Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

Serebelum merupakan bagian terbesar dari otak bagian belakang (rhombencephalon) dan
terletak di posterior ventriculus quartus, pons, dan medulla oblongata. Serebelum berbentuk agak
lonjong dan menyempit pada bagian tengahnya, serta terdiri dari dua hemispherium serebeli yang
dihubungkan oleh bagian tengah yang sempit, yaitu vermis (Snell,2006). Setiap struktur dari
batang otak dihubungkan dengan serebelum melalui sepasang pedunkel, yaitu pedunkel
serebelaris superior atau brakhia konjungtiva pada tingkat otak tengah, pedunkel serebelaris media
atau brakia pontis pada tingkat pons, dan pedunkel serebelaris inferior atau korpus restiformis
pada tingkat medulla oblongata (Duus, 1996).

Serebelum terdiri dari 3 lobus utama : lobus anterior, lobus medius, dan lobus
flokulonodularis. Lobus anterior dapat dilihat pada permukaan anterior serebelum dan dipisahkan
dari lobus medius oleh fisura prima. Lobus medius (lobus posterior), merupakan bagian serebelum
yang paling besar, terletak diantara fisura prima dan fisura uvulonodularis. Lobus flokulonodularis
terletak di posterior fisura uvulonodularis. Fisura horisontalis yang dalam ditemukan disepanjang
pinggir serebelum dan memisahkan permukaan superior dari permukaan inferior. Korteks
serebelum berlipat dengan sangat rapi. Semua sulkus melintangi vermis dan lobus secara tegak
lurus terhadap sumbu neuraksis. Pematang korteks serebelum yang berjalan melintangi sulkus tadi
dinamai folia (Ngoerah, 1990).

Serebelum mengurus regulasi atau pengelolaan tonus otot, koordinasi gerakan dan
pengelolaan sikap berikut masalah berjalan. Bila terganggu, terjadi gangguan dalam
keseimbangan tubuh, bila berdiri cenderung jatuh ke depan, belakang atau ke samping. Gaya jalan
sempoyongan disertai pusing dan berputar. Otot terasa lembik dan cepat letih (astenia). Refleks
tendon memperlihatkan sifat pendular. Semua itu akibat diskoordinasi muskular. Penderita dengan
lesi serebelum dapat melakukan secara garis besar tiap gerakan, namun tiap gerak dilakukan
dengan koordinasi otot-otot yang tidak adekuat (Sidharta P., 2006; Noback, 1991).

Serebelum pada dasarnya merupakan suatu alat aferen somatik yang sering disebut
ganglion utama untuk susunan propioseptif dan eksteroseptif. Serebelum menerima dan
memproses rangsangan aferen tidak sadar dari reseptor eksterosepsi dan propiosepsi umum
(terutama dari reseptor di tendon, sendi, otot) dalam tubuh dan dari susunan vestibular,
pendengaran, dan penglihatan. Informasi ini kemudian digunakan oleh susunan motorik (Noback,
1991; DeMyer, 2004)

1
BAB 2

NEUROANATOMI SEREBELUM

2.1. Anatomi Serebelum

Ditinjau dari sudut evolusi, embriologi, dan fungsional, serebelum dapat dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu (Sukardi, 1985) :

a. Archeocerebellum (archicerebellum)
Disebut juga lobus flokulonodularis terdiri atas nodulus dan kedua flocculi. Merupakan
bagian serebelum yang paling tua, dan mempunyai hubungan fungsional dengan nervus
dan nuclei vetibularis.

b. Paleoserebelum
Terdiri atas semua bagian serebelum (bagian vermis dan hemisfer) di kranial fisura prima.
Disebut juga lobus cranialis (anterior) serebeli. Menerima impuls dari medula spinalis
mealui traktus spinocerebellaris (ventralis dan dorsalis) dan fibrae arcuata eksterna
(traktus cuneocerebellaris) yang mengantar impuls propioseptif dari otot-otot leher.
Impuls ini terutama dari reseptor regang. Bagian serebelum ini bersangkutan dengan
tonus otot.

c. Neocerebellum (lobus posterior)


Merupakan bagian paling besar dan termuda secara filogenetik pada serebelum.
Neocerebellum terletak antara fissura prima dan fissura dorsolateralis (posterolateralis).
Neocerebellum terdiri atas bagian vermis dan hemisfer, juga dikenal sebagai lobus
kaudalis serebeli, dan bersangkutan dengan penerimaan impuls dari korteks melalui
nuklei pontis, melalui susunan fibrae corticopontocerebellares. Perkembangannya sangat
erat berhubungan dengan korteks serebral dan sikap tegak primata. Gerakan motorik
terampil yang dimulai oleh korteks motorik serebral, dimodifikasi oleh neocerebellum.

Akan tetapi perlu ditekankan bahwa baik fisura prima maupun fisura dorsolateralis tidak
merupakan garis-garis batas yang tegas antara berbagai komponen serebelum diatas. Pada kedua
belah pihak fisura tersebut selalu terdapat saling tindih antara serat-serat aferen serebelum
(Sukardi, 1985).

2
Gambar 1

Serebelum tampak inferior (Netter, 2002)

Gambar 2

Serebelum tampak superior ( Netter, 2002)

3
Lobulus
semilunaris
tube pyramis
uvula nodulus tonsila flokulus
LobulusLobulus
biventer
gracilis
kaudalis
Gambar 3

Pandangan kortek serebeli yang didatarkan (Sobotta, 1994)

Gambar 4

Serebelum potongan sagital (Netter, 2002)

4
2.2. Susunan Intrinsik Serebelum

Serebelum terdiri dari lapisan substansia grisea dibagian luar yang disebut kortek dan lapisan
substansia alba di bagian dalam. Setiap hemisperium terdapat tiga massa substansia grisea yang
membentuk nuclei intracerebellaris di dalam substansia alba (Snell, 2007).

2.2.1. Kortek serebelum

Merupakan suatu lapisan substansia grisea yang tipis yang meliputi seluruh pemukaan serebelum.
Permukaan ini menunjukkan suatu susunan cekungan yang amat rumit. Cekungan yang dalam
disebut fisura (majemuk fissurae), cekungan yang lebih dangkal disebut sulcus (sulci). Permukaan
serebelum diantara 2 sulci yang berdekatan disebut folium (majemuk folia).

Gambar 5

Susunan penampang melintang serebelum (Netter, 2002)

Apabila dibandingkan dengan kortek cerebri, kortek serebelum menarik perhatian karena
beberapa hal :

1. Susunannya yang relatif sederhana dan uniform.


2. Menunjukkan susunan tiga lapis yang jelas.
3. Mengandung 5 macam sel neuron yang berbeda (sel keranjang, sel bintang, sel Purkinje,
sel granular dan Golgi tipe II).

5
Apabila disebutkan dari superfisial kearah profundus, kortek serebelum terdiri atas tiga lapisan
utama :

1. Stratum moleculare (Zona molekularis).


2. Stratum neuronorum piriformium atau lapisan sel-sel Purkinje (Zona Ganglionaris).
3. Stratum granulosum (Zona granulosa)

Gbr.6

Organisasi korteks serebelaris dengan hubungan aferen dan eferen, Serebelum, Peter Duus, 1996.

Ad.1 Stratum Moleculare (Zona molekularis).

Lapisan ini mengandung sedikit sel, yaitu sel-sel keranjang dan sel-sel berbentuk bintang. Lapisan
ini terutama terdiri atas anyaman lebat dendrit dari sel-sel keranjang, sel bintang dan sel Purkinje.

Gbr 7. Confocal micrograph from


mouse cerebellum expressing green-
fluorescent protein in Purkinje cells,
Wikipedia, the free encyclopedia.

Axon dan dendrit dari sel-sel keranjang dan bintang terletak dalam bidang-bidang yang
tegak lurus terhadap sumbu panjang folia, demikian juga halnya dengan dendrit-dendrit sel
Punkinje. Dalam perjalanannya di dalam stratum moleculare, axon dari sel keranjang
mengeluarkan cabang-cabang kolateral yang berakhir dalam hubungan sinaptik di sekitar tubuh
sel Purkinje. Satu axon sel keranjang dapat mengadakan hubungan sinaptik dengan kira-kira 10
sel Purkinje

6
Di zona molekularis serebeli terdapat dua macam sel, yaitu :

a. Sel Keranjang

Sel keranjang adalah sel jenis berbulir yang memiliki suatu akson yang menjulur dalam suatu
lapangan yang sama dengan percabangan dendrit-dendrit sel Purkinje. Sinapsis serabut-
serabut sel keranjang dengan sel Purkinje itu bersifat menghambat (-). Satu sel keranjang
dengan jalan ini dapat bersinapsis dengan 100 sampai 200 sel-sel Purkinje. Dendrit sel-sel
keranjang bersinapsis dengan serabut-serabut pararel yang merupakan cabang T dari akson-
akson sel-sel granula dari zona granulosa. Sinapsis ini bersifat menggiatkan (+).

b. Sel Bintang (stellate)

Sel bintang adalah lebih kecil daripada sel keranjang. Lagi pula sel bintang ini terletak lebih
kepermukaan zona molekularis daripada sel keranjang. Dendrit sel bintang adalah lebih
pendek daripada dendrit sel keranjang. Dendrit ini bersinapsis dengan serabut-serabut pararel
(dari sel-sel granula). Akson sel bintang bersinapsis (-) dengan dendrit-dendrit sel-sel
Purkinje.

Ad.2 Stratum Neuronorum Piriformium (Zona ganglionaris).

Lapisan sel-sel Purkinje ini terdiri atas satu lapisan sel yang besar dan berbentuk oval. Dendrit sel
Punkinje menunjukkan percabangan-percabangan yang amat rumit dan terletak dalam suatu
bidang yang tegak lurus terhadap sumbu panjang folium dan menyebar ke dalam stratum
moleculare. Axon sel Purkinje keluar dari sisi tubuh sel yang berlawanan dengan sisi yang
mengeluarkan dendrit. Axon-axon ini berselubung myelin dan berjalan kearah profundus melintasi
stratum granulosum.

Sebagian besar axon-axon sel Purkinje tersebut memasuki substantia alba serebelum dan
berakhir dalam hubungan sinaptik dengan neuron-neuron di dalam nuclei serebelum. Axon sel
Purkinje dapat mengeluarkan suatu cabang kolateral yang menanjak kearah superfisial untuk
mengadakan hubungan sinaptik dengan tubuh sel Purkinje di dekatnya. Dalam potongan yang
sejajar dengan sumbu panjang dari folium, dendrit ini akan tampak sebagai “kekayonan wayang
kulit” yang dilihat dari samping (Ngoerah, 1991).

Sel-sel Purkinje dibungkus oleh serabut-serabut keranjang. Sinapsis ini bersifat


menghambat (-). Dendrit sel-sel Purkinje bersinapsis dengan serabut-serabut pararel yang berasal
dari cabang-cabang T sel-sel granula. Sinapsis ini bersifat menggalakkan (+). Akson sel Purkinje
bersinapsis dengan sel-sel neuron nucleus dentatus atau nuclei yang lain di substansia alba
serebeli. Serabut-serabut yang memanjat (climbing fibres) adalah serabut-serabut aferen

7
(serebelopetal) yang berasal dari oliva inferior kontralateral. Serabut-serabut yang memanjat ini
tampak menjalar pada cabang-cabang dendrit sel Purkinje. Sinapsis diantara serabut-serabut yang
memanjat ini dengan dendrit sel Purkinje, adalah bersifat menggalakkan (+).

Ad.3 Stratum Granulosum (Zona granulosa).

Lapisan ini mengandung sel yang amat padat, yaitu sel-sel granular. Sel granular mempunyai
tubuh sel yang kecil dan bulat dan terisi penuh dengan inti sel, menyerupai lymphocytus. Daerah-
daerah bening di antara inti-inti sel granular tersebut dikenal sebagai glomeruli (pulau-pulau
serebelum).

Dalam zona granulosa ini terdapat dua macam sel yaitu :

1. Sel Granula
Sel ini adalah suatu sel yang kecil, kira-kira sebesar eritrosit. Dendrit-dendrit dari sel granula ini
bersinapsis dengan serabut-serabut aferen (serebelopetal) yang berasal dari luar serebelum
(kecuali serabut-serabut yang berasal dari oliva inferior). Serabut-serabut yang bersinapsis dengan
dendrit sel granula ini dinamai serabut lumut (mossy fibres). Sinapsis ini bersifat menggalakkan
(+). Selain daripada itu sel granula ini pula bersinapsis dengan akson dari sel Golgi. Sinapsis ini
bersifat menghambat (-). Akson sel granula ini menjulur ke zona molekularis, di mana ia
bercabang dua (cabang T) dan membentuk serabut-serabut pararel yang menjulur secara pararel
atau sejajar dengan sumbu panjang dari folium.

Serabut-serabut pararel ini pada tempat-tempat tertentu memperlihatkan penebalan-


penebalan. Di tempat-tempat penebalan ini terjadilah sinapsis-sinapsis. Serabut-serabut pararel ini
membentuk sinapsis dengan :

i. Dendrit-dendrit sel-sel Purkinje


ii. Dendrit-dendrit sel-sel keranjang
iii. Dendrit-dendrit sel-sel bintang
iv. Dendrit-dendrit sel-sel Golgi
Sinapsis-sinapsis ini bersifat menggalakkan (+).

2. Sel Golgi (Golgi neuron)

Sel neuron ini berbentuk bintang dan terletak di zona granularis, sedikit dibawah lapisan sel-sel
Purkinje. Dendrit sel Golgi ini menjulur dan bercabang-cabang di zona molekularis, di mana ia
bersinapsis dengan serabut-serabut pararel. Sinapsis ini bersifat menggalakkan (+). Sel-sel Golgi
ini pula menerima kolateral-kolateral dari serabut-serabut yang dinamai serabut-serabut lumut
(mosay fibres). Sinapsis ini bersifat menggalakkan (+).

8
Sel neuron di nuclei ini memiliki akson-akson yang menjulur ke luar serebelum, di mana
ia membentuk sinapsis-sinapsis yang bersifat menggalakkan (+). Sel neuron di nuclei serebeli ini
menerima serabut-serabut dari sel-sel Purkinje. Sinapsis-sinapsis yang dibentuk diantara akson
sel Purkinje dan sel neuron di nucleus dentatus misalnya bersifat menghambat (-). Sel-sel di
nucleus dentatus menerima pula kolateral-kolateral dari serabut-serabut yang memanjat (climbing
fibres) juga dari serabut-serabut lumut (mossy fibres). Sinapsis-sinapsis yang dibentuk diantara
serabut-serabut ini dengan sel-sel di nucleus dentatus bersifat menggalakkan (+).

Gbr8.

Lintasan-lintasan serat dalam serebelum, Ngoerah, 1991).

2.2.2. Korpus medulare

Merupakan massa substansia alba di sebelah dalam kortek serebeli, dan terdiri atas serat-serat
berselubung mielin. Substansia alba ini mengadakan perluasan yang memasuki substansia folia.
Tonjolan substansia alba ke dalam susunan folia serebeli ini pada suatu penampang tampak seperti
dahan-dahan pohon, sehingga disebut arbor vitae.

Substansia alba dalam serebelum tersusun atas 2 kelompok utama serat berselubung mielin
(Sukardi, 1985) :

a. Serat-serat intrinsik serebelum

9
- serat corticonuclear

- serat asosiasi, yang menghubungkan berbagai daerah korteks 1 dengan yang lain.

Gambar 9

Sirkuit intraserebelar (Taylor, 2006)

b. Serat-serat eksterinsik serebelum


Terdiri dari 2 kelompok, serat aferen dan eferen. Serabut aferen membentuk sebagian besar
substansia alba dan berjalan menuju kortek serebeli. Semua masuk ke dalam serebelum
terutama melalui pedunkulus serebelaris inferior dan medius. Serabut eferen mencakup
outflow serebelum. Dimulai dari akson sel purkinye, berjalan dan bersinap dengan neuron
nuklei serebelaris. Serat eksterinsik terkumpul menjadi 3 pasang berkas yang kompak, yaitu
pedunkuli serebelaris. Ada 3 jalan yang dapat dilalui untuk dapat masuk keluar serebelum,
yaitu (Snell, 2006; DeMyer, 2004):

 Pedunkulus serebelaris kranialis (Brakhium konjungtivum), menghubungkan serebelum


dengan mesencepalon.
 Pedunkulus serebelaris medius (Brakhium pontis), menghubungkan serebelum dengan
pons.
 Pedunkulus serebelaris kaudalis (Korpus restiforme), terdiri atas berkas yang terutama
menghubungkan medula spinalis dan medula oblongata dengan serebelum.

2.2.3. Nuklei serebeli

Terbenam di dalam substansia alba, di kanan dan kiri garis median, terdapat sekelompok kecil
substansia grisea yang membentuk nuclei serebeli. Nuclei ini terletak di dorsal dan dorsolateral

10
ventrikulus quartus. Tiap hemisfer memiliki 4 nukleus, bila disebutkan dari lateral ke medial ,
terdiri dari (Ngoerah, 1990; Kahle, 2003):

- Nukelus dentatus, merupakan nukleus serebelaris yang paling besar. Berbentuk seperti
kantong yang membuka kearah medial. Bagian inferior kantong ini terbentuk dari serabut
eferen yang meninggalkan nukleus ini melalui bagian yang terbuka dan membentuk
pedunkulus serebelaris posterior.
- Nukleus emboliformis, berbentuk lonjong dan terletak di sebelah medial nukleus dentatus,
yang sebagian menutupi hilusnya.
- Nukleus globosus, terdiri dari 1 atau lebih sel bulat dan terletak di medial nukleus
emboliformis.
- Nukleus fastigii, terletak di dekat garis tengah di dalam vermis, dan dekat dengan atap
ventrikulus quartus, nukleus ini lebih besar daripada globosus.

Gambar 10

Posisi nuklei intraserebelaris (Snell, 2006)

Serabut dari nuklei dentatus, emboliformis dan globosus meninggalkan serebelum melalui
pedunkulus serebelaris superior. Serabut dari nuklei fastigii meninggalkan serebelum melalui
pedunkulus serebelaris inferior (Snell, 2006)

Nuklei intraserebelaris tersusun dari neuron-neuron multipolar yang besar dengan cabang-
cabang dendrit yang sederhana. Akson keluar dari serebelum di area pedunkulus serebelaris
superior dan inferior. Sel purkinye di vermis bermuara di nukleus fastigii. Sel purkinye di zone

11
paramedialis berproyeksi ke nukleus globosus dan emboliformis, sedangkan sel purkinye di
hemisferium serebeli berproyeksi ke nukleus dentatus (Snell, 2006; Ngoerah, 1990).

2.3. SERABUT AFEREN DAN EFEREN SEREBELUM

2.3.1. Serabut Aferen Serebelum dari Kortek Serebri

Kortek mengirim informasi ke serebelum melalui 3 jaras yaitu : jaras kortiko- ponto-serebelaris,
jaras serebro-olivo-ponto-cerebelaris, jaras serebro-retikulo-serebelaris.

1. Jaras kortiko- ponto-serebelaris


Serabut kortiko-pontin berasal dari sel saraf di lobus frontal, parietal, temporal dan oksipital
kortek serebri. Kemudian turun melalui korona radiata dan capsula interna, berakhir di nuklei
pontis. Nuklei pontis merupakan asal serabut transversa pontin yang berjalan menyilang garis
tengah dan masuk ke dalam hemifer serebeli sisi kontralateral sebagai pedunkulus serebelaris
medius (Snell, 2006)

Nuklei pontis adalah termasuk dalam lingkaran susunan ekstrapiramidal. Lintasan ini mulai di
area 4 dan 6 dari korteks serebri  traktus frontopontinus Arnold  nuklei pontis  serabut-
serabut pontoserebelaris, menyilang garis tengah dan masuk serebelum melalui brakium
pontis kontralateral, dimana mereka berakhir sebagai serabut lumut di lapisan granulosa dari
hemisferium serebeli kontralateral (neoserebelum)  sel Purkinye di kortek serebeli
hemisferium  nukleus dentatus  traktus dentato-rubro-talamikus yang menyilang garis
tengah di dekusasio Wernekink  nukleus ventro-lateralis talami  korteks serebri area 4
dan 6 (Ngoerah, 1990).

2. Jaras serebro-olivo-ponto-serebelaris
Serabut-serabut kortiko-olivarius berasa dari sel saraf di lobus frontal, parietal, temporal dan
oksipital kortek serebri. Kemudian turun melalui korona radiata dan capsula interna, berakhir
pada kedua sisi nukleus olivarius inferior. Nukleus olivarius inferior adalah tempat asalserabut
yang menyilang garis tengah dan masuk ke hemisferium serebeli sisi kontralateral melalui
pedunkulus serebelaris inferior. Serabut ini berakhir sebagai serabut ascendens di kortek
serebeli (Snell, 2006).

Oliva inferior adalah suatu mata rantai dari sirkuit ekstrapiramidal. Lintasan ini mulai di area
4S dan 8  zona inserta  pars parvoselularis nukleus ruber  traktus sentralis tegmenti 
oliva inferior  serabut olivoserebelaris menyilang garis tengah, melalui korpus restiforme
kontralateral, masuk serebelum dan berakhir sebagai serat memanjat pada dendrit dari sel
purkinye dari hemisferium serebeli kontralateral  nukleus dentatus  traktus dentato-rubro-
talamikus, menyilang garis tengah pada dekusatio dari Wernekink, kemudian mem”by pass”

12
nukleus ruber sampai pada nukleus V.L. talami  kortek serebri area 4 dan 6 (Ngoerah,
1990).

3. Jaras serebro-retikulo-serebelaris
Serabut-serabut ini berasal dari sel saraf dari berbagai daerah di kortek serebri, terutama area
sensorimotor. Serabut ini turun dan berakhir di area retikularis sisi yang sama dan pada sisi
yang berlawanan di dalam pons dan medula oblongata. Sel-sel di formatio retikularis
merupakan tempat asal serabut-serabut retikulo-serebelaris yang masuk ke dalam hemisferium
serebri sisi yang sama melalui pedunkulus serebelaris inferior dan medius. Serabut-serabut
retikulo-serebelaris berasal dari 2 nuklei, satu terletak di bagian lateral medula oblongata
(dorsolateral dari oliva inferior), dan satu lagi terletak di dekat garis tengah sekitar inti dari n.
XII (Snell, 2006).

Gambar 11

Serabut aferen serebelum dari kortek serebri (Snell, 2006)

2.3.2. Serabut Aferen Serebelum dari Medula Spinalis

13
Medula spinalis mengirimkan informasi dari reseptor somatosensorik ke serebelum melalui 3 jaras
: traktus spinoserebelaris anterior, traktus spinoserebelaris posterior, traktus kuneoserebelaris.

1. Traktus spinoserebelaris anterior


Akson-akson yang masuk ke dalam medula spinalis dari ganglion radiks posterior berakhir
dan bersinap dengan neuron-neuron dalam nukleus dorsalis (Columna Clark) pada basis
kolumna grisea posterior. Sebagian besar akson dari neuron tersebut menyilang ke sisi yang
berlawanan dan naik sebagai traktus spinoserebelaris anterior di dalam kolumna alba
kontralateral. Beberapa akson berjalan ke atas sebagai traktus spinoserebelaris anterior di
dalam kolumna alba lateralis sisi yang sama. Serabut ini masuk ke serebelum melalui
pedunkulus serebelaris superior dan berakhir sebagai serabut lumut di kortek serebeli. Serabut
yang menyilang di medula spinalis ke sisi yang berlawanan, diyakini menyilang kembali
dalam serebelum (Snell, 2006).

Traktus spinoserebelaris anterior ditemukan di semua segmen medula spinalis dan serabutnya
menghantar informasi sendi otot dari muscle spindle, organ tendon, dan reseptor-reseptor
sendi pada ekstremitas superior dan inferior (Lindsay, 1997: Netter, 1977).

2. Traktus spinoserebelaris posterior


Akson-akson yang masuk ke dalam medula spinalis dari ganglion radiks posterior, masuk ke
dalam kolumna grisea posterior berakhir dan bersinap dengan neuron-neuron di basis kolumna
grisea posterior. Neuron ini dikenal dengan nukleus dorsalis (Columna Clark). Akson neuron-
neuron ini masuk ke bagian postero lateral kolumna alba lateralis pada sisi yang sama dan
naik sebagai traktus spinoserebelaris posterior menuju medula oblongata. Disini, traktus
masuk ke serebelum melalui pedunkulus serebelaris inferior dan berakhir sebagai serabut
lumut di kortek serebeli . Traktus spinoserebelaris posterior menerima informasi sendi otot
dari muscle spindle, organ tendon, serta reseptor-reseptor sendi badan dan ekstremitas inferior
(Snell, 2006; Lindsay, 1997).

3. Traktus kuneoserebelaris
Serabut-serabut ini berasal dari nukleus kuneatus di medula oblongata dan masuk ke
hemisferium serebeli sisi yang sama melalui pedunkulus serebelaris inferior. Serabut ini
berakhir sebagai serabut lumut di kortek serebeli. Traktus kuneoserebelaris menerima
informasi sendi otot dari muscle spindle, organ tendon, serta reseptor-reseptor sendi di
ekstremitas superior dan torak bagian atas (Snell, 2006).

14
Gambar 12

Serabut-serabut aferen serebelum

dari medula spinalis dan telinga dalam (Snell, 2006)

2.3.3. Serabut Aferen Serebelum dari Nervus Vestibularis

Nervus vestibularis menerima informasi dari telinga dalam yang berkaitan dengan gerakan dari
kanalis semisirkularis dan posisi relatif terhadap gravitasi dari utrikulus dan sakulus. Nervus
vestibularis mengirim banyak serabut aferen langsung ke serebelum melalui pedunkulus
serebelaris inferior sisi yang sama. Serabut-serabut aferen vestibularis yang lain mula-mula
melewati nuklei vestibularis di batang otak membentuksinap dan diteruskan ke serebelum.
Serabut-serabut ini masuk ke serebelum melalui pedunkulus serebelaris inferior sisi yang sama.
Semua serabut aferen dari telina dalam berakhir sebagai serabut-serabut lumut pada lobus
flokulonodularis serebelum (Snell, 2006)

2.3.4. Serabut Aferen Lainnya

15
Selain itu serebelum juga menerima berkas-berkas kecil serabut aferen dari nukleus ruber dan
tektum. Serebut aferen dari tektum melalui traktus tektoserebelaris, yang membawa impuls
pendengaran dan penglihatan melalui kolikuli superior dan inferior. Traktus ini masuk serebelum
melalui pedunkulus serebelaris superior. (Jack de Groot, 1997).

Gambar 13

Serabut-serabut aferen serebelum dari telinga dalam (Noback, 1991)

Tabel 1. Jaras-jaras Aferen Serebelum

16
Jaras Fungsi Asal Tujuan
Kortiko-ponto- Menyampaikan kontrol Lobus frontalis, Via nukleus pontis dan
serebelaris dari kortek serebri parietalis, temporalis, serabut seperti lumut ke
dan oksipitalis kortek serebeli
Serebro-olivo-serebelaris Menyampaikan kontrol Lobus frontalis, Via nukleus olivarius
dari kortek serebri parietalis, temporalis, inferior dan serabut
dan oksipitalis asenden ke kortek
serebeli

Serebro-retikulo- Menyampaikan kontrol Area sensorimotor Via formatio retikularis


serebelaris dari kortek serebri
Spinoserebelaris anterior Menyampaikan Serabut otot, organ Via serabut seperti lumut
informasi dari otot dan tendon, dan reseptor ke kortek serebeli
sendi sendi
Spinoserebelaris Menyampaikan Serabut otot, organ Via serabut seperti lumut
posterior informasi dari otot dan tendon, dan reseptor ke kortek serebeli
sendi sendi
Kuneoserebelaris Menyampaikan Serabut otot, organ Via serabut seperti lumut
informasi dari otot dan tendon, dan reseptor ke kortek serebeli
sendi ekstremitas atas sendi
Nervus vestibularis Menyampaikan iformasi Utikulus, sakulus dan Via serabut seperti lumut
mengenai posisi dan kanalis semisirkularis ke kortek lobus
gerakan kepala flokulonodularis
Aferen lainnya Menyampaikan Nukleus ruber, tektum Kortek serebeli
informasi dari
mesencepalon

2.3.5. Serabut-serabut Eferen Serebelum

Seluruh output dari kortek serebeli melewati akson sel-sel Purkinye. Sebagian besar akson sel
purkinye berakhir dan bersinap dengan neuron-neuron di nuklei serebelaris profunda. Serabut
eferen dari serebelum berhubungan dengan nukleus ruber, talamus, komplek vestibularis, dan
formatio retikularis (Snell, 2006).

1. Jaras Globosus-Emboliformis-Rubral
Akson dari neuron-neuron nukleus globosus dan emboliformis berjalan melalui pedunkulus
serebelaris superior dan menyilang garis tengah ke sisi yang berlawanan di dekusatio
pedunkulorum serebelarium superior. Serabut-serabut berakhir dan bersinap dengan sel-sel
nukleus ruber kontralateral yang membentuk akson-akson traktur rubrospinalis. Jadi jaras ini
menyilang 2 kali, pertama di dekusatio pedunkulorum serebelarium superior, kemudian di
traktus rubrospinalis di dekat pangkalnya. Dengan cara ini nukleus globosus dan emboliformis
mempengaruhi aktivitas motorik pada sisi yang sama.

2. Jaras Dentatothalamikus

17
Akson neuron-neuron di nukleus dentatus berjalan melalui pedunkulus serebelaris superior
dan menyilang garis tengah menuju ke sisi kontralateral pada dekusatio pedunkulorum
serebelarium superior. Serabut ini berakhir dan bersinaps dengan sel-sel di nukleus
ventrolateralis talami sisi kontralateral. Akson neuron-neuron talamus naik melalui capsula
interna dan korona radiata, berakhir di area motorik primer kortek serebri. Melalui jaras ini
nukleus dentatus dapat mempengaruhi aktivitas motorik dengan bekerja pada neuron-neuron
motorik kortek serebri sisi kontralateral. Impuls dari kortek serebri dihantarkan ke tingkat
segmental medula spinalis melalui traktus kotikospinalis. Hampir seluruh traktus
kortikospinalis menyilang garis tengah pada dekusatio pyramidum, atau menyilang pada
tingkat segmental medula spinalis. Karena itu, nukleus dentatus dapat mengkoordinasikan
aktivitas otot-otot tubuh sisi ipsilateral.

3. Jaras Fastigial Retikularis


Akson neuron-neuron di dalam nukleus fastigii berjalan melalui pedunkulus serebelaris
inferior serta berakhir dan bersinap dengan neuron-neuron formatio retikularis. Akson neuron-
neuron ini mempengaruhi aktivitas motorik segmen spinal melalui traktus retikulospinalis

Gambar 14

Sistem inhibisi dan eksitasi yang mengatur tonus otot (Sidharta, 2006)

Tonus otot dipengaruhi oleh traktus retikulospinalis yang bersifat inhibisi dan eksitasi.
Serebelum merupakan inhibitor dari pusat inhibisi di formatio retikularis. Lesi pada serebelum
akan melenyapkan pengaruh suatu inhibitor terhadap pusat inhibisi. Timbul keadaan pusat
inhibisi tanpa penghambat. Sehingga menimbulkan hipoaktivitas susunan gama dan hipotoni
(Ngoerah, 1990).

4. Jaras Fastigial Vestibularis


Akson neuron-neuron di dalam nukleus fastigii berjalan melalui pedunkulus serebelaris
inferior dan berakhir dengan proyeksi ke neuron-neuron nukleus vestibularis lateralis pada
kedua sisi. Beberapa akson sel Purkinye langsung berhubungan dengan nukleus vestibularis

18
lateralis. Neuron-neuron nukleus vestibularis lateralis membentuk traktus vestibulospinalis.
Nukleus fastigii terutama memfasilitasi tonus otot ekstensor sisi ipsilateral.

Gambar 15

Serabut-serabut eferen serebelum (Snell, 2006)

Tabel 2. Jaras-jaras eferen serebelum

Jaras Fungsi Asal Tujuan


Globosus-emboliformis- Mempengaruhi Nukleus globosus dan Ke nukleus ruber konralateral,
rubral aktivitas motorik emboliformis kemudian via traktus
ipsilateral robrospinalis yang menyilang
ke neuron-neuron motorik
ipsilateral di medula spinalis

Dentothalamikus Mempengaruhi Nukleus dentatus Ke nukleus ventrolateralis


aktivitas motorik thalami kontralateral,
ipsilateral kemudian ke kortek serebri
motorik kontralateral. Traktus
kortikospinalis menyilang
garis tengah dan mengontrol
neuron motorik ipsilateral di
medula spinalis
Fastigial vestibularis Mempengaruhi Nukleus fastigii Terutama ke nukleus
tonus otot ekstensor vestibularis lateralis sisi
ipsilateral kontralateral dan ipsilateral.
Traktus vestibulospinalis
menuju ke neuron-neuron

19
motorik ipsilateral di medula
spinalis
Fastigial retikularis Mempengaruhi Nukleus fastigii Ke neuron-neuron formatio
tonus otot ipsilateral retikularis. Traktus
retikulospinalis ke neuron
motorik ipsilateral di medula
spinalis

Gambar 16

Serabut eferen serebelum (Taylor, 2006

20
2.4. AREA FUNGSIONAL SEREBELUM

Observasi klinis oleh ahli saraf dan ahli bedah saraf, menunjukkan bahwa kortek serebeli dapat dibagi
menjadi 3 daerah fungsional. Kortek daerah vermis mempengaruhi gerakan sumbu panjang tubuh,
yaitu leher, bahu, torak, abdomen, dan panggul. Tepat di area vermis terdapat area intermediate
hemisferium serebeli. Area ini berfungsi mengendalikan otot ekstremitas bagian distal, terutama
tangan dan kaki. Daerah lateral masing-masing hemisferium serebeli berhubungan dengan
perencanaan serangkaian gerakan di seluruh tubuh, dan terlibat dalam penilaian sadar terhadap
gangguan pergerakan (Snell, 2006; Chusid, 1990).

Gambar 17

Area proyeksi somatosensorik di kortek (Snell, 2006)

2.5. VASKULARISASI SEREBELUM

2.5.1. Arteri

Serebelum mendapat suplai darah arteri dari cabang a. basilaris dan a. vertebralis yaitu : a. serebelaris
superior, a. serebelaris anterior inferior, a. serebelaris posterior inferior, dimana ke-3 arteri ini saling
beranastomosa.

a. A. Serebelaris superior
Arteri-arteri ini meninggalkan a. basilaris rostral, dan bercabang menjadi a. serebralis
posterior. Arteri ini mensuplai darah untuk vermis ventral dan paravermis pada setiap sisi
sebelum semua muncul dalam fisura. Arteri ini memberi cabang kecil kepada hampir setiap
sulkus.
b. A. Serebelaris anterior inferior
Daerah yang disuplai merupakan daerah terkecil dari 3 arteri serebelaris, yaitu korteks serta
substansia alba dari flokulus dan konvolusi serebelaris ventral yang berdekatan. Cabang
pentingnya adalah a. auditorius interna yang mensuplai telinga dalam.

c. A. Serebelaris posterior inferior


Merupakan cabang a. vertebralis. Pada perjalanannya ke fisura di antara medula oblongata
dan tonsil serebeli, arteri ini memberi cabang ke medula oblongata dorsolateral, yang terlibat
dalam sindrom Wallenberg. Arteri ini mensuplai darah untuk bagian kaudal dari nukleus
serebelaris dan juga beberapa korteks dari vermis inferior. Arteri juga terbagi beberapa cabang
yang mensuplai korteks dan substansia alba dari separuh kaudal serebelum, termasuk tonsil
(Duus).

Gambar 18

Vaskularisasi areteri serebelum


Gambar 19

Vaskularisasi arteri serebelum (Netter, 2002).

2.5.2. Vena

Serebelum mendapat suplai darah vena dari 4 kelompok besar vena, yaitu:

a. Vena-vena serebelaris rostromedial


Menerima darah dari vermis rostral, dan sekitarnya seta dari nukleus dentatum. Vena ini
berakhir dalam vena basalis ataulangsung sebagai vena magna Galeni.

b. Vena-vena serebelaris rostrolateral


Menerima darah dari korteks rostrolateral dan substansia alba secara infratentorial untuk
kemudian ke sinus transversus

c. Vena-vena serebelaris kaudal


Mengumpulkan darah dari bagian bawah hemisfer dan mengalirkannya ke dalam sinus
sigmoideus atau sinus petrosal superior.

d. Kelompok keempat
Mengalirkan darah dari serebelum ventral dan bergabung untuk membentuk vena flocculares,
yang berhubungan dengan sinus petrosus superior atau inferior.
Gb. 20

Vaskularisasi vena serebelum (Netter, 2002)


BAB 3

RINGKASAN

Serebelum dan batang otak mengisi fossa kranii posterior, dengan tentorium sebagai atapnya,
yang memisahkan serebelum dari sereberum. Serebelum merupakan bagian terbesar otak belakang
(rhombencephalon) dan terletak di posterior ventrikulus quartus, pons dan medula oblongata. Terdiri
dari 2 hemipherium serebeli yang dihubungkan oleh bagian tengah yang agak sempit, yaitu vermis.
Serebelum terdiri dari 3 lobus utama : lobus anterior, lobus medius, dan lobus flokulonodularis.

Ditinjau dari sudut evolusi, embriologi, dan fungsional, serebelum dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu archiserebelum, paleoserebelum, neoserebelum.

Serebelum memiliki beberapa fungsi, yaitu mengontrol gerakan volunter yang terkoordinasi
dengan pengaruh aktivitas otot, mengontrol keseimbangan dan tonus otot melalui hubungan dengan
sistem vestibular dan medula spinalis, dan gamma motor neuron.

Susunan intrinsik serebelum terdiri dari kortek serebeli, korpus medulare, dan nuklei serebeli.
Nuklei serebeli terbenam di dalam substansia alba, di kanan dan kiri garis median. Nuclei ini terletak
di dorsal dan dorsolateral ventrikulus quartus, yaitu nukleus dentatus, emboliformis, globosus, dan
emboliformis.

Serabut aferen serebelum dari kortek serebri melalui 3 jaras yaitu : jaras kortiko- ponto-
serebelaris, jaras serebro-olivo-ponto-cerebelaris, jaras serebro-retikulo-serebelaris. Serabut aferen
serebelum dari medula spinalis mengirimkan informasi dari reseptor somatosensorik ke serebelum
melalui 3 jaras : traktus spinoserebelaris anterior, traktus spinoserebelaris posterior, traktus
kuneoserebelaris. Serabut eferen dari serebelum berhubungan dengan nukleus ruber, talamus,
komplek vestibularis, dan formatio retikularis.

Serebelum mendapat suplai darah arteri dari cabang a. basilaris dan a. vertebralis yaitu : a.
serebelaris superior, a. serebelaris anterior inferior, a. serebelaris posterior inferior, dimana ke-3 arteri
ini saling beranastomosa. Serebelum mendapat suplai darah vena dari vena-vena serebelaris
rostromedial, vena-vena serebelaris rostrolateral, vena-vena serebelaris kaudal.

Anda mungkin juga menyukai