BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang..............................................................................................
2
1.2
Rumusan
Masalah........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Peramalan Operasi
Jasa...............................................................................
2.2
Proses Peramalan
Jasa.................................................................................
2.3
Metode Peramalan
Jasa...............................................................................
2.4
Jasa...........................................
2.5
Strategi Mengelola
Penawaran...................................................................
2.6
Strategi Mengelola
Permintaan..................................................................
2.7
10
Manajemen
Antrean...................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tantangan dalam pemasaran jasa adalah menyelaraskan kapasitas
penawaran dan permintaan jasa perusahaan. Sejumlah faktor berkontribusi pada hal ini,
diantaranya karakteristik jasa yang tidak tahan lama, variabilitas dalam kapasitas jasa, dan
partisipasi pelanggan dalam sistem penyampaian jasa. Sebagian besar operasi jasa
memiliki batas maksimum kapasitas produktif. Apabila permintaan melampaui
penawaran, maka ada kemungkinan perusahaan akan terpaksa kehilangan sebagian
pelanggannya atau mungkin juga pelanggan terpaksa menunggu cukup lama. Kondisi
kontras dengan keadaan jika penawaran melebihi permintaan, dimana akan ada kapasitas
produktif yang menganggur dan hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan. Selain itu,
karyawan juga bisa menjadi bosan karena hanya duduk bengong dalam periode
permintaan sepi.
Perusahaan harus bisa memahami peramalan dalam operasi jasa dan prosesnya.
Metode peramalan jasa juga harus dimengerti oleh perusahaan jasa. Strategi mengelola
2
permintaan agar variasi permintaan bisa dikendalikan. Selain itu, strategi mengelola
penawaran dapat diterapkan perusahaan jas umtuk menyesuaikan kapasitasnya dengan
tingkat permintaan yang berfluktuasi. Penerapan manajemen antrean bagi perusahaan bisa
dilakukan agar pelanggan tetap loyal. Dari uraian diatas, maka penulis menyusun
makalah yang berjudul Manajemen Permintaan dan Penawaran Jasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peramalan dalam operasi jasa?
2. Bagaimana proses peramalan jasa?
3. Apa saja metode-metode yang digunakan untuk peramalan jasa?
4. Apa saja karakteristik penawaran dan permintaan jasa?
5. Bagaimana strategi mengelola penawaran jasa?
6. Bagaimana strategi mengelola permintaan jasa?
7. Apa itu manajemen antrean?
BAB II
2.1
yang akan terjadi pada kondisi dan situasi tertentu. Peramalan berusaha
memperkirakan hal apa yang akan terjadi, hal ini tentu saja berpengaruh
terhadap strategi yang akan dibuat, misalnya dalam menetapkan strategi
penetapan harga dan komunikasi pemasaran. Strategi tersebut dibuat
berdasarkan peramalan yang telah dilakukan.
Strategi peramalan di bagi menjadi 3 bagian (Silk & Curley, 1970).
Pertama, determistic strategy, yaitu strategi yang mengasumsikan
bahwa situasi saat ini (present) berhubungan kausal erat dengan masa
depan (future). Dalam peramalan ekonomik, strategi ini digunakan untuk
memprediksi pengeluaran konstruksi berdasarkan pemahaman atas
kontrak konstruksi yang telah disepakati. Kedua, symptomatic strategy,
yakni strategi yang mengasumsikan bahwa petunjuk atau gejala saat ini
3
maka
gejala
ini
mengindikasikan
kemungkinan
yang
2.2
berikut:
1. Penentuan tujuan peramalan
Tujuan peraman tergantung
pada
informasi
yang
dibutuhkan
peramalan,
biaya
peramalan,
jangka
waktu
(misalnya,
permintaan
akan
jasa).
Model
sering
perusahaan,
produk/barang
dan
harga
misalnya
jual.
biaya
Sedangkan
promosi,
faktor
kualitas
eksternal
tingkat
pendapatan
konsumen,
tingkat
pengangguran,
mendapatkan
hasil
estimasi
yang
memuaskan, model yang dipilih pada tahap kedua perlu diuji dahulu
validitas dan realibitasnya sebelum diterapkan.
4. Penerapan model peramalan
Setelah lolos proses pengujian, model peramalan akan diterapkan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
5. Revisi dan evaluasi
Estimasi-estimasi
yang
telah
dibuat
harus
senantiasa
2.3
METODE-METODE PERAMALAN
Metode
Kualitatif:
Teknik Delphi
Analisis
dampak
silang
Analogi
historis
Metode
Kuantitatif:
Model Kausal:
Regresi
Ekometrik
DATA YANG
DIBUTUHKA
N
BIAYA
HORIZON
ESTIMASI
APLIKASI
Hasil Survei
Mahal
Peramalan
teknologi
Korelasi
antara
beberapa
kejadian
Data
beberapa
periode
untuk
situasi
serupa
Mahal
Jangka
panjang
Jangka
panjang
Jangka
menengah
dan jangka
panjang
Kondisi
ekonomi
secara
umum
Jangka
menengah
Peramalan
permintaan
Mahal
Model Runtut
Waktu:
Rata-rata
N observasi Sangat
bergerak
paling akhir. murah
(*)
Jangka
Kondisi
menengah ekonomi
dan jangka
panjang
Jangka
Peramalan
pendek (1 permintaan
periode)
6
Penghalusan
eksponensial
Keterangan
Sumber
Konstanta
Sangat
Jangka
Peramalan
penghalusa murah
pendek (1- permintaan
n, nilai yang
3 periode)
dihaluskan
sebelumnya
,
dan
observasi
paling akhir.
: (*) N = jumlah tertentu.
: Fitzsimmons & Fitzsimmons (1994)
Metode Kualitatif
Metode peramalan kualitatif memiliki beberapa keterbatasan dan kemungkinan biasa
(Makridas dan Wheelright, 1989), di antaranya:
1. Dalam tahapan pemerolehan data:
Ketersediaan
Orang cenderung bergantung pada data yang dapat dengan mudah di peroleh
informasi abstrak.
Ilusi korelasi
Orang bisa saja membuat ramalan yang keliru karena dua variabel yang
Kadangkala orang terlalu terpaku terhadap satu titik rujukan tertentu dan
tidak sesuai
3. Dalam tahap output:
Harapan yang berlebihan
Orang cenderung memberikan probabilitas yang lebih tinggi dari pada hasil
membuat ramalan.
Kesalahan persepsi terhadap fluktuasi kebetulan
Ketika seorang peramal mengamati banyaknya produk yang berhasil yang
tidak di perkirakan sebelumnya ia mungkin memberikan probabilitas yang
lebih tinggi daripada yang dapat dibenarkan untuk suatu keberhasilan produk.
Atribusi keberhasilan atau kegagalan
Ada kecenderungan bagi seorang peramal untuk menganggap ramalan yang
tepat sebagai hasil keterampilannya, sedangkan ramalan yang tidak akurat
Metode Kuantitatif
Metode peramalan kuantitatif dapat diterapkan apabila terdapat kondisi berikut:
a. Tersedia informasi tentang masa lalu
b. Informasi tersebut dapat di kuantitatifkan dalam bentuk data numerik
c. Dapat dai asumsikan adanya kontinuitas, yaitu bahwa beberapa aspek pola masa lalu
akan terus berlanjut di masa mendatang.
Secara garis besar metode kuantitatif terbagi atas dua model, yaitu:
a. Model runtut waktu
Model ini sesuai untuk data runtut waktu, yaitu data yang dikumpulkan, di catat, atau
di observasi sepanjang waktu yang beruntutan.
b. Model kausal
Data mengikuti pola yang dapat di identifikasikan sepanjang waktu dan ada hubungan
yang dapat di identifikasikan di antara informasi yang di ramalkan dan faktor lainnya.
2.4
Karakteristik Permintaan dan Penawaran Jasa
Penyesuaian kapasitas dan permintaan perusahaan jasa biasanya sulit dilakukan, karena jasa
bersifat tidak tahan lama dan juga variabilitas dalam kapasitas jasa juga sangat tinggi. Hal ini
disebabkanpartisipasi pelanggan dlam penyampaian jasa, padahal setiap pelanggan bersifat
unik. Hampir semua operasi jasa mempunyai batas maksimum kapasitas produktif. Jika
permintaan melampaui penawaran maka ada kemungkinan perusahaan kehilangan sebagian
pelanggannya atau mungkin juga pelanggan terpaksa akan menuggu. Hal ini berbanding
terbalik jika penawaran melebihi permintaan, dimana kapasitas produktif tersebut akan hilang
begitu saja karena tidak dapat di simpan. Jika permintaan berada di antara kapasitas optimum
dan maksimum, maka ada risiko bahwa semua pelanggan yang di layani pada saat itu akan
menerima pelayanan yang kurang baik, sehingga mereka tidak puas.
2.5
Guna menghindari investasi tambahan yang cukup mahal dan kemungkinan tidak
akan dimanfaatkan secara optimal, perusahaan jasa bisa saja menyewa fasilitas atau
peralatan tambahan yang dipergunakan selama periode puncak/sibuk. Alternatif
lainnya adalah mengembangkan shared service, misalnya beberapa rumah sakit secara
bersama-sama membeli peralatan medis tertentu untuk dipergunakan bersama.
Beberapa perusahaan penerbangan juga bisa memanfaatkan peralatan penanganan
bagasi, pintu masuk, dan berbagai fasilitas lainnya secara bersama-sama.
3. Menjadwalkan aktivitas downtime selama periode permintaan rendah
Dalam rangka memastikan bahwa seluruh kapasitas produksi perusahaan jasa dapat
tersedia selama periode puncak, aktivitas-aktivitas seperti renovasi bangunan,
reparasi, liburan karyawan, dan pelatihan harus dijadwalkan selama periode
permintaan diramalkan rendah. Dengan kata lain, perusahaan menerapkan peak-time
effeciency routines, dimana karyawan hanya melakukan tugas-tugas pokok selama
periode permintaan puncak. Di samping itu, perusahaan menjadwalkan beberapa shift
kerja dalam satu hari. Penjadwalan ini sangat penting terutama bagi perusahaan jasa
yang menghadapi permintaan siklikal, seperti bank, rumah sakit, restoran, dan warnet.
4. Melakukan pelatihan silang (cross-training) terhadap para karyawan
Para karyawan dilatih untuk melakukan berbagai macam tugas, supaya mereka dapat
saling membantu dan menunjang satu sama lain. Hal ini sangat bermanfaat apabila
terjadi bottle-neck, di mana sebagian karyawan menghadapi periode sibuk sementara
karyawan lainnya relatif santai. Misalnya, di saat sebagian karyawan bagian sediaan
relatif santai (pekerjaannya relatif tidak banyak), mereka akan diperbantukan pada
bagian kasir apabila antrean di kasir swalayan mulai membludak. Sebaliknya, selama
periode sepi, para kasir bisa diminta untuk membantu staf bagian sediaan dalam
menata produk dan rak pajangan.
5. Meningkatkan partisipasi para pelanggan
Perusahaan jasa dapat mengupayakan keterlibatan pelanggan sebagai co-producer
dalam tugas-tugas tertentu (terutama komponen jasa yang bersifat customer selfservice). Misalnya, pasien mengisi sendiri catatan medisnya, mahasiswa memfotokopi
sendiri bahan-bahan yang dibutuhkannya di perpustakaan kampus, pelanggan mengisi
bensin sendiri di pompa bensin swalayan, dan pelanggan mengambil sendiri makanan
dan minuman yang dibeli di restoran siap saji.
2.6
10
Jika
ya,
apakah
lamanya
siklus
tersebut
satu
hari
Jam kerja
Tanggal pembayaran gaji dan upah
Hari sekolah dan liburan
Perubahan musim
Dan lain-lain
3. Apakah tingkat permintaan berubah secara acak? Jika ya, apakah
penyebab utamanya adalah:
a. Perubahan cuaca dari hari ke hari. Misalnya hujan berpengaruh
terhadap permintaan akan jasa pertunjukan luar ruangan dan
dalam ruangan.
b. Peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan yang tidak dapat
ditentukan
secara
pasti.
Misalnya
serangan
jantung
dan
11
apa
penambahan.
adanya,
Bila
tanpa
dikaitkan
melakukan
dengan
pengurangan
situasi
kapasitas
ataupun
terhadap
terjadi
antrian
yang
tidak
teratur,
sehingga
dapat
kapasitas
pengalaman
yang
terbuang
percuma.
mengecewakan
Penonton
dan
bisa
berpengaruh
memiliki
terhadap
laba.
Namun
demikian,
perusahaan
harus
yaitu
seberapa
besar
pengaruh
perubahan
harga
12
terhadap
perubahan
volume
permintaan
pelanggan
atas
jasa
kesempatan
lain.
Cara
yang
ditempuh
adalah
hari
dan
hari
libur.
Cara
lain
adalah
dengan
biaya
relevan (relevant
costs) tertutupi.
Di
samping
itu
sering menjadi masalah utama pada fasilitas jasa yang sifatnya sangat
dipengaruhi oleh faktor musiman. Misalnya saja pemakaian telepon,
taman hiburan, jasa angkutan umum dalamkota dan luar kota, dan
lain-lain. Permintaan pada masa-masa sepi, di mana kapasitasnya
menjadi berlebihan, dapat pula ditingkatkan dengan cara penetapan
harga diferensial.
4. Menyimpan permintaan dengan sistem reservasi dan janji
Pendekatan ini bertujuan untuk menyimpan permintaan sampai
tersedia kapasitas yang memadai. Cara yang ditempuh adalah
membuat suatu sistem reservasi atau janji (appointment), di mana
pelanggan dijanjikan akan dilayani pada waktu tertentu. Dengan
demikian pelanggan tidak perlu mengantri lama. Sistem reservasi dan
janji
banyak
diterapkan
perusahaan-perusahaan
penerbangan,
sistem
reservasi
maupun
janji,
perusahaan
perlu
pula
(yang
diarahkan
paling
untuk
diinginkan).
Sedangkan
pelanggan
lainnya
ke
14
selama
pelanggan
menanti
gilirannya
dilayani.
Di
pelanggan
yang
sedang
menunggu
dapat
Manajemen Antrean
Menunggu memang bukanlah pekerjaan yang menyenangkan bagi kebanyakan orang.
Kendati demikian, menunggu giliran untuk dilayani merupakan fenomena yang sulit
dihindari dalam pemasaran jasa. Antrean akan terjadi apabila jumlah pelanggan yang datang
ke fasilitas jasa lebih besar dibandingkan kapasitas kapasitas sistem perusahaan untuk
memproses atau melayani mereka secara bersamaan. Dalam praktik, antrean merupakan salah
satu masalah manajemen kapasitas yang sulit terpecahkan secara tuntas. Meskipun penyedia
jasa telah melakukan berbagai upaya untuk menekan waktu tunggu dan antrean melalui
teknik-teknik manajemen operasi, tetap saja antrean tidak terelakkan. Secara garis besar, ada
dua data utama yang perlu diketahui dalam manajemen antrean, yaitu jumlah pelanggan yang
datang selama periode waktu dan waktu yang dibutuhkan untuk melayani setiap pelanggan.
Dalam teori antrean telah dikembangkan berbagai metode yang bermanfaat untuk
menentukan diantaranya :
15
Durasi transaksi jasa, misalnya menyediakan jalur antrean khusus bagi pelanggan
yang membutuhkan layanan singkat, seperti halnya layanan ekspres di pasar
swalayan, layanan cuci cetak foto kilat, dan sejenisnya.
Pembayaran harga premium, misalnya tempat check-in pesawat yang berbeda bagi
penumpang kelas eksekutif dan kelas ekonomi; ruang juliah berbeda bagi mahasiswa
program MM (Magister Manajemen) dan M.Si (Magister Sains).
Di masa lampau banyak rancangan yang dipergunakan perusahaan untuk menangani masalah
antrean yang mengabaikan atau melupakan aspek psikologis antrean. Contohnya, situasi
seperti nasabah atau calon nasabah bank yang tidak jadi melakukan transaksi hanya karena
melihat antrean panjang di depan loket. Untuk itu, David Maister (dalam Lovelock,1994)
memberikan wawasan bermanfaat untuk membantu pemahaman mengenai sisi psikologis
manajemen antrean. Maister merumuskan delapam prinsip mengenai waktu menunggu
sebagai berikut.
1. Waktu yang tidak diisi (unoccupied time) akan terasa lebih lama daripada waktu yang
terisi.
16
2. Menunggu di saat sebelum proses terasa lebih lama daripada menunggu pada saat
proses layanan dilakukan.
3. Kegelisahan menyebabkan menunggu terasa lebih lama.
4. Menunggu yang tidak pasti terasa lebih lama daripada menunggu yang telah pasti.
5. Menunggu tanpa kejelasan lebih lama daripada menunggu dengan kejelasan.
6. Menunggu yang tidak adil lebih lama daripada menunggu yang wajar/adil.
7. Semakin bernilai sebuah jasa, semakin lama orang akan bersedia menunggu.
8. Menunggu sendirian terasa lebih lama daripada menunggu bersama kelompok.
Implikasi dari prinsip-prinsip di atas adalah bahwa perusahaan jasa harus kreatif dan berusaha
mencari berbagai terobosan agar pelanggan yang menunggu dilayani tetap merasa nyaman.
Istilah menunggu (wait) bisa mengacu pada berbagai tipe situasi menunggu yang berbedabeda. Menunggu bisa terjadi sebelum proses jasa dimulai (pre-process wait) maupun selama
pengalaman jasa berlangsung (in-process wait). Taylor (1994) mengidentifikasi tiga tipe preprocess wait, yakni.
1. Pre-schedule (tiba lebih awal untuk waktu mulai yang terjadwal)
2. Post-schdule atau delay (waktu mulai ditunda)
3. Queue wait (biasanya berdasarkan prinsip first come, first served)
Schwartz (1978) mengelompokkan dua macam tipe menunggu, yakni active wait
(menunggu untuk durasi singkat) dan passive wait (menunggu selama durasi lama).
Menunggu juga busa diklasifikasikan menjadi on-site wait dan off-site wait (Taylor,1994).
Selain itu, menunggu juga dapat dikategorikan menjadi procedural wait (situasi dimana
pelanggan mengekspektasikan dirampungkannya jasa) dan correctional wait (situasi di mana
ada kemungkinan bahwa jasa mungkin tidak dirampungkan). Pemahaman mengenai berbagai
tipe menunggu ini sangat penting karena reaksi pelanggan berbeda-beda untuk tipe
menunggu yang berlainan. Di samping itu, tipe-tipe menunggu tertentu seperti queue wait ,
cenderung lebih kondusif untuk intervensi manajemen operasi dibandingkan tipe-tipe lainnya,
seperti delay.
Sulitnya menghindari antrean menyebabkan para penyedia jasa mulai mengalihkan fokusnya
pada manajemen persepsi pelanggan dalam rangka mengendalikan dampak negatif
antrean.oleh karena itu, dua variable kunci yang menentukan pengalaman menunggu perlu
dikelola secara efektif, yakni persepsi terhadap durasi menunggu (perceived duration) dan
17
BAB III
PENUTUP
18
3.1
Kesimpulan
Sejumlah faktor berkontribusi pada penyelaraskan kapasitas penawaran dan permintaan jasa
perusahaan, diantaranya karakteristik jasa yang tidak tahan lama, variabilitas dalam kapasitas
jasa, dan partisipasi pelanggan dalam sistem penyampaian jasa. Sebagian besar operasi jasa
memiliki batas maksimum kapasitas produktif
Apabila permintaan melampaui penawaran, maka ada kemungkinan perusahaan akan
terpaksa kehilangan sebagian pelanggannya atau mungkin juga pelanggan terpaksa
menunggu cukup lama. Kondisi kontras dengan keadaan jika penawaran melebihi
permintaan, dimana akan ada kapasitas produktif yang menganggur dan hilang begitu saja
karena tidak bisa disimpan.
Perusahaan harus bisa memahami peramalan dalam operasi jasa dan prosesnya. Metode
peramalan jasa juga harus dimengerti oleh perusahaan jasa.
Selain itu, strategi mengelola penawaran dapat diterapkan perusahaan jas umtuk
menyesuaikan kapasitasnya dengan tingkat permintaan yang berfluktuasi. Penerapan
manajemen antrean bagi perusahaan bisa dilakukan agar pelanggan tetap loyal
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptono, Fandy.2005. Pemasaran Jasa. Malang:Bayumedia.
Tjiptono, Fandy.2007. Manajemen Jasa. Malang:Bayumedia.
19