Teori Dasar
Sebelum melakukan percobaan dengan mikroorganisme, diperlukan proses dekontaminasi terlebih
dahulu untuk meminimalisir organisme yang aktif dari suatu sistem bakteri atau virus.
Dekontaminasi adalah proses menghilangkan atau membunuh mikroorganisme sehingga objek
aman untuk ditangani, tujuannya untuk melindungi praktikan yang melakukan percobaan
menggunakan bakteri atau semacamnya. Ada beberapa metode dekontaminasi, yaitu:
1. Sterilisasi : proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya.
2. Desinfeksi : metode untuk memusnahkan atau menghancurkan mikroorganisme patogen.
3. Sanitasi : metode untuk mengurangi tingkat organisme yang hidup.
Beberapa mikroorganisme memiliki resistensi terhadap dekontaminan kimia, seperti : bakteri
vegetatif, jamur, dan virus yang mengandung lipida relatif yang mudah didekontaminasi dengan
senyawa kimia. Virus yang tidak mengandung lipida dan bakteri berlapis lilin memiliki tingkat
resistensi tinggi. Resistensi terhadap dekontaminan kimia dipengaruhi beberapa faktor, seperti :
konsentrasi dari zat aktif, lamanya kontak, pH, suhu, kelembapan, dan kehadiran senyawa organik.
Inaktivasi mikroorganisme dengan dekontaminan kimia dapat melalui mekanisme sebagai
berikut :
Koagulasi dan denaturasi protein
Lisis
Ikatan dengan enzim atau destruksi substrat enzim
Oksidasi
Hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan dekontaminasi :
1. Target mikroorganisme.
2. Dekontaminan yang digunakan (bentuk dan target yang diinginkan).
3. Tingkat inaktivasi yang diperlukan.
4. Adanya substrat organik seperti darah, agar, dsb.
5. Tipe permukaan dari target seperti : padat, berpori atau mudah diterbangkan udara.
6. Konsentrasi tertinggi dari sel yang dapat ditanggulangi dengan inaktivasi.
7. Kemampuan dekontaminan kontak dengan mikroorganisme.
8. Prosedur antisipasi yang diperlukan dalam dekontaminasi agar efisien dalam waktu dan
konsentrasi yang digunakan.
9. Toksisitas dari dekontaminan yang dapat membahayakan praktikan di area tersebut.
Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan sporasporanya. Ada 5 metode umum sterilisasi, yaitu :
1. Sterilisasi Uap (Panas Lembab)
2. Sterilisasi Panas Kering
3. Sterilisasi dengan Penyaringan (Filtrasi)
4. Sterilisasi Gas
5. Sterilisasi dengan Radiasi
Metode yang biasa digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan pengujian mikrobiologi adalah
metode sterilisasi uap (panas lembab) dan metode sterilisasi panas kering.
1. Sterilisasi Uap (Panas Lembab)
Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan prinsipnya memakai uap air dalam
tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121, tekanan yang biasa
digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung
dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit
tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama menyebabkan :
1. Penguraian gula.
2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
3. Inaktifasi sitokinin zeatin riboside.
4. Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.
Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih
rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air
panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme
tersebut.
Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap dengan menggunakan autoclave adalah :
- Suhu 115,5 , waktu 30 menit
- Suhu 121,5 , waktu 20 menit
- Suhu 126,5 , waktu 15 menit
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain
yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air,
larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastik, dan
media untuk pekerjaan mikrobiologi.
2. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi Panas Kering dilakukan menggunakan oven pensteril, karena metode sterilisasi panas
kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan sterilisasi uap. Metode ini
memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang, sterilisasi panas kering
biasanya ditetapkan pada temperatur 160-170 dengan waktu 1-2 jam. Umumnya digunakan
untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak,
minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang
tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.
Karena tingginya suhu yang diterapkan dalam sterilisasi panas kering, maka metode ini dapat
digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan. Contohnya alat ukur dan penutup
karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering dengan menggunakan
oven steril adalah :
Suhu 170C, waktu 1 jam
Suhu 160C, waktu 2 jam
Suhu 150C, waktu 2,5 jam
Suhu 140C, waktu 3 jam
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering.
Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
3. Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil,
penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba
hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan
teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen.
Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari
metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan
tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik
melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme
untuk dapat melaluinya. Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau
bahan yang tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain.
Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika
digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptik.
4. Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi
adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang
digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan
yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan
yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan
protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi
tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida.
Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85C dan 50%
kelembaban relatif dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L
membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas
atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan
biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi
gugus SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein
mengalami kerusakan dan mikroba mati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan
distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya
kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada
pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.
5. Sterilisasi dengan Radiasi
Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan/produk dan alat-alat medis yang peka terhadap
panas (termolabil) dan jika residu etilen oksida tidak diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis
radiasi, yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam sterilisasi
radiasi selama dengan waktu radiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat sederhana, tetapi kehatihatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi. Prinsip sterilisasi radiasi adalah
radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba
mengalami mutasi. Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik
(sinar x, sinar ) dan arus partikel kecil (sinar dan ).
pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan sterilisasi alat-alat yang berada di laboratorium mikrobiologi.
Tujuan dilakukannya sterilisasi alat ialah agar alat-alat yang berada di laboratorium tidak
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di lingkungan sekitar. Alat- alat yang disterilisasi
yaitu tabung reaksi, labu ukur, labu takar, labu Erlenmeyer, pipet volume, dan cawan petri. Alatalat yang disterilisasi menggunakan autoclave merupakan alat-alat gelas yang presisi. Dalam
sterilisasi uap (panas lembab) menggunakan autoclave dengan membutuhkan waktu yang sangat
singkat untuk mensterilkan alat dan pada suhu 121, karena alat gelas tidak akan memuai
sehingga tidak akan merubah ukuran alat. Sedangkan jika menggunakan oven dalam sterilisasi
uap membutuhkan waktu yang lama yaitu 1-2 jam dan membutuhkan suhu yang tinggi 160-170
. Karena pada suhu 160-170 , alat gelas akan memuai sehingga dapat merubah ukuran alat.
Sebelum alat-alat gelas disterilisasikan menggunakan autoclave, semua alat ditutup dengan kapas
yang dibungkus kain kasa dan dilapisi alumunium foil. Tujuannya yaitu semua alat yang
disterilisasi benar-benar steril dari mikroba agar tidak ada lagi spora mikroba yang masuk.
Percobaan selanjutnya adalah pembuatan dan sterilisasi media serta larutan pengencer. Media
yang digunakan adalah Nutrien Agar dan Nutrien Broth. Nutrien Agar adalah medium umum
untuk uji air dan produk pangan. Nutrien juga digunakan untuk pertumbuhan dari mikroorganisme
yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton dan agar. Lalu Nutrien Broth adalah media untuk
mikroorganisme yang berbentuk cair. Kegunaan dari Nutrien Broth tidak jauh berbeda dengan
Nutrien Agar. Pembuatan media Nutrien Broth dilakukan terlebih dahulu karena Nutrien Broth
tidak mengandung agar sehingga dapat mudah larut dalam aquades dan waktu yang dibutuhkan
untuk melarutkan Nutrien Broth sangat cepat.
Untuk membuat media Nutrien Broth dibutuhkan 3,9150 gram Nutrien Broth dan 300 ml aquades.
Nutrien Broth lalu dilarutkan dengan aquades dan menghasilkan larutan yang berwarna kuning
keruh. Warna kuning keruh ini berarti larutan masih belum steril. Lalu larutan Nutrien Broth
dipanaskan menggunakan hot plate. Pemanasan dilakukan sambil diaduk menggunakan magnetik
stirrer yang bertujuan agar Nutrien Broth larut sempurna dan menghasilkan larutan berwarna
kuning yang jernih. Setelah dilakukan pemanasan, labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas yang
dibungkus kain kasa dan dilapisi dengan menggunakan alumunium foil. Sedangkan untuk
membuat media Nutrien Agar dibutuhkan 10,05 gram Nutrien Agar dan 500 ml aquades. Nutrien
agar dilarutkan dengan aquades dan menghasilkan larutan yang berwarna kuning tua keruh. Warna
kuning tua keruh ini berarti larutan masih belum steril, setelah itu Nutrien Agar dipanaskan juga
menggunakan hot plate . Pemanasan dilakukan sambil diaduk menggunakan magnetik stirrer yang
bertujuan agar Nutrien Agar larut sempurna dan menghasilkan larutan berwarna kuning tua jernih.
Setelah dilakukan pemanasan, labu Erlenmeyer ditutup dengan kapas yang dibungkus kain kasa
dan dilapisi dengan menggunakan alumunium foil. Tujuan ditutup kapas dan alumunium foil agar
proses sterilisasi media Nutrien Broth berjalan lancar dan menghasilkan media Nutrien Broth yang
benar-benar steril. Setelah itu labu Erlenmeyer dimasukkan kedalam autoclave dengan suhu 121
selama 15 menit. Setelah 15 menit, labu dikeluarkan dari autoclave dan menghasilkan larutan
Nutrien Broth yang berwarna kuning jernih sama dengan warna larutan Nutrien Broth sebelum
dimasukkan kedalam autoclave. Setelah itu larutan Nutrien broth didiamkan selama 24 jam di
laboratorium. Pendiaman ini dilakukan karena mikroba atau bakteri dapat berkembang biak
pembahasan
Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Ukuran yang digunakan untuk mikroorganisme adalah mikrometer (m) ; 1m = 0,001
milimeter, 1 nanometer = 0,001 m. Mikroorganisme dapat ditemukan dimana-mana dan sangat
berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. sebagai contoh pada praktikum kali ini yaitu
dilakukan pengamatan mengenai contoh contoh mikroorganisme yang sering dijumpai di
laboratorium dan juga pada tubuh manusia .
mikroorganisme atau mikroba dapat dibiakkan melalui medium pertumbuhan mikroba. Medium
pertumbuhan mikroba adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrien yang diperlukan
mikrobia untuk pertumbuhannya. Dengan menggunakan bahan medium pertumbuhan, aktivitas
mikrobia dapat dipelajari dan dengan menggunakan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi
mikrobia menjadi biakan murni. Pada dasarnya bahan-bahan untuk pertumbuhan medium dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu bahan dasar yang meliputi air, agar yang bersifat tidak
diuraikan oleh mikrobia, gelatin yang merupakan protein yang dapat diuraikan oleh mikrobia, dan
silika gel yaitu bahan yang mengandung natrium silikat khusus untuk menumbuhkan mikrobia
yang bersifat obligat autotrof, unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari bahan alam, meliputi
karbohidrat, lemak dan asam-asam organik, sumber nitrogen yang mencakup pepton dan protein,
garam-garam kimia (K, Na, Fedan Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu. Serta
bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam medium dengan tujuan
tertentu seperti indikator maupun anti biotik. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh
media yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.
Dalam praktikum kali ini percobaan yang dilakukan adalah pembuatan media dari nutrient agar
dan nutrient browth.
Sama seperti pembuatan media bakteri pada umumnya, bahan-bahan yang diperlukan ditimbang
terlebih dahulu kemudian dicampur dan dipanaskan. Pada saat dipanaskan media harus diaduk
supaya larutan yang ada di dalam media tersebut dapat homogen dengan baik.
Untuk media pada cawan petri, yang disterilisasikan dalam autoklaf yaitu erlenmeyernya, baru
sesudah itu media dipindahkan ke dalam cawan petri sesuai prosedur cara kerja yang aseptis,
sedangkan untuk media pada tabung reaksi yang dipanaskan dalam autoklaf adalah tabung
reaksinya. Sesudah media dibuat pada erlenmeyer dan dipanaskan pada air mendidih lalu media
dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk kemudian disterilisasikan di dalam autoklaf. Ini
3.
4.
5.
6.
Medium pertumbuhan
Cara menginokulasi dan inkubasi
Cara mengidentifikasi bakteri
Cara pemeliharaannya (Dwidjoseputro, 1998)
Distribusi koloni-koloni lebih baik juga diperoleh dalam cawan penaburan yang dibuat dengan
baik, dan isolasi akan lebih mudah dibuat. Supaya koloni tumbuh dalam cawan tidak terlalu
banyak ataupun sedikit maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan
pada beberapa cawan. (Nuniek, 2001)
Karakteristik koloni bakteri hasil inokulasi merupakan salah satu bagian dalam identifikasi
bakteri. Beberapa bentuk koloni spesifik koloni bakteri pada media agar datar yaitu (Sutedjo,
1996) :
Ukuran
Titik
Kecil
Sedang
Besar
Warna Koloni
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan tidak kontras dengan air, di mana sel-sel bakteri
tersebut disuspensikan. Oleh karena itu pengamatan tanpa pewarnaan menjadi lebih sukar dan
tidak dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti.
Bentuk Koloni
Bundar
Tidak beraturan
Rhizoid (tersebar seperti akar)
Media Spesifik(selective medium) /media penghambat adalah media yang ditambah zat kimia
tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat
mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu,
dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif.
Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut
dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang
diinginkan. Contohnya adalah Luria bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk
merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline Salt
Broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuhStreptococcus agalactiae yang toleran terhadap
garam.
Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan yang diinginkan, jadi hanya
satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam media ini atau hanya satu kelompok
tertentu saja.
kemampuan bakteri dalam menghasilkan H2S dengan adanya presipitat kehitaman pada media
dan kemampuan bakteri dalam menghasilkan gas dengan indikasi media terangkat atau pecah.
Media yang digunakan adalah TSIA (Triple Sugar Iron Agar).Terutama digunakan untuk
identifikasi bakteri gram negative.Media ini mengandung 3 macam gula yaitu glukosa, laktosa dan
sukrosa, indicator merah fenol dan FeSO4 untuk memperlhatkan pembentukan H2S
yangditunjukan dengan adanya endapan hitam. Konentrasi glukosa adalah 0,1 dari konsentrasi
laktosa aatau sukrosa agar fermentasi glukosa dapatterlihatreaksi dilihat setelah 24-4 8 jam.
penentuan mic
pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
antibiotik kloramphenicol terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif, dengan
menggunakan metoda MIC cair dan menentukan kerentanan suatu bakteri terhadap antibiotik
kloramphenicol melalui tes resistensi dengan metode cakram kertas (Paper Disc Plate).
Sebelum melakukan praktikum ini, semua peralatan yang akan digunakan harus
disterilisasikan terlebih dahulu untuk memastikan peralatan benar-benar bersih dan mencegah
terjadinya kontaminasi yang diakibatkan oleh penggunaan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
pengamatan pada praktikum ini.
Kloramphenicol merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat membunuh bakteri gram positif
maupun gram negatif. Kemudian untuk menentukan MIC dari antibiotik kloramphenicol
digunakan media cair yakni Nutrient Broth. Nutrient broth dibuat dengan variasi single strength
dan double strenght kemudian setelah itu ke dalam media dimasukkan bakteri staphylococcus
aureus yang merupakan bakteri gram positif. Ke dalam masing-masing variasi nutrient broth
tersebut di masukkan kloramfenicol yang berasal dari konsentrasi 2000 ppm kemudian diencerkan
menjadi 1000 ppm,500 ppm, dan 200 ppm. Setelah itu, diinkubasikan pada suhu 37C selama 1824jam. Pada prinsipnya praktikum ini melihat pengaruh faktor pengenceran dari antibiotika yang
dapat menghambat bakteri staphylococcus aureus dalam media nutrient broth yang merupakan
nutrisi untuk pertumbuhannya. Dengan begitu kita dapat mengetahui MIC dari kloramphenicol.
MIC adalah konsentrasi antibiotik terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat. MIC biasanya
dapat dilihat pada tabung reaksi bening terakhir dan tabung reaksi sebelum keruh pertama.
Berdasarkan data pengamatan, MIC ditunjukkan saat konsentrasi 1000 ppm pada media nutrient
broth yang single strength dan kita dapat lihat juga semakin encer konsentrasi kloramfenicol yang
digunakan dia akan semakin keruh karena antibiotik pada konsentrasi yang encer (lebih kecil)
tidak mampu untuk meghambat pertumbuhan bakterinya trutama pada media nutrient broth yang
double strenght, semuanya menunjukkan cairan yang keruh. Hal ni terjadi karena nutrisi yang
diberikan untuk bakteri tersebut konsentrasinya double atau lebih banyak sehingga dapat
memperkuat daya tahn bakteri terhadap kloramphenicolnya. Dengan kata lain semakin besar
konsentrasi antibiotik yang digunakan maKa ia akan menghmabat pertumbuhan bakteri dalm hal
ini memnujukkan cairan berwarna bening dan apabila konsentrasi nutrient broth yang semakin
besar maka akan memperkuat daya tahan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan.
Dalam penentuan kerentanan suatu bakteri terhadap antibiotik kloramphenicol melalui tes
resistensi dengan metode cakram kertas (Paper Disc Plate) digunakn media padat yakni nutrient
karena kadaluwarsa, penyimpanan yang tidak benar dan terjadinya penguraian obat yang
menghasilkan zat lain yang tidak memiliki efek lagi. (Farmakope Indonesia)
Aktivitas suatu antibiotika dapat dilihat pada dua kriteria yaitu MIC dan besar diameter hambatan.
Makin rendah MIC makin kuat potensialnya, demikian pula semakin besar diameter hambatan,
makin kuat pula potensialnya. Namun pada umumnya, antibiotik yang mepunyai potensi tinggi
memilki MIC yang rendah dan diameter yang besar. (Modul praktikum mikrobiologi
STFI,2013/2014)
Ada dua metode umum pengujian potensi antibiotika yang dapat digunakan :
Metode penetapan dengan lempeng silinder atau cara difusi agar
Metoda ini berdasarkan difusi antibiotika dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar
padat dalam cawan petri atau lempeng, sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat
pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona disekeliling silinder yang berisi larutan
antibiotika.
Metode Turbidimetri atau cara tabung
Metode ini berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serbasama
antibotika, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat
antibiotika.
(Menurut akmal Djamaan, 2012 )Beberapa faktor penting yang diperlukan dalam analisis potensi
antibiotika:
1.Mikroba Uji
- Mikroba uji yang digunakan harus berasal dari galur murni
- Dapat memberikan respon yang bertingkat antara peningkatan konsentrasi dengan peningkatan
daerah hambatannya.
- Untuk penetapan dengan cara difusi, daerah hambatan yang terbentuk harus jelas dan mudah
diukur,
- Untuk penetapan cara tabung (turbidimetri) perbedaan kekeruhan pada tingkat dosis tertentu
harus terlihat jelas.
Digunakan untuk melarutkan antibiotika yang akan diperiksa,baik baku pembanding maupun
sampel uji. Pemilihan larutan dapar yang digunakan disesuaikan dengan sifat dan stabilitas bahan
yang akan diuji.
Pemilihan terhadap metode
Pemilihan metode mana yang akan dipakai pada penetapan potensi antibiotika, apakah cara difusi
atau cara tabung tergantung pada pengalaman yang dimiliki dan fasilitas laboratorium yang ada.
Akan tetapi untuk zat-zat tertentu pemilihan tidak dapat dilakukan sekehendak hati, karena sifat
bahan yang akan diuji tersebut. Misalnya tirotrisin karena difusinya yang jelek tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan bila menggunakan cara difusi,sebaliknya sefaloridin dengan
cara tabung tidak cocok bila sampel mengandung hasil urainya yang menyebabkan sampel tetap
keruh pada berbagai tingkat pengenceran.
Kelebihan dan kekurangan dari kedua metode
1. Cara turbidimetri, biasanya mempunyai range daerah
pengerjaan yang sempit dengan
perbandingan tingkat dosis kurang dari 5 : 1.
Sebaliknya pada cara difusi, range tersebut lebih lebar sehingga dimungkinkan perbandingan
tingkat dosis sampai 100 : 1.
2. Cara turbidimetri, hanya memerlukan waktu inkubasi kurang dari 4 jam, sedangkan cara
difusi memerlukan waktu paling kurang 18-24 jam.
3. Cara turbidimetri adalah mengukur aktivitas total dari antibiotika yang diuji, sedangkan cara
difusi tergantung pada kecepatan difusi zat aktif, sehingga ada kemungkinan tidak mengukur
aktivitas totalnya.
4. Cara turbidimetri tidak dipengaruhi oleh sifat difusibilitas dari zat aktif, sedangkan cara
difusi sangat dipengaruhi oleh hal lain tersebut.
Kloramfenicol adalah antibiotika spektrum luas, efektif melawan sebagian besar bakteri aerob dan
anaerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. (Janet L.Stringer,2008)
Kloramfenicol atau kloramisetin adalah antibiotika yang empunyai spektrum luas, berasal dari
jamur Streptomyces venezuelae, dan sekarang telah dapat dibuat sintetik di laboratorium. Dalam
keadaan murni kloramfenicol berupa kristal jarum atau lemepeng memanjang, warna putih keabuabuan, tida bebau dan rasanya pahit. Kloramfenicol sukar larut dalam air, muah larut dalam
metanol,etanol,etil asetat, dan aseton serta tidak larut dalam benzene. Kloramfenicol dapat
digunakan untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Antibiotika ini memiliki khasiat bakteriostatik terhadap beberapa spesies,
pada keadaan tertentu, kloramfenikol memepunyai khasiat bakterisid. (damin sumardjo,2008)
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya potensi sampel terhadap antibiotika standar.
Suatu antibiotika memerlukan konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan fungsinya yaitu
sebagai bakteriostatik atau bakteriosidik. Potensi yang diberikan menurut farmakope haruslah
95% - 105%, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi syarat untuk dapat diedarkan di
pasaran.
Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan potensi antibiotika adalah