I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Zulkarnaini
Umur
: 30 tahun
Alamat
: Ulhee Kareng
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Pekerjaan
: PNS
Tanggal pemeriksaan
: 30 Maret 2012
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
: Nyeri Pinggang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 76 x/ menit, reguler
Pernafasan
: 20 x / menit
Suhu
: Afebris
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Cepat kembali
Sianosis
: (-)
Ikterus
: (-)
Oedema
: (-)
Anemia
: (-)
b. Kepala
Rambut
Wajah
Mata
Telinga
: Serumen (-/-)
Hidung
: Sekret (-/-)
Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
: Hiperemis (-/-)
Faring
: Hiperemis (-)
c. Leher
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
d. Thorax
Inspeksi
Statis
Dinamis
: kesan normal
: kesan normal
Axilla
Palpasi :
Stem Fremitus
Lapangan Paru Atas
Lapangan Paru Tengah
Lapangan Paru Bawah
Paru Kiri
Normal
Normal
Normal
Perkusi :
Lapangan Paru Atas
Lapangan Paru Tengah
Lapangan Paru Bawah
Paru Kanan
Normal
Normal
Normal
Paru Kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru Kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi :
Suara Nafas Pokok
Lapangan Paru Atas
Lapangan Paru Tengah
Lapangan Paru Bawah
Paru Kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru Kanan
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Paru Kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru Kiri
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Thorak Belakang
-
Inspeksi
: Kesan normal
Stem Fremitus
Lapangan Paru Atas
Lapangan Paru Tengah
Lapangan Paru Bawah
Perkusi :
Lapangan Paru Atas
Paru Kanan
Normal
Normal
Normal
Paru Kiri
Normal
Normal
Normal
Paru Kanan
Sonor
Paru Kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Paru Kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru Kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru Kanan
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Paru Kiri
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Atas
Kiri
Kanan
e. Abdomen
Inspeksi
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
Perkusi
Auskultasi
f. Genitalia
: Tidak diperiksa
g. Anus
: Tidak diperiksa
h. Tulang Belakang
: Kesan normal
4
i. Kelenjar Limfe
j. Ekstremitas
Sianosis
-
Superior
Kanan
-
Kiri
-
Inferior
Kanan
-
Kiri
-
Oedema
Fraktur
V. STATUS NEUROLOGIS
A. G C S
: E4 M6 V5 = 15
Pupil
: isokor 3 mm / 3 mm
: +/+
: +/+
Laseque
: (-)
: (-)
: (-)
Neris sign
: (-)
B. Nervi Craniales
Kelompok Optik
Kanan
Kiri
Nervus II (visual) :
Visus
Kesan Normal
Kesan Normal
Lapangan Pandang
Melihat Warna
Kesan Normal
Kesan Normal
Kesan Normal
Kesan Normal
3 mm
3 mm
Bentuk Pupil
Bulat
Bulat
Nistagmus
(-)
(-)
Strabismus
(-)
(-)
Lateral
dbn
dbn
Atas
dbn
dbn
Bawah
dbn
dbn
Medial
dbn
dbn
Diplopia
Kelompok Motorik
Menutup mata
Menggembungkan pipi
Memperlihatkan gigi
Sudut bibir
Reflek menelan
Mengangkat bahu
Memutar kepala
Menjulurkan lidah
Kelompok Sensoris
: Kesan normal
: Kesan normal
: Kesan normal
: Kesan normal
C. Badan
Motorik
Gerakan respirasi
: Abdominothoracal
: Simetris
Sensibilitas
Rasa suhu
Rasa nyeri
Rasa raba
Pergerakan
: normal/normal
Kekuatan
: sdn/sdn
Tonus
Atrofi
: -/-
Refleks
Biceps
: +/+
Triceps
: +/+
Motorik
Pergerakan
: normal /normal
Kekuatan
: 5555 5555
5555 5555
Tonus
Atrofi
: -/-
Jalan jinjit
: dbn
: dbn
Refleks
Patella
: +/+
Achilles
: +/+
Babinski
: -/-
Chaddok
: -/-
Schaeffer
: -/-
Gordon
: -/-
Oppenheim
: -/-
Klonus
Paha
: -/-
Kaki
: -/-
Tanda Laseque
: (-)
: (-)
: (-)
Neris sign
: (-)
Sensibilitas
Rasa suhu
: dbn
Rasa nyeri
: dbn
Rasa raba
: dbn
F. Gerakan Abnormal
: (-)
G. Fungsi Vegetatif
8
Miksi
Defekasi
Cara berjalan
Keseimbangan
A. Fungsi Luhur
Memori
Fungsi bahasa
Diagnosis
Klinis
Topis
Patologis
Etiologi
:
:
:
:
Pemeriksaan Penunjang
MRI
10
11
Penatalaksanaan :
Gabexal 2 x 300 mg
Sohobion 2 x 1
12
Subjektif
(hari
Pemeriksaan
Terapi
fisik
Pemeriksaan
penunjang
perawatan
ke-)
1 Desember Nyeri
Composmentis,
Meloxicam 2x1
2010
TD : 140/90
Lansoprazole 1x1
Pinggang
mmHg , FN :
78x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik
(-)
13
MRI
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom :
normal.
8 Desember Kontrol
2010
Composmentis,
Amitriptilin
Hasil
1x2,5 mg
Pinggang
Sohobion 1x1
mmHg , FN :
80x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik
(-),
bulat
14
MRI,
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis
Februari Kontrol
2012
-/-,
sensorik
normal,
fungsi
otonom normal.
Composmentis,
Metylprednisolon
2x1
Pinggang
mmHg , FN :
Lansoprazole 1x1
86x/mnt, FP :
Sohobion 1x1
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
Planning :
E4M6V5,
Fisioterapi
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik:
(-),
15
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
22 Februari Kontrol
2012
otonom normal.
Composmentis,
Metylprednisolon
2x1
Pinggang
mmHg , FN :
Lansoprazole 1x1
86x/mnt, FP :
Sohobion 1x1
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
Planning:
E4M6V5,
Fisioterapi
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik
(-),
16
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
1
2012
otonom normal.
Composmentis,
Amitriptilin
anggota
TD : 140/90
tablet (malam)
gerak
mmHg , FN :
Fitbon 1x1
berkurang
78x/mnt, FP :
Maret Kelemahan
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Laseque
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik
(-),
17
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
21
2012
Maret Kontrol
otonom normal.
Composmentis,
Gabexal 2 x
300mg
pinggang
Sohobion 1x1
mmHg , FN :
78x/mnt, FP :
18 x/mnt, T:
36,5oC, GCS:
E4M6V5,
TRM: Lasegue
>700/>700,
Tanda Laseque
kontralateral (-)
Tanda Laseque
terbalik
(-),
18
ekstremitas atas
5555/5555,
ektremitas
bawah
5555/5555 ,
Refleks
fisiologis : +/+,
Refleks
patologis -/-,
sensorik :
normal, fungsi
otonom normal.
Prognosa :
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.
LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.1
2.2 Insidensi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini
selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalencerata-rata 30%. Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling
sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2
untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di
rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.2
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
20
menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.
Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%.1
2.3 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
1. Diskogenik (sindroma spinal radikuler).
2. Non-diskogenik
1. Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang
merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu
protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan
kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal
dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus terdiri dari megamolekul
proteoglikan yang dapat menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai
dekade ke tiga, gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan
menyusut terus sampai dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari
anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul
kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang
menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang
menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial.
Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang
menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan
secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari
anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi
akar saraf.3
2. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut sensorik
saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma,
infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam
perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi
pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).4
2.4 Faktor Resiko
21
Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri
berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban,
menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. 1,5
2.5 Diagnosa
A. Anamnesis
Harus dilakukan anamnesis yang teliti yang biasanya nantinya akan dilengkapi
oleh pemeriksaan fisik, disertai pemeriksaan radiologis dan elektrodiagnosis.
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:6
1. Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan
radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom
yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam
ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat
22
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka
komunis.
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.
Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20%
menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi.
Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan
adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
23
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada
sisi yang sama.
Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.
2. Palpasi
Pemeriksaan motoris
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian
dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding
motoris.5
Tanda-tanda perangsangan meningeal
Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya
ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque
dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 90 0 lalu
dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri
akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan
mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising).
Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila
menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada
tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus.3
Tanda Neri (Neris sign) : bisa ditimbulkan bila pasien membungkuk ke
depan dan dikatakan positif bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi yang terkena.
24
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
2. Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan
terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat
albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.
3. Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadangkadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan
lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang
menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi
terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
25
2.6 Penatalaksanaan
Konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan
melakukan restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan yang jelas tentang
perjalanan penyakitnya, tes-tes diagnostik, cara-cara pencegahan, peran pembedahan
sehingga pasien dapat menilai keadaan dirinya dan mengerti tindakan yang diambil
oleh dokter dengan konsekuensi dari terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum
penderita diberikan informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah
baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri
yaitu dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk
tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering obat yang sesuai untuk penanganan
dimulai
dengan
drug (NSAID).
asetaminofen
Untuk
LBP
akut
dan/ataunonsteroidal
secara
fakta
anti-inflammatory
didapatkan
bahwa
tidak
terdapat NSAID spesifik yang lebih efektif terhadap yang lainnya. 8 Medikasi lain
yang dapat diberikan sebagai tambahan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik,
dan antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.
Dari segi rehabilitasi, modalitas penanganan penderita HNP tergantung dari stadium
dampak dari penyakit tersebut yang dibedakan atas:9
bekerja/alih pekerjaan.
Modalitas yang dapat diberikan pada HNP seperti:
-
Traksi lumbal
Hidroterapi
Masase
26
Latihan
Operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa: 7
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri
berat/intractable/ menetap/ progresif.
Defisit neurologik memburuk
Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak
berhasil.
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik
dan radiologik.
2.7 Prognosis
Menurut
Anderson,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
27
DAFTAR PUSTAKA
2012)
Available
from:
URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm .
4. Sidharta P. Anamnesa kasus nyeri di ekstermitas dan pinggang. Sakit
pinggang. In: Tata pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka
universitas, 1980: 64-75.
5. Feske SK, Greenberg SA. Degenerative and compressive structural disorders.
In: Textbook of Clinical Neurology. 2nd Ed., Ed. Goetz CG. Philadelphia:
Saunders 2003; 583-600.
6. Rumawas RT. Nyeri pinggang bawah (Pandangan umum). Kumpulan
makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Palembang, 8-12 Desember 1996.
28
29