Anda di halaman 1dari 19

PPHI MELALUI MEDIASI

Disusun Oleh :
1. Shanita Nuraini Taqwim
(8111413203)
2. Michelle Tiffani DN
(8111413231)
3. Azam Zaini Mukhtar
(8111413289)
4. Enggal Alif Nugroho
(8111413340)

PENGERTIAN PPHI

Perselisihan Hubungan Industrial adalah


perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan
antara
pengusaha
atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh
atau serikat buruh
karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan hubungan kerja,
dan
perselisihan
antar
serikat
pekerja/serikat
buruh
dalam
satu
perusahaan. (Pasal 1 angka 1, UU No. 2
Tahun 2004)

DASAR HUKUM

Undang Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang


Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Undang Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang
Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Kepmenaker Nomor Kep. 15A/MEN/1994 tentang
Petunjuk Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja di
Tingkat Perusahaan dan Pemerintaraan
Peraturan Perusahaan yang berlaku
Standar Kode Etik Karyawan yang berlaku.

Penyelesaian Perselisihan Hubungan


Industrial Menurut Undang-Undang No.
22 Tahun 1957
Undang-undang No. 22 Tahun 1957 tentang
penyelesaian
perselisihan
perburuhan
berpegang pada suatu asas musyawarah untuk
mencapai mufakat dengan berpijak pada tahap
pertama
bila
terjadi
perselisihan
penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak
yang berselisih. Dalam hal tidak dicapai
perdamaian antara pihak yang berselisih setelah
dicari upaya penyelesaian oleh para pihak,
maka baru diusahakan penyelesaiannya
oleh
Badan
Penyelesaian
Perselisihan
Perburuhan. Badan ini juga dalam mencari
penyelesaian harus tetap berpedoman pada asas
musyawarah untuk mencapai mufakat serta
harus pula memberi kesempatan kepada para

PERSELISIHAN YANG DIATUR


DALAM UU NO. 22 TAHUN 1957
Perselisihan kepentingan
Perselisihan Hak, dan
Perselisihan Syarat-syarat kerja.

Mekanisme dalam Penyelesaian


Perselisihan UU No. 4 Tahun 2004
a. Bipartit
b. Mediasi atau Konsiliasi dan atau
Arbitrase
c. Pengadilan Hubungan Industrial.

MEDIASI
Mediasi
Hubungan
Industrial
yang
selanjutnya disebut mediasi adalah
penyelesaian
perselisihan
hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan
Hubungan
kerja,
dan
perselisihan antara serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh
seorang atau lebih Mediator yang netral.
(UU No. 2 Tahun 2004 pasal 11)

JENIS - JENIS PERSELISIHAN


MENURUT UU NO.2 TAHUN 2004
a. perselisihan hak;
b. perselisihan kepentingan
c. perselisihan PHK, dan
d.
perselisihan
antara
Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dalam satu
perusahaan

PENJELASAN
Ad.a. perselisihan hak timbul karena tidak dipenuhinya
hak; di mana hal ini timbul karena perbedaan
pelaksanaan atau perbedaan penafsiran terhadap
ketentuan UU, PK, PP atau PKB.
Ad.b. perselisihan kepentingan timbul karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan
atau perubahan syarat-syarat kerja dalam PK, PP atau
PKB.
Ad.c. perselisihan phk timbul apabila tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan salah satu pihak;
Ad.d. perselisihan antara SP/SB dalam satu perusahaan
karena tidak adanya kesesuaian paham mengenai
keanggotaan,
pelaksanaan
hak
dan
kewajiban
keserikatan.

TABEL PERSANDINGAN
NO
1

POKOK MATERI
Kelembagaan

UU NO. 22/1957

Pemerantaraan
Arbitrase
P4 Daerah
P4 Pusat
P.T.U.N
Mahkamah Agung

UU NO. 12/1964
Mengikuti
kelembagaan menurut
UU No. 22/1957

UU PPHI

Jenis Perselisihan

Hak
Kepentingan

PHK

Pihak-pihak yang
berselisih

Waktu Penyelesaian

Majikan atau
perkumpulan majikan
SP/SB atau Gabungan
SP/SB

Relatif cukup lama


Tidak diatur batas
waktu di P4D atau P4P

Mediasi
Konsiliasi
Arbitrase
Pengadilan PHI
(masuk dalam
kompetensi lingkup
Badan Peradilan
Umum)
Mahkamah Agung
Hak
Kepentingan
PHK
Antar SP/SB
Pekerja (perorangan)
SP/SB
Pengusaha
Gabungan Pengusaha

Singkat

Paling lama 140 hari


kerja

MEDIATOR
Mediator Hubungan Industrial yang selanjutnya
disebut mediator adalah pegawai instansi
pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan
yang
memenuhi
syarat
sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri
untuk bertugas melakukan mediasi dan
mempunyai kewajiban memberikan anjuran
tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja,
dan
perselisihan
antar
serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan. (UU No. 2 Tahun 2004 pasal 12)

SYARAT MEDIATOR

Mediator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa;
b. warga negara Indonesia;
c. berbadan sehat menurut surat keterangan
dokter;
d. menguasai peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan;
e. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak
tercela;
f. berpendidikan sekurang-kurangnya Strata Satu
(S1); dan
g. syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri.

KEWAJIBAN MEDIATOR

Memanggil para pihak yang berselisih untuk


didengar keterangan yang diperlukan
Mengatur dan memimpin mediasi
Membantu membuat perjanjian bersama jika
tercapai kesepakatan
Membuat anjuran secara tertulis apabila tidak
tercapai kesepakatan
Membuat
risalah
penyelesaian
perselisihan
hubungan industrial
Membuat laporan hasil penyelesaian perselisihan
hubungan industrial
Memberitahukan
pada
para
pihak
untuk
mendaftarkan hasil kesepakatan dalam bentuk
perjanjian bersama di pengadilan hubungan
industrial

KEWENANGAN MEDIATOR

Menganjurkan kepada para pihak yang berselisih


untuk merundingkan terlebih dahulu dengan
itikad baik
Meminta keterangan, dokumen, dan surat-surat
yang berkaitan dengan perselisihan
Memanggil dan menghadirkan saksi atau saksi
ahli dalam mediasi apabila diperlukan
Membuka buku dan meminta surat-surat yang
diperlukan dari para pihak dan instansi atau
lembaga terkait
Menerima atau menolak wakil para pihak yang
berselisih apabila ternyata tidak memiliki surat
kuasa

Alur PPHI
Perselisihan
harus
diselesaikan
terlebih dahulu melalui musyawarah
secara Bipartit, apabila perundingan
mencapai
persetujuan
atau
kesepakatan, persetujuan bersama
(PB) di catatkan di Pengadilan
Hubungan Industrial (PHI), namun
apabila
perundingan
tidak
mencapai
kata sepakat,
maka
salah
satu
pihak mencatatkan
perselisihannya ke instansi yang

Lanjutan......
instansi yang bertanggung jawab
dibidang
ketenagakerjaan
menawarkan kepada para pihak
yang berselisih melalui Konsiliasi
atau Arbitrase, Namun apabila tidak
menetapkan melalui Konsiliasi atau
Arbitrase, maka penyelesaian lanjut
dilakukan melalui Mediasi.

PROSES PENYELESAIAN MEDIASI

MEDIATOR MENELITI BERKAS


PENELITIAN
PEMANGGILAN PARA PIHAK
SIDANG MEDIASI

ALUR PENYELESAIAN
MEDIASI
Akta Bukti Pendaftaran
Perjanjian Bersama
PHI
Didaftarkan ke
PHI pada PN
setempat

Dama
i

Gagal
Damai

PERJANJIAN
BERSAMA

Anjura
n

Sepak
at

Tidak
Sepakat

Konsiliasi

Jika Tidak
Memilih

Mediasi

2 Pilihan Penyelesaian akan ditawarkan


Instansi Ketenagakerjaan Setempat

DICATATKA
N

PERSELISIHAN

Arbitrase

Kesimpulan
Mediasi
merupakan
penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui
musyawarah yang ditengahi oleh Mediator
yang netral. Mediasi digunakan bilamana
pihak yang berselisih tidak memilih Konsiliasi
atau Arbitrase. Mediator adalah pegawai
instansi pemerintah yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan yang
memenuhi syarat sebagai mediator untuk
bertugas melakukan mediasi

Anda mungkin juga menyukai