Anda di halaman 1dari 46

Lapornan Kasus

Hidronefrosis
Disusun oleh :

Ebbel Tantian I
Fuad filardhi
Sus Reatha

Pembimbing :

dr. H. Nunu Heryana E, Sp.RAd

S
Identitas

S Nama : Ny. Oom


S Umur : 39 tahun
S Jenis Kelamin : Perempuan
S Alamat : Karanganyar, Banjarsari, Ciamis
S Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
S No Kamar : Mawar
Anamnesis

S Keluhan Utama

Os MRS dengan keluhan Nyeri di pinggang kanan sejak 2 minggu yang lalu

S Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri di pinggang kanan terasa seperti ada yang
mengganjal sejak 2 minggu ini. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terasa panas pada
pinggang kanan dan tidak menjalar. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri muncul
biasanya saat bangun tidur atau bila berdiri lama. Nyeri semakin parah jika digunakan
untuk tidur terlentang. Nyeri agak berkurang bila digunakan untuk membungkuk atau
tidur tengkurap. Bila nyeri timbul, pasien masih dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya hanya tidak bisa maksimal. BAB pasien lancar, BAK lancar namun pasien
terkadang BAK berwarna kekeruhan dan terlihat lebih kuning dari biasanya BAK
keluar darah (-), BAK berwarna seperti teh (-), mual (-), muntah (-), demam (+) sejak 1
minggu yang lalu, demam hilang timbul muncul terutama malam hari dan membaik
pada pagi hari namun masih dirasakan masih demam.
S Riwayat Penyakit Dahulu

Os menyangkal memiliki keluhan yang sama sebelumnya,


DM -, Peny. Jantung -, Hipertensi -, Asma -

S Riwayat Penyakit Keluarga

Os menyangkal keluarga memiliki keluhan yang sama seperti


Os, DM -, Peny. Jantung -, Hipertensi -, Asma
S Riwayat Alergi

Os menyangkal memiliki alergi makanan, obat-obatan, atau zat


tertentu

S Riwayat Pengobatan

Os telah mengkonsumsi obat obatan penurun panas pada keluhan


saat ini

S Riwayat psikososial

Os mengaku jarang minum air putih, gemar meminum teh botol


Pemeriksaan Fisik

S KU : Tampak Sakit Sedang


S Kesadaran : Compos mentis
S Tekanan darah : 90/60 mmHg
S Nadi : 92x/menit kuat angkat, reguler
S Pernapasan : 20 x/menit teratur, torakoabdominal
S Suhu : 37,70C axilla
S BB : 50 kg
S TB : 150 cm
S Status gizi : BB/TB = 50/1,5 = 22,2 (normal)
S Kulit : kuning langsat
Status generalisata

S Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

S Mata : Konjungtiva anemi -/-, Sclera ikterik -/-, Reflex pupil +/+ , pupil bulat,

isokor

S Hidung :konka dbn/dbn, Deviasi septum -/-, Secret -/-, Epistaksis -/-, massa -/-

S Mulut : Sianosis (-), Bibir agak kering, Faring hiperemis (-),tonsil T1/T1, coated

tongue -

S Telinga : normotia, aurikula dbn/dbn, CAE dbn/dbn, MT intak/intak, Cone light

+/+

S Leher : Pembesaran KGB (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)

S Thorax : Normochest, jaringan parut (-), simetris

S Pulmo : Inspeksi simetris, penggunaan otot bantu napas (-/-),


retraksi dinding dada (-/-), bagian dada yang
tertinggal (-/-)
S Palpasi nyeri tekan -/-, massa -/-,krepitasi -/-, vocal
fremitus sama kedua lapang paru
S Perkusi sonor pada kedua lapang paru, batas paru
S hepar setinggi ICS V dextra
S Auskultasi vesicular +/+, wheezing -/-, ronki -/-
S Cor : Inspeksi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi ictus cordis teraba di ICS V ke arah lateral
Linea midclavicularis sinistra
Perkusi batas jantung kanan pada ICS III linea
parasternalis dextra. batas jantung kiri atas
pada ICS IV linea parasternalis sinistra
batas kiri bawah pada ICS V , line midclavicula
sinistra

Auskultasi S1 S2 normal, reguler, gallop (-),


murmur (-)
S Abdomen

Inspeksi Datar , jaringan parut (-), distensi (-)

Palpasi Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan

dalam (-), Hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae , tepi tumpul,
permukaan rata, kosistensi kenyal, nyeri tekan (-)Lien tidak teraba,nyeri
tekan perut kanan atas, nyeri ketok (+/-), balotement (+/-)

Perkusi timpani (+), shifting dullnes (-)

Auskultasi bising usus normal

S Ekstremitas atas : akral hangat, edema -/- , CRT < 2 detik, ptekie -/-

S Ekstremitas bawah : akral hangat, edema -/- , CRT < 2 detik, ptekie -/-
Pemeriksaan penunjang

Laboratorium Hematologi

S Hematologi Rutin

S Hemboglobin : 13,9 g/dl (10 18)

S Leukosit : 12,8 ribu/uL (4-11 ribu)

S Hematokrit : 44,9 % (30-55)

S Trombosit : 582.000 uL (150-450)

S Eritrosit : 5,86 10^6/uL (4,76-6,95)

S Kreatinin : 0,85 (0,8-1,5)

S Ureum : 23,5 (10-50)


Urin Rutin
S Eritrosit Banyak 0-3
S Leukosit 8-10 0-5
S Urobilinogen +/normal 0,1-1
S Berat Jenis normal
S pH 6 4,6-
S sel epitel banyak 5-15
S kejernihan keruh jernih
S warna kuning
S bakteri -
S bilirubin -
S keton -
S lain-lain -
S nitrat -
S reduksi -
S protein +1 negatif
S Kristal -
S Silinder -
S USG
Ginjal : Besar dan kontur kedua ginjal
normal, gema parenkhim agak kasar,
pelviokalises kanan melebar, batu (-)

Kantung Kemih : Besar, normal,


dinding tidak menebal, massa atau batu
(-)

Uterus : besar normal, posisi antefleksi,


gema parenkhim homogen, massa (-)

Adneksa : kiri dan kanan normal

Mc Burney : tidak tampak bayangan


tubular hiperechoiq, target sign maupun
koleksi cairan

Kesan Hidronefrosis dextra grade I-II e.c


?
Diagnosis

S Hydronefrosis dextra

S Pielonefritis dextra
Penatalaksanaan
S - Pengobatan dosis tunggal

S pefloksasin 800 mg sekali sehari, siprofloksasin 500 mg sekali sehari,


kotrimiksazol 3 tablet forte sekali sehari, fosfomisin-trometamol 3 gr skali
sehari

S - Pengobatan 3 hari

S lomefloksasin per oral 400 mg per hari selama 3 hari.

S - Pengobatan 5 hari

S asam nalidiksat, asam pipemidat, asam aksolinat, flumekuin, enoksasin,


amoksilin + asam klavulanat, sefalosporin oral, nitrofurantoin, trimethoprim

S IVFD RL 500cc/6jam

S Paracetamol tab 3x500mg

S Ketorolac tab 3x 1 amp


Tinjauan Pustaka

S Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada


satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran
normal urin menyebabkan urin mengalir balik
sehinggatekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare,
2002).
Etiologi

S Jaringan parut ginjal/ureter.

S Batu

S Neoplasma/tomur

S Hipertrofi prostat

S Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra

S Penyempitan uretra

S Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).


Klasifikasi

S Grade I : Gambaran dilatasi minimal. Sifat forniks kaliks


sedikit blunting (blunting)

S Grade II : Forniks dan kaliks terdapat blunting yang lebih jelas


dan pembesaran kaliks, meskipun flat mudah terlihat
(flattening).

S Grade III : Kaliks membulat dengan obliterasi dar papilla (clubbing).

S Grade IV : Terjadi balloning kaliks yang ekstrim (balloning).

S (Budjang Nurlelo. Traktus Uurinaria. Dalam Radiologi Diagnostik. Rasad


S,Kartoleksono S, Ekayuda I.Ed FKUI Jakarta ,1998: 287-292)
Patogenesis
Diagnosa

S adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul,


terutama jika ginjal sangat membesar

S Pemeriksaan darah adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal


tidak mampu membuangnya

S USG memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih

S IVU bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal

S Sistoskopi bisa melihat kandung kemih secara langsung.


Radiologi penunjang
Foto polos abdomen

Foto Polos Abdomen:

Distribusi gas di usus Normal

Kontur Hepar dan lien tidak membesar

Kontur ren D/S Normal

Psoas Shadow simetris

Tulang baik
- Tidak tampak adanya bayangan
batu radioopak sepanjang tractus
urinarius
IVP

S Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan


menyuntikkan bahan kontras secara intravena dan
dilakukan pengambilan gambar radiologis secara serial yang
disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal, berlanjut
ke ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi pemeriksaan PIV
adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi misalnya pada
batu ginjal, konfirmasi penyakit ginjal polikistik, atau
adanya kelainan anatomis yang tidak terdeteksi oleh teknik
pemeriksaan lain.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat
anatomi dan fungsi dari traktus urinarius yang terdiri dari
ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi :
S Kelainan kongenital

S Radang atau infeksi

S Massa atau tumor

S Trauma
S Menit 5

Pada menit ke-5, organ yang


dinilai yaitu perginjalan, yang
meliputi nefrogram dan sistem
pyelocalices (SPC). Nefrogram
yaitu bayangan dari ginjal kanan
dan kiri yang terisi kontras.
Warnanya semiopaque, jadi
putihnya sedang-sedang saja.
1) Jumlah ureter.
S Menit ke 15 Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja,
itu mungkin di sebabkan kontraksi ureter saat
pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika
difoto.

2) Posisi ureter

3) Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm

4) Ada tidaknya batu, baik lusen maupun


opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah,
ukuran, dan letak batu.
S Menit 30
Apakah dinding buli reguler?

adakah additional shadow (divertikel)


ataupun filling defect (masa tumor) dan
indentasi prostat.

gambaran dinding yang menebal ireguler


dicurigai adanya sistitis kronis.
S Post void

Kita harus menilai apakah setelah pasien


berkemih kontras di buli minimal?
Seandainya terdapat sisa yang banyak kita
dapat mengasumsikan apakah terdapat
sumbatan di distal buli ataupun otot
kandung kencing yang lemah.Normalnya
yaitu sisa 1/3 dari buli-buli penuh
Urografi Retrograde

S Indikasi urografi retrograde adalah untuk melihat anatomi


traktus urinarius bagian atas dan lesi-lesinya. Hal ini
dikerjakan apabila pielografi intravena tidak berhasil
menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus urinarius bagian
atas. Keistimewaan urografi retrigrad berguna melihat fistel.
USG

S Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging


diagnostik ( pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat
alat dalam tubuh manusia, diman kita dapat mempelajari
bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan
jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif,
tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat
dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.
Ginjal normal memperlihatkan
sonodensitas kortek yang lebih rendah
(hipoekoik) dibandingkan dengan
sonodensitas hati,limpa dan sinus renalis.

Tebal kortek kira-kira 1/3 1/2 sinus


renalis dengan batas rata atau
bergelombang pada ginjal yang lobulated.
Sedangkan sinus renalis yang terletak
ditengah ginjal memberikan sonodensitas
yang tinggi (hiperekoik) disebabkan karena
komposisinya yang terdiri atas lemak dan
jaringan parenkim ginjal.

Didalam sinus renalis terdapat garis-garis


anekoik, yaitu irisan kalises yang bila
diikuti akan bergabung pada daerah
anekoik besar, yaitu pelvis renals.
Derajat hidronefrosis
CT Scan

S Pemeriksaan CT scan pada kasus infeksi saluran kemih


bermanfaat untuk mendeteksi adanya pielonefritis akut.
Dengan CT scan kontras, pielonefritis akut akan tampak
sebagai daerah yang underperfusion
S Adapun keunggulan CT adalah memberikan resolusi
anatomi yang lebih baik, sehingga membantu untuk kasus
sulit. CT scan juga bermanfaat pada kasus abses renal atau
pionefrosis. Kekurangan dari CT adalah efek radiasi pada
tubuh. Diperkirakan pada orang dewasa pemeriksaan CT
abdomen tunggal memberikan efek radiasi setara dengan
500 kali pemeriksaan foto polos toraks.
MRI

S Pemeriksaan MRI manfaat utamanya pada ginjal adalah


untuk mendeteksi adanya massa ginjal. Keuntungan dari
pemeriksaan MRI adalah memberikan gambaran
multiplanar, secara jelas memberikan gambaran antara
jaringan normal dengan jaringan yang patologis serta tidak
ada efek radiasi.

S
Kumpulan gambar
Kandungan batu
Penatalaksanaan

S hidronefrosis akut

- fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang


hebat maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan
segera dikeluarkan
- penyumbatan total, infeksi serius/terdapat batu, dipasang
kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
S Hidronefrosis kronis

diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi


penyumbatan air kemih.
Ureter yg menyempit bisa diangkat lwt pembedahan
ujung2nya disambungkan lagi.
Komplikasi

S Pyelonefritis

S Gagal ginjal
Prognosis

S Derajat perbaikan struktur dan fungsi setelah obstruksi berasil


teratasi akan bervariasi tergantung derajat kerusakan, luasnya
daerah yang bebas dari infeksi, dan kemampuan stimulasi
fungsional ( renal counterbalance ). Perbaikan struktur akan baik
jika pada ginjal yang masih normal hanya terjadi kerusakan yang
berlangsung lambat. Jika gimjal yang normal telah mengalami
hipertrofi compensata, perbaikan struktur organ yang mengalami
obstruksi dan hidronefrosis akan kurang efisien

(Sjamsuhidajat R., Wim de Jong (eds). Buku ajar ilmu bedah.


Jakarta: EGC, 1997; 995-7.)

Anda mungkin juga menyukai