Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN OBSERVASI

GADAI DI KANTOR PEGADAIAN

Oleh :
Azam Zaini Mukhtar
8111413289
Satria Dwi Rahmanta
8111413296

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhanya, manusia sebagai mahluk zoon
politicon tidak akan bisa terlepas dari bantuan orang lain. Manusia
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi benda atau keperluan lain
yang tidak dimilikinya. Dalam pemenuhan kebutuhan ini manusia biasanya
melakukan suatu perbuatan yang berupa jual-beli, pinjam-meminjam, barter,
kredit. Dalam perkembanganya manusia cenderung memilih memenuhi
kebutuhanya dengan pemenuhan suatu barang yang dapat di cicil atau yang
memberikan kredit dengan adanya suatu jaminan. Karena hal ini merupakan
cara termudah untuk mendapatkan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya suatu jaminan ini adalah demi keamanan modal dan
kepastian hukumnya, karena jaminan merupakan sesuatu yang diberikan
debitor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan memenuhi
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 1
Begitupun dengan cara gadai yang dipandang sebagai cara untuk
menyelesaikan masalah secara mudah bagi debitur maupun kreditur. Purwadi
patrik (2009:21) menyatakan, Sebagai jaminan dengan menguasai bendanya
yang lebih aman karena mengingat pada benda bergerak mudah untuk
dipindah tangankan dalam arti dujual lelang jika debitor wanprestasi,
walaupun mudah untuk berubah nilainya.
Di indonesia, perihal gadai ditangani oleh BUMN yaitu Pegadaian
yang merupakan lembaga yang tidak asing dan ramai dikunjungi oleh
masyarakat. Dengan alasan dan pengamatan bahwa gadai merupakan lembaga
jaminan yang sangat populer di kalangan maka dalam makalah ini kami
bermaksud menguraikan hal-hal, ketentuan serta prosedur apa sajakah yang
digunakan pegadaian untuk membantu masyarakat memenuhi kehidupanya.
1.2 Tujuan Observasi
1 Purwadi patrik SH. Hukum jaminan. Undip hlm, 1

Adapun tujuan Observasi yang kami lakukan adalah sebagai berikut,


a. Mengetahui seluk beluk gadai
b. Mengetahui prosedur pembebanan gadai di pegadaian
1.3 Manfaat Observasi
Manfaat Observasi yang kami lakukan adalah,
a. Menambah ilmu pengetahuan tentang gadai secara praktis
b. Sebagai bahan penulisan dan pembelajaran selanjutnya
1.4 Waktu dan Tempat Observasi
Observasi tentang gadai ini kami lakukan pada kantor Pegadaian di Jl.
Abdurrahmah Saleh, Kantor Pegadaian di Poncol, dan Kantor Pegadaian di Jl.
Taman Siswa, Sekaran pada hari Selasa, 23 Juni 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 GADAI
menurut pasal 1150 KUHPerdata pengertian gadai adalah sebagai berikut,
suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang
bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan
kepadanya oleh debitor atau orang lain atas namanya untuk
menjamin suatu utang, dan yang memberikan kewenangan
kepada kreditor untuk mendapatkan pelunasan dari barang
tersebut lebih dahulu dari pada kreditor-kreditor lainya
terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan

biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu,


biaya-biaya mana harus didahulukan2
Dari definisi tersebut terkandung adanya unsur pokok dan sifat gadai
gadai yaitu
Gadai lahir karena perjanjian untuk menjamin suatu utang oleh

debitur terhadap kreditur (Accessoir)


Barang yang menjadi objek gadai yaitu, barang bergerak bertubuh

dan tidak berubuh


Kreditor berhak untuk mengambil pelunasan suatu utang terlebih
dahulu dari kreditor-kreditor lain (droit de preference)

1.2 PEGADAIAN
PT Pegadaian adalah sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya
adalah bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum
gadai.
Perusahaan umum pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di
Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan
kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran
dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150.
Sejarah Pegadaian dimulai pada saat Pemerintah Penjajahan Belanda
(VOC) mendirikan Bank Van Leening, yaitu lembaga keuangan yang
memberikan kredit dengan sistem gadai. Lembaga ini pertama kali
didirikan di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746.
Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda
(1811), Bank Van Leening dibubarkan, dan kepada masyarakat diberi
keleluasaan untuk mendirikan usaha Pegadaian dengan mendapat lisensi
dari pemerintah di daerah setempat. Metode ini dikenal dengan liecentie
stelsel. Dalam perjalanannya, metode tersebut banyak menimbulkan
dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Banyak pemegang lisensi
menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang tidak saja membebani
masyarakat, tapi juga dipandang kurang menguntungkan bagi pemerintah
2

1150 KUHPerdata

berkuasa. Sehingga akhirnya metode liecentie stelsel diubah menjadi


metode pacth stelsel, yaitu pendirian Pegadaian diberikan kepada umum
yang mampu membayarkan pajak yang tinggi kepada pemerintah.
Pada saat Belanda berkuasa kembali, metode pacth stelsel tetap
dipertahankan. Namun menimbulkan dampak yang sama, di mana
pemegang hak ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam
menjalankan

bisnisnya.

Selanjutnya

pemerintah

Hindia

Belanda

menerapkan metode baru yang disebut dengan cultuur stelsel, di mana


kegiatan Pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat
memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang
mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan
tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi
(Jawa Barat). Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai Hari
Ulang Tahun Pegadaian.
Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Kantor Pusat Jawatan Pegadaian
yang terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang
dan Kantor Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya
132. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan
Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun Struktur Organisasi Jawatan
Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa Jepang disebut Sitji
Eigeikyuku, Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang
yang bernama Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama
M. Saubari
Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan
Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar (Kebumen) karena situasi
perang yang kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua
memaksa Kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang.
Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian
kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah
Republik Indonesia.

Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu
sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian
berdasarkan PP.No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN),
selanjutnya berdasarkan PP.No.10/1990 (yang diperbaharui dengan
PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM).
Hingga pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011, bentuk badan
hukum Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

1.3 DAFTAR PERTANYAAN OBSERVASI


1. Benda bergerak apa saja yang menjadi objek gadai?
2. Bagaimana menentukan harga dari sebuah barang gadai?
3. Bagaimana bentuk Jangka waktu dan bunga di pegadaian?
4. Bagaimana jika debitor tidak bisa melunasi gadai dalam waktu yang
5.
6.
7.
8.

telah di tentukan, apakah ada perpanjangan jangka waktu?


Bagaimana cara penyerahan benda gadai?
Apa jaminan yang di berikan terhadap keselamatan benda gadai?
Bagaimana jika nilai lelang gadai melebihi hutang debitor?
Dalam teori objek gadai ada benda bergerak tak berwujud, pernahkah
pihak pegadaian menerima suatu gadai dalam bentuk itu?

BAB 3
PEMBAHASAN

Berdasar pertanyaan yang kami ajukan kepada Kantor Pegadaian,


serta jawaban yang kami terima, dan bertolak pada peraturan perundangundangan yang mengatur Gadai serta materi materi dan teori yang telah kami
pelajari, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut,

1. Benda yang menjadi objek gadai di pegadaian


Pada dasarnya benda yang menjadi objek gadai adalah benda bergerak
yang bertubuh dan yang tidak bertubuh. Contohnya adalah emas, barang
elektronik, laptop dan lain sebagainya. Namun tentunya harus memenuhi
syarat barang yang dapat digunakan sebagai objek jaminan. Yaitu salah
satunya adalah dapat dinilai dengan uang dan dapat dipindah tangankan.
penentuan objek gadai di pegadaian memiliki asas spesialitas, maksudnya
adalah dalam permohonan gadai pemberi gadai harus menyerahkan benda
objek gadai sesuai yang telah ditentukan spesifikasinya oleh pegadaian.
Sebagai contoh, pada waktu kami melakukan observasi ke pegadaian
dengan sekaligus praktik menggadaikan sebuah barang bergerak yaitu
laptop. Pihak pegadaian mengatakan bahwa, laptop yang bisa di terima
adalah minimal spesifikasi Proccessor Core i3. Serta kelengkapan
kelengkapanya. Namun untuk emas penggadaianya lebih mudah, tidak

perlu spesifikasi yang terlalu rumit, yang diperlukan hanyalah surat surat
pembelian emas tersebut.
Hal tersebut merupakan upaya untuk menjamin kepastian atas suatu
pelunasan gadai. Dengan adanya spesialisasi objek gadai tersebut pihak
pegadaian menganggap barang yang digadaikan adalah barang yang
berharga dalam suatu masa yang berlaku.
2. Penentuan Harga pada sebuah benda Gadai
Pegadaian mempunyai wewenang untuk menaksir benda yang akan
dijadikan objek gadai. Dalam observasi kami. Pegadaian mengatakan
bahwa taksiran yang dilakukan adalah sesuai dengan keadaan benda gadai.
Taksiran yang paling sulit adalah barang elektronik. Sedangkan yang
paling mudah ialah taksiran terhadap emas.
Hal ini dilakukan oleh pegadaian untuk menyesuaikan nilai barang gadai
dengan besaran uang yang akan di pinjam pihak debitor atau pemberi
gadai. Hal ini telah memenuhi syarat yang dimiliki oleh benda yang dapat
digunakan sebagai objek jaminan yaitu dapat dinilai dengan uang.
3. Jangka waktu dan bunga
Dalam suatu perjanjian gadai maka di sepakati pula jangka waktu untuk
pelunasan benda gadai tersebut.
Dalam observasi kami di kantor Pegadaian kami memperoleh data sebagai
berikut
Golongan
A

Uang Pinjaman (UP)


Min

Max

Tarif Sewa Modal


Emas

Non-Emas

Lama Pinjaman (hari)

50,000

500,000 0.750 % x UP

0.750 % x UP

1 s/d 120

B1

500,001

1,000,000 1.150 % x UP

1.150 % x UP

1 s/d 120

B2

1,000,001

2,500,000 1.150 % x UP

1.150 % x UP

1 s/d 120

B3

2,500,001

5,000,000 1.150 % x UP

1.150 % x UP

1 s/d 120

C1

5,000,001

10,000,000 1.150 % x UP

1.150 % x UP

1 s/d 120

C2

10,000,001

15,000,000 1.150 % x UP

1.150 % x UP

1 s/d 120

C3

15,000,001

20,000,000 1.150 % x UP

1.150 % x UP

1 s/d 120

20,000,001

1,000,000,000 1.000 % x UP

1.150 % x UP

1 s/d 120

4. Jika debitor tidak bisa melunasi utang pada jangka waktu yang telah di
tentukan
Jangka waktu yang di berikan oleh pegadaian tersebut sebenarnya dapat di
perpanjang setelah empat bulan dengan melakukan registrasi kembali ke
kantor pegadaian. Namun dalam hal waktu jatuh tempo telah tiba dan tidak

ada pelunasan serta pemberitahuan oleh debitor, pegadaian berhak


melakukan eksekusi benda gadai tersebut.
Sesuai dengan pasal 1115 KUH Perdata :
Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, jika si
berutang atau si pemberi gadai wanprestasi, maka si kreditor
berhak menjual barang gadai dengan maksud untuk mengambil
pelunasan piutang pokok, bunga dan biaya dari pendapatan
penjualan tersebut
Eksekusi benda gadai tersebut tentunya harus ada peringatan atau somasi
yang telah di berikan oleh Pegadaian kepada pemberi gadai atau kreditor
supaya membayar utang.
wewenang yang diberikan untuk mengambil pelunasan benda gadai
kepada pegadaian tanpa titel eksekutorial.
5. Cara penyerahan Benda Gadai
a. Perjanjian gadai
Dilakukan dalam hak antara debitor dan kreditor melakukan perjanjian
pinjam uang dan dengan janji debitor menyerahkan benda bergerak
sebagai jaminan pelunasan utangnya.
Perjanjian gadai bersifat konsensual dan obligatoir
Langkah perjanjian di gadai yang dilakukan di pegadaian adalah
dengan mengisi formulir permohonan gadai, yang berisi :
1. Identitas kreditor
2. Barang yang di gadaikan dengan spesifikasinya
3. Jumlah uang yang akan di pinjam (tidak melebihi nilai taksiran
barang
4. Tanda tangan kreditor
Hal ini merupakan sifat konsensual dari suatu perjanjian, yang
berarti bahwa dengan ditulisnya formulir permohonan gadai maka
secara langsung memberikan informasi kepada kreditor atas
jaminan utang dan besaran utang.
Selanjutnya adalah pemeriksaan benda jaminan gadai oleh pihak
pegadaian sesuai dengan formulir yang telah di isi, apabila barang
tersebut telah disetujui maka diterimalah permohonan gadai atas
barang tersebut dan selanjutnya dibuatlah surat perjanjian gadai
atau surat gadai yang berisi data data gadai yang meliputi :
jumlah utang;
jatuh tempo;

bunga;
pelelangan;
serta klausul perjanjian di belakang surat;
dan tanda tangan kedua belah pihak.
Surat bukti gadai ini merupakan perjanjian

