Molekul monomer dari protein yang mengandung molekul nitrogen yang dikenal
sebagai asam amino. Hanya 20 macam asam amino yang ditemui dalam protein tetapi karena
molekul protein besar dan komplek sering mengandung beberapa ratus asam amino. Sebagai
contoh sel tunggal dari bakteri E. Coli dapat mengandung 600 sampai 800 macam protein
yang berbeda dan pada sel tanaman dan hewan kemungkinan mempunyai beberapa kali
jumlah protein. Pada tanaman konsentrasi tertinggi didapati dalam biji sebesar 40% dari berat
keringnya. Protein dalam bii akan digunakan sebagai energi dalam perkecambahan biji.
Protein larut dalam air, tetapi juga terdapat protein yang terikat pada membran
lipoprotein sehingga yang akan dihitung konsentrasi protein yaitu total protein terlarut, karena
sebagai pelarut atau buffernya adalah air.
Pengujian Bradford adalah sangat cepat dan untuk menentukan konsentrasi protein
dalam sampel. Metode ini telah direkomendasikan untuk penggunaan secara umum,
khususnya dalam penentuan kandungan protein dari fraksi gel atau gel electrophoresis.
Metode ini merupakan prosedur standar dengan sensitivitas antara 20 sampai 200 g protein.
Uji Bradford adalah suatu uji untuk mengukur konsentrasi protein total dengan secara
kalorimetri dalam suatu larutan. Dalam uji Bradford melibatkan pewarna coomassie Brilliant
Blue (CBB) yang berikatan dengan protein dalam suatu larutan yang bersifat asam sehingga
memberikan warna (kebiruan). Karena menghasilkan warna, sehingga secara kalorimetri
dapat diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri (Lambert-Beer) pada
panjang gelombang 465-595 nm (cahaya tampak). Metode ini sangat cepat dan efisien.
Pengikatan protein dengan warna terjadi setelah kira-kira 2 menit dan stabilitas warna selama
1 jam. Tidak terdapat atau hanya sedikit gangguan dari kation seperti potasium atau
karbohidrat seperti sukrosa.
CBB merupakan pewarna yang sering digunakan untuk mengukur kadar protein dengan
spektrofotometer.. pewarna CBB ini sering digunakan karena karakteristiknya, yaitu dapat
berikatan pada ikatan peptida pada protein. Senyawa ini umum digunakan untuk pewarnaan
protein (reagen pada metode Bradford). CBB memiliki nilai absorbansi maksimum pada
panjang gelombang 595 nm ketika berikatan dengan protein. Sementara itu, nilai absorbansi
maksimumnya bila tidak berikatan dengan protein pada larutan buffer sitrat dengan pH 3
adalah panjang gelombang 555 nm.
2.2 Rumusan Masalah
2.2.1 Metode apa yang digunakan dalam percobaan pengukuran konsentrasi
protein?
2.2.2 Bagaimana cara membuat larutan sampel, standar, dan blangko?
2.2.3 Bagaimana cara pengukuran konsentrasi protein?
2.2.4 Berapa nilai regresi yang diperoleh?
3.2.2
Aquadest
l)
50
45
40
30
10
BSA ( l)
Bradfoard ( l)
0
5
10
20
40
950
950
950
950
950
BSA ( L )
1
2
3
4
(Y)
2
5
10
20
ABSORBANSI
KONSENTRASI
(X)
200 ppm
400 ppm
600 ppm
800 ppm
0,08
0,2
0,4
0,8
Rep 1
0,829
0,807
0,904
0,882
25 l
Rep 2
0,822
0,780
0,932
0,898
Rep 3
0,835
0,745
0,893
0,833
Rep 1
0,932
0,813
1,066
1,063
50 l
Rep 2
0,960
0,820
1,024
1,000
Rep 3
0,787
1,028
1,031
25l
Replikasi I
y = 18,87 . 0,829 3,07
y = 12,57322
Replikasi II
Replikasi III
y = 12,68645
y rata-rata
= 12,5669
50l
replikasi I
Replikasi II
y rata-rata
-
y = 15,0452
=
14,78102
25l
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
y = 12,15809
y = 11,6486
y = 10,98825
y rata-rata
11,59828
50l
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
y = 12,27131
y = 12,4034
y = 11,78069
y rata-rata
12,1521
25l
Replikasi I
Replikasi II
y = 14,51684
Replikasi III
y rata-rata
y = 13,78091
14,09541
50l
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
y = 18,87 . 1,066
3,07
y = 16,25288
y = 16,32836
y rata-rata
16,54222
y = 17,04542
25l
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
y rata-rata
y = 13,87526
y = 12,64871
13,36577
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
y rata-rata
y = 13,57334
-
50l
y = 16,98881
y = 15,8000
y = 16,38497
16,39126
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
konsentrasi BSA (M)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0,180 0,502 0,833 1,096
absorbansi 595 nm
5 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami akan membahas mengenai pengukuran konsentrasi protein dengan
metode Bradfoard.
pengukuran protein berdasarkan pada penggunaan Coomassie Briliant Blue (CBB G-260).
Senyawa pewarna ini akan berikatan dengan protein terutama pada residu asam amino
arginin, triptofan, tirosin, histidin dan fenil alanin. Namun perlu diketahui bahwa residu asam
amino arginin yang menentukan ikatan antara CBB G-250 dengan protein. Senyawa ini
dalam keadaan bebas berada dalam bentuk kation yang mempunyai absorbansi maksimum
pada 595 nm membentuk warna biru.
Pada praktikum kali ini disiapkan larutan standar sebagai kurva distribusi sampel dan
preparasi sampel. Larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi perbandingan antara
BSA, Aquadest, dan Bradford sehingga dicapai konsentrasi 0,08 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,8M.
Untuk mengetahui konsentrasi total protein terlarut, kami menggunakan sampel biji jagung .
Prosedur Pertama yang kami lakukan adalah memipet 25 l (sampel I) dan 50 l (sampel II)
biji jagung yang kemudian ditambah dengan aquadest dan BSA. Lalu divorteks dan kemudian
didiamkan selama 10 menit. Hasil inilah yang kemudian diukur dengan spektrofotometer
untuk mengetahui berapa konsentrasi proteinnya.
Prosedur pengukuran yaitu dilakukan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada
standart untuk mengetahui sebaran distibusi dari standar sehingga bisa dibuat kurva
distribusinya absorbansinya dan dapat diitung regresi liniernya. Sampel juga dianalisis
dengan spektrofotometer UV-Vis dan dapat diketahui absorbansinya.
Dari hasil pengukuran dengan spektrofotometer didapatkan absorbansi standar dengan
diperoleh nilai a = -3,07 ; b= 18.87 ; r = 0,95. Kemudian pada pengukuran sampel I(25
l),didapat nilai konsentrasi terkecil pada kelompok 3 yaitu 11,59828. Hasil ini tergolong
sangat sedikit jika dibandingkan dengan pengukuran konsentrasi protein pada kelompok lain
padahal sampel yang digunakan setiap kelompok sama yaitu biji jagung . Pada kelompok 2,4,
dan 5 masing-masing didapatkan hasil konsentrasi protein sebesar 12,5669 ; 14,09541 dan
13,36577. Selanjutnya, pada pengukuran sampel II (50 l),didapat nilai konsentrasi terkecil
pada kelompok 3 yaitu 12,1521. Namun pada kelompok 2,4, dan 5 masing-masing didapatkan
hasil konsentrasi protein sebesar 14,78102 ; 16,54222 dan 16,39126.
Adanya perbedaan antara hasil konsentrasi sampel tiap kelompok dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kesalahan dapat terjadi pada saat preparasi sample, baik ketidaktepatan dalam
mengambil sample.
2.
3.
6
KESIMPULAN
1. Menggunakan metode Bradford, yaitu suatu uji untuk mengukur konsentrasi protein total
dalam suatu larutan.
2. Larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi perbandingan antara BSA, Aquadest,
dan Bradford sehingga dicapai konsentrasi 0,08 M, 0,2 M , 0,4 M , 0,8 M.
Larutan sampel dibuat dengan sampel biji jagung 25 l / 50l + aquadest 25l / - + BSA
950 l,kemudian divorteks,diamkan 10 menit lalu di spektro pada 595 nm.
3. Prosedur pengukuran yaitu dilakukan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada
standart untuk mengetahui sebaran distribusi dari standar sehingga bisa dibuat kurva
distribusinya absorbansinya dan dapat diitung regresi liniernya.
4. Dari hasil pengukuran dengan spektrofotometer didapatkan absorbansi standar dengan
diperoleh nilai a = -3,07 ; b= 18.87 ; r = 0,95.
5. Pada pengamatan konsentrasi protein terdapat beberapa perbedaan pada sampel antar
kelompok, perbedaan itu dapat terjadi oleh beberapa faktor diantaranya : Ketidaktepatan
pengambilan sampel, adanya kontaminan, serta pengukuran dangan spektrofotometer
kurang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bradford MM.1976.A Rapid And Sensitive Method For The Quantitation Of
Microorganism Quantities Of Protein In Utilizing The Principle Of Prtotein
Dye-Binding.Anal.Biochem 72:248-254
Day, Jr, R. A., Underwood, A. L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.