Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerebrum merupakan bagian terbesar otak, terletak di fossa cranii anterior dan fossa
cranii medius, serta menempati seluruh cekungan tempurung tengkorak. Cerebrum terbagi
menjadi dua bagian : a. Diencephalon (yang membentuk bagian sentral) dan b. Telencephalon
(yang membentuk hemispherium cerebri).
Otak dan medula spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens) yang berasal
dari mesodermal; dura mater yang kuat terletak paling luar, diikuti oleh arakhnoid, dan
terakhir, pia mater. Pia mater terletak tepat pada permukaan otak dan medula spinalis. Di
antara dura mater dan arakhnoid terdapat ruang subdural (normlanya hanya virtual); antara
arakhnoid dan pia mater terdapat ruang subarakhnoid. Ruang subarakhnoid berisi cairan
seberospinalis (LCS).
Cairan serebrospinalis dibentuk di pleksus khoroideus keempat ventrikel serebri
(ventrikel lateral kanan dan kiri, ventrikel ketiga dan keempat). Cairan ini mengalir melalui
sistem ventrikel (ruang LCS internal) dan kemudian masuk ke ruang subarakhnoid yang
mengelilingi otak dan medula spinalis (ruang LCS eksternal). Cairan ini diresorpsi di
granulasiones arakhnoideae sinus sagitalis superior dan di selubung perineural medula
spinalis. Peningkatan volume cairan serebrospinalis ( baik akibat pernurunan resorpsi atau
yang lebih jarangpeningkatan produksi) bermanifestasi dengan peningkatan tekanan LCS
dan pembesaran ventrikel (hidrosefalus).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini untuk mengetahui struktur anatomi, fisiologi dan
kelainan dari Cerebrum dan Selubung Otak, Medula spinalis, Cairan Serebrospinalis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Umum dan Subdivisi Serebrum


Fisura longitudinalis serebri ( fisura interhemisferika) memisahkan kedua
hemisfer serebri hingga korpus kalosum. Masing masing hemisfer memiliki
permukaan lateral., medial, dan basal. Antara area transisional antyara permukaan
(dorso-) lateral dan medial disebut regio parasagitalis. Setiap hemisfer juga
terbagi menjadi empat lobus, yaitu :
Lobus frontalis
Lobus parietalis
Lobus oksipitalis
Lobus temporalis
Insula kadang kadang dianggap sebagai lobus kelima.

Gambar 2.1 Serebrum


Girus dan Sulkus
Pembesaran masif neokorteks menyebabkan pelipatan permukaan otak menjadi
konvulsi (girus) yang dipisahkan oleh alur (sulkus, fisura). Hanya sekitar
sepertiga korteks serebri terlihat pada permukaan eksternal, sedangkan dua
pertiganya tersembunyi di dalam sulkus.

Gambar 2.1 girus dan sulkus kortikal


Hanya sedikit sulkus yang relatif tidak mengalami perubahan anatomis.
Sulkus lateralis (fisura Sylvii) memisahkan lobus temporalis dari lobus
frontalis dan lobus parietalis. Tidak seperti sulkus dengan nama lain, sulkus
lateralis tidak serta-merta membuat batas antara dua girus yang berdekatan.
Struktur ini meluas hingga di bawah permukaan otak yang dalam, melebar
menjadi ruangan yang luas dan datar yang mengandung cairan serebrospinal,
sisterna Sylvii, yang tidak terlihat dari luar. Sisterna Sylvii biasanya sangat
sempit, hampir menjadi ruang semu, kecuali pada otak yang atrofi. Dinding
medialnya adalah insula.
Kadang kadang disebut lobus otak yang terkubur atau lobus sentralis. Dinding
lateral Sylvii disebut operkulum, karena menutupi sisterna seperti kelopak.
Struktur ini terdiri dari bagian tiga lobus otak di sekitarnya yang tersembunyi,
yaitu:

Bagian

operkulum temporale
operkulum frontale
operkulum parietale
girus temporalis superior yang tersembunyi mengandung girus

transversus Hescl ( korteks auditorik primer)


Di antara sulkus yang lain yang relatif tidak bervariasi, sulkus sentrali
(fisura Rolandi) membuat batas antara lobus frontalis dan lobus parietalis. Girus
presentralis, yang terletak di depan sulkus sentralis dan dengan demikian
terletak di lobus frontalis, mengandung korteks motorik primer. Girus
postsentralis, yang terletak di belakangnya dan dengan demikian terletak di
lobus parietalis, mengandung korteks somatosensorik primer. Pada permukaan
medial hemisfer, sulkus parieto oksipitalis membentuk batas antara lobus

perietalis dan oksipitalis. Ujung inferiornya bergabung dengan ujung anterior


sulkus kalkarinus, yang seluruhnya terletak di lobus oksipitalis dan berjalan ke
belakang menuju lobus oksipitalis. Mayoritas korteks visual primer terletak di
dalam sulkus ini, dan sisanya terdapat pada giri sisi lainnya. Akhirnya, sulkus
cinguli memisahkan neokorteks dari mesokorteks girus cinguli.
Lobus oksipital di batasi secara tidak sempurna oleh sulkus parieto
oksipitalis dan insisura preoksipitalis.
Bagian permukaan lateral lobus frontalis yang terletak di anterior girus
presentralis terbagi menjadi girus frontalis superior, medius dan inferior.
2.1.1

Organisasi Histologis Korteks Serebri


Permukaan otak yang berlipat lipat terbentuk dari substantia grisea korteks
cerebri, yang berwarna abu abu karena densitas neuron yang sangat tinggi di
dalamnya. Tebal korteks bervariasi dari sekitar 1,5 mm (kortkes visual) hingga
4,5-5 mm (girus presentralis). Umumnya lebih tebal pada mahkota girus
daripada di lembah sulkus yang berdekatan.
A. Arsitektur Laminar
Struktur laminar korteks serebri yang dapat terlihat dengan mata telanjang
hanya terdapat pada beberapa area kortikal, paling jelas di korteks visualis,
tempat potongan anatomis yang tegak lurus dengan perukaan otak
menunjukkan stria oksipitalis gennari ( Vicq dAzyr) di dalam substantia
grisea kortikalis. Pemeriksaan mikroskopis sebagian besar area kortikal
menunjukkan struktur dasar berlapis enam yang merupakan karakteristik
korteks serebri (neolorteks), seperti yang di paparkan oleh Brodmann. Area
kortikal yang memiliki struktur ini disebut isokorteks sebagai lawan
alokorteks yang secara filogenetiklebih tua, yang kemudia yang kemudian
terbagi menjadi paleokorteks dan arkhikorteks. Paleokorteks meliputi meliputi
area olfaktoria, sedangkam arkhikorteks meliputi grius fasiolaris, hipokampus,
girus dentatus, dan girus parahipokampus.
Pada potongna anatomis yang tegak lurus dengan permukaan otak,
dapat dikenali berbagai lapisan berikut ini, dari luar kedalam (yaitu dari
permukaan pia hingga substantiia alba sunkortikalis).
1. Lapisan molekularis (lapisan zonalis)
Lapisan ini memiliki sel yang relatif sedikit. Selain cabang dendrit distal
(apical tuft) sel piramidalis letak-rendah dan akson yang membuat kontak
sinaptik dengannya, lapisan ini sebagian besar terdiri dari neuron kecil (sel

Cazal-Retzius), yang dendritnya berjalan secara tangensial di dalam


lapisan ini. Sel Cajal-Retzius berperan penting pada perkembangan pola
laminar kortikal. Beberapa di antaranya berdegenarasi segera setelah
perkembangan selesai.
2. Lapisan granularis eksterna
Lapisan ini banyak mengandung sel sel granular (sel nonpiramidalis)
dan sedikit sel piramidalis yang dendritnya membentuk cabang di dalam
lapisan granularis ekstrerna dan berjalan naik ke lapisan molekularis. Sel
nonpiramidalis sebagian besar merupakan neuron inhibitorik GABAergik.,
sedangkan sel piramidalis bersifat eksitatoris dan menggunakan glutamat
sebagai neurotransmiternya.
3. Lapisan piramidalis eksterna
Lapisan ini mengandung banyak sel piramidalis, tetapi berukuran lebih
kecil dibandingkan dengan yang terdapat di lpaisan kortikal yang lebih
dalam. Sel sel tersebut berorientasi dengan dasarnya ke arah substansia
alba subkortikalis. Akson setiap sel piramidalis berasal dari basal sel dan
berjalan turun ke substansia alba. Akson telah mendapatkan selubung
mielin di dalam lamina piramidalis eksterna. Struktur ini dapat berfungsi
sebagai serabut proyeksi, atau yang lebih umuj, sebagai serabut komisura
atau serabut asosiasi. Dendrit yang muncul dari apeks sel piramidalis
berjalan ke atas menuju lapisan granularis eksterna dan lapisan
molekularis, tempatnya terbagi menjadi cabang-cabang terminal (apical
tuft).
4. Lapisan granularis eksterna
Lapisan ini mengandung banyak sel nonpiramidalis, sel granular ini
terutama menerima input aferennya dari neuron talamik melalui proyeksi
talamokortikal. Serabut yang terletak di lapisan piramidalis eksterna
sebagian besar berorientasi radial, tetapi yang terletak di lapisan granularis
secara keseluruhan berjalan secara tangensial, membentuk external band
of baillarger.
5. Lapisan piramidalis interna
Lapisan ini mengandung sel piramidalis berukuran sedang dan besar. Set
tersebar pada lapisan ini ( sel Betz ) hanya di temukan pada regio girus

presentralis. Neurit yang bermielin sangat tebal pada sel ini membentuk
traktrus kortikonuklearis dan traktus kortikospinal. Lapisan ini juga
mengandung serabut yang berorientasi tangensial (internal band of
baillarger).
6. Lapisan multiformis
Lapisan sel polimorf ini terbagi menjadi lapisan dalam yang jarang dan
mengandung sel sel kecil, dan lapisan luar yang mengandung sel sel
besar.
Tipe Tipe Neuron di Korteks Serebri
Korteks serebri mengandung dua tipe neuron utama yaitu neuron proyeksi
eksitatoris (sel piramidalis) dan yang lainnya sel nonpiramidalis (sel
granular atau interneuron), yang umumnya inhibitoris dan cenderung membuat
hubungan lokal daripada hubungan jarak-jauh. Akan tetapi, dikotomi ini snagat
dipermudah. Interneuron, misalnya terbagi menjadi beberapa subtipe, seperti
sel basket, sel chandilier (sel aksosonal), dan double bouquet cells. Selain itu
sel piramidalis juga berpartisipasi pada sirkuit regulasi lokal (inhibisi rekuren:
kolateral lokal sel piramidalis yang berjalan mundur mengaktivasi interneuron
inhibitoris GABergik, yang kemudian menginhibisi sel piramidalis).
Sel piramidalis kortikal kelima membentuk jaras proyeksi, yang berjalan
melalui sebstansia alba subkortikalis, dan kapsula interna ke talamus, striatum,
nuklei batang otak, dan medula spinalis. Serabut asosiasi dan komisural
masing masing berjalan ke area kortikal ipsilateral dan kontrralateral lain.
Sel granular pada lapisan kedua dan keempat serta sel piramidalis, menerima
serabut proyeksi dari talamus (1), seperti juga serabut asosiasi dan komisural
dari area kortikal lainnya (2).
a. Variasi Pola Laminar
Pola laminar berlapis-enam yang baru saja dibahas di sebut
homotopikal. Namun, pada beberapa area kortikal pola lengkap keenam
lapisan tersebut hampir tidak dapat dikenali, area tersebut disebut
heterotopikal.
Pada area kortikal penerima, seperti korteks visual, auditorik, dan
somatosensorik, densitas sel granular meningkat. Sedangkan sel sel
piramidalis menurun ( granularisasi: korteks granular). Sebaliknya, di
area motorik primer relatif kebihbbnayak sel piramidalis (piramidalisasi;
korteks agranular).

Sitoarsitektural area kortikal


Area kortikal tidak hanya bervariasi pada ketebalannya tetapi juga struktur
histologisnya. Distribusi heterogen berbagai jenis neuron pada area kortikal,
dan variasi yang ditimbulkan paa pola laminar kortikal, menyebabkan ahli
neuroanatomis Brodmann, O.Vogt, dan von Economo membagi korteks serebri
menjadi berbagai area sitoarsitektular. Peta sitoarsitektular korteks serebri
Brodmann, yang lebih sederhana dibandingkan dengan peta aarsitektural von
economi, saat ini sering digunakan sebagai sistem penanaman area kortikal.
Kortkes agranular ditemukan di area Brodmann 4 dan 6 (area motorik kortikal
primer dan sekunder). Lapisan granularis internal area tersebut kaya akan
komponen sel piramidalis. Sebaliknya, korteks granularis (koniokorteks)
ditemukan di area Brodmann 3,1,2,41, dan terutama 17, korteks striata (area
kortikal reseptif primer). Area sitoarsitektular tidak bersesuaian dengan pola
girus permukaan otak. Sebagaian ada yang tumpang tindih dengan satu sama
lain dan bentuk serta luasnya bervariasi pada setiap individu.
Pembagian korteks serebri secara histologis dapat dilakukan, tidak hanya
berdasarkan kriteria sitoarsitektular, tetapi juga berdasarkan variasi lokal
serabut bermielin, sel glia, atau pembuluh darah (yaitu, sesuai dengan
meiloarsitektur, glioarsitektur, atau angioarsitektur). Pemetaan otak terkini
juga mengeksploitasi variasi neurotransmiter. Enzim taerkait neurotransmiter,
neuropeptida, dan protein pengikat kalsium, seperti yang ditunjukan pada
pemeriksaan imunohistokimia dengan menggunakan antibodi spesifik terhadap
zat zat tersebut.
b. Plastisitas arsitektur kortikal
Struktur mikroskopik serebri tidak semata mata ditentukan oleh genetik,
ataupun tidak dapat berubah ubah. Banyak penelitian terkini memperhatikan
mengenai bagaimana pengaruh lingkungan. Dengan mengaktivasi kelompok
neuron tertentu, dapat memengaruhi diferensiasi struktural area kortikal secara
efektif pada perkembangan ontogenik. Pertanyaan lebih selanjutnya adalah,
apakah, dan dengan mekanisme apa, perubahan jabgka panjang pada aktivitas
neuronal pada otak yang matur (misalnya, melalui gangguan lingkungan
eksternal atau hilangnya organ sensorik) dapat menimbulkan perubahan pada
mikro arsitektur korteks, termasuk perubhan anatomi sinaptik.

Banyak penelitian seperti ini dilakukan pada sistem visual, karena kondisi
lingkungan yang memengaruhinya (stimuli visual) relatif mudah dimanipulasi.
Telah diketahui bahwa komponen elementer stimulus visual tertentu,
termasuk warna, orientasi, dan lokalisasi pada retina, diolah secara terpisah
oleh kelompok kelompok neuron yang berbeda, yang terdapat diseluruh
korteks visual pada area kecil yang tersebar. Area kortikal khusus ini memiliki
karakteristik bentuk yang berbeda, tergantung pada aspek visual tambahan
yang diolah. Warna diolah di struktur yang disebut blobs, sedangkan
lokalisasi dan orientasi spasial stimulus dipengaruhi oleh dominansi okular dan
kolom orientasi. Manipulasi eksperimental berbagai jenis stimulus elementer,
yang berlalngsung dalam jangka panjang, diketahui dapat menyebabkan
perubahan morfologis pada unit pengolahan yang sesuai.
Diferensiasi mikrostruktur kortikal yang spesifik-input juga dapat terlihat pada
area lain. Cortical barrels korteks somatosensorik hewannpengerat, yang
terdiri dari kumpulan sel anular, adalah contoh yang telah banyak diketahui.
Masing masing barrels mewakili satu helai misal hewan tersebut.
Dengan demikian, banyak penelitian terkini memberikan kesimpulan umum
1.

sebagai berikut :
Area kortikal tertentu mengandung representasi topikal stimulus sensorik yang

diolahnya
2.
Representasi ini dapat mengalami perunahan plastik
Perbedaan

struktur

histologis

antara

area

kortikal

secara

langsung

menunjukkan bahwa struktur tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.


Selama ratusan tahun, banyak penelitian yang terfokus pada penelitian fungsi
berbagai area kortikal yang berbeda.
2.1.2

Substabsia Alba Serebri


Masing masing hemisfer memiliki banyak substantia alba subkortikalis,
yang terdiri dari serabut saraf bermielin dengan ketebalan yang
bervariasi dan neuroglia (terutama oligodendrosit, sel sel yang
membentuk selubung mielin).
Substansia alba subkortikalis berkaitan dengan korteks serebri,

ventrikel lateral, dan striatum. Serabut sarafnya terdiri dari tiga tipe :
1. Serabut proyeksi
2. Serabut asosiasi
3. Serabut komisural

A. Serabut Proyeksi
Serabut proyeksi menghubungkan berbagai jenis sistem saraf pusat yang
berbeda satu dengan lainnya meskipun jaraknya berjauhan.
Serabut eferen dari korteks serebri melewati substansia alba subkortikalis
dan kemudian bergabung untuk membentuk kapsula interna. Serabut ini
adalah jaras kortikonuklearis, jaras kortikospinal, dan jaras kontikospinus,
serta serabut serabut yang menghubungkan korteks serebri dengan talamus,
striatum, formasio retikularis, substansia nigra, nukleus subtalamikus, tektum
mesensefali, striatum, formasio retikularis, substansia nigra, nukleus
subtalamikus, tektum mesensefali, dan nukleus ruber. Serabut eferen jaras
kortikospinalis yang panjang terutama berasal dari area 4,3,1, dan 2, dan juga
dari area 6, sedangkan serabut yang berjalan kearah lai, seperti fibrae
kortikopontinae dan jaras kortikotalamikus, berasal dari area korteks asosiasi
yang lebih besar.
Serabut aferen berjalan dari talamus ke area kortkes serebri yang luas.
Serabut serabut ini meliputi serabut dari semua modalitas somatosensorik,
yang berjalan ke area 3, 1, 2, dan 4, serta srabut lain yang membawa impuls
dari serebelum, globus palidus, dan korpus mamilare melalui talamus ke
korteks serebri. Talamus merupakan stasiun relay utama terakhir yang harus
dilalui oleh impuls sensorik sebelum mencapai area korteks primer spesifik
sehingga kadang kadang disebut gerbang menuju kesadaran. Fibrae
olfaktoriae adalah satu satunya pengecualian ketentuan ini : serabut ini
mencapai korteks secara langsung, tanpa di relay oleh talamus.
Timbal balik talamokortikalis sebagian besar proyeksi talamokortikalis
memiliki hubungan timbal balik (yaitu, ada serabut yang berjalan ke kedua
arah). Korteks serebri dengan demikian dianggap memodulasi inputnya
sendiri melalui lengkung umpan-balik antara korteks dan talamus. Proyeksi
masif talamokortikalis dan kortikotalamikus ini membuat traktus substansia
alba yang besar yang dikenal sebagai pedinkulus talamikus anterior, superior,
posterior, dan inferior, yang biasanya secara bersama sama disebut korona
radiata. Organisasi topikal proyeksi talamus merupakan gambaran yang
paling panjang.
B. Serabut Asosiasi
Serabut asosiasi membentuk sebagian besar substansia alba sukortikalis.
Serabut serabut ini menghubungkan area kortikal di sekitarnya yang

10

jaraknya berjauhan dengan satu dan lainnya di hemisfer yang sama. Korteks
serebri dapat melaksanakan funsi integratif dan asosiatif yang luas hanya
karena semua area yang memiliki fungsi penting saling berhubungan erat dan
impuls neural dapat berjalan dengan mudah dari satu area koertikal ke area
kortikal lainnya. Hubungan serabut yang ekstensif antara area kortikal dapat
menjadi substrat anatomis yang penting untuk pemulihan fungsi parsial yang
terlihat setelah cedera kortikal (misalnya, pasca stroke atau pasca
trauma). Seiring perjalanan waktu, ketika individu melatih aktivitas yang
terganggu, performa gerakan tersebut dapat membaik karena impuls neural
yang bersesuaian dialihkan ke jaras lain yang masih intak.
Fasikulus longitudinalis superior berjalan ke arah dorsal menuju
insula dan menghubungkan lobus frontalis dengan sebagian besar lobus
parietalis, oksipitalis, dan temporalis. Perluasan dari struktur ini, fasikulus
arkuatus , berjalan mengitari ujung posterior sulkus lateralis (fisura Sylvii) di
bagian dalam substansia alba subkortikalis. Gelendong serabut ini
menghubungkan area bahasa frontal dan temporal (Broca dan Wernicke,)
satu dengan lainnya. Lesi fasikulus arkuatus menimbulkan afasia konduksi.
Fasikulus longitudinalis inferior menghubungkan lobus temporalis dengan
lobus oksipitalis. Fasikulus unsinatus berjalan mengelilingi ujung anterior
sulkus lateralis seperti kait, menghubungkan giri frontalis orbitalis dengan
bagian anterior lobus temporalis.
Gelendong serabut asosiasi penting lainnya adalah fasikulus
oksipitofrontalis superior dan inferior dan fasikulus oksipitalis vertikalis.
Fibra arkuata serebri yang disebut juga sebagai serabut U, menghubungkan
girus yang berdekatan maupun berjauhan. Serabut saraf yang berjalan secara
khusus di dalam kortkes serebri disebut serabut intrakortikal, berkebalikan
dengan serabut subkortikal yang membentuk substansia alba serebri.
Cingulum merupakan gelendong asosiasi sistem limbik. Serabut ini
berjalan dari area subkalosal ke girus parahipokampalis (area entohirnal).
C. Serabut Komisural
Serabut yang menghubungkan regio kortikal dengan struktur yang sama di
sisi hemisfer serebri yang berlawanan disebut serabut komisural, dan di
temukan di korpus kalosum dan komisura anterior. Serabut korpus
kalosum berasal dari area kortkes serebri yang sangat luas. Potongan otak di
garis tengah menunjukkan bahwa serabut serabut ini bersilangan erat di

11

korpus kalosum. Begitu serbaut ini menyilang ke hemisfer kontralateral,


serbaut kalosal menyebar keluar lagi yang disebut radiaso kalosa, untuk
mencapai lokasi kortikal yang sesuai, dengan cara seperti bayangan cermin,
ke lokasi asalnya. Hubungan simetris area kortikal homotopik oleh serabut
komisural hanya tidak terdapat di korteks visual primer (area 17) dan di area
tangan dan kaki kortkes somatosensorik.
Serabut komisural slaing berhubungan di subtansia alba subkortikal
dengan serabut korona radiata dan serabut asosiasi. Karena korpus kalosum
lebih pendek daripada hemisfer, serabut pada ujung anterior (rostrum, genu)
atau ujung posterior (splenium) memiliki perjalanan seperti huruf U untuk
menghubungkan area kortikal yang merupakan bayangan cermin simetris
pada polus frontalis atau polus oksipitalis. Serabut yang berlekuk lekuk ini
membentuk forceps minor (untuk polus frontalis) dan forceps major (untuk
polus oksipitalis).
2.1.3 Lokalisasi Fungsional Korteks Serebri
A. Area Korteks Primer
Dari titik pandang fungsional, korteks dapat dibagi menjadi area area
kortikal primer dan area asosiasi unimodal dan multimodal.
Sebagian area kortikal primer memiliki fungsi reseptif, area ini
merupakan target akhir jaras somatosensorik dan jaras sensorik khusus
( visual, auditorik, dan lain lain ) di SSP dan mereka mendapakan input
aferennya melalui relay talamik. Area korteks primer berperan untuk
membawa kualitas resptif sensorik kedalam kesadaran dalam bentuk kasar.
Yaitu tanpa interpretasi, masng masing tidak berkaitan secara tepat dengan
pola konvolusi permukaan otak. Sebaliknya, luas area korteks primer di
definisikan sebagai area korteks yang sesuai dengan akhir proyeksi talamik.
Selain berbagai area penerima primer, adapula area motorik primer,
yang mengirimkan impuls motorik melalui traktus piramidalis ke medula
spinalis dan akhirnya ke otot.
B. Area Kortikal Somatosensorik dan Motorik Primer
Lokalisasi dan fungsi. Korteks somatosensorik primer (area 3,2, dan 1)
secara kasar bersesuaian dengan girus postsentralis lobus parietalis dan
biagian girus presentralis. Area ini meluas ke arah atas ke permukaan medial
hemisfer, dan menempati bagian posterior lobulus parasentralis. Korteks
somatosensorik primer ini berfungsi untuk persepsi nyeri dan suhu serta

12

sensasi somatik dan proprioseptif secara sadar, terutama dari separuh


bagian tubuh dan wajah kontra lateral. Input aferennya berasal dari nukleus
ventralis posterolateralis talami dan nukleus ventralis posteromedialis talami.
Meskipun beberapa stimuli sensorik, terutama stimulus nyeri, secara kasar
telah dipersepsikan pada tingkat talamus, diferensiasi yang lebih tepat
mengenai lokalisasi, intensitas, dan jenis stimulus tidak dapat terjadi hingga
impuls mencapai korrteks somatosensorik. Persepsi vibrasi dan posisi yang
disadari tidak mungkin taerjadi tanpa peran-serta korteks.
Area motorik primer (area 4) secara kasar berkaitan dengan girus
presentralis lobus frontalis, termasuk dinding anterior sulkus sentralis, dan
membentang ke atas hingga mencapai bagian anterior lobus parasentralis
pada permukaan medial hemisfer. Lapisan kortikal ke lima pada area 4
mengandung sel piramidalis Betz yang khas. Dengan demikian, area 4
dianggap sebagai tempat berasalnya gerakan volunter, mengirimkan impuls
ke otot melalui traktus piramidalis dan sel sel kornu anterius medula
spinalis. Area ini menerima input aferen dari area otak lain yang
berpartisipasi pada perencanaan dan insiasi gerakan volunter, terutama
nukleus ventro-oralis posterior talami., area premotor 6 dan 8, serta area
somatosensorik.
Somatotropik dan plastisitas. Area somatosensorik dan motorik primer
neokorteks memiliki representasi somatotopik, yaitu titik ke titik, tubuh
bagian perifer, membentuk homunkulus (seperti orang kecil), yang
digambarkan dipermukaan otak , istilah latin turunana dari homo, orang,
maksudnya adalah manusia.
Pemetaan kortikal ini tidak menunjukkan representasi ukuran tubuh
yang proporsional secara metrik. Pada representasi kortikal sensasi
superfisial, misalnya bagia tubuh yang memiliki persarafan yang padat oleh
serabut sensorik (seperti lidah, mulut, dan wajah) dipetakan pada area korteks
yang besar dan tidak proporsional, dan bagian yang memiliki persarafan yang
jarang (lengan, punggung, paha) dipetakan pada area yang lebih kecil.
Lebih lanjut, dan berdasarkan asumsi sebelumnya, pemetaan ini tidak
statik.tetapi, representasi kortikal pada bagian tubuh tertentu dapat membesar
atau mengecil., tergantung pada tingkat penggunaan bagian tubuh tersebut.
Dengan demikian, jika aktivitas diskriminasi taktil yang melibatkan ibu jari
dan jari telunjuk (seperti palpasi dadu untuk mengetahui permukaannya)

13

dilakukan secara berulang dalam jangka panjang, representasi kedua jari ini
di korteks somatosensorik primer akan membesar. Begitupula, atau bahkan
lebih luas, perubahan representasi kortikal dii temukan setelah cedera atau
amputasi ekstremitas. Pada kasus tersebut, pemetaan somatotopik tubuh di
korteks serebri dapat bergeser hingga beberapa sentimeter. Ketika tangan
diamputasi, misalnya area kortikal yang sebelumnya berperann untuk impuls
sensorik dari tangan (yang sekarang sudah diamputasi) dapat berubah fungsi
menjadi pengolah impuls sensorik dari wajah. Perubahan ini terjadi akibat
reorganisasi neuronal di otak.
Banyak peneltian mutakhir mengamati hubungan potensial antara pergeseran
representasi kortikal dan pembentukan kondisi nyeri seperti nyeri phantom.
Jika terdapat hubungan, maka beberapa jenis pengubahan atau supresi
terapeutik plastisitas kortikal bentuk ini dapat digunakan untuk mengobati,
atau bahkan mencegah kondisi tersebut.
Kolom kortikal selain representasi kortikal somatotopik dari sensasi
superfisial (raba dan tekan), yang melibatkan impuls yang ditimbulkan di
mekanoreseptor kutan dan kemudian di transmisikan ke korteks sepanjang
jaras yang telah diuraikan. Ada juga pemetaan kortikal lain untuk modalitas
somatosensorik lain (propriosepsi, suhu, nyeri), yang terletak dibagian
korteks yang lebih dalam., tetapi secara umum memiliki konfigurasi yang
sama.

Dengan

demikian,

sensasi

somayik

secara

keseluruhan

direpresentasikan oleh kortikal kolom. Masing masing kolom berkaitan


dengan regio kecil spesifik dipermukaan tubuh, dan sel sel dengan
kedalaman yang berbeda di dalam kolom berhubungan dengan modalitas
somatosensorik yang berbeda. Sifat struktural ini memungkinkan otak untuk
mengolah impuls dari semua modalitas somatosensorik secara simultan dan
secara

paralel,

meskipun

impuls

tersebut

telah

mencapai

korteks

melaluimjaras neuroanatomis yang khusus.


Lesi kortkes somatosensorik primer merusak atau meniadakan sensasi
raba, tekan, nyeri, dan suhu, serta diskriminasi dua-titik dan sensasi posisi,
pada area tertentu di sisi kontralateral tubuh (hemihipestesia atau
hemianestesia kontralateral).
lesi pada area 4 menimbulkan hemiparesis flasid kontralateral.
Kerusakan lain di area premotorik yang berdekatan dan serabut traktus yang

14

mendasarinya

juga

dapat

menimbulkan

hemiparesis

spastik.

Yang

menunjukkan gangguan pada traktus piramidalis dan traktus non paramidalis.


Kejang epileptik fokal yang terbatas pada korteks somatosensorik yang
ditandai oleh fenomena motorik berulang, deperti kedutan, atau oleh
parestesia/disestesia pada sisi tubuh atau wajah kontralateral (kejang
jacksonian motorik atau sensorik).
C. Korteks Visual Primer
Lokalisasi dan retinopati. Korteks visual primer sesuai dengan area 17
lobus oksipitalis. Area ini terletak di dalam sulkus kalkarinus di dalam girus
tepat di atas dan dibawah sulkus ini pada permukaan medial hemisfer, dan
hanya membentang sedikit dibelakang polus oksipitalis. Korteks ini juga
disebut korteks striata (bergaris) karena garis putih gennari, yang secara
kasar terlihat di dalam potongan anatomis tegak-lurus. Korteks visual
menerima input melalui radiasio potika dari korpus genikulatum laterale,
secara retinotopik dan berurutan. Korteks visual satu sisi menerima informasi
visual dari setengah bagian temporal retina ipsilateral dan setengah bagian
nasal retina kontralateral. Dengan demikian, korteks visual kanan menangani
setengah lapang pandang kiri, dan begitu pula sebaliknya. Informasi visual
dari makula lutea dihantarkan ke bagian posterior area 17, yaitu area di
sekitar polus oksipitalis.
Struktur kolom. Neuron korteks visual primer memberikan respons
terhadap stimulus yang memiliki posisi dan orientasi tertentu di lapang
pandang kontralateral. Neuron yang berespon terhadap stimulus yang
berorientasi sama tersusun dalam kolom vertikal. Lebar masing masing
kolom sekitar 30-100 mikron. Kolom yang berdekatan tersusun seperti
roda, masing-masing arah kompas direpresentasikan sekali. Orientasi
kolom dienterupsi pada jarak tertentu oleh blobs yang mengandung neuron
yang terutama merespon warna. Akhirnya, kolon dominansi okular
merupakan komponen struktural utama ketiga pada korteks visual primer.
Masing masing kolom dominansi okular memberikan respons terhadap
stimulasi visual pada satu mata. Kolom lain di dekatnya memberikan respons
terhadap stimulus visual pada mata lainnya.
ketiga komponen utama korteks visual primer ini secara bersama-sama
membentuk hiperkolom yang menempati suatu area yang berukuran sekitar

15

1mm2. Hiperkolom akibatnya, membuat pola berulang secara regular pada


permukaan korteks visual primer. Struktur ini saling berhubungan melalui
sel-sel horizontal. Organisasi struktural dan fungsional korteks visual
memungkinkannya untuk melakukan analisis tambahan stimulus visual
terhadap bentuk dan warnanya. Stimulus listrik langsung pada korteks visual
primer (misalnya, pada pasien yang sadar saat dilakukan pembedahan otak)
mencetuskan persepsi kilatan cahaya, garis-garis cahaya, dan warna.
Lesi unilateral pada area 17 menimbulkan hemianopsia kontralateral. Lesi
parsial menyebabkan kuadrantanopsia di bagian lapang oandang yang
sesuai dengan lokasi lesi. Penglihatan sentral tetap tidak terganggu sepanjang
lesi tidak mengenai ujung posterior fisura kalkarina di polus oksipitalis.
D. Korteks Auditorik Primer
Lokalisasi. Korteks auditorik primer terletak di girus transversus
Heschl (area 41), yang membentuk permukaan atas girus temporalis superior.
Struktur ini menerima input aferen dari korpus genikulatum medaile, yang
menerima impuls auditorik dari kedua organ corti melalui lemnikus lateralis.
Dengan demikian, korteks auditorik primer masing masing sisi mengolah
impuls yang berasal dari kedua telinga (proyeksi bilateral).
Tonotopi. Struktur korteks auditorik primer menyerupai korteks visual
primer pada banyak hal. Neuronnya terspesialisasi dengan baik untuk
mendeteksi dan mengolah nada pada frekuensi tertentu. Seluruh spektrum
suara yang dapat di dengar direpresentasikan secara tonotopik. Sel untuk
frekuensi rendah terdapat dibagian rostrolateral, dan sel sel untuk frekuensi
yang lebih tinggi terletak di kaudomedial, di sepanjang fisura Sylvii. Korteks
auditorik primer dengan demikian mengandung pita isofrekuensi yang
berjalan dengan arah medial ke lateral. Neuron area 41 tidak hanya berespon
terhadap frekuensi tertentu tetapi juga intensitas suara tertentu.
Struktur kolom. Korteks auditorik primer juga terlihat memiliki organisasi
berbentuk kolom untuk mengolah stimulasi dari kedua telinga. Dua jenis
neuron berespon dengan cara yang berbeda terhadap stimulus binaural. Satu
berespon lebih kuat terhadap stimulus yang dihantarkan ke kedua telinga
dibandingkan dengan stimulus pada sebuah telinga (neuron EE ) sedangkan
neuron lain di inhibisi oleh stimulasi binaural (neuron E1). Kolom auditorik
primer, seperti kolom dominansi okular korteks vissual primer. Kolom

16

kolom ini terletak tangensial terhadap pita isofrekuensi. Sifat khusus lain
pada neuron korteks auditorik primer adalah bahwa neuron yang berbeda
terkesitasi oleh stimulus auditorik pada frekuensi yang sama tetapi dengan
durasi yang berbeda.
Stimulasi elektrik langsung pada korteks auditorik primer mencetuskan
suara persepsi sederhana dengan frekuensi yang lebih tinggi atau lebih
rendah dan volume yang lebih besar atau lebih kecil, tetapi bukan kata-kata.
Lesi unilateral korteks auditorik primer hanya menyebabkan gangguan
pendengaran ringan karena proyeksi bilateral pada jaras auditorik. Gangguan
terutama mengenai pendengaran yang terarah, dan kemampuan untuk
membedakan suara sederhana dan kompleks dengan frekuensi dan intensitas
yang sama.
E. Korteks Gustatorik Primer
Impuls yang berkaitan dengan pengecapan pertama-tama di olah di
nukleus rostralis traktus solitarii batang otak dan kemudian dihantarkan,
melalui traktus tegmentalis sentralis, ke stasiun relay di nukleus ventralis
posteromedialis

talami

(pars

parvoselularis).

Kemudian

impuls

ini

melanjutkan perjalanan melalui genu posterius kapsulae internae ke kortkes


gustatorik primer, yang terletak di pars operkularis girus frontalis inferior, di
bagian ventral korteks somatosensorik dan diatas sulkus lateralis (area 43).
F. Korteks Vestibularis Primer
Neuron nuklei vestibularis di batang otak berproyeksi bilateral ke
nukleus ventralis posterolateralis talami dan nukleus ventralis posteroinferior
talami, serta ke kelompok nuklei posteriores di dekat korpus genikulatum
laterale. Impuls vestibularis dihantarkan dari lokasi lokasi teersebut ke area
2v di lobus parietalis, yang terletak di dasar sulkus intraparietalis, tepat
dibagian posterior area tangan dan mulut girus postsentralis. Stimulasi
elektrik area 2v terkesitasi oleh gerakan kepala. Struktur ini menerima input
visual dan proprioseptif serta vestibular. Area kortikal lain yang menerima
input vestibularis adalah area 3a, di dasar sulkus sentralis berdekatan dengan
korteks motorik. Fungsi neuron area 3a kemungkinan adalah untuk
menintegrasikan informasi somatosensorik, sensorik khusus, dan motorik
untuk mengontrol posisi kepala dan tubuh.
Lesi area 2v yang besar pada manusia dapat merusak orientasi spasial.

17

G. Area Asosiasi
1. Area Asosiasi Unimodal
Area asosiasi uniodal korteks terletak di dekat area kortikal primer.
Fungsinya, menurut istilah yang sangat umum, adalah untuk
memberikan interpretasi awal impuls sensorik yang diproses dalam
bentuk yang relatif kasar di area kotikal primer. Informasi sensorik
yang di hantarkan ke area asosiasi dibandingkan dengan informasi
yang telah disimpan sebelumnya sehingga dapat ditarik makna dari
informasi tersebut. Area asosiasi visual primer (area 17). Area tersebut
menerima informasi visual relatif dasar dari area 17 untuk
menganalisis bidang visual secara lebih baik. Korteks asosiasi
somatosensorik terletak tepat di belakang korteks somatosensorik
primer di area 5, dan korteks asosiasi auditorik merupakan bagian girus
temporalis superior (area 22). Area asosiasi unimodal menerima input
neural melalui serabut asosiasi dari area korteks primer yang
bersesuaian. Area ini tidak menerima input langsung dari talamus.
2. Area Asosiasi Multimodal
Area asosiasi multimodal tidak berhubungan erat dengan sebuah
area kortikal primer tertentu. Area ini membuat koneksi aferen dan
eferen dengan berbagai area otak dan mengolah informasi dari
berbagai modalitas somatosensorik dan sensorik khusus. Area ini
merupakan daerah tempat konsep motorik dan bahasa dibuat pertama
kali, dan tempat representasi neural dibentuk dan tidak bergabung
langsung pada input sensorik. Area sosiasi multimodal terbesar adalah
bagian multimodal lobus frontalis , sekitar 20% dari neokorteks. Area
asosiasi multimodal penting lainnya terdapat dibagian posterior lobus
parietalis. Bagian anterior lobus parietalis mengolah informasi
somatosensorik (area 1,2,3, dan 5), sedangkan bagian posteriornya
mengintegrasikan informasi visual dengan informasi somatosensorik
untuk memungkinkan dilakukannya gerakan yang kompleks.
3. Lobus Frontalis
Lobus frontalis dapat dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu
korteks primer (area 4), korteks premotorik (area 6) dan regio

18

prefrontalis, suatu area korteks yang luas yang terdiri dari area asosiasi
multimodal.
Korteks motorik primer dan korteks premotorik membentuk sistem
fungsional untuk merencanakan dan mengontrol gerakan. Korteks
prefrontalis terutama berperan untuk aktivitas kognisi dan pengendalian
prilaku.
Korteks premotorik. Korteks premotorik (area 6) merupakan pusat
yang lebih tinggi untuk perencanaan dan seleksi program motorik, yang
kemudian dilaksanakan oleh korteks motorik primer. Seperti halnya
area

asosiasi

unimodal

yang

berdekatan

dengan

korteks

somatosensorik, korteks visual dan auditorik di duga menyimpan


proses motorik yang telah dipelajari, bekerja bersama dengan
serebelum danganglia basalia. motor engrams yang tersimpan dapat
dipanggil kembali dan digunakan sesuai kebutuhan. Bahkan aktivitas
yang dilakukan dengan satu tangan mengaktivasi korteks premotorik
kedua hemisfer. Fungsi penting korteks premotorik lainnya adalah
merencanakan dan mengawali gerakan mata frontalis (area 8, 9, 18, dan
9, 21). Stimulasi unilateral area 8 menyebabkan gerakan konjugat
kedua mata ke sisi kontralateral.
Lesi pada area 8 yang menurunkan aktivitasnya menyebabkan deviasi
gaze konjugat ke sisi lesi akibat aktivitas area 8 kontralateral yang lebih
kuat (deviasi konjuguee, misalnya pada stroke pasien melihat ke sisi
lesi).
4. Fungsi Kortikal Yang Lebih Tinggi dan Gangguannya Akibat
Lesi Kortikal
Kita akan membahas bahasa, aspek persepsi, perencanaan pola
gerakan dan aktivitas motorik yang kompleks, dan pengendalian
perilaku sosial. Fungsi fungsi ini sebagian besar dilakukan oleh
korteks asosiasi multimodal, yang membentuk lebih dari separuh
permukaan otak dan yang menerima input aferen dari korteks
somatosensorik primer, korteks sensorik khusus, dan korteks motorik,
bagian pulvinar mediodorsal dan lateroposterior talamus, dan area
asosiasi lainnya kedua hemisfer.
a. Bahasa dan Lateralisasi Afasia

19

Bahasa adalah salah satu aktivitas otak manusia yang kompleks


dan sangat penting. Pada sebagian besar individu (sekitar 95%),
area terkait bahasa terletak di korteks asosiasi frontalis dan
temporoparietalis hemisfer kiri, yang biasanya kontralateral
terhadap tangan yang dominan (kanan). Namun, beberapa aspek
penting bahasa, termasuk komponen emosionalnya (afektif), diatur
oleh hemisfer kanan. Pusat bicara utama terdapat di regio basalis
lobus frontalis kiri (area broca, area 44) dan bagian posterior lobus
temporalis pada pertautannya dengan lobus parietalis (area
Wernicke, area 22).
Area area tersebut secara spasial berbeda dari area korteks
sensorik dan motorik primer yang berperan untuk persepsi
auditorik murni (korteks auditorik, girus transversus Heschl),
persepsi visual murni (korteks visual), dan performa motorik
kegiatan

berbicara

(korteks

motorik

primer).

Penelitian

ekspremental yang mengakibatkan pengukuran aliran darah


serebral regional (rCBF) dengan PET dan MRI menunjukkan
bahwa rangkaian huruf yang tidak membentuk kata kata yang
bermakna terutama mengaktivasi korteks visual, dan nada murni
terutama, mengakitvasi korteks auditorik primer, sedangkan kata
kata atau kalimat yang bermakna yang di presentasikan ke mata
atau telinga mengaktivasi area Wernicke. Dengan demikian, otak
dapat membedakan suatu kata dari suatu yang bukan kata baik
setelah presentasi visual maupun auditorik, dan mengolah kedua
kategori stimulus tersebut di area kortikal yang berbeda.
Area Broca teraktivasi ketika seseorang berbicara, dan bahkan
pada saat bicara di dalam hati, yaiatu ketika kata kata dan
kalimat di formulasikan tanpa diucapkan. Pengulangan kata kata
murni, seblaiknya berkaitan dengan aktivasi di insula. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua jaras tersebut untuk membentuk
bahasa. Pada bahasa otomatis , stimulus yang dtang diikuti oleh
aktivasi korteks visual atau auditorik primer, lalu korteks insularis,
dan akhirnya korteks motorik primer. Pada :bahasa non-otomatis,
aktivasi korteks primer segera di ikuti oleh aktivasi area Broca.

20

Area Wernicke terutama berkaitan dengan analisis suara yang di


dengar dan berupa kata kata.
1. Afasia
Gangguan fungsi bahsa disebut afasia (berbagai subtipe afasia
yang berbeda kadang kadang secara bersama-sama disebut the
aphasiasis). Beberapa tipe afasia secara eksklusif memengaruhi
bicara, tulisan (disgrafia atau agrafia), atau membaca (disleksia
atau aleksia). Afasia berbeda dengan gangguan aktivitas bicara
secara fisik, yang disebut disatria atau anartria (misalnya yang
disebabkan oleh lesi traktus piramidalis, serabut jaras serebral,
neuron motorik batang otak yang mempersarafi otot-otot untuk
bicara, misalnya pada paralisis bulbar, atau otot itu sendiri).
Disatria dan anartria memengaruhi artikulasi dan fonaasi, yaitu
bicara dan bukan pembentukan bahasa itu sendiri (kosa kata,
morfologi, sintaks, dan lain-lain). Afasia dibedakan menjadi fluent
atau nonfluent, tergantung pada apakah pasien berbicara dengan
lancar dan cepat, atau hanya sedikit-sedikit dengan usaha yang
abnormal.
a. Afasia Broca
Adalah penurunan

nyata

atau

hilangnya

pembentukan

bahasa.pasien masih dapat mengerti kata kata dan nama objek


(sederhana), tetapi membentuk kalimat-kalimat yang aneh
(paragramatisme atau agramatisme) dan membuat kesalahan
parafasik fonemik (subtitusi atau perubahan suara di dalam suatu
kata, seperti ackle untuk apel, parket untuk karpet
b. Afasia Werniske
Pada afsia wernicke klasik , pemahaman bahasa mengalami
gangguan berat. Pasien berbicara secara lancar dan memiliki
prosodi (melodi dan irama) yang normal, tetapi disertai oleh
kesalahan parafasik semantik (substitusi atau perubahan kata
kata di dalam klausa atau kalimat) dan dengan penggunaan
neologisme (yang bukan kata-kata) dibandingkan dengan kata
kata. Bicara pasien dapat sangat terganggu sehingga seluruhnya
berupa kata kata yang tidak bermakna (afasia jargon atau world
salad).

21

2. Sindrom Diskoneksi
Sindrom diskoneksi terjadi akibat gangguan serabut jaras yang
menghubungkan berbagai area kortikal yang berbeda, sedangkan area
kortikalnya ssensiri tetap intak. Lesi yang menyebabkan dapat
mengenai serabut asosiasi, serabut proyeksi, dan /atau serabut
komisural.
Penilikan

utama

mengenai

fungsi

serabut

komissural,

khususnya, didapatkan dari penelitian yang disebut pasie split-brain


pasca pembedahan transeksi korpus kalosum (kalostomy) untuk terapi
epilepsi yang sulit diatasi secara medis, serta pada seseorang yang
korpus kalosumnya tidak berkembang secraa normal (agenesis
korpus kalosum).
a. Diskoneksi pada sistem olfaktori
Jaras olfaktoris adalah jaras

sensorikyang

unik

bila

dibandingkan jaras sensorik lain karena tidak menyilang. Nervus


olfaktorius kanan dan kiri mengirimkan impulsnya masing masing
ke korteks olfaktoris hemisfer kanan dan kiri. Kedua pusat olfaktoria
primer di hubungkan oleh komisura anterior. Sebuah lesi yang
menganggu serabut traktus ini menyebabkan pasien tidak dapat
mengidentifikasi bau yang dipresentasikan melalui lubang hidung
kanan, karean tidak ada jaras untuk menghantarkan informasi
olfaktoris ke pusat bicara di hemisfer kiri. Pasien tidak dapat
menyebutkan sumber bau (mislanya, kayu manis) secara spontan
atau memilih nama yang sesuai dari daftar. Namun, bau yang di
presentasikan melalui lubang hidung kiri dapat segera teridentifikasi.
b. Diskoneksia pada sistem vaskular
Penyilangan serabut dari setengah bagian nasal masing
masing retina di khiasma optikum menyebabkan setengah lapang
pandang kanan dan kiri masing masing di presentasikan secara
terpisah di korteks visual kiri dan kanan. Dengan demikian, jika
hubungan antara kedua hemisfer terganggu, stimulus visual yang di
presentasikan di setengah lapang pandang kiri tidak dapat disebutkan,
begitu pula dengan kata kata (afasia dan alekesia selektif). Namun,
penamaan benda dan pembacaan kata pada setengah lapang pandang
kanan tidak terganggu. Sebaliknya, konstruksi spasial kompleks yang
di presentasikan pada setengah lapang pandang kanan tidak dapat

22

diolah di hemisfer kanan sehingga tidak dapat dianalisis secara tepat.


Gambaran geometri kompleks misalnya, tidak dapat ditiru (akopia).
A. Gerakan Kompleks - Apraksia
Istilah apraksia dicetuskan pertama kali pada tahun 1870an
oleh Hunglings Jackson untuk menunjukkan ketidakmampuan total
beberapa pasien afasia-nya untuk melakukan beberapa gerakan
volunter (misalnya, protrusi lidah), meskipun tidak terdapat kelemahan
yang bermakna dan masih memiliki kemampuan untuk menggerakan
bagian tubuh yang sama secara otomatis atau secara involunter
(misalnya, ketika menjilat bibir). Kemudian, pada abad ke-delapan
puluh, Liepmann mengelompokkan berbagai jenis apraksia (the
apraxias) secara sistematis. Pada klasifikasinya yang tetap digunakan
saat ini, apraksia ideasional dan apraksia ideomotor yang terutama
mengenai sistem motorik dibedakan dari apaksia konstruksional yang
terutama mengenai sistem visuospasial. Secara umum, apraksia adalah
sekumpulan gangguan gerakan volunter yang tidak disebabkan oleh
kelemahan atau disfungsi area motorik primer lainnya, dan tidak
disebabkan oleh kurangnya motivasi pasien atau tidak dapat
memahami instruksi yang diberikan. Gangguan ini bermanifestasi
sebagai ketidakmampuan untuk mengombinasikan masing masing
gerakan dasar menjadi rangkaian gerakan yang kompleks, atau untuk
menyusun rangkaian ini

hingga menjadi prilaku motorik yang

diperintahkan oleh pusat yang lebih tinggi. Namun, masing masing


gerakan masih dapat dilakukan.
a. Apraksia motorik
Seorang pasien dengan apraksia motorik berat tidak dapat
melakukan gerakan dasar, seperti menggapai dan mengenggam objek,
meskipun pemeriksaan pada masing masing kelompok otot tidak
menunjukkan kelemahan pada lengan atau tangan.
a. Apraksia ideomotor
Terjadi akibat lesi hemisfer dominan bahasa (kiri), baik di
area asosiasi motorik atau pada serabut asosiasi dan komisural yang
mempersarafi atau menghubungkannya. Temuan klinis yang khas
adalah pengabaian, atau terminasi prematur komponen individual

23

rangkaian gerakan. Masing masing komponen juga dapat diulang


ulang (perseerevasi motorik) sehingga gerkaan tersebut dimulai pada
waktu yang tidak sesuai dan dengan demikian menghambat atau
mengganggu rangkaian gerakan lainnya.
Pasien dengan apraksia motorik yang memiliki lesi di lobus parietalis
tidak dapat menirukan gerakan pemeriksa secara tepat (misalnya,
gerakan hormat), pasien pasien tersebut umumnya masih dapat
menirukan ekspresi wajah, sedangkan pasien dengan lesi lobus frontalis
kiri dapat menirukan gerakan lengan tyang kompleks, tetapi tidak
ekspresi wajah.
b. Apraksia ideasional
Pada jenis apraksia yang lebih jarang ini, lesi temporoparietalis di
hemisfer dominan bahasa (kiri) merusak perencanaan dan inisiasi
aktivitas motorik yang kompleks. Pada prinsipnya, pasien tetap dapat
melakukan rangkaian gerakan yang kompleks, tetapi tidak dapat
memahami makna atau tujuan gerakan tersebut. Pasien tidak dapat
memulai gerakan atau mengakhiri gerakan tersebut secara prematur.
c. Apraksia konstruksional
Pasien dengan apraksia konstruksi mengalami kesulitan
menggambar konstruksi spasial seperti gambar atau objek geometris.
Gangguan ini biasanya terjadi akibat lesi di lobus parietalis pada
hemisfer bukan dominan bahasa (kanan).
Sebagian besar pasien apraksia juga mengalami afasia. Pasien dapat
menderita apraksia ideomotor, ideasional, dan konstruktif secara
bersamaan, bergantung pada lokasi dan luas lesi.
b. Integrasi Perseptual Agnosa dan Neglect
Bagian anaterior lobus parietalis, mengolah somatosensorik,
sedangkan bagian posterior dan kortkteks asosiasi visual berkaitan
dengan integrasi informasi somatosensorik, visual, dan motorik.
Aktivitas yang kompleks, seperti menuangkan minuman saat
mealakukan percakapan, memerlukan integrasi stimultan berbagai
proses perseptual dan motorik yang berbeda. Onjek yang idpegang
(gelas,botol) harus dikenali, yaang memerlukan gerakan mata konjugat
dan pemrosesan visual: gerakan menggapai, memegang, dan menuang
harus dilakukan secara halus:dan, pada waktu yang ssama, bahasa
harus didengar, dipahami, diformulasikan, dan diucapkan.

24

Untuk melalukakan kegiatan ini, otak memerlukan representasi internal


tubuh, informasi mengenai posisis ektremitas, dan konsep mengenai
dunia luar. Representasi ini selanjutnya harus dikaitkan dengan sinyal
auditorik dan visual yang diterima, dan perencanaan otak untuk
melakukan gerkaan yang diinginkan. Korteks asosiasi bagian posterior
lobuas parietalis berperan penting pada proses integratif yang kompleks
ini. Sebgaian ilustrasi peran ini, bagian posterior lobus parietalis tidak
hanya teraktivasi oleh gerakan menggengam yang idinduksi oleh
stimulus visual, tetapi juga oleh palpasi benda yang tidak terlihat.
Lesi korteks asosiasi visual dan lobus parietalis dapat menimbulkan
berbagai tipe agnosia yang berbeda, yaitu gangguan persepsi yang
kompleks. Seorang pasien dengan agnosia tidak dapat mengenali objek
atau konteks spasiotemporal meskipun memiliki persepsi primer yang
intak (penglihatan, pendengaran, dan sensasi somatik normal) dan
fungsi motorik yang intak (tidak ada kelemahan). Agnosia dapat berupa
visual, auditorik,somatosensorik, atau spasial.
2.2 Selubung Otak dan Medula Spinalis ; Cairan Serebrospinal dan Sistem
Ventrikular
Otak dan medula spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens)
yang berasal dari mesodermal; dura mater yang kuat terletak paling luar,
diikuti oleh arakhnoid, dan terakhir, pia mater. Pia mater terletak tepat pada
permukaan otak dan medula spinalis. Di antara dura mater dan arakhnoid
terdapat ruang subdural (normlanya hanya virtual); antara arakhnoid dan pia
mater terdapat ruang subarakhnoid. Ruang subarakhnoid berisi cairan
seberospinalis (LCS).

25
Gambar Lapisan Meningens

Cairan serebrospinalis dibentuk di pleksus khoroideus keempat ventrikel


serebri (ventrikel lateral kanan dan kiri, ventrikel ketiga dan keempat).
Cairan ini mengalir melalui sistem ventrikel (ruang LCS internal) dan
kemudian masuk ke ruang subarakhnoid yang mengelilingi otak dan medula
spinalis (ruang LCS eksternal). Cairan ini diresorpsi di granulasiones
arakhnoideae sinus sagitalis superior dan di selubung perineural medula
spinalis. Peningkatan volume cairan serebrospinalis ( baik akibat pernurunan
resorpsi atauyang lebih jarangpeningkatan produksi) bermanifestasi
dengan peningkatan tekanan LCS dan pembesaran ventrikel (hidrosefalus).
2.2.1

Selubung Otak dan Medula Spinalis


Dura mater disebut juga pachymeninx (membran yang kuat)

sedangkan arakhnoid dan pia mater secara bersama-sama disebut


leptomeninges (membran yang tipis, rapuh).
a) Dura Mater
Dura mater terdiri dari dua lapisan jaringan penyambung fibrosa yang
kuat. Membrana eksterna dan interna. Lapisan luar dura mater kranialis
adalah periosteum di dalam tengkorak. Lapisan dalam adalah lapisan
meningeal yang sesungguhnya; membentuk batas terluar ruang subdural yang
sangat sempit. Kedua lapisan dura terpisah satu sama lain di sinus durae. Di
antara sinus sagitalis superior dan sinus sagitalis inferior, lipatan ganda
lapisan dura yang dalam membentuk falks serebri, yang terletak di bidang
midsagital di antara keduahemisfer serebri; falks serebri bersambungan
dengan tentorium, yang memisahkan serebelum dengan serebrum. Struktur
lain yang dibentuk oleh lipatan ganda dura mater bagian dalam adalah falks
serebeli yang memisahkan kedua hemisfer serebeli, diaphragma sellae dan
dinding cavum trigeminale Meckel, yang mengandung ganglion gasserri
(trigeminale).
Suplai darah dura mater
Pembuluh darah terbesar adalah arteri meningea media, arteri ini
adalah cabang dari arteri maksilaris, yang berasal dari arteri karotis eksterna,
dan masuk ke tengkorak melalui foramen spinosum. Arteria meningea
anterior mendarahi bagian tengah dura mater frontalis dan bagian anterior
falks serebri, masuk ke dalam tengkorak melalui bagian anterior lamina

26

kribrosa, merupakan cabang dari arteri ethmoidalis anterior, yang merupakan


cabang dari arteri oftalmika; pembuluh darah ini membawa darah dari arteri
karotis interna. Arteri meningea postreior memasuki rongga tengkorak
melalui foramen jugulare untuk mendarahi dura mater di fosa kranii
posterior.
a) Arakhnoid
Arakhnoid otak dan medula spinalis merupakan membran avaskular
yang tipis dan rapuh yang berhubungan erat dengan permukaan dalam
duramater. Ruang antara arakhnoid dan pia mater (ruang subarakhnoid) berisi
cairan serebrospinalis. Ruang subarakhnoid kranial dan spinal berhubungan
langsung satu sama lain melalui foramen magnum.
b) Pia mater
Pia mater terdiri dari lapisan tipis sel-sel mesodermal yang
menyerupai endotelium. Struktur ini tidak hanya meliputi seluruh permukaan
eksternal otak dan medula spinalis yang terlihat tetapi juga permukaan yang
tidak terlihat di sulkus yang dalam. Pembuluh darah yang memasuki atau
meninggalkan otak dan medula spinalis melalui ruang subarakhnoid
dikelilingi oleh selubung seperti-terowongan pia mater. Saraf sensorik pada
pia mater tidak berespon terhadap stimulus mekanis atau termal, tetapi saraf
ini diduga berespons terhadap regangan vaskular dan perubahan pada tonus
dinding pembuluh darah.
2.3 Cairan Serebrospinalis dan Sistem Ventrikular

27

Gambar sirkulasi cairan serebrospinal


A. Struktur Sistem Ventrikular

Terdiri dari :
Dua ventikel lateral ( masing-masing memiliki kornu frontale, bagian
tengah = cella media, kornu posterius, dan kornu inferius).
Ventrikel ketiga yang sempit, terletak di antara kedua bagian diensefalon.
Ventrikel keempat, yang membentang dari pons ke level medularis.
Sirkulasi dan Resorpsi Cairan Serebrospinalis
Sifat cairan serebrospinalis normal
-

Jernih dan tidak berwarna


- Mengandung hanya beberapa sel (hingga 4/l)
- Relatif mengandung sedikit protein
Volume LCS yang bersirkulasi antara 130-150 mL, setiap 24 jam
dihasilkan 400-500mL LCS. Cairan serebrospinal diproduksi oleh pleksus
khoroideus ventrikel lateral, ventrikel III, dan ventrikel IV, cairan ini mengalir
melalui foramina Luschka dan foramen Magendie ke dalam ruang
subarakhnoid, beredar ke seluruh otak, dan mengalir turun ke dalam ruang
subarakhnoid spinal di sekeliling medula spinalis. Ketika mengalir melalui
sistem ventrikel, LCS harus melalui beberapa jalan yang menyempit :

28

I.

Foramina interventrikularia
Ventrikel ketiga yang berbentuk seperti tabung
Akuaduktus serebri ( titik tersempit)
Pintu keluar foramina ventrikel keempat
Apertura tentorial
Suplai Darah dan Gangguan Vaskular Sistem Saraf Pusat
Suplai darah serebral berasal dari arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Arteri karotis interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak
melalui pervabangan utamanya, arteri serebri media dan arteri serebri anterior
serta arteri khoroidalis anterior (sirkulasi anterior). Kedua arteri vertebralis
bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons untuk membentuk arteri
basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan serebelum, serta
sebagian hemisfer serebri melalui cabang terminalnya, arteri serebri posterior
(sirkulasi posterior). Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan
lainnya melalui sirkulus arteriosus Willisi. Terdapat pula banyak hubungan
anastomosis lain di antara arteri-arteri yang mendarahi otak, dan antara sirkulasi
intrakranial dan ekstrakranial; sehingga oklusi pada sebuah pembuluh darah
besar tidak selalu menimbulkan stroke karena jaringan otak di bagian distal
oklusi mungkin mendapatkan perfusi yang adekuat dari pembuluh darah
kolateral.
Darah vena otak mengalir dari vena profunda serebri dan vena
superfisialis serebri menuju sinus venosus dura mater, dan dari sini menuju ke
vena jugularis interna kedua sisi.
Gangguan jangka panjang pada aliran darah ke salah satu bagian otak
menyebabkan hilangnya fungsi dan akhirnya terjadi nekrosis iskemik jaringan
otak ( infark serebri ). Iskemia serebri umumnya bermanifestasi sebagai defisit
neurologis dengan onset tiba-tiba (oleh sebab itu disebut dengan stroke),
akibat hiangnya fungsi bagian otak yang terkena. Namun, kadang-kadang defisit
muncul secara bertahap dan bukan tiba-tiba. Penyebab iskemia tersering pada
sisi arteri sirkulasi serebral adalah emboli (biasanya berasal dari jantung atau
dari plak ateromatosa,mis., di aorta atau bifukarsio karotidis) dan oklusi
langsung pembuluh darah yang berukuran kecil atau menengah oleh
arteriosklerosis (mikroangiopati serebral, biasanya akibat hipertensi). Iskemia

29

serebrial juga dapat terjadi akibat gangguan drainase vena (trombosis vena
serebral atau trombosis sinus venosus).
Penyebab lain sindrom stroke adalah perdarahan intrakranial, yang
dapat terjadike parenkim otak itu sendiri (perdarahan dan hematoma
subarakhnoid, subdural, dan epidural).
Suplai darah medula spinalis terutama diperoleh dari arteri spinalis
anterior yang tidak berpasangan dan sepasang arteri spinalis posterolateralis.
Arteri spinalis anterior menerima kontribusi dari berbagai arteri segmentalis.
Seperti pada otak, medula spinalis dapat mengalami kerusakan akibat
perdarahan atau iskemia yang berasal dari arteri atau vena.

BAB III
KESIMPULAN

Otak dan medula spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens) yang berasal
dari mesodermal, dura mater yang kuat terletak paling luar, diikuti oleh arakhnoid, dan
terakhir, pia mater. Pia mater terletak tepat pada permukaan otak dan medula spinalis. Di
antara dura mater dan arakhnoid terdapat ruang subdural (normlanya hanya virtual), antara
arakhnoid dan pia mater terdapat ruang subarakhnoid. Ruang subarakhnoid berisi cairan
seberospinalis (LCS). Cairan serebrospinal mengalir melalui sistem ventrikel (ruang LCS
internal) dan kemudian masuk ke ruang subarakhnoid yang mengelilingi otak dan medula
spinalis (ruang LCS eksternal).
Cerebrum merupakan bagian terbesar otak, terletak di fossa cranii anterior dan fossa
cranii medius, serta menempati seluruh cekungan tempurung tengkorak. Cerebrum terbagi
menjadi dua bagian : a. Diencephalon (yang membentuk bagian sentral) dan b. Telencephalon
(yang membentuk hemispherium cerebri).

30

DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr

M,

and

frotscher

M.

Diagnosis

Topik

Neurologi

DUUS.

Ed.

4;Jakarta:EGC,2010; 310-356.
2. Baehr M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS : anatomi, fisiologi, tanda gejala. Ed. 4.
Jakarta: EGC, 2010; 358-370.

Anda mungkin juga menyukai