gadai

yang

menimbulkan hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak


(obligatoir).
Dalam pasal 1151 KUH Perdata disebutkan :
perjanjian gadai dapat dibuktikan dengan segala alat yang
diperbolehkan bagi pembuktian perjanjian pokok
Dalam surat gadai yang di tandatangani pemberi gada terdapat suatu
klausul-klausul perjanjian yang terdapat di belakang surat gadai.
Syarat adanya suatu gadai adalah penyerahan benda gadai. Atau benda
gadai harus keluar dari penguasaan debitur ke penguasaan kreditur
Inbezitstelling. Maka dalam pelaksanaan gadai di pegadaian ini adalah saat
debitur telah menandatangani perjanjian gadai tersebut dan pegadaian telah
menyimpan barangnya
6. Jaminan Keselamatan terhadap Benda gadai
Pasal 1157 Ayat (1) KUH Perdata :
Pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya
barang gadai sekedar itu telah terjadi karena kelalaianya
Dari pertanyaan yang kami ajukan kami dapat menyimpulkan bahwa
pegadaian dalam hal ini mempunyai itikad baik untuk menjaga benda
gadai. Di pegadaian benda gadai disimpan dalam kotak khusus. Dan
brankas khusus. Hal ini di lakukan untuk menjaga benda gadai tersebut
dari pencurian atau kerusakan.
Jika benda gadai hilang atau tidak sesuai dengan keadaan sebelumnya
maka pihak pegadaian bersedia menggantinya karena barang di pegadaian
menurut informasi dari narasumber telah di asuransikan.
7. Jika nilai lelang melebihi benda gadai
dari pertanyaan yang kami ajukan, pihak pegadaian memberikan jawaban
bahwa uang kelebihan tersebut akan di kembalikan kepada pemberi gadai.
Dengan pemberitahuan yang dibuat oleh pihak pegadaian.
8. Benda bergerak tidak berwujud
Objek benda gadai adalah benda bergerak bertubuh dan tidak bertubuh
yang bentuknya adalah piutang atas bawa dan piutang atas tunjuk. Namun
berdasar informasi yang kami dapatkan, dalam praktek di pegadaian tidak

pernah menerima gadai dalam bentuk benda bergerak tak bertubuh


tersebut. Hanya saham yang dapat di gadaikan dan itu hanya terbatas di
kantor pegadaian seperti di ibukota Jakarta.
9. Lampiran Gambar

Ket :
1. Dalam SBK Gadai tersebut telah terpenuhi asas spesialitas. Yaitu dengan
mencantumkan spesifikasi dari benda yang dijaminkan.
2. Terdapat nominal. Nilai tersebut merupakan syarat perjanjian gadai.
Dengan adanya nilai pada SBK tersebut, maka berarti bahwa telah ada
kesepakatan kedua belah pihak atas nilai pinjaman. Atau merupakan
perjanjian pokok
3. Tanda tangan Kedua Belah pihak. Merupakan bukti kesepakatan atas
perjanjian gadai. Serta menyepakati ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
gadai di balik SBK

Isi perjanjian gadai berada di balik SBK. Serta terdapat kalimat demikian
perjanjian ini berlaku dan mengikat PT. Pegadaian (persero) dengan nasabah sejak
surat bukti kredit (SBK) ini ditandatangani oleh kedua belah pihak pada kolom
yang tersedia di bagian depan
Maka SBK tersebut sah sebagai alat perjanjian antara kedua belah pihak sesuai
Dalam pasal 1151 KUH Perdata :
perjanjian gadai dapat dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan
bagi pembuktian perjanjian pokok
BAB 4
PENUTUP

KESIMPULAN
Gadai merupakan jaminan utang dengan objek jaminan benda bergerak,
berwujud maupun tidak berwujud. Gadai memberikan kemudahan masyarakat
dalam memperoleh dana yang dibutuhkan. Dengan cara menyerahkan benda gadai
dari penguasaan mereka ke penguasaan kreditur. Tentunya dengan di dahului
perjanjian gadai terlebih dahulu.
Gadai memberikan kemudahan bagi kedua belah pihak, bagi debitor gadai
memberikan tata cara yang tidak rumit dan cepat untuk mendapatkan dana yang di
butuhkan. Sebaliknya untuk kreditur gadai memberikan ketenangan dalam hal
pemberian piutangnya. Karena gadai didahului dengan perjanjian yang berisi
jangka waktu, utang serta janji jika debitur wanprestasi. Kreditur juga mendapat
kedudukan yang di dahulukan dalam hal pelunasan utang oleh debitor.

Kemudahan untuk kedua belah pihak inilah yang diharapkan dapat membantu
perkembangan ekonomi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
KUH Perdata (burgerlijk Wetboek)
Patrik, Purwahid. & Kashadi.2009.Hukum Jaminan.Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai