Anda di halaman 1dari 20

TUMOR OTAK

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Kepala

a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP
yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan
penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose
connective tissue atau jaringan penunjang longgar
dan pericranium.
Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga
perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak
kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-anak.
b. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital . Kalvaria khususnya diregio temporal adalah
tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii
berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak
saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat
lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior
ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum .
c. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan
terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan
(5)
yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal . Dura mater
merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa
yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium.
Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya,
maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang
terletak antara dura mater dan arachnoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluh-
pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju
sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging
Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan
perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan
darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus.
Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan
permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya
fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada
arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang
paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media
yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
2) Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan
tembus pandang . Selaput arakhnoid terletak antara pia mater
sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak.
Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial,
disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium
subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis .
Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat
cedera kepala.
3) Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri.
Pia mater adarah membrana vaskular yang dengan erat
membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang
paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan
menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk
kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater.

2. Otak

Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada


orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu;
Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon,
mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri
dari pons, medula oblongata dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal
berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi
bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan
orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu.
Lobus oksipital bertanggungjawab dalam proses penglihatan.
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang
berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata
terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam
fungsi koordinasi dan keseimbangan .
B. PENGERTIAN
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam
otak, tetapi tidak ganas. tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak
yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau
yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui
aliran darah.
Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan penyebaran dari
kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Kanker payudara dan
kanker paru-paru, melanoma maligna dan kanker sel darah (misalnya
leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak. Penyebaran ini bisa terjadi
pada satu area atau beberapa bagian otak yang berbeda.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh
sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh
menyebar, masuk ke dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi
dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan
beberapa atau semua kejadian patofisiologis sebagao berikut :
1. Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral
2. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologist fokal
3. Hidrosefalus
4. Gangguanfungsihipofisis
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua
penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari
semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain.
Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas
metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran
gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia
membuat struktur dan mendukung system otak dan medulla spinalis) dan
merupakan supratentorial (terletak diatas penutup serebelum). Jejas
neoplastik didalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang menganggu
fungsi vital seperti pernafasan atau adanya peningkatan tekanan intracranial.
C. TANDA DAN GEJALA
Tumor intra cranial menyebabkan gangguan fungsi fokal dan peningkatan
tekanan intra kranial (TIK). Manifestasi tumor tergantung dari lokasi,
displacement otak, dan herniasi. Gejala umum yang timbul antara lain: sakit
kepala, mual muntah, perubahan mental, papill edema, gangguan visual
(diplopia), kerusakan fungsi sensorik dan motorik, serta kejang.
1. Gejala peningkatan tekanan intrkranial
Disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat
pertumbuhan tumor. Gejala yang biasanya banyak terjadi adalah sakit
kepala, muntah, papiledema (“choken disc” atau edema saraf optic),
perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik,
sensorik dan disfungsi saraf cranial.
2. Sakit kepala
3. Mual muntah
4. Papill edema
5. Kejang
6. Pening dan vertigo
7. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak
yang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti
pada ketidak normalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan
kejang.
Karena fungsi-fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka untuk
mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi,
seperti :
1. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang Jacksonian.
2. Tumor lobus oksipital menimbulkan manisfestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
3. Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan
jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
(gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan
horisontal.
4. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5. Tumor sudut serebopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik
dan memberi rangkaian gejal yang timbul dengan semua karakteristik
gejala pada tumor otak.
a. Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan
saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf cranial ke-
8).
b. Berikutnya, kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (b.d
saraf cranial ke-5).
c. Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf
cranial ke-7).
d. Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin
ada abnormalitas pada fungsi motorik.
6. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada
pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma,
glioblastoma dan metastase serebral dari bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena tumor-
tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent areas) dari otak
(daerah yang di dalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan pasti).
Perkembangan tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor
berkembang atau menyebar.
Berdasarkan tippe tumor maka gejala dapat berupa:
a. Gliomas
1) Terjadi pada hemisfer cerebral
2) Sakit kepala
3) Muntah
4) Perubahan kepribadian ; pekarangsang, apatis
b. Neuroma Akustik
1) Vertigo
2) Ataksia
3) Parestesia dan kelemahan wajah ( saraf cranial V, VII)
4) Kehilangan reflex kornea
5) Penurunan sensitivitas terhadap sentuhan ( Saraf cranial V, XI)
6) Kehilangan pendengaran unilateral
c. Meningioma
1) Kejang
2) Eksoftalmus unilateral
3) Palsiototekstraokuler
4) Gangguan pandangan
5) Gangguan Olfaktorius
6) Paresis
d. Adenoma Hipofisis
1) Akromegali
2) Hipopituitari
3) Sindrom Cushing
4) Wanita : Amenorea, sterilisasi
5) Pria : kehilangan libido, impotensi
6) Gangguanpenglihatan
7) DM
8) Hipotiroidisme
9) Hipoadrenalisme
10) Diabetes Insipidus
11) IADH

D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel tunggal
dengan DNA abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan mitosis
sel yang tidak terkontrol. Sistem imun tidak mampu membatasi dan
menghentikan aberrant, pertumbuhan sel baru. Pada saat tumor meluas,
kompresi dan infiltrsi menyebabkan kematian jaringan otak. Tumor otak tidak
hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi juga menyebabkan edema otak.
Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit tempat untuk ekspansi
isinya. Jika perawatan tidak berhasil, tumor otak akan menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial secara progresif yang akan menyebabkan
displacement struktur stem otak (herniasi). Tekanan pada stem otak
menyebabkan kerusakan pusat vital signs kritis yang mengontrol tekanan
darah, nadi, dan respirasi, yang akan memicu kematian.
Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi
beberapa bagian otak. Glikoma malignan neoplasma otak yang paling
banyak terjadi, kurang lebih 45 % dari seluruh tumor otak. Glioma dibagi
dalam beberapa derajad I hingga IV, mengindikasikan derajad malignansi.
Derajad tergantung pada densisitas seluler, mitosis sel, dan penampakan.
Biasanya tumor menyebar dengan menginfiltrasi sekitar jaringan saraf
sehingga sulit diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada
struktur vital. Astrositomasmerupakantipeglikoma yang paling banyak.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan neurologist
2. CT scan
3. MRI
4. Biopsy
5. Cerebral angiography
6. EEG
7. Pemeriksaansitologimenggunakan CSF

F. KOMPLIKASI
1. Herniasi
2. PeningkatanTekananDarah
3. Kejang
4. Defisit neurorogis
5. Peningkatan TIK
6. Perubahan fungsi pernafasan
7. Perubahan dalam kesadaran
8. Perubahan kepribadian

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi pengangkatan atau menghancurkan tumor tanpa menimbulkan
defisit neuroligis yang mungkin terjadi.
Operasi konvensional dengan craniotomy
2. Terapiradiasistereotaktik
Terapi radiasi termasuk Gamma Knife atau terapi sinar proton, mungkin
dilakukan pada kasus tumor yang tidak mungkin di operasi atau tidak
mungkin direseksi atau jika tumor menunjukan transformasi maligna.
Focus radiasi mungkin akan sangat membantu pada tumor kecil yang
terdapat dasar tengkorak.
3. Terapi modalitas termasuk kemoterapi konvensional terapi radiasi
eksternal beam
a. Kemoterapikonvensional
b. Brachyteraphy
c. Transplantasi sumsum tulang belakang autologous intra venus
d. Corticosteroid
e. Terapi transfer gen

H. KONSEP PENGKAJIAN KKEPERAWATAN KRITIS


1. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayar penyakit dahulu
c. Diagnose Medis
2. Secondary Survey
a. B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan pola napas tidak teratur
dan sesak napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga
hermiasi dan kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan
suara napas kliennormal tidak menunjukkan batuk adanya
retraksi otot bantu napasan biasanya memerlukan alat bantu
pernapasan dengan kadar oksigen 2 LP
b. B2 (Blood)
Sesak ruang intrakranial akan menjelaskan peningkatan tekanan
intrakranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung girreguler dan
bradikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada bunyi jantung
normal akral hangat nadi bradikardi.
c. B3 (Brain)
Dilakukan dengan pengkajian 12 saraf cranial:
1) Saraf Nervus Olfaktovius
Melihat gangguan pada penciukman atau disebut
Anosmia.
2) Saraf Nervus optikus
Melihat agguan pada penglihatan yaitu gangguan pda
Visus dan gangguan pada lapang pandang.
3) Saraf Nervus Okulomatorius
Gangguan pada gerahan bola mata ke medial, ke atas
dan ke lateral
4) Saraf Nervus Trochlearis
Gangguan pada putaran bola mata, mengerak-gerakan
konjungtiva.
5) Saraf Nervus Trigrminus
Gangguan pada sensorik wajah dan rongga nasal serta
rongga oral.
6) Saraf Norvus Abdusens
Gangguan pada gerakan bola mata ke lateral. Ketika
digerakan ke nasal, ata yang parasial bergerak ke medial.
7) Saraf Nervus Fasial
Gangguan pada otot ekspresi wajah, dan kelenjar air
mata serta kelenjar saliva.
8) Sarafb Nervus Vestibulocochlearis
Gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo)
9) Saraf Nervus Glosofaringeal)
Gangguan pada reflek menelan yang berisiko tejadinya
aspirasi paru-paru.
10) Saraf Nervus Vagus
Gangguan pada otot bahu (otot Trapezius), otot leher
(otot Sterokleidomastoideus).
11) Saraf Nervus Asesorius
Gangguan pada otot bahu (otot Trapezius), otot leher
(otot Sterokleidomastoideus).
12) Saraf Nervus Hipoglosus
Gangguan pada pengolahan makan di dalam mulut.
Gangguan menelan, dan gangguan gangguan bicara.
d. B4 (Bowel)
Gangguan kontrol sfinter urine kebersihan bersih bentuk alat
kelamin normal uretra normal produksi urin normal
e. B5 (Bladder)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan
muntah ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan
pada pasien. Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab.
f. B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan
bahkankelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas
kondisi tubuh kelelahan.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah operasi
1. Kerusakan perfusi jaringan serebral
2. Kebersihan jalan nafas tidak efekti
3. Nyeri
4. Resiko defisit volume carian
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan
6. Defisit perawatan diri
7. Resiko injuri

J. INTERVENSI
Sesudah oprasi
Diagnosa
No Tujuan Dan KriteriaHasil Intervensi
Keperawatan
1 Penurunan perfusi jaringan NOC : NIC :
serebral 1. Circulation status Peripheral Sensation
2. Tissue Prefusion : Management (Manajemen
Batasan karakteristik: cerebral sensasi perifer)
1. Perubahan status Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah
mental mendemonstrasikan status tertentu yang hanya
2. Perubahan perilaku sirkulasi yang ditandai peka terhadap
3. Perubahan respon dengan : panas/dingin/tajam/tum
motorik a. Tekanan systole pul
4. Perubahan reaksi pupil dandiastole dalam 2. Monitor adanya
5. Kesulitan menelan rentang yang paretese
6. Kelemahan atau diharapkan 3. Instruksikan keluarga
paralisis ekstremitas b. Tidak ada untuk mengobservasi
7. Paralisis ortostatikhipertensi kulit jika ada lsi atau
8. Ketidaknormalan c. Tidak ada tanda laserasi
dalam berbicara tanda peningkatan 4. Gunakan sarun tangan
9. Nyeri dada tekanan untuk proteksi
10. Dispnea intrakranial (tidak 5. Batasi gerakan pada
11. Rasa seperti akan mati lebih dari 15 kepala, leher dan
12. Gas darah arteri tidak mmHg) punggung
normal 6. Monitor kemampuan
13. Perubahan frekuensi Mendemonstrasikan BAB
pernapasan diluar kemampuan kognitif yang 7. Kolaborasi pemberian
parameter yang dapat ditandai dengan: analgetik
diterima a. berkomunikasi 8. Monitor adanya
14. Aritmia dengan jelas dan tromboplebitis
15. Bronkospasme sesuai dengan 9. Diskusikan menganai
16. Pengisian kembali kemampuan penyebab perubahan
kapiler lebih dari ! detik b. menunjukkan sensasi
17. Retraksi dada perhatian,
18. Napas cuping hidung konsentrasi dan
19. Penggunaan otot bantu orientasi
pernapasan c. memproses
informasi
d. membuat keputusan
dengan benar
e. menunjukkan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter
2 ketidakefektifan bersihan NOC : NIC :
jalan nafas Respiratory status : Airway suction
Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral
Batasan Karakteristik : Respiratory status : / tracheal suctioning
1. Dispneu, Penurunan Airway patency 2. Auskultasi suara nafas
suara nafas Aspiration Control sebelum dan sesudah
2. Orthopneu suctioning.
3. Cyanosis Kriteria Hasil : 3. Informasikan pada klien
4. Kelainan suara nafas 1. Mendemonstrasikan dan keluarga tentang
(rales, wheezing) batuk efektif dan suara suctioning
5. Kesulitan berbicara nafas yang bersih, tidak 4. Minta klien nafas dalam
6. Batuk, tidak efekotif ada sianosis dan sebelum suction
atau tidak ada dyspneu (mampu dilakukan.
7. Mata melebar mengeluarkan sputum, 5. Berikan O2 dengan
8. Produksi sputum mampu bernafas menggunakan nasal
9. Gelisah dengan mudah, tidak untuk memfasilitasi
10. Perubahan frekuensi ada pursed lips) suksion nasotrakeal
dan irama nafas 2. Menunjukkan jalan 6. Gunakan alat yang
nafas yang paten (klien steril sitiap melakukan
Faktor-faktor yang tidak merasa tercekik, tindakan
berhubungan : irama nafas, frekuensi 7. Anjurkan pasien untuk
1. Lingkungan : merokok, pernafasan dalam istirahat dan napas
menghirup asap rokok, rentang normal, tidak dalam setelah kateter
perokok pasif-POK, ada suara nafas dikeluarkan dari
infeksi abnormal) nasotrakeal
2. Fisiologis : disfungsi 8. Monitor status oksigen
neuromuskular, 3. Mampu pasien
hiperplasia dinding mengidentifikasikan dan 9. Ajarkan keluarga
bronkus, alergi jalan mencegah factor yang bagaimana cara
nafas, asma. dapat menghambat melakukan suksion
3. Obstruksi jalan nafas : jalan nafas 10. Hentikan suksion dan
spasme jalan nafas, berikan oksigen apabila
sekresi tertahan, pasien menunjukkan
banyaknya mukus, bradikardi, peningkatan
adanya jalan nafas saturasi O2, dll.
buatan, sekresi
bronkus, adanya Airway Management
eksudat di alveolus, 1. Buka jalan nafas,
adanya benda asing di guanakan teknik chin lift
jaln nafas. atau jaw thrust bila
perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
6. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada
mayo
9. Berikan bronkodilator
bila perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2
3 Nyeri NOC : NIC :
1. Pain Level, Pain Management
Batasan Karakteristik 2. Pain control, 1. Lakukan pengkajian
1. Bukti nyeri dengan 3. Comfort level nyeri secara
mengunakan standar Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
daftar periksa nyeri 1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
untuk pasien yang tidak nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
dapat nyeri, mampu kualitas dan faktor
mengungkapkannya menggunakan tehnik presipitasi
(mis., neonatal infant nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi
pain scale, pain mengurangi nyeri, nonverbal dari
assessment check list mencari bantuan) ketidaknyamanan
for senior with limited 2. Melaporkan bahwa 3. Gunakan teknik
abilitd to comunicate) nyeri berkurang dengan komunikasi terapeutik
2. Diforesis menggunakan untuk mengetahui
3. Dilatasi pupil manajemen nyeri pengalaman nyeri
4. Ekspresi wajah nyeri 3. Mampu mengenali pasien
(mis., mata kurang nyeri (skala, intensitas, 4. Kaji kultur yang
bercahaya, tampak frekuensi dan tanda mempengaruhi respon
kacau, gerakan mata nyeri) nyeri
berpencar atau tetap 4. Menyatakan rasa 5. Evaluasi pengalaman
pada satu fokus, nyaman setelah nyeri nyeri masa lampau
meringis) berkurang 6. Evaluasi bersama
5. Fokus menyempit 5. Tanda vital dalam pasien dan tim
(mis., persepsi waktu, rentang normal kesehatan lain tentang
proses berpikir, ketidakefektifan kontrol
interaksi dengan orang nyeri masa lampau
dengan lingkungan) 7. Bantu pasien dan
6. Fokus pada diri sendiri keluarga untuk mencari
7. Keluhan tentang dan menemukan
intensitas dukungan
menggunakan standar 8. Kontrol lingkungan yang
skala nyeri (mis., skala dapat mempengaruhi
Wong-Baker FACES nyeri seperti suhu
skala analog visual, ruangan, pencahayaan
skala penilaian dan kebisingan
numerik) 9. Kurangi faktor
8. Keluhan tentang presipitasi nyeri
karakteristik nyeri 10. Pilih dan lakukan
dengan menggunakan penanganan nyeri
standar instrumen nyeri (farmakologi, non
(mis., McGill Paint farmakologi dan inter
Questionnaire, Brief personal)
Paint Infentory) 11. Kaji tipe dan sumber
9. Laporan tentang nyeri untuk menentukan
perilaku intervensi
nyeri/perubahan 12. Ajarkan tentang teknik
aktifitas (mis., anggota non farmakologi
keluarga, pemberi 13. Berikan analgetik untuk
asuhan) mengurangi nyeri
10. Mengekspresikan 14. Evaluasi keefektifan
perilaku (mis., gelisa, kontrol nyeri
merengek, menangis, 15. Tingkatkan istirahat
waspada) 16. Kolaborasikan dengan
11. Perilaku distraksi dokter jika ada keluhan
12. Perubahan pada dan tindakan nyeri tidak
parameter fisiologis berhasil
(mis., tekanan darah, 17. Monitor penerimaan
frekuensi jantung, pasien tentang
frekuensi pernapasan, manajemen nyeri
saturasi oksigen,
end/tidal Analgesic Administration
karbondioksida (C02) 1. Tentukan lokasi,
13. Perubahan sisi untuk karakteristik, kualitas,
menghindari nyeri dan derajat nyeri
14. Perubahan selera sebelum pemberian
makan obat
15. Purtus asa 2. Cek instruksi dokter
16. Sikap melindungi area tentang jenis obat,
nyeri dosis, dan frekuensi
17. Sikap tubuh melindungi 3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
Faktor yang Berhubungan diperlukan atau
kombinasi dari
1. Agens cedera biologis analgesik ketika
(mis., infeksi, iskemia, pemberian lebih dari
neoplasma) satu
2. Agens cedera fisik 5. Tentukan pilihan
(mis., apses, amputasi, analgesik tergantung
luka bakar, terpotong, tipe dan beratnya nyeri
mengangkat berat, 6. Tentukan analgesik
konsedur bedah, pilihan, rute pemberian,
trauma, olaragah dan dosis optimal
berlebihan) 7. Pilih rute pemberian
3. Agens cedera kimiawi secara IV, IM untuk
(mis., luka bakar, pengobatan nyeri
kapsaisin, metilen secara teratur
klorida, agen mustard) 8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Self Care Assistence


keperawatan selama 2x24 1. Bantu ADL klien selagi
Batasan karakteristik : jam, klien mampu klien belum mampu
1. Ketidakmampuan melakukan perawatan diri mandiri
untuk mandi, mandiri. 2. Pahami semua
2. Ketidakmampuan Self Care : Activities Daily kebutuhan ADL klien
untuk berpakaian, Living (ADL) 3. Pahami bahasa-bahasa
3. Ketidakmampuan Kriteria : atau pengungkapan non
untuk makan, 1. Makan : 5 verbal klien akan
4. Ketidakmampuan 2. Berpakaian : 5 kebutuhan ADL
untuk toileting 3. Toileting : 5 4. Libatkan klien dalam
4. Mandi : 5 pemenuhan ADLnya
Faktor yang berhubungan : 5. Berhias : 5 5. Libatkan orang yang
1. Kelemahan 6. Higiene : 5 berarti dan layanan
2. Kerusakan kognitif atau 7. Kebersihan mulut : 5 pendukung bila
perceptual, 8. Ambulasi : kursi roda : 5 dibutuhkan
3. Kerusakan 9. Ambulasi : berjalan : 5 6. Gunakan sumber-
neuromuskular/ otot- 10. Berpindah : 5 sumber atau fasilitas
otot saraf yang ada untuk
Keterangan : mendukung self care
1 : Tergentung, tidak ada 7. Ajari klien untuk
partisipasi melakukan self care
2 : Memerlukan bantuan secara bertahap
orang dan alat 8. Ajarkan penggunaan
3 : Memerlukan bantuan modalitas terapi dan
orang bantuan mobilisasi
4 : Tidak tergantung, secara aman (lakukan
dengan bantuan alat supervisi agar
5 : Tidak tergantung keamnanannya
sempurna/mandiri terjamin)
9. Evaluasi kemampuan
klien untuk melakukan
self care di RS
10. Beri reinforcement atas
upaya dan keberhasilan
dalam melakukan self
care
K. CLINICAL PATHWAY TUMOR OTAK

(Brunner,2010)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medical bedah, edisi 8


vol.3.EGC. Jakarta
Bulechek, G. Butcher, H. K. Dochterman, J. M. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC) Fifth Edition. Mosby: Elsevier Inc.
Herdman, T. H. (Ed.). 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition
& Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
Kozier and Erb’s, 2008. Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice
8thed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas. M. L. Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Second Edition. Mosby: Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai