OPTIMAPREP CBT - Pembahasan TO 4 PDF
OPTIMAPREP CBT - Pembahasan TO 4 PDF
Optimaprep
Batch II UKDI 2014
Office Address:
Jakarta :
JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi,
Jakarta Selatan
(Belakang Pasar Raya Manggarai)
Phone Numbers:
021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
JlSetiabudi no 65G, Medan
Phone numbers : 061 82292290
pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
1. Mekanisme Diare
, 20 tahun
BAB 5x, demam, nyeri ketika BAB, lendir (+), darah +)
Lab : leukosit 15000, tropozoid (-)
Definisi diare:
Defekasi yang lebih sering, pengeluaran feses yang lembek atau berair
(Harrisons Principle of Internal Medicine)
Feses kehilangan konsistensi normal, biasanya berhubungan dengan
peningkatan berat feses (pada pria > 235; pada wanita > 175 g/d) dan
peningkatan frekuensi (> 2/ day) (Color Atlas of Pathophysiology)
Causes of diarrhea:
Osmotic
Malabsorption
Secretory
Resection of the ileum
Pathophysiology
of Different
Causes of
Diarrhea
Mekanisme Diare
Terdapat beberapa macam diare berdasarkan
mekanisme terjadinya. Secara umum dapat
dikelompokkan menjadi:
Sekretorik, contoh: Vibrio Cholera. Toksind ari vibrio
cholera memicu sekresi Na. Pasien akan mengeluhkan
diare yang profuse.
Osmotik, contoh: Penggunaan laksative. Konsumsi
makanan tertentu dapat meningkatkan tekanan
intraluminal dan menyebabkan diare.
Inflamatorik, contoh IBD, infeksi. Terjadi kerusakan
mukosa usus. Pasien dapat mengeluhkan diare yang
disertai darah.
2. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer dibagi lagi lebih lanjut menjadi:
Tipe I (pasca menopause)
Ini terjadi pada wanita pasca menopause. Dengan begitu,
dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena
kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita) yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam
tulang pada wanita.
Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia. Hilangnya massa tulang
kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Diakibatkan
oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia
dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya
tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit ini
biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali
lebih sering menyerang wanita.
4-5. Malaria
Profilaksis malaria
Profilaksis Mekanis
Kemoprofilaksis
6. DIC
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
adalah sebuah aktivasi kaskade koagulasi sebagai
akibat dari berbagai akibat. DIC dapat berujung
pada pembentukan bekuan darah didalam
pembuluh darah pada tubuh.
Trauma/infeksi-endotoksin tissue factor
kaskade koagulasi trombus iskemi jaringanF
Plasmin fibrinolisis pemecahan bekuan
darahFDP (D dimer)
Diagnosis
Gejala: Pasien dapat masuk ke dalam keadaan
shok, perdarahan, mudah luka (bruising)
Pada pemeriksaan lab dijumpai adanya
penurunan kadar trombosit, pemanjanagan
APTT dan PT dan peningkatan D dimer.
Penanganan Penanganan penyebab
(infeksi), dapat diberikan transfusi platelet,
FFP untuk memperbaiki parameter
pembekuan darah.
6.DIC
7. Koma Miksedema
Koma miksedema merupakan keadaan
dekompensasi dari hipotiroid.
Gejala koma miksedema meliputi: penurunan
kesadaran, hypothermia,hipotensi, bradikardia.
Miksedema adalah deposit jaringan konektif
(glycosaminoglycan, asam hyaluronic) pada kulit.
Tidak harus dijumpai pada keadaan koma
hypothyroid namun merupakan sebuah
fenomena yang dapat ditemui.
Terapi: salah satu terapi berupa pemberian
levothyroxine IV.
Disorder
Problem
Etiology
Physical findings
Metabolic
acidosis
Gain of H+ or
loss of HCO3-
Metabolic
alkalosis
Respiratory
acidosis
Hypoventilation
(CO2 retention)
Respiratory
alkalosis
Hyperventilation, cardiac
rhythm disturbance
9.Endokarditis Bakterialis
Endokarditis merupakan infeksi mikroorganisme
pada permukaan endotel jantung atau
endokardium, paling banyak mengenai katup
jantung.
Endokarditis dapat pula terjadi pada lokasi defek
septal, korda tendinea, atau endokardium mural.
Lesi endokarditis yang khas berupa vegetasi, yaitu
massa yang terdiri dari platelet, fibrin,
mikroorganisme, dan sel-sel inflamasi dengan
ukuran yang bervariasi.
Stafilokokus
S. aureus
Koagulase negatif
Streptokokus
S. viridans
Enterokokus
S. bovis
Streptokokus lainnya
Organisme lain (jamur, gram negatif)
Polimikrobial
MANIFESTASI KLINIS
Tampilan klinis endokarditis terdiri dari:
Demam
Murmur jantung
Pembesaran limpa
Gejala muskuloskeletal: artralgia dan mialgia
Kejang
Ensefalopati
Glomerulonefritis
Artritis
Kriteria Diagnosis
Kriteria mayor
Kriteria minor
Diagnosis
Kriteria patologis
Kriteria klinis
Pasti (definite)
endokarditis infektif
Mikroorganisme ditemukan
dalam
kultur
atau
histologi vegetasi/ emboli
vegetasi/
abses
intrakardiak
Atau
Lesi
patologis:
tampak
vegetasi
atau
abses
intrakardiak (konfirmasi
histologis
terdapat
endokarditis aktif
Kemungkinan (possible)
endokarditis infektif
Bukan (rejected)
endokarditis infektif
Tatalaksana
Tata laksana endokarditis terdiri dari terapi antimikroba
dan bedah (jika terdapat indikasi).
Terapi antimikroba dilakukan secara empiris atau tanpa
data kultur. Endokarditis akut pada pengguna narkoba
suntik biasanya disebabkan oleh S. aureus resisten
metisilin dan bakteri gram negatif, sehingga dapat
diberikan terapi vankomisin dan gentamisin.
Endokarditis katup asli subakut dapat diberikan
seftriakson dan gentamisin, sementara pada katup
prostetik dapat diberikan dua antibiotik tersebut
ditambah vankomisin.
Diagnosis Banding
Keluhan
Miokarditis
Perikarditis
Normal ileum
Pseudomembranous Colitis
Penelanan spora
bervegetasi
melepaskan toksin
diare &
pseudomembranous
colitis
Pseudomembranous Colitis
Kriteria diagnosis CDI:
Diare (3 feses cair per 24 jam selama 2 hari) with no other recognized
cause plus
toxin A atau B dideteksi pada feses, C. difficile yang dapat mendeteksi
toksin terdeteksi pada feses dengan PCR atau kultur, atau
pseudomembran terlihat dari pemerikksaan kolon.
Pseudomembranous Colitis
Ketika memungkinkan, penghentian antimikrobial yang
sedang digunakan merupakan langkah awal dalam
penanganan Clostridium difficile infection (CDI).
Walaupun demikian, dengan perburukan keadaam
pada sebagian pasien, pemberian antibiotik segera
direkomendasikan.
Pengobatan umum dari kolitis ini adalah dengan hidrasi
dan hindari pemberian antiperistaltik dan opiate, yang
dapat menutup gejala dan dapat memperburuk
keadaan.
Pengobatan untuk CDI adalah pemberian vancomicin
dan metronidazole untuk CDI ringan-sedang.
Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.
Sirosis hepatis
Abses
Carsinoma
hepar
Striktur
Batu
Ca Caput
Ascaris
Ikterus
Cek Urobilin & Bilirubin
Urobilin
Bilirubin urin+ +
Bilirubin Direct >
Urobilin +
Bilirubin urin +
Bilirubin Direct +
Bilirubin Indirect +
Urobilin ++
Bilirubin urin Bilirubin Direct N
Bilirubin Indirect >
Parenkim
- Hepatitis
-Cirrhosis
-Hepatoma
Obstruksi:
- Intra hepatic
- Extra hepatic
Extra hepatal
Hemolitik
CT scan
PTC
ERCP
MRI
Tumor
Batu
Physical examination:
Distant heart sound.
Heart border extended to both side.
Dullness over left posterior lung field due to compressive
atelectasis.
Diagnostic studies:
ECG: pericarditis (diffuse ST elevation), effusion low voltage.
CXR: large effusion (250 mL): cardiomegaly with waterbottle
heart & epicardial halo.
13. Arthritis
Ringkasan pasien:
Wanita, 55 tahun
Nyeri pada kedua lutut sejak 2 tahun lalu
Kaku selama 20 menit pada pagi hari saat bangun
tidur dan 5 menit pada saat bangun dari duduk
Krepitasi positif
IMT : 31,2 kg/m2 Obesitas
Radiologi: terdapat kista subkondral
13. Osteoarthritis
Cartilage serves as a cushion between the bones of joints,
allowing the bones to glide over one another & absorb the
shock from physical movements.
Osteoarthritis: degenerated joint
lost the cushioning function of the
cartilage the bones tend to grind
against one another.
13. Osteoarthritis
Stimulated chondrocytes in
OA synthesize enzymes
& new matrix molecules
gradual depletion of
aggrecan & loss of type 2
collagen increasing
vulnerability of cartilage
lost compressive stiffness.
13. Osteoarthritis
Osteoarthritis progresses in
stages:
joint space begins to narrow
and osteophytes form
joint space disappears as
cartilage wears away and
bone rubs on bone in the
joint
subchondral cysts appear
(fluid-filled sac that extrudes
from the joint, consisting of
mostly hyaluronic acid)
bone tries to repair itself and
there is bone remodeling
Patofisiologi
S. Typhi masuk
sampai usus halus
menembus sel epitel
ke lamina propria
difagosit makrofag
berkembang biak dalam
makrofag ke Plak
Peyeri KGB
mesenterika duktus
torasikus bakterimia
ke hepar& lien
bakterimia dan
diekskresikan bersama
cairan empedu ke lumen
usus
Pilihan Antimikroba
Kloramfenikol 4x500 mg PO atau IV diberikan
sampai 7 hari bebas demam
Kotrimoksazol 2x2 tabley (1 tablet :
Sulfametoksazol 400mg dan Trimetoprim 80 mg)
diberikan selama 2 minggu.
Ampisilin dan Amoksisilin 50-150mg/KgBB selama
2 minggu
Sefalosporin generasi ketiga IV 4 gr dalam
dekstrosa 100cc diberikan selama jam sekali
sehari selama 3-5 hari.
53
Golongan Fluorokionolon:
- Norfloksasin 2x400mg/hari selama 14 hari
- Siprofloksasin 2x500mg selama 6 hari
- Ofloksasin 2x400 mg/hari selama 7 hari
- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
- Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
54
Keywords
, 41 thn
Nyeri ulu hati, mual
muntah sejak 1 hr yll
Riwayat
mengonsumsi obat
bebas penghilang
nyeri
Functional gastroduodenal disorders. N J Talleya,et al. International Journal of Gastroenterology and Hepatology.
Pathophysiology of duodenal and gastric ulcer and gastric cancer. John Calam. British Medical Journal.
NSAID Mechanism
16. CHF
Sesak nafas
JVP (5+4)cm, sesak, BP 170/90 mmHg
Linear Pattern
A linear pattern is seen when there is
thickening of the interlobular septa,
producing Kerley lines.
Kerley A lines
Kerley B lines
Kerley A lines
Kerley B lines
http://wwwappskc.lonestar.edu%2Fprograms%2Frespcare%2Frev_xray.ppt
18. Asma
Pasien asma sejak kecil
Saat ini sesak napas
PF : TD = 110/80 mmHg, FN = 100 kali/menit,
RR = 26kali/menit
EKG menunjukkan P pulmonal. Spirometri
FEV1 70%.
19. Hypothyroidism
Hypothyroid merupakan kekurangan sekresi
hormon tiroid akibat kegagalan tiroid
(hypothyroidisme primer), atau dalam keadaan
lebih jarang disebabkan oleh kelainan pituitary
atau hipothalamik (hypothyroidism sekunder).
Umumnya temuan laboratorium yang ditemukan
adalah peningkatan akdar TSH dengan kadar free
T4 mengalami penurunan atau normal
Gejala klinis
Gejala klinis hypothyroid:
Lethargy
Rambut kering dan rontok
Intoleransi dingin
Sulit berkonsentrasi
Memori yang buruk
Konstipasi
Nafsu makan yang buruk
19 Hipotiroidisme
Susp. Tiroiditis Hashimoto
Hashimoto thyroiditis
Merupakan salah satu penyebab hypothyroid
primer dimana kelenjar thyroid diserang oleh
respon imun seluler atau antibodi-mediated
(penyakit autoimun thyroid)
Faktor risiko:
genetik (anggota keluarga dengan riwayat
kelainan thyroid)
hormon (wanita lebih sering terkena)
Paparan radiasi
Hashimoto thyroiditis
Temuan klinis:
gejala hypothyroid (peningkatan berat badan, fatigue,
depresi, konstipasi)
Kelenjar thyroid dapat membesar dan berlobul atau dapat
juga tidak terpalpasi pembesaran
Diagnosis dapat dibuat dengan mendeteksi kadar antithyroid peroxidase antibodies, TSH, fT3, fT4, anti
thyroglobulin antibodies
Penanganan: pemberian Thyroid replacement therapy (
levothyroxin), pembedahan (pada kasus tertentu
seperti pembesaran thyroid dengan gejala obstruksi,
nodul malignan, thyroid lymphoma)
Ileus Paralitik
Etiologi
Nyeri
Kolik
Tidak prominen
Distensi
abdomen
Tidak prominen
Bising usus
(metallic sound)
s.d. (-)
Radiologi
Udara colon
(-)
(+)
Pneumoperitoneum
Crescent sign: free
air beneath diaphragm
Riglers sign:
visualization of both
sides of the bowel wall
"Football sign" = large
pneumoperitoneum
outlining entire
abdominal cavity
Penurunan perfusi
ekstremitas secara
mendadak yang dapat
mengancam viabilitas
jaringan
Onset <2 minggu
6P Pain, pallor,
pulselessness, paresthesia,
poikilothermia, paralisis
Golden period: 6 jam
Dx: arteriografi Doppler
Chronic Limb
Ischemia
Insufisiensi arteri
perifer >2 minggu
Klaudikasio
intermitten
Dipicu aktivitas
& elevasi tungkai
Metabolisme
anaerob asam
laktat muscle
cramping
Nyeri atau
burning pada
plantar pedis
Dx: ABI
Vaskulitis granulomatosa
sistemik aorta dan
percabangannya
Arteri besar & sedang A.
Subklavia & a.
brachiocephalica
Kriteria dx (3 dari 6, Se 90.5%,
Sp 97.8%
Usia 40 tahun
Klaudikasio ekstremitas
pulsasi a. Brakhialis
Perbedaan TD >10 mmHg
antara kedua lengan
Bruit a. subklavia atau aorta
Abnormalitas angiogram
American College of Rheumatology 1990 criteria for the diagnosis of Takayasus arteritis. Arth Rheum 1990;330:1129
Aneurisma aorta
Tromboangitis obliterans
23. Myoglobinuria
24. ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi
bakteri yang mengenai bagian dari saluran
kemih.
Jika mengenai urethra uretritis, jika
mengenai kandung kencing sistitis, dan
ketika mengenai saluran kemih atas (ginjal)
dinamai pielonefritis
24.
Pengobatan
Osteopenia
Fraktur kompresi
26. HIV
WHO Case Definitions of HIV for Surveillance and Revised Clinical Staging and Immunological Classification of HIVRelated Disease in Adults and Children 2007
27 Hernia Ventral
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia ventralis adalah nama umum untuk
semua hernia di dinding perut bagian
anterolatetal seperti hernia sikatriks. Hernia
sikatriks merupakan penonjolan peritoneum
melalui bekas luka operasi yang baru maupun
lama
#28 Anatomi
Apendiks
Suatu organ limfoid
Penonjolan bagian terminal
sekum
Terletak pada kuadran kanan
bawah abdomen
Rata-rata appendiks memiliki
panjang 9-10 cm dan diameter
0.5-1.0 cm.
Pasokan darah appendiks
arteri appendiceal, merupakan
cabang terminal arteri ileocolic
Epidemiologi
Kelompok berusia dekade
ke-2 hingga dekade ke-4.
Rasio wanita banding pria
1,3:1
Prevalensi appendisitis akut
dan appendektomi pada
populasi umum ialah sekitar
12% (pada pria) sampai 25%
(pada wanita)
Patofisiologi
Lanjutan Patfis
Tahap appendisitis
Appendisitis infiltrat
etiologi
gejala
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab
Pemeriksaan radiologi
Diagnosis banding
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan temuan klinis sedangkan pemeriksaan
penunjang, terutama CT scan bersifat menunjang diagnosis.
Skala Alvarado:
Skor 9-10 hampir pasti menderita appendisitis.
Skor 7-8 kemungkinan besar menderita appendisitis.
Skor Alvarado
Manifestations
Value
Symptoms
Migration of pain
Signs
Anorexia
Laboratory values
Nausea/vomiting
RLQ tenderness
Rebound
Elevated temperature 1
Leukocytosis
Total
10
Blumberg Sign
Algoritma tatalaksana
Tatalaksana(2)
komplikasi
Paling sering ditemukanperforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan
berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk
usus halus
Tanda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah :
1. Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen
menyeluruh
2. Suhu tubuh naik tinggi sekali
3. Nadi semakin cepat
4. Defance Muskular yang menyeluruh
5. Bising usus berkurang
6. Perut distensi
Tumor Intrameduler
Ependimoma
Astrositoma
Ependimoma
merupakan
tumor
intrameduler yang paling banyak dijumpai.
Pada umumnya dijumpai pada daerah
servikal dan serviko-torakal, namun sering
kali ia juga mempunyai tempat predileksi
khusus yakni di konus medularis dan filum
terminalis (56%).
Gejala awalnya adalah nyeri; gangguan
sensorik dan kelemahan motorik (dapat
mulai timbul 2-3 tahun sebelum diagnosa di
tegakkan).
Usia kasusnya adalah kelompok 30-40 tahun
dan kasus-kasus daerah kauda ekuina
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki.
Jenis ganas dari ependimoma ini sangat
jarang dijumpai, dan istilah bagi tumor ini
adalah ependimoblastoma.
Hemangioblastoma
Oligodendroglioma
merupakan
jenis
tumor
intrameduler yang jarang,
sangat vaskuler dan angka
insidens terbanyak adalah
pada kelompok usia dekade
empat serta rasio jenis
kelamin yang seimbang antara
laki-laki dengan wanita.
Lokasi preferensinya adalah
didaerah servikal dan servikotorakal.
merupakan
tumor
intrameduler yang sangat
jarang.
Ia sering kali mengandung
kalsifikasi dan bercampur
dengan elemen glia serta
kistik.
Kadang-kadang
suatu
oligodendroglioma intrakranial
dikaitkan sebagai asal dari
tumor intraspinal ini melalui
proses
metastasis
lewat
rongga subarakhnoid spinal.
Lipoma spinal pada usia dewasa umumnya terjadi di daerah servikal dan toraks,
sedangkan pada anak-anak biasanya didaerah lumbo-sakral. Keberadaannya
mempunyai kaitan yang erat dengan abnormalitas kutaneus seperti nevi, dimpel,
hiperpigmentasi kulit, hipertrikosis, angima kapiler, dan lipoma subkutan.
Tumor dermoid kebanyakan disertai dengan adanya suatu traktus fistula sinus dan
disgrafisme spinal okulta, dan juga kelainan hiperpigmentasi kulit atau hipertrikosis
sebagian besar tumor jenis ini berlokasi di daerah lumbo-sakral, dan dapat
menampilkan gejala-gejala meningitis bila kista dermoid tersebut pecah dan
masuk ke dalam rongga subarakhnoid.
Tumor epidermoid juga sering menyertai kasus spina bifida okulta, terutama
dijumpai di daerah torako-lumbal. Tumor epidermid mengandung empat lapisan
kulit normal. Tumor ini dapat timbul akibat tindakan punksi lumbal yang berkurang
atau sebagai sisa dari reparasi meningomielokel.
Teratoma merupakan jenis tumor kongenital yang jarang dan ia mempunyai
predileksi daerah konus medularis. Tumor ini mengandung jaringan kulit dan
elemen dermal seperti rambut dan tulang rawan (komponen mesodermal dan
endodermal). Tumor jenis ini mempunyai kecenderungan mengalami degenerasi
keganasan dengan metastasis sistemik.
Tumor Ekstrameduler
Meningioma
Neurinoma, Neurofibroma
Myelitis
Transversalis
a neurological disorder caused by an inflammatory process of the spinal cord, and can cause axonal
demyelination. Transverse implies that the inflammation is across the thickness of the spinal cord.
Arises idiopathically following infections or vaccination,or due to multiple sclerosis. the onset is
Sarkoidosis
adalah salah satu
sudden and progresses rapidly in hours and days. The lesions can be present anywhere in the spinal
manifestasi
dari penyakit
sistemik
cord. Symptoms
include weakness
and numbness of the limbs as well as motor, sensory, and
yang dicirikan
sebagai
proses
sphincter deficits. The symptoms and signs depend upon the level of the spinal cord involved and
thegranulomatosa
extent of the involvement of the various long tracts.
infiltrasi
Sarkoidosis
Tumor Ekstradural
Tumor Metastasis
Keganasan Ekstradural
Lipomatosis
nonkaseosa.
Trauma Medulla
Disebabkan oleh berbagai proses patologis termasuk trauma seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh,
Spinalis
olahraga
(misalnya
menyelam),
kecelakaan industri, luka tembak dan luka bacok, ledakan bom. Efek
Presentasi
klinis
yang
khas adalah
fraktur.
Angiolipoma,
trauma
dapat
berupa
fraktur-dislokasi,
dislokasi,
Kerusakan yang terjadi dapat melalui
paraparesis progresif yang tidak
proses:kompresi, regangan jaringan, edema medula
spinalis, gangguan sirkulasi darah.
Angiomiolipoma
menimbulkan
keluhan sakit.
Abses Medulla
collection
of pussering
(neutrophils)
that has accumulated within a tissue because of an inflammatory
Lokasi ayang
paling
terlibat
Spinalis adalahprocess
in response
either an infectious process (usually caused by bacteria or parasites) or
daerah
toraks.to Terapi
other foreign materials (e.g., splinters, bullet wounds, or injecting needles).
Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebraT8 L3dan paling jarang pada vertebraC1- 2.
Biasanya merupakan infeksi sekunder dari infeksi TBC di tempat lain dalam tubuh
Mielitis
Trauma medula
spinalis
Guailan barre
syndrome
soundnet.cs.princeton.edu
soundnet.cs.princeton.edu
netterimages.com
Dislokasi Panggul
ANTERIOR
POSTERIOR
http://desy.tandiyo.staff.uns.ac.id/files/2010/07/potts-disease.pdf; www.emedicine.com
Spondilitis TB
Potts disease atau Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi tuberkulosis ekstrapulmonal yang
mengenai satu atau lebih tulang belakang.
Spondilitis tuberkulosa merupakan bentuk paling berbahaya dari tuberkulosis
muskuloskeletal karena dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas dan paraplegia.
Umumnya melibatkan vertebra thorakal dan lumbosakral. Vertebra thorakal bawah
merupakan daerah paling banyak terlibat (40-50%), vertebra lumbal (35-45%), vertebra
servikal (10%).
Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi sekunder
tergantung pada keganasan kuman dan ketahanan tubuh
Reaksi tubuh setelah terserang kuman tuberkulosis dibagi menjadi lima stadium :
1. Stadium I (Implantasi): Stadium ini terjadi awal, bila keganasan kuman lebih kuat dari daya tahan tubuh. Pada
umumnya terjadi pada daerah torakal atau torakolumbal soliter atau beberapa level.
2. Stadium II (Destruksi awal): Terjadi 3 6 minggu setelah implantasi. Mengenai diskus intervertebralis.
3. Stadium III (Destruksi lanjut dan Kolaps) :Terjadi setelah 8-12 minggu dari stadium II. Bila stadium ini tidak diterapi
maka akan terjadi destruksi yang hebat dan kolaps dengan pembentukan bahan-bahan pengejuan dan pus (cold
abscess).
4. Stadium IV (Gangguan Neurologis) :Terjadinya komplikasi neurologis, dapat berupa gangguan motoris, sensoris dan
otonom.
5. Stadium V (Deformitas dan Akibat) :Biasanya terjadi 3-5 tahun setelah stadium I. Kiposis atau gibus tetap ada,
bahkan setelah terapi.
Spondilitis TB
DIAGNOSIS
1. Riwayat penyakit dan gambaran klinis :
Onset penyakit biasanya beberapa bulan
tahun berupa kelemahan umum, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, keringat
malam hari, suhu tubuh meningkat sedikit
pada sore dan malam hari.
Nyeri pada punggung merupakan gejala awal
dan sering ditemukan.
Gibus.
Cold abscess.
Abnormalitas neurologis terjadi pada 50%
kasus dan meliputi kompresi spinal cord
berupa gangguan motoris, sensoris maupun
autonom sesuai dengan beratnya destruksi
tulang belakang, kifosis dan abses yang
terbentuk.
2. Pemeriksaan penunjang
Tuberkulin skin test : positif
Laju endap darah : meningkat
Mikrobiologi (dari jaringan tulang atau abses) :
basil tahan asam (+)
X-ray, CT scan, MRI
Tatalaksana:
1.Terapi konservatif :
Medikamentosa :
ABCESS
GIBBUS
Prinsip ABCDE
Triase
Primary Survey dan
Resusitasi Simultan
Secondary Survey
Manajemen Definitif
Prinsip ABCDE
A Airway (patensi jalan napas) berikut c-spine
protection/ control (melindungi vertebra servikal).
B Breathing (memastikan adekuatnya pernapasan)
C Circulation (memastikan fungsi sirkulasi dan
menghentikan perdarahan)
D Disability (terutama status neurologis)
E Exposure and Environment (memastikan lingkungan
sekitar aman bagi penolong maupun pasien, misal
menghangatkan, mengeringkan, dsb)
Primary Survey
Circulation (and Hemorrhage Control) penilaian fungsi
sirkulasi dilakukan dengan menilai adanya perdarahan luar
yang nampak dan tanda-tanda syok seperti pucat, akral
dingin, waktu pengisian kapiler yang memanjang (lebih dari 2
detik), dan juga penurunan kesadaran.
Apabila terdapat tanda syok, segera lakukan kontrol
perdarahan dengan penekanan langsung, dan segera
memasang 2 jalur intravena dengan ukuran kanula intravena
paling besar yang ditemukan (disarankan ukuran 14 G).
Lakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan awal
dan cross-match golongan darah kemudian segera berikan
cairan infus kristaloid untuk mempertahankan cardiac output,
sebesar 2 liter (atau 20 ml/ kgBB pada anak-anak).
Pembidaian
Bila mengkuti langkah ABC maka yang dilakukan adalah pemberian
infus karena fraktur terbuka femur banyak mengeluarkan darah
sambil kita melakukan balut tekan pada daerah perdarahan.
Tujuan dari pembidaian adalah :
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah
pergerakkan fragmen tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak
yang rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula
spinalis,syaraf perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung
fragmen tulang.
3.Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur
tertutup jadi terbuka).
4.Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung
fragmen tulang pada pembuluh darah.
5.Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan
lunak.
Patogenesis &
Pathology
Prekurson wilms tumor (nephrogenic
rest-NR)
Perilobar NR dan intralobar
NR
Wilms tumor
Histopatology : Blastemal, epithelial,
dan stromal element, tanpa
anaplasia
Karakteristik
tumor
Wilms tumor :
large, multi lobular, gray or tan in
color, focal area of hemorrhage
and necrosis, biasanya terdapat
fibrous pseudocapsule
Penyebarannya :
1. Direct extension renal
capsule
2. hematogenously renal vein
atau vena cava
3. lymphatic
Metastasis : 85-95% ke paru, 1015% ke liver, 25% ke limf node
regional
Staging tumor
Menurut NWTS (National
Wilms Tumor Study)
Stage I : Tumor terbatas
pada ginjal. Tidak ada
penetrasi ke kapsul
renalis atau keterlibatan
renal sinus vessel. Tumor
tidak rupture pada saat
pengangkatan, tidak ada
residual tumor di batas
pengangkatan tumor.
Gejala Klinis
Massa dan rasa sakit pada
abdominal
Macroscopic haematuria
Hypertension
Anorexia, nausea, vomit
Pemeriksaan penunjang
Lab : Urinalisis : hematuria,
anemia, subcapsular
hemorrhage. Jika sudah
metastasis ke liver terdapat
peningkatan creatinin
CT abdominal lihat
ekstensi tumor
Chest xray lihat
metastasis ke paru
Biopsi
CT scan in a patient
with a right-sided
Wilms tumor with
favorable histology.
Gross nephrectomy
specimen shows a
Wilms tumor pushing
the normal renal
parenchyma to the
side.
Manajemen
Surgical :
- Keterlibatan kidney unilateral
- Tumor tidak melibatkan organ visceral
Chemotherapy
Radiasi
disease
Renal cell
carcinoma
neuroblastoma
Wilms tumor
Wilms tumor is the most common renal malignancy in children and the
fourth most common childhood cancer
Most children with Wilms tumor present with an abdominal mass or
swelling, without other signs or symptoms. Other symptoms can include
abdominal pain (30 %), hematuria (12 to 25 %), and hypertension (25 %)
PF reveals a firm, nontender, smooth mass that rarely crosses the midline
and generally does not move with respiration. In contrast, neuroblastoma
and splenomegaly often will extend across the midline and move with
respiration
disease
Burkit limfoma
Patients with BL present with rapidly growing tumor masses and often have
evidence of tumor lysis with a very high serum lactate dehydrogenase (LDH)
concentration and elevated uric acid levels
The endemic (African) form usually presents as a jaw or facial bone tumor that
spreads to extranodal sites including the mesentery, ovary, testis, kidney, breast,
and especially to the bone marrow and meninges
The nonendemic (sporadic) form usually has an abdominal presentation
Immunodeficiency-related cases more often involve lymph nodes
BL tumor cells are monomorphic, medium-sized cells with round nuclei, multiple
nucleoli, and basophilic cytoplasm
A "starry-sky" pattern is usually present, imparted by numerous benign
macrophages that have ingested apoptotic tumor cells
hodgkin
limfoma
34
ANOMALI VASKULER
Definisi: semacam tanda lahir
yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah, meskipun tidak
selalu hadir pada saat lahir.
Sebuah anomali vaskuler
merupakan defek pada pembuluh
darah dan dapat mempengaruhi
pembuluh apapun seperti kapiler,
arteri, vena, limfatik, atau
kombinasi.
Mullicken dan Glowacki (1982)
menetapkan untuk pertama kali
dua tipe dari anomali vaskuler:
tumor vaskuler dan dan vaskuler
malformasi.
TUMOR VASKULER
Berikut adalah kelompok anomaly yang masuk
dalam kelompok tumor vaskuler berdasarkan
ISSVA (international Society for the Study of
Vascular Anomalies):
Infantile hemangioma
Kongenital hemangiomas:
RICH(rapidly involuting congenital hemangioma)
NICH (nonivoluting congenital hemangioma)
Kaposiform
Hemangiendothelioma
Tufted angiomas (dengan atau tanpa sindrom
Kasabach-Merritt)
Spindle cell hemangioendothelioma
Epithelioid hemangioendotheliomas
Lainnya (jarang): hemangioendotheliomas (mis.:
composite, retiform)
Angisarcoma
Dermatologic acquired vascular tumors
(mis.:pyogenic granuloma)
Infantile hemangioma
Banyak ditemui pada bayi keturunan kaukasian yang memiliki berat badan pada saat lahir di bawah normal, dan
dari ibu yang multipara
Perkembangannya:
GLUT1 (-)
Perkembangannya:
NICH: muncul saat lahir, hemangioma berkembang secara proporsional tanpa regresi
Penyebaran di tubuh: soliter, di area kepala, tangan dan kaki sekitar sendi
Location
~50% are found in the diaphysis of long bones
The most common locations
pelvis, distal femur, proximal tibia, femoral diaphysis,
and proximal humerus
Presentation
pain often accompanied by fever
often mimics an infection
Physical exam
swelling and local tenderness
pelvis
Diagnosis Banding
Osteoblastoma:
Subchondral Cysts
Fluid-filled
sacs in
subchondral
bone
Osteoartritis
Joint Space Narrowing
Bone spur (arrow)
Subchondral Sclerosis
Increased bone density or
thickening in the subchondral layer
Osteomyelitis
abscesses radiolucency
Involucrum
Bone destruction sequestrum (arrow)
Chondroblastoma
radiolucent lesion with sclerotic margins
(white arrowheads) in epiphysis of distal
femur and with probable extension into
metaphysis (black arrowhead).
36. Triage
D. Triage Priorities
1. Red- highest priority patients
need immediate care (usually circulatory or respiratory)
2. Yellow- second highest priority
able to wait longer before transport (45 minutes)
3. Green- walking
able to wait several hours for transport
4. Black- dead
will die during emergency care (have lethal injuries)
Yellow
Yellow (Second) Priority:
Patients whose treatment
and transportation can be
temporarily delayed
Burns without airway
problems
Major or multiple bone or
joint injuries
Back injuries with or
without spinal cord damage
Green
Minor fractures
Minor soft-tissue
injuries
Green (Low) Priority:
Patients whose
treatment and
transportation can be
delayed until last
37
ETIOLOGI
Penyebab
terjadinya
ISK
disebabkan oleh mikroorganisme
tunggal seperti:
bakteri E. Coli sekitar 80% dari ISK
yang asimptomatik sampai yang
beresiko
tinggi
seperti
pyelonephritis.
Mikroorganisme lainnya proteus
spp,
klebsiella
spp,
dan
stafilokokus dengan koagulase
negative.
Infeksi juga bisa disebabkan oleh
Pseudomonas spp, walau jarang
biasanya
disebabkan
paska
penggunaan kateter
PATOGENESIS
Proses ISK dari bakteriuria
asimptomatik/ tanpa gejala
menjadi bakteriuri simptomatik
presentasi klinis tergantung dari
patogenisitas bakteri dan kondisi
pasien. Saluran kemih dan urine
normalnya bebas dari
mikroorganisme
Patogenesis Lanjutan
Peranan bakteri
infeksi ascending
penularan melalui jalur hematogen
penularan melalui jalur limfogen
penularan langsung dari organ sekitarnya yang telah terinfeksi
Peranan faktor tuan rumah (host)
Kemampuan dari tuan rumah untuk menahan mikroorganisme masuk ke saluran kemih
dipengaruhi: 1) pertahanan local, peranan dari sistem imun baik humoral maupun imunitas seluler.
Beberapa faktor pertahanan local dari tubuh terhadap suatu infeksi
Mekanisme pengosongan urine yang teratur dari vesika urinaria
Derajat keasamaan (ph) urin yang rendah
Adanya ureum dalam urine
Panjang uretra pada pria
Osmolalitas urine yang cukup tinggi
Estrogen pada wanita usia produktif
Adanmya zat antibakteria pada kelenjar prostat
PATOFISIOLOGI
Pada pria dan wanita yang
normal, kondisi urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan
frekuensi kencing. Hamper semua
ISK disebabkan invasi
mikroorganisme asending dari
uretra ke dalam kandung kemih.
Pada beberapa pasien tertentu
dapat mencapai ginjal, proses ini
akan dipermudah refluks
vesikoureter (lihat pada
komplikasi). Proses invasi
mikroorganisme hematogen
sangat jarang ditemukan diklinik,
mungkin akibat lanjut dari
bakteriemia.
Acute Pyelonephritis
rapid onset (hours to a day)
lethargic and unwell,
fever, tachycardia,
shaking, chills, nausea
and vomiting, myalgias
marked CVA or flank
tenderness; possible
abdominal pain on deep
palpation
symptoms of lower UTI
may be absent (urgency,
frequency, dysuria)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Gram dan kultur pada specimen urin clean-catch sebelum
pemberian antibiotic. Organisme yang paling sering ditemukan adalah E.coli,
Enterobacter,Klebsiella, Proteus.
ISK bagian atas
o
o
o
o
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit
Pembeda
Appendisitis
Teraba pembesaran
pemeriksaan anus
prostat
pada
TATALAKSANA
a. UMUM
KHUSUS
Diperlukan konsul pada dokter ahli anak/ penyakit dalam/ urologi, bila
terjadi resistensi antibiotik
Treatment:
Jadi terapi abses mamae insisi,
pemberian antibiotic, dan lanjutkan
pemberian ASI
Needle aspiration may be considered for
abscesses less than 3 cm in size
The Breast
Tumors
Onset
Feature
Breast cancer
30-menopause
Fibroadenoma
mammae
< 30 years
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years
Mastitis
18-50 years
Philloides
Tumors
30-55 years
Duct Papilloma
45-50 years
Mastitis
Terjadi pada masa laktasi atau
puerperium (terbanyak) atau
tidak ada hubungannya dengan
masa puerperium.
Patofisiologi
Biasanya disebabkan oleh kuman
Staphilococccus aureus dengan
strain tahan penisilin yang
ditransmisi melalui isapan bayi.
Pada jenis non puerpueralis port
dentry adalah sistemik atau
lewat kerusakan epitel sekitar
nipel-areola complex.
Gejala Klinis
Payudara (terutama pada saat
menyusui) terasa nyeri spontan dan
nyeri tekan.
Kadang disertai panas badan atau
malaise.
Usia produktif-muda.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik, terdapat
massa dengan batas tak tegas,
kemerahan disertai rasa nyeri
spontan dan nyeri tekan. Kadangkadang sudah didapatkan massa yang
fluktuatif.
Tidak didapatkan pembesaran KGB
aksila ipsilateral, atau bila ada
pembesaran juga waktu diraba terasa
nyeri.
Pencitraan
Pada USG atau mammografi akan
tampak massa yang sedikit
hiperdense dengan batas
yang undefined, tidak jarang di
diagnosis banding dengan proses
keganasan.
Diagnosis
Diagnosis biasanya dengan mudah,
yaitu nyeri pada payudara yang
sedang menyusui. Benjolan di
payudara yang tak terlalu padat
disertai nyeri tekan, kadang-kadang
dapat dirasakan adanya fluktuasi, ada
kemerahan. Bila belum jelas dapat
dilakukan pemeriksaan sitologi
dengan FNA.
Penatalaksanaan Terapi
Bila belum jelas adanya fluktuasi (abses),
diberi antibiotik golongan amoxycilline 5-7
hari, analgetik dan antipiretik.
Bila telah terbentuk abses, maka dilakukan
insisi, yang jika sering terjadi kekambuhan
maka tindakan yang dikerjakan adalah eksisi.
The Breast
Tumors
Onset
Feature
Breast cancer
30-menopause
Fibroadenoma
mammae
< 30 years
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years
Mastitis
18-50 years
Philloides
Tumors
30-55 years
Duct Papilloma
45-50 years
History
Symptoms
The most common presentation of a thyroid
nodule, benign or malignant, is a painless mass in
the region of the thyroid gland (Goldman, 1996).
Symptoms consistent with malignancy
Pain
dysphagia
Stridor
hemoptysis
rapid enlargement
hoarseness
optimized by optima
Risk factors
Thyroid exposure to irradiation
Age and Sex
Benign nodules occur most frequently in women 20-40 years
(Campbell, 1989)
5%-10% of these are malignant (Campbell, 1989)
Men have a higher risk of a nodule being malignant
Family History
History of family member with medullary thyroid carcinoma
History of family member with other endocrine abnormalities
(parathyroid, adrenals)
History of familial polyposis (Gardners syndrome)
optimized by optima
optimized by optima
Radioactive iodine
Serum Calcium
Thyroglobulin (TG)
Calcitonin
USG :
90% accuracy in categorizing
nodules as solid, cystic, or mixed
(Rojeski, 1985)
optimized by optima
Follicular variant
Tall cell
Diffuse sclerosing
Encapsulated
Medullary Carcinoma
Miscellaneous
Sarcoma
Lymphoma
Squamous cell carcinoma
Mucoepidermoid
carcinoma
Clear cell tumors
Pasma cell tumors
Metastatic
Follicular carcinoma
Overtly invasive
Minimally invasive
Giant cell
Small cell
optimized by optima
Direct extention
Kidney
Colon
Melanoma
optimized by optima
optimized by optima
optimized by optima
optimized by optima
optimized by optima
optimized by optima
Management
Surgery is the definitive management of thyroid cancer, excluding
most cases of ATC and lymphoma
Types of operations:
lobectomy with isthmusectomy
minimal operation required for a potentially malignant thyroid
nodule
total thyroidectomy
removal of all thyroid tissue
preservation of the contralateral parathyroid glands
subtotal thyroidectomy
anything less than a total thyroidectomy
optimized by optima
41. Causes
injuries to the
abdomen, pelvis
and genitalia are
generally caused
by accidents
involving high
kinetic energy
and acceleration
or deceleration
forces
solid organs
include:
liver
spleen
kidneys
Abdominal Injuries
Hollow Organ Injuries
when hollow organs
rupture, their highly
irritating and infectious
contents spill into the
peritoneal cavity,
producing a painful
inflammatory reaction
called peritonitis
Abdominal Injuries
abdominal injuries can be
obvious, such as an open
wound, or subtle, such as a
blow to the flank that
initially causes little pain,
but damages the liver or
spleen
Liver
Largest organ in abdominal
cavity
Right upper quadrant
Injured from trauma to:
Eighth through twelfth ribs
on right side of body
Upper central part of
abdomen
Suspect liver injury when:
Steering wheel injury
Lap belt injury
Epigastric trauma
Spleen
Upper left quadrant
Rich blood supply
Slightly protected by organs
surrounding it and by lower rib
cage
Most commonly injured organ
from blunt trauma
Associated intraabdominal
injuries common
Suspect splenic injury in:
Motor vehicle crashes
Falls or sports injuries
involving was an impact to
the lower left chest, flank, or
upper left abdomen
Kehrs sign
Left upper quadrant pain
radiates to left shoulder
Common complaint with
splenic injury
Management :
Resuscitation.
Laparotomy (repair, partial
excision or splenectomy)
Observation in hospital for
patients with sub-capsular
haematoma
Stomach/duodenum
Not commonly injured by blunt trauma
Protected location in abdomen
Penetrating trauma may cause gastric transection or
laceration
Signs of peritonitis from leakage of gastric contents
Stomach/duodenum
Bleeding
Presentation :
Perforation
Presentation :
abdominal pain
rigidity
peritonism, shock
Air under diaphragm on X-ray
Treatment
Antibiotics
resuscitate
repair
Haematemesis +/ Melaena
Severity
Increased PR>90
Fall BP<100
Treatment :
transfusion
inject DU
optimized by optima
42
Kyphosis
bungkuk
Kelengkungan vertebra torakal yang berlebihan
Sering pada usia tua karena osteoporosis
Mungkin juga karena tuberculosis spinal, rickets, atau osteomalacia
Lordosis
mengayun ke belakang
Kelengkungan vertebra lumbal yang berlebihan
Dapat disebabkan TB spinal atau rickets
Dapat bersifat sementara: beer guts pada laki-laki, kehamilan pada wanita
43
44. KLASIFIKASI
BERDASARKAN
PATOFISIOLOGI
1.
Komosio serebri : tidak ada
jaringan otak yang rusak tp
hanya kehilangan fungsi otak
sesaat (pingsan < 10 mnt)
atau amnesia pasca cedera
kepala.
2.
3.
BERDASARKAN GCS:
1.
2.
3.
45. Osteomielitis
Peradangan pada tulang dan sumsum
tulang(bone marrow) disebabkan oleh kuman.
Walaupun tulang normalnya tahan terhadap
kolonisasi bakteri, trauma, operasi, adanya
benda asing atau prostese dapat
menyebabkan rusaknya integritas tulang
sehingga akan menyebabkan infeksi pada
tulang
Pathogenesis
Waldvogel, 1971
1. Hematogenous
2. Contiguous
focus of
infection
3. Direct
inoculation
Symptoms
Nonspecific symptoms
Demam
Menggigil
Malaise
Letargi
Iritabilitas
The classic signs of
inflammation, including local
pain, swelling, or redness,
may also occur and normally
disappear within 5-7 days
http://emedicine.medscape.com/article/1348767-overview#a0112
Dipikirkan kemungkinan terkena app tuberkulosa karena adanya sel datia langhans
Instruksi jelaskan definisi, patofisiologi dan diagnosis apendisitis
Pada apendisitis tuberkulosa, klinisnya antara lain keluhan nyeri yang tidak begitu
hebat disebelah kanan perut, dengan atau tanpa muntah dan waktu serangan
dapat timbul panas badan, leukositosis sedang, biasanya terdapat nyeri tekan dan
rigiditas pada kuadran lateral bawah kanan, kadang-kadang teraba massa. 3
Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan:
a.keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi;
b.pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitis;
c.laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri.
Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai dengan
a.keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagi;
b.pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan
hanya teraba massa dengan batas jelas dengan nyeri tekan ringan
c.laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
47 Carcinoma Colorectal
Predileksi
Carcinoma
colorectal
merupakan keganasan
yang paling sering pada
traktus gastrointestinal.
Penyakit
ini
berhubungan dengan
usia dan terjadi lebih
sering pada usia diatas
50 tahun.
Letak
Presentase
Caecum dan
Colon
Ascendens
10 %
Colon
transversum
10 %
Colon
descendens
5%
Rectosigmoid
75 %
Colonic Carcinoma
Time Course Symptoms
Findings
Early
None
None
Occult blood
in stool
Mid
Rectal
bleeding
Change in
bowel habits
Rectal mass
Blood in stool
Late
Fatigue
Anemia
Abdominal
pain
Weight loss
Abdominal
mass
Bowel
obstruction
Gejala Lokal
Perubahan Pola BAB, dapat berupa
konstipasi maupun diare.
Perasaan BAB yang tidak tuntas
(tenesmus) dan diameter feces
mengecil sering ditemukan pada
karsinoma colorectal.
Feces yang bercampur darah
Feces dengan mucus
Feces berwarna hitam seperti tar
(melena) dapat timbul, tetapi
biasanya lebih berhubungan dengan
kelainan pada traktus gastrointestinal
bagian atas seperti kelainan pada
lambung atau duodenum.
Obstruksi usus menyebabkan nyeri,
kembung, dan muntah yang seperti
feces.
Dapat teraba massa di abdomen
Site Distribution
Staging
Gejala Klinis
Colon kanan
Colon kiri
Rectum
Aspek klinis
Colitis
Konstipasi Obstruksi
Proktitis
Nyeri
Ec. Penyusupan
Ec. Obstruksi
Tenesmus
Defekasi
Diare
Konstipasi progresif
Tenesmus terus
menerus
Osbtruksi
Jarang
Hampir selalu
Tidak jarang
Samar
Samar atau
makroskopis
Makroskopis
Feses
Normal
Perubahan bentuk
Dispepsia
Sering
Jarang
Jarang
Memburuknya keadaan
umum
Hampir selalu
Lambat
Lambat
Anemia
Hampir selalu
Lambat
Lambat
Gejala
Konstitusi
Kehilangan berat badan mungkin
adalah gejala yang paling umum,
disebabkan karena hilangnya nafsu
makan.
Anemia, menyebabkan pusing, mual,
kelelahan, dan palpitasi.
Ikterus
Rasa nyeri di abdomen, lebih sering
pada bagian atas dari epigastrium
atau dinding kanan abdomen.
Pembesaran hepar
Bekuan darah pada arteri dan vena,
sindroma
paraneoplastik
yang
berhubungan
dengan
hiperkoagulabilitas dari darah.
Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan
1. X-ray foto polos dan colon in loop
2. CT scan
3. CT Colonografi (Virtual colonoscopy)
4. MRI
5. PET
6. Endorectal ultrasound
Laboratorium. Pemeriksaan darah samar pada faeces
Tumor marker. Tumor marker seperti CEA, CA 19-9, dan CA-50 digunakan
untuk pasien carcinoma colorectal.
Tes serum. Pemeriksaan fungsi hepar seperti alkali fosfatase, SGPT, SGOT,
SGGT, dan LDH dapat memprediksi kemungkinan metastasis ke hepar.
Biopsi.
Diagnosis
Diagnosis carcinoma colorectal ditegakan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Kepastian diagnosis
ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi
anatomi.
Klasifikasi
American Joint Committee on Cancer memakai sistem TNM. Sistem ini
memisahkan dan mengidentifikasi berdasarkan kedalaman dari invasi
tumor (T), status nodus limfatikus regional (N) dan ada tidaknya metastase
(M).
Stadium 0
Tis
N0
M0
Stadium 1
T1
T2
N0
N0
M0
M0
Stadium 2
T3
T4
N0
N0
M0
M0
Stadium 3
Semua T
N1
N2, N3
M0
M0
Stadium 4
Semua T
Semua N
M1
Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Tumors of the colon. In Maingotss Abdominal operation. 10th edition.
2009. Singapore: McGraw-Hill. P 1281-1300.
Tumor Primer
TX : Tumor primer tidak bisa
ditemukan
T0 : Tidak ada bukti tumor primer
Tis : Carcinoma insitu
T1 : Tumor menginvasi submukosa
T2 : Tumor menginvasi muscularis
propria
T3 : Tumor menginvasi muscularis
propria sampai subserosa atau
kedalam
non
peritonealisasi
pericolic atau perirectal
T4 : Tumor menyebabkan adanya
perforasi ke peritoneum visceral
atau invasi ke organ atau struktur
lain.
Penatalaksanaan
Pembedahan
Tujuan utama tindakan bedah adalah
memperlancar saluran cerna, baik bersifat
kuratif maupun nonkuratif. Kemoterapi dan
radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan
manfaat kuratif. Bedah kuratif dilakukan bila
tidak ditemukan gejala penyebaran lokal
maupun jauh.
Kemoterapi
Kemoterapi
berguna
untuk
mengurangi
kemungkinan metastasis, mengecilkan ukuran
tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor.
Biasanya
diberikan
setelah
pembedahan
(adjuvant), atau sebelum pembedahan (neoadjuvant), atau sebagai terapi primer (palliative).
Kemoterapi sesudah pembedahan biasanya
diberikan setelah karsinoma menyebar ke lymph
node (stadium III).
Radioterapi
Radioterapi tidak digunakan secara rutin pada
karsinoma colon, karena dapat menyebabkan
radiation enteritis, dan sulit untuk membidik daerah
spesifik dari colon.
Immunoterapi
Bacillus Calmette-Gurin (BCG) sedang diteliti
sebagai campuran adjuvant untuk terapi colorectal.
Hypovolemic Shock
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1065003/
Fluid Resuscitation
Crystalloids
Non-protein colloids
Fluid Therapy
Resuscitation
Crystalloid solution rapidly equilibrates
between the intravascular and interstitial
compartments
Adequate restoration of hemostatic stability
may require large volumes of ringer's lactate.
It has been empirically observed that
approximately 300 cc of crystalloid is required
to compensate for each 100 cc of blood loss.
(3:1 rule)
Fluid resuscitation
target:
Euvolemia
Improve perfusion
Improve oxygen
delivery
berdasarkan buku terapi cairan dan elektrolit cairan untuk trauma kepala adalah
nacl0,9%
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan volume
intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada
perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan (3)
memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
Pengobatan penyebab yang mendasari.
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan
perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat perdarahan atau
mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal.
Penggantian Cairan dan Darah
Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk membuat
akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya memungkinkan pemberian
secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran
6 %).
soundnet.cs.princeton.edu
soundnet.cs.princeton.edu
netterimages.com
Gejala klinis
Pemeriksaan pada penderita dislokasi panggul posterior akan menunjukkan tanda yang abnormal.
Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi dan adduksi.
Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur terkunci pada bagian posterior asetabulum.
Mekanisme trauma pada dislokasi posterior karena kaput femur dipaksa keluar ke belakang
asetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul
dalam posisi fleksi atau semifleksi. Trauma biasanya tejadi karena kecelakaan lalu lintas dimana
lutut penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras yang berada di bagian depan
lutut. Kelainan ini juga dapat juga terjadi sewaktu mengendarai motor. 50% dislokasi disertai fraktur
pada pinggir asetabulum dengan fragmen kecil atau besar.
Terdapat klasifikasi menurut Thompson Epstein (1973) yang penting untuk rencana pengobatan:
Tipe I : dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil.
Tipe II : dislokasi dengan fragmen tulang yang besar pada bagian posterior asetabulum.
Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif.
Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum.
Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur.
Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah dilakukan : kaki pendek, adduksi, rotasi
internal dan sedikit fleksi. Tetapi kalau salah satu tulang panjang mengalami
fraktur, biasanya femur, cedera panggul dengan mudah dapat terlewat. Pedoman
yang terbaik adalah memotret pelvis dengan sinar X pada tiap kasus cedera yang
berat, dan pada fraktur femur, pemeriksaan sinar X harus mencakup panggul.
Tungkai bawah harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera
saraf ischiadikus.
Pada foto anteroposterior kaput femoris terlihat di luar mangkuknya dan di atas
asetabulum. Segmen atap asetabular atau kaput femoris mungkin telah patah dan
bergeser; foto oblik berguna untuk menunjukkan ukuran fragmen itu. Kalau fraktur
ditemukan, fragmen tulang yang lain (yang mungkin perlu dibuang) harus
dicurigai. CT scan adalah cara terbaik untuk menunjukkan fraktur asetabulum atau
setiap fragmen tulang.
Keadaan dislokasi panggul merupakan tindakan darurat karena reposisi yang
dilaksanakan segera mungkin dapat mencegah nekrosis avaskuler kaput femur.
Makin lambat reposisi dilaksanakan makin tinggi kejadian nekrosis avaskuler.
Reposisi tertutup dilakukan dengan pembiusan umum menurut beberapa cara :
metode Bigelow, metode Stimson, dan metode Allis. Metode Allis merupakan
metode yang lebih mudah.
51. Kondrosarkoma
Tumor ganas dengan ciri khas pembentukan
jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor
>30-40 thn. Ditemukan pada daerah tulang
femur, humerus, kosta dan bagian permukaan
pelvis
Gejala : Nyeri, pembengkakan, massa yang
teraba, frekuensi miksi meingkat
Frontal radiograph of
the left fibula head
demonstrates a lucent
lesion that contains the
typical chondroid matrix
calcification. Low-grade
tumor
Diagnosis Banding
Osteoblastoma:
Subchondral Cysts
Fluid-filled
sacs in
subchondral
bone
Osteoartritis
Joint Space Narrowing
Bone spur (arrow)
Subchondral Sclerosis
Increased bone density or
thickening in the subchondral layer
Osteomyelitis
abscesses radiolucency
Involucrum
Bone destruction sequestrum (arrow)
Chondroblastoma
radiolucent lesion with sclerotic margins
(white arrowheads) in epiphysis of distal
femur and with probable extension into
metaphysis (black arrowhead).
52. BNO IVP (blaas nier oversight) atau KUB (Kidney Ureter
Bladder) IVU (Intra Venous Urography)
Sistografi
Histerosalphingo
grafi
Uretrografi
BNO-IVP (Blaas
Near Overzeigh
Intravena
Pyelografi)
Foto polos
abdomen
53.GLAUKOMA KONGENITAL
0,01% diantara 250.000
penderita glaukoma
2/3 kasus pada Laki-laki dan
2/3 kasus terjadi bilateral
50% manifestasi sejak lahir;
70% terdiagnosis dlm 6 bln
pertama; 80% terdiagnosis
dalam 1 tahun pertama
Klasifikasi menurut Schele:
Klasifikasi lainnya:
Glaukoma kongenital primer
anomali perkembangan yang
mempengaruhi trabecular
meshwork.
Glaukoma kongenital
sekunder: kelainan kongenital
mata dan sistemik lainnya,
kelainan sekunder akibat
trauma, inflamasi, dan tumor.
Patogenesis
Abnormalitas anatomi trabeluar meshwork penumpukan
cairan aqueous humor peninggian tekanan intraokuler
bisa terkompensasi krn jaringan mata anak masih lembek
sehingga seluruh mata membesar (panjang bisa 32 mm,
kornea bisa 16 mm buftalmos & megalokornea) kornea
menipis sehingga kurvatura kornea berkurang
Ketika mata tidak dapat lagi meregang bisa terjadi
penggaungan dan atrofi papil saraf optik
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Diagnosis glaukoma
kongenital tahap lanjut
dengan mendapati:
Megalokornea
Robekan membran
descement
Pengeruhan difus kornea
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Megalocornea
http://emedicine.medscape.com/article/1196299-overview
Tatalaksana
Medikamentosa hingga
TIO normal
Acetazolamide
pilokarpin
Operasi:
Goniotomi (memotong
jaringan yg menutup
trabekula atau memotong
iris yg berinsersi pada
trabekula
Goniopuncture: membuat
fistula antara bilik depan
dan jaringan
subkonjungtiva (dilakukan
bila goniotomi tidak
berhasil)
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
www.medscape.com
http://en.wikipedia.org
Congenital Glaucoma
Disorders
Feature
Ambliopia
Congenital
glaucoma
Sindrom Marfan
Katarak
congenital
Peters anomaly
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002582/
Predisposisi :
Gejala Klinis
1. Tipe Noniskemik :
FFA (Fundus Fluorescein
Angiography) area nonperfusi
kecil 10 disc - Gejala lebih ringan.
2. Tipe Iskemik :
FFA area nonperfusi diatas
10 disc
Vena dilatasi lebih nyata
Perdarahan masif pada ke 4
kuadran
Cotton wool spot
Rubeosis iridis
Marcus Gunn +
Perdarahan vitreous
Edama retina dan edama
makula
Pemeriksaan :
FFA (Fundus Fluorescein
Angiography)
ERG
(Electroretinogram)
Tonometri
Penatalaksanaan :
Memperbaiki
underlying disease
Fotokoagulasi laser
Vitrektomi
Kortikosteroid belum
terbuti efektivitasnya
Anti koagulasi sistemik
tidak direkomendasikan
Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan
emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah, giant
cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara
oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang
memperlihatkan bercak merah cherry (cherry red spot). Penglihatan kabur yang hilang
timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus
mendadak biasanya disebabkan oleh emboli
Oklusi vena
sentral
retina
Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
penglihatan hilang mendadak.
Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif pada ke
4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema papil
Ablatio
retina
suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Gejala:floaters,
photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk
parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
Retinopati
hipertensi
suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang
menderita hipertensi. Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV crossing
cotton wol spot- hingga edema papil; copperwire; silverwire
Gejala Klinis :
Penatalaksanaan :
Tx berkaitan dengan
penyakit sistemik
Untuk memperbaiki visus
harus waspada sebab 90
menit setelah sumbatan
kerusakan retina
ireversible.
Prinsip gradient
perfusion pressure
(menurunkan TIO secara
mendadak sehingga
terjadi referfusi dengan
menggeser sumbatan)
Gradient perfusion
pressure :
Parasentesis sumbatan di
bawah 1 jam 0,1 0,4cc
Masase bola mata (dilatasi
arteri retina)
blocker
acetazolamide
Streptokinase (fibrinolisis)
Mixtur O2 95% dengan
CO2 5% (vasodilatasi)
RETINOPATI HIPERTENSI
Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi arteri
besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina, perdarahan retina
Kelainan pembuluh darah dapat berupa : penyempitan umum/setempat, percabangan
yang tajam, fenomena crossing, sklerose
Pada retina tampak :
Retinopati Hipertensi
Pemeriksaan rutin:
Pemeriksaan tajam
penglihatan
Pemeriksaan biomikroskopi
Pemeriksaan fundus
Pemeriksaan penunjang:
Foto fundus
Fundus Fluorescein
Angiography
Tatalaksana :
Kontrol tekanan darah dan
faktor sistemik lain (konsultasi
penyakit dalam)
http://www.theeyepractice.com.au/optometrist-sydney/high_blook_pressure_and_eye_disease
Konjungtivitis
Conjunctivitis is swelling (inflammation) or infection of
the membrane lining the eyelids (conjunctiva)
Pathology
Etiology
Feature
Treatment
Bacterial
staphylococci
streptococci,
gonocci
Corynebacter
ium strains
Viral
Adenovirus
herpes
simplex virus
or varicellazoster virus
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Pathology
Etiology
Feature
Treatment
Fungal
Topical antifungal
Vernal
Allergy
Removal allergen
Topical antihistamine
Vasoconstrictors
Inclusion
Chlamydia
trachomatis
Doxycycline 100 mg PO
bid for 21 days OR
Erythromycin 250 mg
PO qid for 21 days
Topical antibiotics
Conjunctivitis
Follicles
Papillae
Redness
Chemosis
Purulent discharge
Konjungtivitis Alergi
Allergic conjunctivitis may be divided into 5
major subcategories.
Seasonal allergic conjunctivitis (SAC) and
perennial allergic conjunctivitis (PAC) are
commonly grouped together.
Vernal keratoconjunctivitis (VKC), atopic
keratoconjunctivitis (AKC), and giant papillary
conjunctivitis (GPC) constitute the remaining
subtypes of allergic conjunctivitis.
Konjungtivitis Atopi
Biasanya ada riwayat atopi
Gejala + Tanda: sensasi
terbakar, sekret mukoid
mata merah, fotofobia
Terdapat papila-papila halus
yang terutama ada di tarsus
inferior
Jarang ditemukan papila
raksasa
Karena eksaserbasi datang
berulanga kali
neovaskularisasi kornea,
sikatriks
KONJUNGTIVITIS VERNAL
Nama lain:
spring catarrh
seasonal conjunctivitis
warm weather conjunctivitis
Komplikasi:
Blefaritis & konjungtivitis
stafilokokus
Tatalaksana
Self-limiting
Akut:
Steroid topikal (+sistemik
bila perlu), jangka
pendek mengurangi
gatal (waspada efek
samping: glaukoma,
katarak, dll.)
Vasokonstriktor topikal
Kompres dingin & ice
pack
VKC
AKC
Age at onset
Sex
No sex predilection
Seasonal variation
Discharge
Conjunctival
scarring
Higher incidence of
conjunctival scarring
Horner-Trantas
dots
Corneal
neovascularization
Not present
Deep corneal
neovascularization tends to
develop
Presence of
eosinophils in
conjunctival
scraping
Presence of eosinophils is
less likely
Ablasio Retina
Ablasio retina adalah suatu
keadaan terpisahnya sel
kerucut dan batang retina
(retina sensorik) dari sel
epitel pigmen retina
Mengakibatkan gangguan
nutrisi retina pembuluh
darah yang bila berlangsung
lama akan mengakibatkan
gangguan fungsi
penglihatan
Jenis:
Rhegmatogenosa (paling
sering) lubang / robekan
pada lapisan neuronal
menyebabkan cairan vitreus
masuk ke antara retina
sensorik dengan epitel
pigmen retina
Traksi adhesi antara vitreus
/ proliferasi jaringan
fibrovaskular dengan retina
Serosa / hemoragik
eksudasi ke dalam ruang
subretina dari pembuluh
darah retina
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Serosa / hemoragik:
Miopia
Trauma okular
Afakia
Degenerasi lattice
Traksi:
Retinopati DM
proliferatif
Vitreoretinopati
proliferatif
Retinopati prematuritas
Trauma okular
Hipertensi
Oklusi vena retina
sentral
Vaskulitis
Papilledema
Tumor intraokular
Ablasio
Rhegmatogenosa
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology
17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Ablasio Retina
Anamnesis:
Riwayat trauma
Riwayat operasi mata
Riwayat kondisi mata
sebelumnya (cth: uveitis,
perdarahan vitreus, miopia
berat)
Durasi gejala visual &
penurunan penglihatan
Funduskopi : adanya
robekan retina, retina yang
terangkat berwarna keabuabuan, biasanya ada fibrosis
vitreous atau fibrosis
preretinal bila ada traksi.
Bila tidak ditemukan
robekan kemungkinan suatu
ablasio nonregmatogen
Tatalaksana
Ablasio retina
kegawatdaruratan mata
Tatalaksana awal:
Puasakan pasien u/ persiapan
operasi
Hindari tekanan pada bola
mata
Batasi aktivitas pasien sampai
diperiksa spesialis mata
Segera konsultasi spesialis
retina konservatif (untuk
nonregmatogen), pneumatic
retinopexy, bakel sklera,
vitrektomi tertutup
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
58. PTERIGIUM
Pterigium
PTERIGIUM
Pertumbuhan fibrovaskuler
konjungtiva,
bersifatkonjungtiva,
degeneratif
Pertumbuhan
fibrovaskuler
bersifat
degeneratif dan invasif
dan invasif
Terletak pada celah kelopak bagian nasal
temporal
yang meluas
ataupun
Terletak
padakonjungtiva
celah kelopak
bagian
ke daerah kornea
nasal ataupun temporal konjungtiva
Mudah meradang
yang meluas
kekarena
daerah
kornea
Etiologi:
iritasi kronis
debu,
cahaya
panas
matahari,
Mudahudara
meradang
Keluhan : asimtomatik, mata iritatif, merah,
mungkin
Etiologi:
iritasi
kronis
karena
terjadi
astigmat
(akibat
korneadebu,
tertarik
olehmatahari,
pertumbuhan
pterigium),
tajam
cahaya
udara
panas
penglihatan menurun
Tes
sonde (+):
ujungiritatif,
sonde tidak
kelihatan
Keluhan
mata
merah,
pterigium
mungkin terjadi astigmat
Pengobatan : konservatif; Pada pterigium
1-2 yang mengalami
inflamasi,
derajat
Pengobatan
: konservatif;
operasi
pasien dapat diberikan obat tetes mata
bila terjadi
gangguan
penglihatan
kombinasi
antibiotik
dan steroid
3 kali sehari
selama 5-7 hari. Pada pterigium derajat 3-4
dilakukan tindakan bedah
DERAJAT PTERIGIUM
Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak
lebih dari 2 mm melewati kornea
Derajat 3: Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal
(diameter pupil sekitar 3-4 mm)
Derajat 4: Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil
sehingga mengganggu penglihatan
59.
Kelainan
Konjungtiva
PTERIGIUM DIAGNOSIS BANDING
Pterigium
Pinguecula
Episkleritis
Pseudopterigium
Konjungtivitis
59. ESOTROPIA
Strabismus
A condition in which the eyes are not properly aligned with each other
A lack of coordination between the extraocular muscles
http://www.oculist.net/others/ebook/
Hirschberg method
The patient fixates a light at a distance of about 33 cm
(13 inches)
Decentering of the light reflection is noted in the
deviating eye. By allowing 18:for each millimeter of
decentration, an estimate of the angle of deviation can
be made
http://www.oculist.net/others/ebook/
Strabismus/ heterotropia
Definisi: deviasi mata yang bermanifestasi
Pembagian:
1. Paralitik (nonkonkomitan)
Sudut deviasi tidak sama ke semua arah
Disebabkan hilangnya fungsi dari salah satu /lebih dari otot
salah satu mata. Paralisis bisa bersifat parsial ataupun total
Esotropia
Esotropia is a type of strabismus
One or both eyes turned in toward the nose
inward deviation of the eyes
Can begin as early as infancy, later in childhood,
or even into adulthood.
Esotropia can be classified by age of onset
(congenital/infantile vs. acquired); by frequency
(intermittent vs. constant); or by whether it can
be treated with glasses (accommodative vs. nonaccommodative).
Esotropia nonakomodatif
Deviasi sudah timbul pada waktu lahir/ tahuntahun pertama kehidupan
Deviasi sama ke semua arah dan tidak
berhubungan dengan kelainan refraksi atau
kelumpuhan otot
Penyebab: insersi otot horisontal yang salah,
kelainan persarafan supranuklear
Accomodative Esotropia
Accommodative esotropia occurs when there is a normal
physiologic mechanism of accommodation with an
associated overactive convergence response but insufficient
relative fusional divergence to hold the eyes straight.
There are two pathophysiologic mechanisms at work, singly
or together:
(1) sufficiently high hyperopia, requiring so much accommodation
(and therefore convergence) to clarify the image that esotropia
results; and
(2) a high AC/A ratio, which is accompanied by mild to moderate
hyperopia
Calculation of Accommodative
Convergence/Accommodation (AC/A) ratio by
the gradient method (measurements with and
without the additional lens are done at the
same distance):
60. ASTENOPIA
Astenopia
Astenopia, Eye Strain, Visual
Discomfort dan Ocular fatigue
atau disebut juga mata lelah
Kondisi oftalmologis yang
bermanifestasi lewat gejala
nonspesifik seperti lelah dan
nyeri sekitar atau pada mata,
penglihatan buram, sakit kepala
dan kadang diplopia. Biasanya
timbul setelah membaca, lama
melihat komputer atau aktivitas
mata yang terus-menerus.
Terjadi akibat:
1. Cahaya masuk ke mata dari benda
yang dilihat tidak cukup.
2. Pemusatan cahaya pada retina mata
tidak sempurna.
3. Mekanisme penggabungan bayangan
(fusi) oleh sistem penglihatan yang
lebih sentral (otak) dan upaya untuk
mempertahankannya tidak memadai.
Gejala:
Pandangan kabur
Distorsi bentuk dan ukuran objek
Inflamasi mata
lakrimasi
Mata lelah, terasa panas
Rasa tidak nyaman di mata
Nyeri kepala
Penyakit
Khas
Astenopia akomodasi
Astenopia anisometropi
Astenopia anesikonia
Astenopia miopia
Astenopia hipermetropia
61.ATROPIN
Indication
Contraindication
Atropin
Pilocarpin
Tatalaksana glaukoma
Latanoprost
Physostigmine
Acetazolamide
Dalam oftalmologi digunakan sebagai obat Hypersensitivitas thd Acetazolamid, kadar serum Na
glaukoma.
dan K yg rendah; gangguan hepar dan ginjal,
kegagalan fungsi supraadrenal, asidosis
hiperkloremik.
Pada pasien sirosis berisiko menimbulkan
ensefalopati.
Pemberian jangka panjang dikontraindikasikan pada
pasien chronic noncongestive angle-closure
glaucoma karena dapat menyebabkan penutupan
organik pd sudut COA.
http://www.drugs.com/pro/acetazolamide.html
63. HIFEMA
Endoftalmitis
Uveitis
Perdarahan vitreous
Hifema
Retinal detachment
Glaukoma
Oftalmia simpatetik
Pemeriksaan Rutin :
Visus : dgn kartu Snellen/chart
projector + pinhole
TIO : dgn tonometer
aplanasi/schiotz/palpasi
Slit lamp : utk melihat segmen
anterior
USG : utk melihat segmen
posterior (jika memungkinkan)
Ro orbita : jika curiga fraktur
dinding orbita/benda asing
Tatalaksana :
Bergantung pada berat trauma,
mulai dari hanya pemberian
antibiotik sistemik dan atau
topikal, perban tekan, hingga
operasi repair
HIFEMA
Definisi:
Perdarahan pada bilik mata
depan
Tampak seperti warna
merah atau genangan
darah pada dasar iris atau
pada kornea
Tujuan terapi:
Mencegah rebleeding
(biasanya dalam 5 hari
pertama)
Mencegah noda darah
pada kornea
Mencegah atrofi saraf
optik
Komplikasi:
Perdarahan ulang
Sinekiae anterior perifer
Atrofi saraf optik
Glaukoma
Tatalaksana:
64. RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma
Retinoblastoma (Rb)
Clinical features
Treatment
Tujuan utamanya adalah untuk
menyelamatkan nyawa anak,
kemudian untuk menyelamatkan
penglihatan, dan kemudian untuk
meminimalisasi komplikasi/ efek
samping pengobatan.
Photocoagulation or
transpupillary thermotherapy:
for small posterior tumors without
optic nerve involvement or
vitreous seeding.
Cryotherapy
for small tumors
Radiotherapy (radioactive
plaques, laser therapy, external
beam radiotherapy)
Kemoterapi (carboplatin,
etopside, and vincristine)
Consider for bilateral disease, large
tumors (chemoreduction combined
with local treatment), extraocular
involvement, metastasis, or
recurrence.
Enucleation
Untuk stadium lanjut
KOMPLIKASI
Glaukoma, buftalmos, edem
kornea, metastasis, ptisis bulbi
PEMERIKSAAN
Ultrasound: intralesional
calcification with high internal
reflectivity and acoustic shadow.
CT/MRI: CT is better for imaging
the retinoblastoma itself
(calcification high density), but
MRI is preferred for assessing any
intracranial involvement
(extension or associated tumors).
PROGNOSIS
Most untreated tumors proceed
to local invasion and metastasis
to cause death within 2 years
Most small to medium-sized
tumors without vitreous seeding
can be successfully treated.
Overall, there is a 95% survival
rate (in the developed world).
Poor prognostic factors include
size of tumor, optic nerve
involvement, extraocular spread,
and older age of child.
Katarak
kongenital
Perubahan pada kebeningan struktur lensa mata yang muncul pada saat kelahiran
bayi atau segera setelah bayi lahir, dapat terjadi di kedua mata bayi (bilateral)
maupun sebelah mata bayi (unilateral). Keruh/buram di lensa terlihat sebagai bintik
putih jika dibandingkan dengan pupil hitam yang normal dan dapat dilihat dengan
mata telanjang. Etiologi: keturunan (genetik), infeksi, masalah metabolism, diabetes,
trauma (benturan), inflamasi atau reaksi obat, anti biotik tetracycline, ibu bayi
menderita infeksi seperti campak atau rubella (penyebab paling lazim), rubeola,
chicken pox, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis,
influensza, virus Epstein-Barr, sifilis, dan toxoplasmosis.
Macula kornea
distrofi
an autosomal recessive condition, which is the least common but the most severe of
the 3 major stromal corneal dystrophies. It is characterized by multiple, gray-white
opacities that are present in the corneal stroma and that extend out into the
peripheral cornea. Visible in the cornea during the first decade of life. Over time,
vision decreases, and patients develop photosensitivity, eye pain from recurrent
corneal erosions.
Korpus alienum
Strabismus/
squint
a condition in which the eyes are not properly aligned with each other
Blue cones
absent in
central fovea
322
Red cones
Green cones
Blue cones
Brightness = R + G
Color = R G
Color = B (R+G)
Red cones
outnumber green
cones 2/1
Red + Green cones
outnumber blue
cones 10/1
323
324
326
NEUROLOGI
Sensitivitas (%)
95%
Bamberger DM. Diagnosis, Initial Management, and Prevention of Meningitis. Am Fam Physician. 2010;82(12):1491-1498
93%
87%
83%
77%
74%
69 %
66%
44%
33%
5%
3%
Bamberger DM. Diagnosis, Initial Management, and Prevention of Meningitis. Am Fam Physician. 2010;82(12):1491-1498
Hafas Hanafiah Penatalaksanaan Trauma Spinal Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 .No. 2 Juni 2007
STABILISASI MEDIS
Terutama sekali pada penderita tetraparesis/ tetraplegia.
1. Periksa vital signs
2.Pasang nasogastric tube
3.Pasang kateter urin
4.Segera normalkan vital signs. Pertahankan tekanan darah yang normal dan
perfusi jaringan yang baik. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu
monitor AGDA (analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock.
Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu
6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.
Bolus 30 mg/kg BB dalam 15 menit, diikuti infus 5.4-mg/kg dalam 23 jam
SPINAL ALIGNMENT
-Fraktur servikal traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells tong dengan
beban 2.5 kg perdiskus.
- Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban yang lebih ringan, beban
ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi.
REHABILITASI
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini
mungkin.
Termasuk dalam program ini :
1. bladder training,
2. bowel training,
3. Latihan otot pernafasan,
4. Pencapaian optimal fungsi fungsi
neurologik dan program kursi roda bagi
penderita paraparesis/paraplegia
Rowland, Lewis P. Merritt's Neurology, 11th Edition . 2005 Lippincott Williams & Wilkins
Syok Neurogenik
Definisi Syok :Kumar and Parrillo (1995)
Suatu keadaan dimana terjadi penurunan perfusi
jaringan yang efektif, pada tahap awal dapat bersifat
reversible sedangkan jika terus berlanjut menyebabkan
cedera sel irreversible
ETIOLOGY
OF SHOCK
EXAMPLE
AFTERLOAD
DISTRIBUTIVE
CVP
CO
SVR
VO2 SAT
Hyperdynamic Septic
Low/High
High
Low
High
Hypodynamic
Septic
Low/High
Low
High
Low/High
Neurogenic
Low
Low
Low
Low
Anaphylactic
Low
Low
Low
Low
Neurogenic Shock
Mechanism: Loss of autonomic innervation of the
cardiovascular system (arterioles, venules, small
veins, including the heart)
Causes:
1. Spinal cord injury
2. Regional anesthesia
3. Drugs
4. Neurological disorders
Neurogenic Shock
Characterized by loss of vascular tone & reflexes.
Signs: Hypotension, Bradycardia, Accompanying Neurological
deficits.
optimized by optima
72. Dermatomal
Faktor resiko
Infeksi virus seperti campak dan EpsteinBarr virus;
Iklim dan pajanan matahari
diet and trace elements.
Acute : 12 24 jam
serangan
Low density basal
ganglia
Sulcal effacement
1 3 hari setelah
serangan
Peningkatan massa
Transformasi hemorargik
<12 jam
Sulcal effacement,
edema girus, hilangnya
batas antara substansia
alba dan grisea pada T1
12 24 jam
Hiperintens pada T2
Penyangatan meningeal
pada daerah dekat infark
Efek massa
1- 3 hari
Penyengatan meningeal
mulai berkurang
Sidhi P. Gambaran gangguan kognitif pada lanjut usia nondemensis di puskesmas tebet dan pasar minggu.
http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=107384&lokasi=lokal
77. Apraxia
KETERANGAN
Alexia
Agnosia
Kegagalan dalam mengenal suatu objek walaupun indranya berfungsi secara baik.
Agnosia dapat melibatkan seluruh jenis sensasi
Aphasia
Apraxia
merupakan suatu gangguan yang didapat pada gerakan motorik yang dipelajari dan
berurutan, yang bukan disebabkan oleh gangguan elementer pada tenaga
koordinasi, sensorik atau kurangnya pemahaman atau atensi. Apraxia terdiri atas
apraxia ideomotor dan apraxia ideasional. Pada apraxia ideomotor, pasien tidak
mampu melakukan gerakan yang pernah dipelajari olehnya sebelumnya secara
akurat.
Agraphia
Gangguan pada bahasa yang dinyatakan dalam penulisan. Bukan pada bentuk huruf
dan tulisan yang buruk
PSKIATRI
78. Ecopraxia
Ekopraksia = peniruan pergerakan yang patologis seseorang
pada orang lain.
Latah merupakan suatu fenomena yang menarik di
masyarakat, Latah terdiri dari empat bentuk, yaitu :
80.Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, Saya ini
pejabat di separtemen kesehatan lho! atau, Saya punya tambang emas.
Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.
Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, Kalau
saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.
Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, Saya sakit kanker. (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit
kanker).
Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, Ini kan alam kubur
ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh.
Anoreksia Nervosa
Obesitas
82.Retardasi Mental
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi
mental adalah suatu keadaan perkem-bangan
jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
ketrampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial.
MR Sedang/ moderat
IQ kisaran 36 51
Dapat bicara dan belajar
berkomunikasi
Kesadaran social
kurangkoordinasi otot cukup
Dapat mempelajari beberapa
kemampuan social dan
pekerjaan pada usia 6 20
tahun
Dapat belajar bepergian
sendiri ke tempat yang
dikenal pada jarak usia 6 20
Tahun
Konvulsi disosiatif
Tetanus
Hipokalsemia
Epilepsi
84.Intoksikasi Amfetamin
85. Demensia
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang
timbul karena adanyakelainan yang bersifat kronis dan progresif
disertai dengan gangguan fungsi luhur multipelseperti kalkulasi,
kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran
pada demensiatidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya
disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan motivasi.
Kriteria Demensia menurut DSM IV
1. Demensia Alzheimer
2. Demensia vaskular (terdapat bukti riwayat penyakit
serebrovaskular)
3. Demensia akibat kondisi medis umum lain
4. Demensia persisten terinduksi zat
5. Demensia akibat etiologi multiple
6. Demensia yang tidak tergolongkan di tempat lain
Gangguan yang serupa dengan gangguan stres pascatrauma, yang muncul segera setelah kejadian, dalam satu bulan setelah
kejadian
Orang yang telah terpapar dari suatu kejadian traumatic apabila ditemukan:
Orang yang mengalami atau dihadapkan dengan suatu kejadian yang berupa ancaman kematian atau cedera yang
serius atau ancama kepada integritas fisik diri sendiri atau orang lain.
Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horror.
Setelah mengalami kejadian yang menakutkan, individu mengalami salah satu dari gejala disosiatif berikut:
Derealisasi.
Depersonalisasi.
Amnesia disosiatif, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma.
Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam sekurangnya satu cara berikut
pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuran atau penderitaan saat terpapar dengan pengingat kejadian
traumatik.
Gangguan yang menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau kondisi penting lain.
Gangguan berlangsung minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi dalam 4 minggu setelah kejadian
traumatik.
Tidak karena efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi medis umum.
Fobia Sosial
Fobia khas
PTSD
87. Insomnia
Diagnosis Sindrom Insomnia
Membutuhkan waktu lebih dari jam untuk tertidur
atau tidur kembali setelah terbangun sehingga siklus
tidur tidak utuh dan menimbulkan keluhan gangguan
kesehatan
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari hari,
bermanifestasi dalam gejala: penurunan kemampuan
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.
Lama tidur :
Long sleeper (7-8 jam/hari)
Short sleeper (3-4 jam/hari)
Panduan Klinis Obat Psikotropik, Maslim R
Non-benzodiazepin
Zolpidem 10 20 mg/malam
Pedoman diagnostic gangguan psikotik akut dan sementara menurut PPDGJ-III menggunakan
urutan diagnosis yang mencermikan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama.
Urutan prioritas yang dipakai ialah :
onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jengka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan
mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodormal yang
gejalanya sering tidak jelas) sebagai cirri khas yang menentukan seluruh kelompok
adanya sindrom yang khas ( berupa polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala
skizofrenik yang khas)
adanya stress akut yang berkaitan ( tidak selalu ada). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak bboleh
dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini.
tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode maik atau episode
depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol
dari waktu ke waktu
Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.
Alprazolam
Anti anxietas
Diazepam
Sertralin
Skizofrenia
Ditandai dengan penyimpangan dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar, atau tumpul.
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun ada
kemunduran kognitif tertentu.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut
A
Thought echo = isi pikirannya berulang dikepalanya
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
Thought broadcasting = isi pikirannya keluar sehingga orang lain/ umum mengetahuinya.
B
Delusion of control=waham tentang dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya
Delusion of influence= waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar
Delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar
C halusinasi auditorik
Gejala tersebut berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih.
Tipe Katatonik
Tipe Paranoid
Tipe Residual
90. Erisipelas
Defenisi : Penyakit infeksi akut,
biasanya oleh
streptococcus
Etiologi : Streptococcus hemoliticus
Epidemiologi :Banyak pada anakanak & dewasa
Pria = wanita
Lokalisasi : Biasanya di tungkai
bawah
Gejala klinis : Gejala konstitusi (-);
Didahului trauma. Kelainan kulit
utama: eritema (merah cerah),
batas tegas & pinggirnya meninggi,
tanda-tanda radang akut (+)
Differensial Diagnosis :
Selulitis : Dijumpai infiltrat subkutan
Penatalaksanaan :
Istirahat, tungkai bawah & kaki yg
diserang ditinggikan ( elevasi )
Antibiotika : penisilin 0,6 1,5 juta IU
selama 5 -10 hari atau sefalosporin 4
x 400 mg selama 5 hari
kompres terbuka dgn antiseptik
91. Impetigo
Impetigo Krustosa
Penyebab: streptococcus B
hemolyticus
Tempat predileksi di muka,
sekitar hidung dan mulut.
Gejala Klinis: eritema dan
vesikel yang cepat
memecah, krusta tebal
kekuningan seperti madu
Pengobatan: krusta
dilepaskan dan diberi salep
antibiotik
Impetigo bulosa
Penyebab: Staphylococcus
aureus
Tempat predileksi di ketiak,
dada, punggung.
Gejala klinis: eritema, bula,
dan bula hipopion.
Pengobatan: vesikel baru
bisa dipecahkan lalu
diberikan salep antibiotik
atau cairan antiseptik.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
Multibasilar
Lesi kulit
(makula datar, papul
meninggi, nodus)
1-5 lesi
Hipopigmentasi/eritema
Distribusi tidak simetris
Hilangnya sensasi yang
jelas
>5 lesi
Distribusi lebih simetris
Hilangnya sensasi kurang
jelas
Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi)
Reaksi Reversal
Lokasi :
Pria : prepusium, frenulum, korpus penis dan skrotum
Wanita : klitoris, labia, anus dan perineum
Efloresensi
Ulkus berbentuk cawan, tepi tidak rata, dinding menggaung dan
eritema di sekitarnya
Terapi :
1 g azithromycin, single
dose oral
ceftriaxone 250 mg IM,
single dose
ciprofloxacin 2 x 500 mg
oral 3 hari
Erythromycin 3 x 500 mg
oral 7 hari
Predisposisi :
Obesitas
Akne
Derajat Acne
Ringan
Sedang
Berat
Akne vulgaris
Pengobatan
Topikal:
Iritan: sulfur, asam salisilat, peroksida benzoil, asam retinoat
Antibiotik: oksitetrasiklin, eritromisin
Antiinflamasi: hidrokortison, triamsinolon intralesi
Sistemik
Antibiotik: tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, trimethoprim
Obat hormonal: estrogen, siproteron asetat
Vitamin A
Antiinflamasi
Terapi oral (Sistemik) diberikan pada acne sedang-berat
Kelainan
Karakteristik
Erupsi akneiformis
Akne venenata
Sistemik
Digunakan pada pasien
dengan lesi yang luas,
kesulitan untuk
menggunakan terapi
topikal, relaps berulang,
atau pilihan pasien untuk
terapi oral
Gothamy z. Review of Pytiarisis Versicolor. Egyp wor dermato soc vol.1 2004
Ketoconazole 1 x 200 mg
10 hari
Itrakonazol 1 x 200 mg 7
hari
Flukonazole 1 x 300 mg
TEN Definitions
SJS/TEN:
Lesions: Small blisters on dusky purpuric macules or atypical
targets
Mucosal involvement common
Prodrome of fever and malaise common
Stevens-Johnson Syndrome:
Rare areas of confluence.
Detachment </= 10% BSA
Presentation of TEN
Demam (sering kali >39) dan flu-like illness 1-3 hari
sebelum lesi mukokutaneus muncul
Eritema yang berkonfluensi
Facial edema or central facial involvement
Lesi terasa nyeri
Palpable Purpura
Nekrosis kulit, dan blisters and/or epidermal detachment
Krusta/erosis pada membran mukosa, sore throat
Gangguan penglihatankarena ada keterlibatan mata
Rash muncul 1-3 minggu setelah exposure, atau
beberapa hari pada 2nd exposure
Eritema multiforme
Erupsi mendadak dan rekuren
pada kulit dan kadang-kadang
pada mukosa dengan gambaran
bermacam-macam spektrum
Penyebab pasti belum diketahui
Gejala:
Tipe makula-eritema
Mendadak, simetrik, predileksi di
punggung tangan, telapak tangan,
ekstensor ekstremitas, mukosa.
Gejala khas: bentuk iris
Tipe vesikobulosa
Makula, papula, urtika yang
kemudian timbul lesi vesikobulosa
di tengah
Obat:
KS sistemik dosis tinggi
Sulfadiazin perak topikal
(sama seperti luka bakar)
Suportif
Pengobatan: simtomatik
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Treatment
Bagian yang terpnting saat mengobati pasien
dengan pityriasis rosea adalah reassurance
bahwa rash akan menghilang
Mengurangi pruritus akan membantu
Penggunaan topical steroids, oral antihistamines,
topical menthol-phenol lotions, dan oatmeal baths.
100. Urtikaria
Vascular reaction of the
skin (Anaphylactic)
Marked by the transient
appearance of smooth,
slightly elevated patches
(wheals) that are
erythematous
Severe pruritus
Loratadine
AH-1 : blok reseptor H1 pada otot dan dinding
pembuluh darah, bronchus dan git serta
kapiler dan ujung saraf.
Generasi I : prometazin, klorfeniramin,
difenhidramin, siproheptadin, hidroksizin, dll.
Generasi II : astemizol, terfenadin, loratadin,
setirizin, dll.
Generasi II sukar mencapai SSP sehingga
bersifat non sedatif.
Gejala Klinis
Pruritus lokal akibat migrasi cacing betina, sering terjadi pada
waktu malam hari hingga mengganggu tidur
Iritasi dan luka garuk disekitar anus, perineum dan vagina
Kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi,
enuresis, cepat marah, insomnia
Diagnosis
Menemukan telur dan cacing dewasa. Telur diambil dengan anal
swab yang ditempelkan di sekitar anus pada pagi hari sebelum
cebok
Pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut
Pengobatan
Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan
Mebendazol, efektif untuk semua stadium perkembangan
enterobius, 100 mg PO, diulang 2 minggu kemudian
Pyrantel Pamoate 10-11 mg/kgBB single dose, diulang 2 minggu
kemudian
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. FKUI
DA anak (2 10 tahun)
Merupakan kelanjutan dari bentuk infantil atau de novo
Lesi lebih kering, papul, likenifikasi dengan sedikit skuama
Predileksi: lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan fleksor, kelopak
mata, leher
Kriteria mayor:
Pruritus
Dermatitis di muka/ekstensor pada bayi/anak
Dermatitis di fleksura pada dewasa
Dermatitis kronis atau residif
Riwayat atopi pada penderita/keluarga
Kriteria minor:
Xerosis, infeksi kulit, dermatitis nonspesifik, iktiosis, pitiriasis alba,
dermatitis di papila mammae, white dermographism, keilitis, lipatan
infraorbital, konjungtivitis berulang, keratokonus, katarak subskapular
anterior, orbita menjadi gelap, muka pucat/eritem, gatal bila berkeringat,
intolerans terhadap wol/pelarut lemak, aksentuasi perifolikular,
hipersensitif terhadap makanan, dipengaruhi lingkungan/emosi, tes kulit
alergi (+), IgE serum meningkat, awitan usia dini
Allergen Testing
Skin prick test
Placing a drop of a solution containing a possible allergen
on the skin, and a series of scratches or needle pricks
allows the solution to enter the skinResult read in 20
minutes
Positive reactionskin develops a red, raised itchy area
(called a wheal)
Antihistamin harus dihentikan selama 1 minggu dan
steroid topikal selama 2 minggu sebelum waktu test
Treatment
http://www.aafp.org/afp/2007/0215/p523.html
Abses tertutup
Luka bergaung dengan cairan di dalamnya yang tertutup
debris superfisial
Swab :
luka / abses
luka / abses
SWAB
Clue cells
417
Amsel Criteria:
Setidaknya 3 dari
tanda berikut ini
Homogeneous, non-viscous,
milky-white discharge
adherent to the vaginal
walls
418
Tatalaksana
Sebagian infeksi BV dapat sembuh secara spontan,
sebagian yang lain membutuhkan pengobatan
Pengobatan dibutuhkan pada pasien wanita
asimptomatik dengan:
Kehamilan
Persalinan
Operasi ginekologi
Infeksi rekuren
Metronidazole
Oralmenurunkan pregnancy-associated morbidity
Vagina Ovuladigunakan pada pasien yang tidak dapat
mentoleransi efek samping metronidazol oral dan sedang
menyusui
105.HISTOPATOLOGI PENYAKIT
GLOMERULAR
The glomerular basement membrane (GBM) of the kidney is the basal lamina
layer of the glomerulus.
The GBM is a fusion of the endothelial cell and podocyte basal laminas
GLOMERULUS
NORMAL
Minimal-Change Glomerulonephritis
Nama lain Nil Lesions/Nil Disease (lipoid
nephrosis)
Minimal change nephrotic syndrome (MCNS)
merupakan penyebab tersering dari sindrom
nefrotik pada anak, mencakup 90% kasus di
bawah 10 tahun dan >50% pd anak yg lbh tua.
Mesangial Proliferative GN
Mesangioproliferative pattern of glomerular
injury is characterized by the expansion of
mesangial matrix and the mesangial
hypercellularity.
Contoh: immune disease such as IgA
nephropathy or class II lupus nephritis or nonimmune diseases such as early diabetic
glomerulosclerosis
Membranoproliferative
glomerulonephritis (MPGN)
Membranoproliferative glomerulonephritis (MPGN) is
an uncommon cause of chronic nephritis that occurs
primarily in children and young adults.
This entity refers to a pattern of glomerular injury
based on characteristic histopathologic findings,
including:
(1) proliferation of mesangial and endothelial cells and
expansion of the mesangial matrix
(2) thickening of the peripheral capillary walls by
subendothelial immune deposits and/or intramembranous
dense deposits
(3) mesangial interposition into the capillary wall, giving
rise to a double-contour or tram-track appearance on
light microscopy
Membranoproliferative
glomerulonephritis (MPGN)
type I. Glomerulus with
mesangial interposition
producing a double contouring
of basement membranes,
which, in areas, appear to
surround subendothelial
deposits (Jones silver
methenaminestained section;
original magnification 400).
Courtesy of John A. Minielly,
MD.
Chronic GN. A Masson trichrome preparation shows complete replacement of virtually all glomeruli by bluestaining collagen. (Courtesy of Dr. M. A. Venkatachalam, Department of Pathology, University of Texas Health
Sciences Center, San Antonio, Texas.)
106. PERTUSIS
Pertusis
Batuk rejan (pertusis) adalah penyakit akibat
infeksi Bordetella pertussis dan Bordetella
parapertussis (basil gram -)
Karakteristik : uncontrollable, violent coughing
which often makes it hard to breathe. After fits of
many coughs needs to take deep breathes which
result in a "whooping" sound.
Anak yang menderita pertusis bersifat infeksius
selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah
terjadinya penyakit
Pertusis
Stadium:
Stadium katarrhal: hidung tersumbat, rinorrhea,
demam subfebris. Sulit dibedakan dari infeksi
biasa. Penularan terjadi dalam stadium ini.
Stadium paroksismal: batuk paroksismal yang
lama, bisa diikuti dengan whooping atau stadium
apnea. Bisa disertai muntah.
Stadium konvalesens: batuk kronik hingga
beberapa minggu
Guinto-Ocampo H. Pediatric pertussis. http://emedicine.medscape.com/article/967268overview
107. CROUP
Croup
Croup (laringotrakeobronkitis
viral) adalah infeksi virus di
saluran nafas atas yang
menyebabkan penyumbatan
Merupakan penyebab stridor
tersering pada anak
Gejala: batuk menggonggong
(barking cough), stridor,
demam, suara serak, nafas
cepat disertai tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam
Steeple sign
Pemeriksaan
Croup is primarily a clinical diagnosis
Laboratory test results rarely contribute to confirming this
diagnosis. The complete blood cell (CBC) count may suggest a viral
cause with lymphocytosis
Radiography : verify a presumptive diagnosis or exclude other
disorders causing stridor.
The anteroposterior (AP) radiograph of the soft tissues of the neck
classically reveals a steeple sign (also known as a pencil-point sign),
which signifies subglottic narrowing
Lateral neck view may reveal a distended hypopharynx (ballooning)
during inspiration
Demam
Suara serak
Batuk menggonggong
Stridor bila anak gelisah
Terapi:
Rawat jalan
Pemberian cairan oral,
ASI/makanan yang sesuai
Simtomatik
Berat
Gejala:
Stridor saat istirahat
Takipnea
Retraksi dinding dada bagian
bawah
Terapi:
Steroid (dexamethasone) dosis
tunggal (0,6 mg/kg IM/PO)
dapat diulang dalam 6-24 jam
Epinefrin 1:1000 2 mL dalam 23 mL NS, nebulisasi selama 20
menit
WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO; 2008.
108. VSD
Acyanotic
With volume
load:
- ASD
- VSD
- PDA
- Valve
regurgitation
Cyanotic
With pressure
load:
With
pulmonary blood
flow:
With
pulmonary blood
flow:
- Valve stenosis
- ToF
- Coarctation of
aorta
- Atresia
pulmonal
- Transposition of
the great vessels
- Atresia tricuspid
- Truncus
arteriosus
VSD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Flow across VSD
VSD:
Pathophysiology & Clinical Findings
cardiomegaly with
prominence of
both ventricles,
the left atrium, &
the pulmonary artery.
pulmonary vascular
marking
Characteristic
Early HDN
Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Baby
born of mother who has been on certain drugs: anticonvulsant,
antituberculous drug, antibiotics, VK antagonist anticoagulant.
Classic HDN
Vit K deficiency
Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Definite
etiology inducing VKP is found in association with bleeding:
malabsorption of VK ie gut resection, biliary atresia, severe liver
disease-induced intrahepatic biliary obstruction.
Diagnosis APCD
Diagnosis
Anamnesis : Bayi kecil yang sebelumnya sehat, tiba-tiba
tampak pucat, malas minum, lemah. Tidak mendapat
vitamin K saat lahir, konsumsi ASI, kejang fokal
PF : Pucat tanpa perdarahan yang nyata. Tanda
peningkatan tekanan intrakranial (UUB membonjol,
penurunan kesadaran, papil edema), defisit neurologis
fokal
Pemeriksaan Penunjang : Anemia dengan trombosit
normal, PT memanjang, APTT normal/memanjang. USG/CT
Scan kepala : perdarahan intrakranial
Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, disertai UUB
membonjol harus difikirkan APCD sampai terbukti bukan
Buku PPM Anak IDAI
Tatalaksana APCD
Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, dan UUB membonjol,
berikan tatalaksana APCD sampai terbukti bukan
Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut
Transfusi FFP 10-15 ml/kgBB selama 3 hari berturut-turut
Transfusi PRC sesuai Hb
Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial
(Manitol 0,5-1 g/kgBB/kali atau furosemid 1 mg/kgBB/kali)
Konsultasi bedah syaraf
Pencegahan : Injeksi Vitamin KI 1 mg IM pada semua bayi
baru lahir
Buku PPM Anak IDAI
Patofisiologi
Cold Agglutinin Disease (CAD)
merupakan bagian dari anemia
hemolitik autoimmun (13-25%
kasus AIHA)
Adanya dekstruksi sel darah
merah intra dan ekstravaskular
Biasanya menyerang usia 60-70
Antibodi cold agglutinin dibuat
di sumsum tulang,
Klasifikasi CAD
CAD primer
10% idiopatik
90% berkaitan dengan low grade lymphoproliferative bone
marrow disorder
CAD sekunder
Dipicu oleh suatu penyebab
Penyakit infeksi: mycoplasma pneumonia, mumps,
mononucleosis, sifilis,rubella, varicella, HIV, Hep B
Limfoma, CLL
SLE
Menghilang jika penyakit yang mendasarinya membaik
Gejala
Pemeriksaan Laboratorium
Demam
Nyeri abdomen
Dispnea
Takikardia
Angina
Malaise
Ikterik
Urine cokelat
Splenomegali
acrocyanosis
ITP: Epidemiology
(ITP)/ primary immune
thrombocytopenic purpura/
autoimmune
thrombocytopenic purpura
merupakan kelainan
trombositopenia murni
dengan sumsum tulang yg
normal dan tidak ada
penyebab trombositopenia
itu sendiri
ITP akut pd anak sebagian
besar bersifat ringan dan
self limiting
Trombositopenia <100,000/mm3
Purpura dan perdarahan membran mukosa
Diagnosis of exclusion
2 jenis gambaran klinis
ITP akut
Biasanya didahului oleh infeksi virus dan menghilang dalam 3 bulan.
ITP kronik
Gejala biasanya mudah memar atau perdarahan ringan yang berlangsung
selama 6 bulan
ITP
Patofisiologi
Peningkatan destruksi
platelet di perifer, biasanya
pasien memiliki antibodi
yang spesifik terhadap
glikoprotein membran
platelet (IgG autoantibodi
pada permukaanplatelet)
Tatalaksana
Perdarahan yang mengancam
nyawa penanganan intensif
Glukokortikoid IV dosis tinggi & IV
immunoglobulin (IVIg), dengan
atau tanpa transfusi trombosit
Transfusi Tc diindikasikan untuk
pengontrol perdarahan yg parah
6-8 U of platelet concentrate, or 1
U/10 kg
1 U of platelets to increase count
of a 70-kg adult by 5-10,000/mm3
and an 18-kg child by 20,000/mm3
TTP
Thrombotic
Thrombocytopenic Purpura
(TTP) merupakan kelainan
darah dengan karakteristik
adanya trombosis sehingga
terjadi trombositopenia
Dalam bentuk lengkap, terdiri
dari pentad microangiopathic
hemolytic anemia,
thrombocytopenic purpura,
kelainan neurologis, demam,
dan kelainan ginjal.
Etiologi belum diketahui
Therapy of choice : plasma
exchange with fresh frozen
plasma.
112. KOLESTASIS
Ikterus Neonatorum
Ikterus neonatorum: fisiologis vs non fisiologis.
Ikterus fisiologis:
Awitan terjadi setelah 24 jam
Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB)
Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum puncak adalah 715 mg/dl pada NCB
Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB
Tanda penyakit lain
Kolestatis
Bilirubin
indirek
Bilirubin Direk
OBSTRUKSI
Urin warna
teh
Feses warna
Dempul
Atresia Bilier
Merupakan penyebab kolestasis tersering dan serius pada bayi yang terjadi
pada 1 per 10.000 kelahiran
Ditandai dengan adanya obstruksi total aliran empedu karena destruksi atau
hilangnya sebagian atau seluruh duktus biliaris. Merupakan proses yang
bertahap dengan inflamasi progresif dan obliterasi fibrotik saluran bilier
Etiologi masih belum diketahui
Gambaran klinis: biasanya terjadi pada bayi perempuan, lahir normal,
bertumbuh dengan baik pada awalnya, bayi tidak tampak sakit kecuali sedikit
ikterik. Tinja dempul/akolil terus menerus. Ikterik umumnya terjadi pada usia
3-6 minggu
Laboratorium : Peningkatan SGOT/SGPT ringan-sedang. Peningkatan GGT
(gamma glutamyl transpeptidase) dan fosfatase alkali progresif.
Diagnostik: USG dan Biopsi Hati
Terapi: Prosedur Kasai (Portoenterostomi)
Komplikasi: Progressive liver disease, portal hypertension, sepsis
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Gejala Kuning. Dept IKA RSCM. 2007
113. ISK
Risk Factor
Tatalaksana
Tujuan : Memberantas kuman penyebab, mencegah dan menangani komplikasi dini, mencari
kelainan yang mendasari
Umum (Suportif)
Masukan cairan yang cukup
Edukasi untuk tidak menahan berkemih
Menjaga kebersihan daerah perineum dan periurethra
Hindari konstipasi
Khusus
Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empirik
selama 7-10 hari
Obat rawat jalan : kotrimoksazol oral 24 mg/kgBB setiap 12 jam, alternatif ampisilin,
amoksisilin, kecuali jika :
Terdapat demam tinggi dan gangguan sistemik
Terdapat tanda pyelonefritis (nyeri pinggang/bengkak)
Pada bayi muda
Jika respon klinis kurang baik, atau kondisi anak memburuk berikan gentamisin (7.5
mg/kg IV sekali sehari) + ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3
parenteral
Antibiotik profilaksis diberikan pada ISK simpleks berulang, pielonefritis akut, ISK pada
neonatus, atau ISK kompleks (disertai kelainan anatomis atau fungsional)
Pertimbangkan komplikasi pielonefritis atau sepsis
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Proteinuria, hematuria, dan adanya silinder eritrosit
Penatalaksanaan
Restricting physical activity is appropriate in the first few days of the illness but is
unnecessary once the patient feels well
Specific therapy:
Treat patients, family members, and any close personal contacts who are infected.
Throat cultures should be performed on all these individuals. Treat with oral penicillin G (250 mg qid
for 7-10 d) or with erythromycin (250 mg qid for 7-10 d) for patients allergic to penicillin
This helps prevent nephritis in carriers and helps prevent the spread of nephritogenic strains to
others
Nefrotik vs Nefritik
Derajat
Serangan
Asma
Alur
Penatalaksanaan
Serangan Asma
Asma persisten
Frekuensi serangan
< 1x /bulan
> 1x /bulan
Sering
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Diantara serangan
Tanpa gejala
Normal
Obat pengendali
Tidak perlu
Perlu, steroid
Perlu, steroid
>15%
< 30%
< 50%
1116-117. MENINGITIS
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah
Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
etiologi
Pada kasus berat sebaiknya ditunda
Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan tekanan
intrakranial
Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan penyakit SSP yang lain
(eg. GBS)
Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1 tahun
sangat dianjurkan; 12-18 bln dianjurkan; > 18 bln tidak rutin
dilakukan
CT Scan dengan kontras atau MRI pada kasus berat, atau dicurigai
adanya abses otal, hidrosefalus, atau empiema subdural
EEG jika ditemukan perlambatan umum
HAEMOPHILUS MENINGITIS
Haemophilus influenzae is a nonmotile, History: From 60-80% of children
Gram-negative, rod-shaped bacterium
who develop Hib meningitis have
(coccobacilli; (0.5-1.5 micrometres).
had otitis media or an upper
respiratory illness immediately
before the onset of meningitis
Symptoms
Altered cry
Lethargy
Nausea or vomiting
Fever
Headache
Photophobia
Meningismus
Irritability
Anorexia
Seizures
Haemophilus Meningitis
Treatment:
Antimicrobial therapy
Dexamethasone may help
decrease the inflammatory
response & prevent hearing
loss.
Increased intracranial
pressure (ICP) can be treated
with mannitol.
Anticonvulsant
http://emedicine.medscape.com/article/218271-treatment
http://emedicine.medscape.com/article/1164916-medication#2
Akses Intraoseus
Site of injection:
Proximal tibia
sternum
Indikasi
Kontraindikasi
Burns
Obesity
Edema
Seizures
Hypovolemic shock
Burns
Cardiopulmonary arrest
Burns
Blood draws
Local anesthesia
Medication infusion
Komplikasi Diare
Dehidrasi
Asidosis Metabolik
Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi
undernutrition
Gangguan elektrolit
hipo/hipernatremia
Hipokalemia
(NB: Hiperkalemia bisa menstimulasi intestinal
motility menyebabkan watery diarrhea.)
Gangguan gizi
Gangguan sirkulasi (syok)
Hyponatremia
Hypovolemic states, such as hemorrhage or dehydration,
prompt increases in sodium absorption in the proximal
tubule. Increases in vascular volume suppress tubular sodium
reabsorption, resulting in natriuresis and helping to restore
normal vascular volume
Hyponatremia is physiologically significant when it indicates a
state of extracellular hyposmolarity and a tendency for free
water to shift from the vascular space to the intracellular
space.
Cellular edema is well tolerated by most tissues, it is not well
tolerated within the rigid confines of the bony calvarium.
Therefore, clinical manifestations of hyponatremia are related
primarily to cerebral edema
Electrolyte: hyponatremia
Many symptoms of hyponatremia
are associated with the hypotonic
hydration.
The most common symptoms:
Headache
Nausea
Disorientation
Tiredness
Muscle cramps
Electrolyte: hyponatremia
Natrium concentration is influenced by the balance of natrium
& water in the body.
Electrolyte: hypernatremia
Hypernatremia
Electrolyte: hypernatremia
Electrolyte: kalium
K has important role in resting membrane potential & action potentials.
Electrolyte: kalium
Hypokalemia
Disorientation
Confusion
Discomfort of muscles
Muscle weakness
Ileus paralytic
Paralysis of the
muscles of the lung,
resulting in death
Hyperkalemia
Tatalaksana Hipokalemia
Transient, asymptomatic, or mild hypokalemia may spontaneously resolve
or may be treated with enteral potassium supplements.
Symptomatic or severe hypokalemia should be corrected with a solution of
intravenous potassium.
PPM IDAI
http://emedicine.medscape.com/article/907757-treatment
Electrolye: kalium
Electrolyte: kalium
Summary
HIPER
Natremia (> 144 mEq/L)
Hiperrefleks, mental status
changes (lethargy, stupor, coma
etc), seizures
HIPO
Natremia (<136 mEq/L)
Hiporeflexia, mental status
changes, seizures
Etiologi
Rotavirus
Penyebab tersering gastroenteritis
virus pada anak
Outbreak pada musim gugur-dingin
Puncak insidens: usia 6-24 bulan
Durasi 5-7 hari
Astrovirus
Winter outbreaks
Affects all ages
Typical duration 3 days
Adenovirus
Summer outbreaks
Typicall affects children
Typical duration 6-9 days
Diare Persisten
Intoleransi laktosa
Alergi protein susu sapi
Malabsorpsi nutrien
Bakteri tumbuhlampau
Infeksi persisten
Antibiotic-Associated
Diarrhea
Food Allergy
Hipersensitivitas terhadap protein di dalam makanan (cth kasein & whey dari
produk sapi)
Mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna belum sempurna,
antigen masuk lewat saluran cerna hipersensitivitas
The prevalence of food allergies has been estimated to be 5-6% in infants and
children younger than 3 years and 3.7 % in adults
Gejala:
Anafilaktik
Kulit: dermatitis atopik, urtikaria, angioedema
Saluran nafas: asma, rinitis alergi
Saluran cerna: oral allergy syndrome, esofagitis eosinofilik, gastritis eosinofilik, gastroenteritis
eosinofilik, konstipasi kronik, dll.
Stabilisasi
H 1-2
Transisi
H 3-7
Rehabilitasi
H 8-14
mg
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
tanpa Fe
+ Fe
Mikronutrien
Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3
bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1,
2, dan 15.
X1
Dryness of conjunctiva
X2
Dryness of cornea
Bitot spot
Foam-like substance
53
X3A
Corneal ulcer < 1/3
54
X3B
X3B
Ulkus kornea > 1/3
Keratomalacea
30
XS
Corneal scar
124. IMUNISASI
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
1. Hepatitis B
Jadwal vaksin hepatitis B1 tetap dianjurkan
umur 12 jam.
Diberikan setelah vitamin K1.Penting untuk
mencegah terjadinya perdarahan akibat
defisiensi vitamin K.
HBIg utk bayi dari ibu HBsAg positif, selain
imunisasi hepatitis B, utk cegah infeksi
perinatal yang berisiko tinggi untuk terjadinya
hepatitis B kronik.
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
2. Polio
Vaksin polio 0 : polio oral (saat lahir atau saat
bayi dipulangkan)
Untuk vaksin polio 1, 2, 3 dan booster : polio
oral (OPV) atau polio inaktivasi (IPV)
Rekomendasi: paling sedikit 1 dosis IPV yang
penting dalam masa transisi dalam menuju
eradikasi polio
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
3. BCG
BCG dapat diberikan : umur 0 - 3 bulan
4. DTP
Untuk vaksin Td ditambahkan perlu booster
tiap 10 tahun.
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
5. Campak
Imunisasi campak pada program nasional
diberikan 2 kali pada umur 9 dan 24 bulan
(Permenkes RI no 42/ 2013 tentang
penyelenggaran imunisasi)
Bila mendapat MMR umur15 bulan, imunisasi
campak umur 24 bulan tidak diperlukan.
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
125. TB MILIER
Tatalaksana TB
Jika menemukan salah satu tanda di bawah
ini, rujuk ke RS
TB Milier
TB milier terjadi akibat
penyebaran kuman melalui
hematogen ke organ-organ
tubuh (dalam hal ini paruparu)
Pada keadaan TB yang
berat, baik pulmonal
maupun ekstrapulmonal (TB
milier, TB meningitis, TB
tulang, dll):
fase intensif diberikan minimal 4
macam jenis obat selama 2 bulan
(rifampisin, INH, pirazinamid,
etambutol, atau streptomisin).
Fase lanjutan diberikan
rifampisin dan INH selama 10
bulan.
PENILAIAN PERTUMBUHAN
Pertumbuhan disebut BAIK : bila BB bulan ini
bertambah dibandingkan BB bulan lalu dan grafik BB di
KMS
a. Tetap pada pita warna yang sama atau
b. Berpindah ke pita warna yang lebih tua
Pertumbuhan TIDAK BAIK : bila BB bulan ini bertambah
tetapi grafik BB berpindah ke pita yang lebih rendah
Pertumbuhan TIDAK BAIK : bila BB bulan ini
dibandingkan dengan BB bulan lalu;
a. Sama nilainya (tetap)
b. Lebih rendah (berkurang)
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi bayi dengan kadar glukosa
darah <45 mg/dl (2.6 mmol/L), baik bergejala atau
tidak
Hipoglikemia berat (<25 mg/dl) dapat menyebabkan
palsi serebral, retardasi mental, dan lain-lain
Etiologi
Peningkatan pemakaian glukosa (hiperinsulin): Neonatus
dari ibu DM, Besar masa kehamilan, eritroblastosis fetalis
Penurunan produksi/simpanan glukosa: Prematur, IUGR,
asupan tidak adekuat
Peningkatan pemakaian glukosa: stres perinatal (sepsis,
syok, asfiksia, hipotermia), defek metabolisme karbohidrat,
defisiensi endokrin, dsb
Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010
Hipoglikemia
Diagnosis
Anamnesis: tremor, iritabilitas, kejang/koma, letargi/apatis, sulit menyusui,
apneu, sianosis, menangis lemah/melengking
PF: BBL >4000 gram, lemas/letargi/kejang beberapa saat sesudah lahir
Penunjang: Pemeriksaan glukosa darah baik strip maupun darah vena, reduksi
urin, elektrolit darah
Penatalaksanaan
Bolus 200 mg/kg dengan dextrosa 10% IV selama 5 menit
Hitung Glucose Infusion Rate (GIR), 6-8 mg/kgBB/menit untuk mencapai GD
maksimal. Dapat dinaikkan sampai maksimal 12mg/kgBB/menit
Cek GD per 6 jam
Bila hasil GD 36-47 mg/dl 2 kali berturut-turut + Infus dextrosa 10%
Bila GD >47 mg/dl setelah 24 jam terapi, infus diturunkan bertahap
2mg/kgBB/menit setiap jam
Tingkatkan asupan oral
128. DISENTRI
Disentri
Disentri adalah diare yang disertai darah.
Sebagian besar kasus disebabkan oleh Shigella
dan hampir semuanya membutuhkan
pengobatan antibiotik
Peningkatan jumlah leukosit lebih dari 10 per
lapang pandang mendukung etiologi bakteri
invasif
Disentri
Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering ( 60%
kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri
yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
Salmonella
Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
Campylobacter Sp
Campylobacter species are
gram-negative bacilli that
have a curved or spiral
shape
diarrhea, cramping,
abdominal pain, and fever
within two to five days after
exposure to the organism
In most patients, the
diarrhea is either loose and
watery or grossly bloody; 8
10 bowel movements per
day occur at the peak of
illness
Most cases of
campylobacteriosis are
associated with eating raw
or undercooked poultry
meat
The most important
postinfectious complication
of C. jejuni infection is the
Guillain-Barr syndrome
(GBS) (probably preceding
30% of GBS cases; <1 case
of GBS per 1000 C. jejuni
infections)
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/campylobacter/
http://cid.oxfordjournals.org/content/32/8/1201.full.pdf+html
Salmonella Sp
Salmonella are gramnegative facultative
intracellular anaerobes
Cause of gastroenteritis,
enteric fever (caused by
typhoid and paratyphoid
serotypes), bacteremia,
focal infections, a
convalescent lifetime carrier
state.
C. Jejuni
Shigella
Entamoeba Hystolitica
Gejala klinis
Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah
dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit,
bisa terdapat diare encer tanpa darah
dalam 6-24 jam pertama, dan setelah
12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam
tinja.
Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan
toksik.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus
saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala
menyerupai ensefalitis dan sepsis
(kejang, sakit kepala, letargi, kaku
kuduk, halusinasi).
Disentri amoeba
Diare disertai darah dan lendir
dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih
sedikit daripada disentri
basiler (10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya
tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus).
129. DBD
Dengue
Demam dengue
Demam akut 2-7 hari
dengan 2 atau lebih gejala
berikut:
Nyeri kepala
Nyeri retroorbita
Myalgia/arthralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia
DBD
Infeksi dengue yang ditambah
1 atau lebih gejala:
KLASIFIKASI DBD
Derajat (WHO 1997):
Derajat I : Demam dengan test rumple leed
positif.
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan
spontan dikulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/
hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
130. POLIOMIELITIS
Poliomyelitis
Poliomyelitis is an enteroviral
infection
Poliovirus is an RNA virus that is
transmitted through the oralfecal route or by ingestion of
contaminated water
The viral replicate in the
nasopharynx and GI tract
invade lymphoid tissues
hematologic spread viremia
neurotropic and produces
destruction of the motor neurons
in the anterior horn and
brainstem
Poliomyelitis:
90-95% of all infection remain
asymptomatic
5-10% abortive type:
Fever
Headache, sore throat
Limb pain, lethargy
GI disturbance
1-2% major poliomyelitis:
Meningitis syndrome
Flaccid paresis with asymmetrical
proximal weakness & areflexia,
mainly in lower limbs
Paresthesia without sensory loss or
autonomic dysfunction
Muscle atrophy
Poliomyelitis
Work Up :
viral cultures of specimens from the cerebrospinal
fluid (CSF), stool, and throat
Acute and convalescent serum for antibody
concentrations, 4-fold increase in the immunoglobulin
G (IgG) antibody titers or a positive antiimmunoglobulin M (IgM) titer during the acute stage
is diagnostic
Treatment
No antivirals are effective against polioviruses. The
treatment of poliomyelitis is mainly supportive
Pediatric Poliomyelitis. Benjamin Estrada, MD. http://emedicine.medscape.com/article/967950
Sumpah Dokter
Penjelasan
Perbuatan berikut dipandang bertentangan
dengan etik:
Membuat ikatan atau menerima imbalan
dari perusahaan farmasi/obat,
perusahaan alat kesehatan/kedokteran
atau badan lain yang dapat
mempengaruhi pekerjaan dokter
Melibatkan diri secara langsung atau tidak
langsung untuk mempromosikan obat,
alat, atau bahan lain guna kepentingan
dan keuntungan pribadi dokter
Dalam Pasal 47 ayat (1) UU Praktek Kedokteran bahwa dokumen rekam medis
milik dokter, doktek gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam
medis milik pasien.
Permenkes Rekam Medis Pasal 11 ayat (2) yang menyatakan pimpinan sarana
pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau
langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundangundangan
Penyidik dapat meminta kopi rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan yang
menyimpannya, untuk melengkapi alat bukti yang diperlukan dalam perkara
hukum (pidana).
Non-probability
sampling
Consecutive sampling
Convenient sampling
Pusposive sampling
Multistage Sampling
167. Surveilans
Definisi:
Kegiatan pengamatan sistematis, aktif, terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit
Tujuan:
Jenis surveilans
Berdasarkan cara pelaksanaan
Surveilans aktif
Pengamatan kasus secara langsung ke lapangan
Hasil yang diperoleh lengkap dan jauh lebih baik
Dibutuhkan dana dan tenaga khusus
Surveilans pasif
Pengamatan kasus secara tida langsung, yaitu melalui laporan
Hasil yang diperoleh kurang engkap
Kegiatan surveilans
Langkah:
1. Merumuskan kejadian yang akan diamati
2. Mengumpulkan data secara sistematis
3. Menghitung data agar bermakna
4. Menganalisa data dan menarik kesimpulan
5. Menyebarluaskan informasi kepada pihak
yang memerlukan
6. Melakukan kegiatan pengendalian
Ya
Tidak
Kasus
a
Kontrol
b
Jumlah
a+b
c
a+c
d
b+d
c+d
a+b+c+d
Odds Ratio:
ad/bc
Case Control
Menganalisa faktor risiko
dengan menentukan dua
kelompok yang memiliki
perbedaan outcome
(penyakit), kemudian
dihubungkan dengan causal
attribute- nya
Keuntungan :
Membutuhkan sumber
daya, dana yang lebih
sedikit, serta waktu yang
lebih singkat. Good for rare
cases, long latent period,
ethical related cases
Kelemahan : provide less
evidence for causal
inference
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiologythe essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Perbandingan OR dan RR
Outcome
Exposure
Cases
Controls
Exposed
70
300
370
Not Exposed
30
700
730
100
1000
1100
OR = AD/BC = 5.44
RR= A/(A+B)
C/(C+D)
= 4.41
603
OR = 5.44
Those with the disease are 5.44 times as likely to
have had the exposure compared to those without
the disease
RR = 4.41
Those with the exposure are 4.41 times as likely to
develop the disease compared to those without the
exposure
604
Insidensi
optimized by optima
Prevalens rate
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat
tertentu.
Ada dua Prevalen:
Period Prevalence
Contoh : Pada suatu daerah penduduk pada 1 juli 2005 100.000
orang, dilaporkan keadaan penyakit A sbb: Januari 50 kasus lama dan
100 kasus baru, Maret 75 kasus lama dan 75 kasus baru, Juli 25 kasus
lama dan 75 kasus baru; September 50 kasus lama dan 50 kasus
baru, dan Desember 200 kasus lama dan 200 kasus baru.
Period Prevalens rate :
(50+100)+(75+75)+(25+75)+(50+50)+(200+200) /100.000 X 100 % =
0,9 %
172. Mean
Nilai yang biasa digunakan untuk mewakili suatu
distribusi data adalah mean dan modus (disebut
nilai tengah/ central tendency)
Nilai mean: nilai yang baik dalam mewakili data
dan paling banyak dikenal dalam menyimpulkan
sekelompok data
Mean sangat dipengaruhi nilai ekstrim baik
ekstrim kecil maupun ekstrim besar
Range
Rata-rata deviasi
Varians
Standar deviasi
Varians
Rata-rata perbedaan antara mean dengan nilai
masing-masing observasi
Untuk ragam data berkelompok, nilai ragam
dapat ditentukan dengan rumus :
Dengan :
S2 = ragam atau varians
n = banyaknya data
k = banyaknya kelas ke-i
fi = frekuensi kelas ke-i
xi = data ke-i
=rataan hitung
DESAIN STUDI
Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD
Institute of Health Economic and Policy
Studies (IHEPS),
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret
optimized by optima
Odd Ratio
optimized by optima
177. Kasus-kontrol
Desain Penelitian
Deskripsi
Cross sectional
Case-control
Desain Penelitian
Deskripsi
Cohort
Clinical trial
Deskriptif
Ya
Tidak
Kasus
a
Kontrol
b
Jumlah
a+b
c
a+c
d
b+d
c+d
a+b+c+d
Odds Ratio:
ad/bc
Keterangan
Wawancara
Teknik
Keterangan
Observasi
partisipasi
observasi
nonpartisipan
yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidak
terstruktur
Observasi
kelompok
Teknik
Keterangan
Focus Group
Discussion
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
optimized
optima
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi,
tesis,bydan
disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
Visum et Repertum
Pada korban yang diduga korban tindak pidana, dilakukan
tindakan perawatan/pengobatan dan dibuatkan catatan
medik lengkap
Penegak hukum yang menangani tindak pidana yang
korbannya masih hidup segera mengajukan permintaan
VeR atau korban tindak pidana harus segera melaporkan
tindak pidana yang dialami ke penegak hukum
Jika permintaan pembuatan Visum et Repertum diajukan
ditengah masa perawatan atau setelah sembuh, maka
substansi keterangan yang boleh dituangkan ke dalam
Visum et Repertum hanyalah mengenai fakta fakta sejak
diterimanya surat tersebut. Fakta-fakta sebelumnya akan
menjadi rahasia kedokteran yang hanya boleh
diungkapkan kepada hakim di sidang pengadilan
185. Keracunan
Mekanisme keracunan ada tiga:
Accidental poisoning: terjadi karena kesalahan, kecerobohan, atau situasi
yang tidak diduga pada suatu lingkungan. Oleh karena itu, jenis keracunan ini
harus dicegah, terutama di tempat kerja. Keracunan karena penanganan
medis atau paramedis, atau keracunan iatrogenik, juga termasuk dalam
kategori ini.
Experimental poisoning: sebagai contoh, self-medication atau percobaan
dengan obat yang dijual sebagai pil pesta seperti ekstasi (MDMA).
Termasuk dalam kategori ini adalah juvenile poisoning, pada sebagian besar
kasus. Sebagai contoh, kejadian keracunan yang terjadi karena balita atau
bayi bermain-main dengan lingkungan dengan meletakkan benda-benda
tertentu di mulut mereka. Remaja juga sering bereksperimen dengan racun
berbahaya seperti nikotin, alkohol, mariyuana, dan pil.
Intentional poisoning: keracunan terjadi karena disengaja. Keracunan
tersebut dapat terjadi karena kemauan orang yang diracuni atau karena
permintaan pribadi, seperti pada bunuh diri atau euthanasia. Sering juga
keracunan menjatuhkan korban, seperti yang terjadi pada pembunuhan atau
sindrom munchhausen.
Pembusukan (dekomposisi)
Kerja digestif enzim pascamati (autolisis) & bakteri masuk ke
jaringan
Mumifikasi
Pengeringan jaringan akibat dehidrasi/penguapan air yang cepat
Lebam mayat
Mulai tampak 20-30 menit pascamati. Well developed within the
next 3 to 4 hours
Lengkap & menetap setelah 8-12 jam, sebelumnya masih dapat
memucat pada penekanan dan berpindah
Kaku mayat:
Mulai tampak 2 jam pascamati, dimulai dari bagian luar
tubuh/otot-otot kecil (sentripetal)
Lengkap setelah 12 jam & dipertahankan selama 12 jam, lalu
menghilang dalam urutan yang sama
Pembusukan:
Tampak kehijauan di perut kanan bawah 24 jam pasca mati
Larva lalat dijumpai 36-48 jam pascamati
Tanda Intravital
Reaksi tubuh yang masih hidup terhadap
trauma (Jika ditemukan menyatakan bahwa
korban masih hidup saat terjadinya trauma)
Tanda Intravital :
Perdarahan berupa ekimosis, peteki;
Emboli lemak atau udara (pada patah tulang dan
trauma tumpul jaringan lemak)
Kadar laktat darah (Cerminan reaksi adrenergik)
Reaksi radang (Edema, Ekstravasasi cairan)
THT
188. Vertigo
Vertigo perifer
Vertigo sentral
189. Prebiaskusis
Prebiaskusis adalah tuli sensorineural frekuensi
tinggi, umumnya dimulai pada usia 65 tahun.
Etiologi: prebiaskusis merupakan penyakit
degeneratif dan diduga memiliki hubungan
dengan faktor herediter, pola makan dan
metabolisme.
Pada pemeriksaan dapat dijumpai:
atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang organ
corti.
Berkurangnya jumlah dan ukuran sel ganglion dan
saraf
Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam
190. Serumen
Serumen adalah produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu.
Biasanya ditemukan pada sepertiga liang telinga bagian
depan.
Konsistensi serumen bisa lunak dan keras, dipengaruhi oleh
faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan lingkungan.
Gumpalan serumen (serumen plug) dapat menyebabkan
gangguan berupa tuli konduktif.
Serumen plug dapat terjadi ketika telinga masuk air
(mandi, berenang) dan menyebabkan serumen
mengembang sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran dan rasa tertekan pada telinga.
Pengobatan:
Serumen yang lembek: dapat langsung
dibersihkan dengan kapas
Serumen yang keras dapat dikeluarkan dengan
pengait atau kuret. Namun apabila kondisinya
keras dapat dicairkan dengan tetes karbogliserin
10% selama tiga hari.
THT
Characteristic
Papilloma laring
Carcinoma
Papillomatosis
Vocal nodules
Vocal cord polyp
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
191. Mastoiditis
Postauricular abscess merupakan
salah satu komplikasi dari
mastoiditis
Infeksi menjalar dari mastoid ke
ruang subperiosteal.
Pada keadaan tahap akhir, infeksi
jaringan lunak berakhir kepada
nekrosis jaringan dan
pembentukan abses. Sekitar
jaringan lunak akan menebal,
peradangan, eritema, dan
fluktuasi.
Ketika mastoditis telah menjadi
abses, eksisi dan drainase dengan
mastoidektomi diindikasikan.
193. Le Fort
194. Otosklerosis
Otosclerosis: spongiosis dari tulang stapes tulang stapes kaku
tidak dapat menghantarkan suara ke labirin
Dalam praktik, otosklerosis lebih sering etrjadi apda wanita
daripada pria, dengan ratio 2:1. Kebanyakan pasien bergejala pada
umur 20 dan 45.
Tanda dan gejala:
Perifer
Sentral
Mendadak
Insidious
Kualitas
Berputar
Disequilibrium
intensitas
Berat
Munculnya
Episodik
Konstan
Durasi
Eksaserbasi
dengan pergerakan kepala
Ringan
Berat
Ringan
Imbalance
Ringan
Sedang
Kadang-kadang
Tidak ada
Hilang pendengaran
Sering
Jarang
Tinitus
Sering
Jarang
Gejala neurologis
Jarang
Sering
Vertigo perifer
196. Prebiaskusis
Prebiaskusis adalah tuli sensorineural frekuensi
tinggi, umumnya dimulai pada usia 65 tahun.
Etiologi: prebiaskusis merupakan penyakit
degeneratif dan diduga memiliki hubungan
dengan faktor herediter, pola makan dan
metabolisme.
Pada pemeriksaan dapat dijumpai:
atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang organ
corti.
Berkurangnya jumlah dan ukuran sel ganglion dan
saraf
Buku ajar ilmu THTK&L FKUI edisi keenam
197. Serumen
Serumen adalah produksi kelenjar sebasea,
kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu. Biasanya ditemukan pada
sepertiga liang telinga bagian depan.
Konsistensi serumen bisa lunak dan keras,
dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan
keadaan lingkungan.
Gumpalan serumen (sermen plug) dapat
menyebabkan gangguan berupa tuli konduktif.
Serumen plug dapat terjadi ketika telinga masuk
air (mandi, berenang) dan menyebabkan
serumen mengembang sehingga menimbulkan
gangguan pendengaran dan rasa tertekan pada
telinga.
Pengobatan:
Serumen yang lembek: dapat langsung dibersihkan
dengan kapas
Serumen yang keras dapat dikeluarkan dengan
pengait atau kuret. Namun apabila kondisinya keras
dapat dicairkan dengan tetes karbogliserin 10%
selama tiga hari.
198-199. Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur di telinga
tengah dipermudah oleh kelembaban yang
tinggi di daerah tersebut
Etiologi: Pitysporum, Aspergillus, Candida
albicans
Gejala klinis: rasa gatal dan rasa penuh di telinga,
kadang tanpa keluhan.
Pengobatan: membersihkan liang telinga, asam
asetat 2% & dalam alkohol, povidon iodin 5%.
Antijamur topikal yang mengandung nistatin dan
klotrimazol