telah ditinggikan.
Kondisi sanitasi rumah di Dukuh Karangturi juga belum dilengkapi
dengan klep atau penutup banjir.

b. Mitigasi Non Struktural Dukuh Karangturi, Desa Setrokalangan


Di Balai Desa Setrokalangan sendiri sebenarnya sudah ada
rencana pembuatan bangunan master plan berbasis pengurangan risiko
bencana banjir

dari segi pelaksanaannya belum selasai di kejakan

(masih dalam proses). Pembuatan PERDA untuk penanganan risiko


banjir sudah ada dan hanya perlu pembaharuanpembaharuan agar lebih
sempurna. Sistem asuransi untuk korban banjir belum ada. Namun
bantuanbantuan dari pihak pemerintah, donatur dan relawan sudah
ada. Dalam rangka melaksanakan tindakan kesiapsiagaan terhadap
banjir, di Dukuh Karangturi telah terdapat sistem peringatan banjir.
Pendidikan dan pelatihan juga sudah di terapkan hanya saja
cakupannya yang harus diperluas untuk seluruh warga disana karena
dari temuan wawancara kami banyak warga di sana yang enggan
mengungsi ketika terjadi banjir. Building kode untuk daerah disana
dengan menggunakan ketukan peringatan dari media kentongan dan
pengumuman di masjidmasjid.
Diperlukan adanya tindakan kesadaran masyarakat untuk menjaga
DAS dengan cara tidak membuang sampah di tempattempat tersebut.
Dari temuan kami masih banyak sampah yang menggenang di DAS
ataupun selokanselokan warga. Gerakan penghijauan kembali dan
sumur resapan di daerah Karangturi juga harus ditingkatkan untuk
mendukung upaya daerah serapan air. Upaya lainnya yang perlu

72

dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan pengurangan risiko


bencana banjir pada sekolahsekolah dari TK-SMA di daerah rawan.

73

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

74

Daftar Pustaka

Departemen Kehutanan. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah


Aliran Sungai. DitJen. RLPS. Dit. RLKT. Jakarta. 31 pp.
Noor, D. 2005. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu. Yogya. UIEU-Univ. Press.
Jakarta.
Paimin, Sukresno, dan Purwanto. 2006. Sidik Cepat Degradasi Sub Daerah
Aliran Sungai (Sub DAS). Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
PP (Peraturan Pemerintah) No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009, tanggal 19 Januari 2005.

75

Lampiran

Pengamatan di atas tanggul

Jarak pemukiman dari tanggul > 5 m

Rumah warga yang di tinggikan

Sampah di bawah selokan pemukiman

Gunungapi Genuk

Gunungapi Patiayam

Baruh Serang - Juwono

Gunungapi Muria
Delta Wulan

Setrokalangan

Setro Kalangan daerah Tombolo

76

77

Anda mungkin juga menyukai