PENDAHULUAN
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
disebelah
inferior
buli-buli
dam
membungkus
uretra
posterior.
Bila
ETIOLOGI
Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti,
tetapi beberapa penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan
bahwa
terdapat
faktor
yang
erat
kaitannya
dengan
BPH
yaitu;
cara
meningkatkan
sensitifitas
sel-sel
prostat
terhadap
rangsangan hormon androgen, dan menurunkan jumlah kematian selsel prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah,
meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan
testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai
umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.
3) INTERAKSI SEL STROMA DAN EPITEL
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma
melalui mediator (grwoth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma
mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis
suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu
sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel
epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi
sel-sel epitel maupun sel stroma.
4) BERKURANGNYA KEMATIAN SEL PROSTAT
Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah
mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar
prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang
selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh
sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada
jaringan normal,
keseluruhan
menjadi
meningkat
sehingga
menyebabkan
terjadi
Terjadinya
pada
proliferasi
kastrasi,
sel-sel
menyebabkan
pada
BPH
terjadinya
apoptosis.
dipostulasikan
sebagai
cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat
merupakan 25% dari seluruh volume ejakulat.2,4
Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari
pleksus
prostatikus.
Pleksus
prostatikus
(pleksus
pelvikus)
menerima
masukan serabut parasimpatik dari korda spinalis S 2-4 dan simpatik dari
nervus hipogastrikus (T10-L2 ). Stimulus parasimpatik meningkatkan sekresi
kelenjar pada epitel prostat, sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan
pengeluaran cairan prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat
ejakulasi. Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat,
kapsula prostat dan leher buli-buli. Di tempat-tempat itu banyak terdapat
reseptor adrenergik-. Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan
tonus otot polos tersebut.4
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi
kanker
ganas
dapat membuntu
uretra
posterior
dan
mengakibatkan
dan
prostat
menyebabkan
menghambat
aliran
urine.
penyempitan
Keadaan
ini
lumen
uretra
menyebabkan
tarbekulasi, terbentuknya
tract
symptom
prostatimus.1,2,3,4
(LUTS)
yang
dahulu
dikenal
dengan
gejala
vesiko-ureter.
Keadaan
ini
jika
berlangsung
terus
akan
Tekanan intravesikel
Buli-buli
-
normal. Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan obstruksi komponen
statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik
sebagai penyebab obstruksi prostat.2,4
GAMBARAN KLINIS
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih.
OBSTRUKSI
IRITASI
HESITANSI
INTERMITENSI
tiba-tiba
(Kencing
berhenti
Anyang-
Sering
anyangan)
Nokturia
dan
lancar kembali)
Frekuensi
TERMINAL
ditahan)
DRIBBLING
otot buli-buli untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli
mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi
yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut. Timbulnya dekompensasi
buli-buli biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus antara lain : (1)
benjolan di
pinggang
(yang
merupakan
tanda
hidronefrosis),
atau
demam
yang
dubur
pada
pembesaran
prostat
benigna
menunjukkan
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, halus, lobus kanan
dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma
prostat, konsistensi prostat keras/teraba nodul dan mungkin di antara lobus
prostat tidak simetris.4
DIAGNOSIS BANDING
Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperi striktur
uretra, contracture leher buli-buli, batu buli-buli atau karsinoma prostat (CaP)
harus ditunjukkan saat melakukan evaluasi laki-laki dengan kecurigaan BPH.
Riwayat melakukan tindakan pada saluran kemih, radang atau trauma harus
ditanyakan
untuk
menyingkirkan
kemungkinan
striktur
uretra
atau
gejalanya
seperti
pada
iritatif
BPH,
bisa
diidentifikasi
dengan
sensitifitas
kuman
terhadap
beberapa
antimikroba
yang
diujikan.
Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang
mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan
untuk ,mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes melitus yang dapat
menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik).1,2,3
PENCITRAAN
Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di
saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat
menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan
tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan
kemungkinan adanya: (1) kelainan pada ginjal maupun ureter berupa
hidroureter atau hidronefrosis, (2) memperkirakan besarnya kelenjar prostat
yang ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat/filling defect (pendesakan
buli-bli oleh kelenjar prostat) atau ureter disebelah distal yang berbentuk
seperti mata kail atau hooked fish dan (3) penyulit yng terjadi pada buli-buli
yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli. Pemeriksaan ini
sekarang tidak direkomendasikan pada BPH.2,3
PEMERIKSAAN LAIN
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat :3,4
Residual urine yaitu jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine ini
dapat diukur dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi
atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah
miksi.
untuk
mencapai
maksimum
pancaran
oancaran,
dan
maksimum,
volume
urine
rerata
yang
dikemihkan.
PENATALAKSANAAN
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan
medik. Kadang-kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh
sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan
konsultas saja. Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah (1)
memperbaiki keluhan miksi (2) meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi
obstruksi infravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal
ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi, dan (6) mencegah
progresifitas penyakit.2,4
Obsevasi
Watchfull
Medikamentosa Operasi
TUBD
terbuka
TUMT
TURP
TUIP
reduktase
TULP
inhibitor
waiting
Invasif Minimal
Prostatektomi
adrenergik
inhibitor
Fitoterapi
Hormonal
Stent
Uretra
Elektro
vaparosasi
TUNA
WATCHFULL WAITING
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7,
yaitu keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien
tidak diberikan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai
sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya :
1. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam
2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli
(kopi atau cokelat)
3. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin
4. Kurangi makanan pedas dan asin, dan
5. Jangan menahan kencing terlalu lama
Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya
keluhannya apakah menjadi lebih baik, disamping itu dilakukan pemeriksaan
laboratorium, residu urine, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah
jelek, perlu dipikirkan memilih terapi lain.2,3,4
MEDIKAMENTOSA
Tujuan terapi ini adalah untuk :2,4
1. Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik
penyebab obstruksi intravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergik (adrenergik blocker)
2. Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara
menurunkan
kadar
hormon
testosteron/dihidrotestosteron
(DHT)
kedua
cara
diatas,
sekarang
banyak
dipakai
terapi
obat
ini
tidak
disenangi
oleh
pasien
karena
komplikasi
penyulit
yang
diakibatkan
oleh
fenoksibenzamin.
Beberapa
ini
telah
diketemukan
pula
golongan
penghambat
PENGHAMBAT 5-REDUKTASE
Obat
ini
bekerja
dengan
cara
menghambat
pembentukan
dihidrotestosterone (DHT) dari testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5reduktase didalam sel-sel prostat. Menurunnya kadar DHT menyebabkan
sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat menurun.
Dilaporkan bahwa pemberian obat ini, Finasteride 5mg/hari yang
diberikan 1x setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat
hingga 28%.3,4
FITOFARMAKA
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk
memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologik
tentang kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat
fitoterapi ini belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan fitoterapi bekerja
sebagai: anti- estrogen, anti-androgen, menurunkan kadar sex hormone
binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan
epidermal growth factor (IGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin,
efek anti-inflammasi, menurunkan outflow resistance dan memperkecil
volume prostat.
Diantara fioterapi yang banyak digunakan adalah: Pygeum africanum,
Serenoa repens, Hypaxis rooperi, Radix urtica dan masih banyak lainnya.2,3,4
OPERASI
PEMBEDAHAN
Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang saat ini yang paling
baik adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non
invasif lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat
hasil terapi
Pembedahan mempunyai indikasi pada pasien BPH dengan:1,2,4
1. Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa
2. Mengalami retensi urine, > 2 x
3. Infeksi saluran kemih yang berulang
4. Hematuria, > 2 x
5. Gagal ginjal
6. Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi
saluran kemih bagian bawah
PEMBEDAHAN TERBUKA
Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode
dari Millin yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan
retropubik infravesika. Freyer melalui pendekatan suprapubik transvesika,
atau transperineal. Prostatektomi terbuka adalah tindakan yang paling tua
yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling invasif dan efisien sebagai
terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui pendekatan
suprapubik
transvesikal
(Freyer)
atau
retropubik
infravesikel
(Millin).
PEMBEDAHAN ENDOUROLOGI
Saat ini tindakan TURP (Trans Uretral Recection Prostat) merupakan
operasi yang paling banyak dilakukan di seluruh dunia. Disenangi karena
tidak memerlukan insisi pada kulit perut, massa mondok lebih cepat, dan
memberikan hasil yang tidak banyak berbeda dengan operasi terbuka.
Pembedahan endourologi transuretra dapat dilakukan dengan memakai
tenaga elektrik TURP atau dengan memakai energi Laser. Operasi terhadap
prostat berupa reseksi (TURP), insisi (TUIP), atau evaporasi.
kelenjar
prostate
dilakukan
transuretra
dengan
tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionic, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran
listrik saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah
yaitu H2O steril (aquades).
DAFTAR PUSTAKA
1. Potts, J.M. Essential Urology: A Guide to Clinical Practice. Humana Press Inc., Totowa, NJ.
Pg 191
2. Schwartz.Manual of Surgery,in Urology, Benign Prostatic Hyperplasia.Mc Graw Hills
Companies. 2006. Pg. 1061
3. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in cavitas Pelvis
Part II.Lippincot William & Wilkins Inc. 2006. USA. Pg.350-352.
4. Presti JC. Smiths General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16 th edition.
USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420
5. WebMD, Mens Health, Human Anatomy section, topic of Prostate Gland, Subject of
Prostate Picture, Definition, Function, Condition, Test, and Treatment. Last reviewed on
April 28th 2010 by WebMD, downloaded from http://men.webmd.com/picture-of-theprostate. on March 17th 2015.
6. UNSW Embriology, Categories of Genital, Prostate, Subject of Prostate development
Overview. Last modified on October 28th 2010 by Dr Mark Hill, downloaded from
http://php.med.unsw.edu.au./embryology/index.php/title=prostate_development on March
17th 2015
7. M. Hanno, Phillips. Malkowicz, Bruce S. Wein, Alan J. Clinical Manual of Urology
Third Edition. McGraw Hill International Edition. 2001.