Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. DM sering disebut sebagai


the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi dan dapat
timbul secara perlahan-lahan, sehingga pasien tidak menyadari akan adanya
perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil yang lebih
banyak ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat
berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi ke
dokter untuk memeriksakan kadar glukosa darahnya. Pada tahun 1992, lebih dari
100 juta penduduk dunia menderita DM dan pada tahun 2000 jumlahnya
meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi dewasa. Amerika
Serikat mempunyai jumlah penderita DM pada tahun 1980 mencapai 5,8 juta
orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang (Andi, 2007).
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita DM
terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi
8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta
pengidap DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta
penderita. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) jumlah pasien DM
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari
seluruh penyakit. Data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dari
berbagai penelitian epidemiologis sebagaimana diungkapkan Ketua Pengurus
Besar Perkeni dr. Sidartawan Soegondo, SpPD-KE menunjukkan, sekitar tahun
1980-an prevalensi DM pada penduduk di atas usia 15 tahun adalah 1,5-2,3%
(Andi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang


masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.
WHO dalam Annual report on global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22
negara dikategorikan sebagai high-burden countries terhadap TB. Indonesia
termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam menyumbang jumlah
kasus TB di dunia. Estimasi angka insidens TB di Indonesia berdasarkan
pemeriksaan sputum (basil tahan asam/BTA) positif adalah 128 per 100.000 untuk
tahun 2003, sedangkan untuk tahun yang sama estimasi prevalensi TB adalah 295
per 100.000 (WHO, 2005).
Berdasarkan sistem pencatatan dan pelaporan tersebut diperkirakan
program TB telah mencapai angka penemuan kasus (Case Detection Rate/ CDR)
sebesar 33 persen (2003) dan angka kesembuhan (Cure Rate) dengan Directly
Observed Treatment of Short-course (DOTS) sebesar 86 persen untuk tahun 2002
(WHO, 2005). Hasil temuan Survei Prevalensi Tuberkulosis (SP-TBC) 2004
memberikan estimasi prevalensi TB berdasarkan pemeriksaan mikroskopik BTA
positif sebesar 104 per 100.000 dengan selang kepercayaan 95%. Prevalensi TB di
Jawa Bali (59 per 100.000) jauh lebih rendah dibanding luar Jawa Bali (174 per
100.000) dan prevalensi TB di kawasan Sumatera (160 per 100.000). Berdasarkan
kultur yang dilakukan di 11 provinsi diperkirakan prevalensi TB (definite case)
sebesar 186 per 100.000 (Survei Prevalensi Tuberkulosis, 2004).
Hubungan DM dengan TB paru sering menjadi topik pembahasan di
banyak forum tetapi masalah ini masih tidak dititikberatkan. Pada zaman sekarang,
epidemik DM terjadi pada negara yang maju mahupun di negara yang
berkembang. Terjadinya peningkatan jumlah orang yang didiagnosa dengan DM
di seluruh dunia, maka, interaksi antara diabetes dengan TB paru telah menjadi
suatu isu baru. Pasien dengan DM mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
mendapat TB paru. Hal in telah dibuktikan pada beberapa studi retrospektif dan
prospektif. Pada suatu studi di Mumbai, India, TB didapati merupakan komplikasi
yang tersering (5,9%) dalam suatu studi kohort yang melibatkan 8000 pasien
dengan DM. Tambahan pula, dalam suatu studi yang lain di Regional Institute of
Medical Sciences, Imphal, didapati prevalensi TB pada pasien DM adalah 27%

Universitas Sumatera Utara

dengan diagnosa secara radiologi dan 6% dengan diagnosa melalui sputum (Kant,
2003).
Di Indonesia, dari analisis lanjut yang dilakukan dari set data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, didapati prevalensi nasional untuk TB
adalah 400 per 100.000, DM adalah 700 per 100.000 dan DM berserta TB adalah
150 per 100.000 (Badan Litbang Kesehatan, 2009). Prevalensi TB paru pada
DM meningkat 20 kali dibanding non DM, aktifitas kuman tuberkulosis
meningkat 3 kali pada DM berat dibanding DM ringan. Prevalensi TB paru pada
DM di Indonesia masih cukup tinggi yaitu antara 12,8-42% dan bila dibanding
dengan luar negeri maka prevalensi di Indonesia masih tinggi (Sanusi, 2006).
Suatu studi yang dilaksanakan di Jakarta didapati 12,8% dari penyakit DM
mengalami komplikasi TB paru. Selain itu, penelitian yang dilakukan di RSCM
Jakarta, dari 126 penderita DM ternyata 9 orang menderita TB paru (7,15%)
(Nasution, 2007).

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat

dirumuskan pertanyaan seperti berikut :


-

Berapakah prevalensi kejadian komplikasi tuberkulosis paru pada


penderita Diabetes Mellitus di RSUP H Adam Malik Medan tahun
2009?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui prevalensi kejadian komplikasi pada pasien yang menderita
DM di RSUP H Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui angka prevalensi pasien DM
2. Mengetahui angka prevalensi pasien DM dengan komplikasi TB
3. Mengetahui angka prevalensi golongan umur pasien DM dengan
komplikasi TB
4. Mengetahui angka prevalensi jenis kelamin pasien DM dengan
komplikasi TB
5. Mengetahui angka prevalensi hasil tes diagnosis TB paru pada pasien
DM dengan komplikasi TB paru
6. Mengetahui angka prevalensi interval waktu antara diagnosis DM dan
TB paru

1.4.

Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini boleh memberikan informasi bagi sarana pelayanan
kesehatan dalam mengurangkan penderita DM dengan komplikasi TB.
2. Hasil dari penelitian ini boleh dijadikan sumber informasi kepada
penderita-penderita DM supaya mereka mengetahui bahawa penyakit
mereka mempunyai kecenderungan untuk terjadinya komplikasi TB
dan mereka akan mengambil inisiatif untuk mencegah terjadinya
komplikasi tersebut.
3. Data dan informasi dari penelitian boleh digunakan untuk membantu
dalam penelitian yang lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai