Freon/Refrigerant
Freon/Refrigerant
BAB I
PENDAHULUAN
Sifat merusak ozon yang dimiliki oleh CFC, pertama dikemukan oleh
Rowland dan Molina (1974) yang kemudian didukung oleh pengukuran lapangan
oleh Farman et al., (1985). Diperkirakan terjadi perusakan lapisan ozon sekitar
3% per-dekade (Indartono, 2006). Lapisan ozon yang terdapat di daerah
stratosphere berfungsi untuk menghalangi masuknya sinar ultraviolet-B ke
permukaan bumi (Calm, 2002). Sinar ultraviolet-B ini ditengarai akan
menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan gangguan pada tumbuhan di
permukaan bumi.
Sebagai tanggapan terhadap kerusakan lapisan ozon di stratosfer, pada
tahun 1981 UNEP memulai proses negosiasi pengembangan langkah-langkah
Internasional untuk melindungi lapisan ozon melalui Konvensi Wina yang
disahkan pada bulan Maret 1985. Pada bulan September 1987 ditindaklanjuti
dengan pengesahan Protokol Montreal yang memuat aturan pengawasan produksi,
konsumsi dan perdagangan bahan-bahan perusak ozon (Velders et al., 2007).
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Wina, Protokol
Montreal dan Amandemen London melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun
1992. Selanjutnya pelaksanaan program perlindungan lapisan ozon di Indonesia
difasilitasi oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup sebagai lembaga
pengendali dalam upaya pelestarian lingkungan (UNDP-KLH, 2008).
Mengingat pentingnya lingkungan bagi keberlangsungan kehidupan di
muka bumi ini, World Bank melalui KLH memberi bantuan mesin 3R kepada
perusahaan/bengkel service mesin pendingin (AC mobil) untuk melakukan service
mesin pendingin yang ramah lingkungan (KLH, 2008).
2.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian uji unjuk kerja (COP)
mesin pendingin dan evaluasi pengelolaan CFC (R-12) dan HFC (R-134a) pada
perusahaan/bengkel mesin pendingin (AC mobil) di Denpasar yang mendapat
hibah mesin 3R adalah :
1.
2.
4.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
recycle oleh mesin 3R, dan 3) saat melakukan service akan lebih efektif dan
efisien.
10
11
12
dengan gauge manifold dan buka saluran ke pompa vakum, 12) nyalakan pompa
vakum dan lakukan pengosongan sampai tekanan vakum yang dikehendaki, 13)
setelah tekanan vakum yang baik telah tercapai matikan pompa vakum, tutup
saluran ke pompa vakum dan amati kebocoran dengan mencermati adanya
kenaikan tekanan dalam mesin, 14) bila tekanan vakum tidak berubah, buka katup
pada tabung refrigeran, dan buka perlahan saluran ke tabung refrigeran agar
refrigeran mengalir masuk ke mesin, 15) jika jumlah refrigeran yang masuk telah
cukup (berdasarkan tekanan, timbangan atau gelas ukur) tutup saluran ke tabung
dan tutup keran pada tabung refrigeran, 16) lakukan tes kebocoran dengan alat
deteksi elektronik atau air sabun, 17) lakukan penjepitan pada pipa pengisian,
potong dan lakukan brazing pada ujung, dan 18) jalankan mesin dan amati
temperatur ruang dingin dan service selesai.
Adapun keuntungan service mesin pendingin dengan mesin 3R ini adalah
sebagai berikut : 1) mencegah kerusakan lapisan ozon oleh CFC dan HCFC serta
mencegah pemanasan global oleh HFC, 2) secara ekonomis lebih menguntungkan
karena tidak perlu membeli refrigeran baru untuk mengisi mesin pendingin, cukup
dengan menggunakan refrigeran hasil recycle oleh mesin 3R, dan 3) saat
melakukan service akan lebih efektif dan efisien (Scaringe, 1997).
Dengan adanya usaha-usaha perlindungan lapisan ozon dan pengurangan
impor CFC maka para teknisi sebaiknya : 1) memahami bahaya yang timbul
akibat rusaknya lapisan ozon, 2) berusaha mencegah terlepasnya CFC ke udara
pada setiap tindakan service, 3) mengetahui jenis-jenis refrigeran baru pengganti
13
pendingin
tersebut
(Powel,
2003;
http://temperaturecontrol.
squarespace.com).
2.1.4
kegiatan alih teknologi pada industri pengguna CFC dan cara ini adalah yang
diharapkan paling banyak dilakukan oleh kalangan industri mesin pendingin.
Sementara recovery adalah pengambilan CFC dari sistem dengan menggunakan
peralatan khusus recovery sedangkan recycle adalah mendaur ulang CFC bekas
dengan peralatan recycle hingga mencapai kondisi yang mendekati CFC baru
14
15
16
2.1.6
tingkat keadaan apapun (uap, cair, campuran, atau bercampur dengan substansi
lainnya) dari suatu sistem serta menyimpan refrigeran tersebut didalam sebuah
penampung di luar sistem (Althouse et al., 2004; Shizuo and Kazuyuki, 2003).
Recycling didefinisikan sebagai tindakan pengurangan kontaminan yang
terdapat pada refrigeran yang telah digunakan dengan cara memisahkan oli, dan
menghilangkan gas terkondensasi dengan menggunakan peralatan seperti filter
dryer untuk mengurangi kelembaban, keasaman serta partikulat (Althouse et al.,
2004; Powel, 2003).
Recharging adalah tindakan pengisian kembali sistem refrigerasi dengan
refrigeran yang telah di recovery dan recycling. Disamping ketiga istilah di atas
ada pula istilah lain yaitu (Feng and Run-qing, 2007) :
Reclamation atau reklamasi adalah upaya untuk menperoleh ulang
refrigeran yang melekulnya telah rusak dan tidak dapat dimurnikan dengan cara
recycling. Berbeda dengan proses recycling yang hanya melibatkan proses-proses
fisik seperti penyaringan kotoran dan pemisahan pelumas, proses reclaiming
melibatkan proses kimia untuk memperbaiki susunan melekul (EPA, 1999).
Disposal atau pembuangan adalah tindakan penghancuran refrigeran dan
untuk membuangnya dalam bentuk yang aman. Refrigeran CFC yang amat stabil
sangat sulit untuk dihancurkan. Proses penghancuran memerlukan energi yang
besar karena harus membakar CFC di atas temperatur 1000 0C. Karena hal ini
biasanya CFC dihancurkan dalam incinerator bersama-sama dengan sampah kota.
17
18
19
20
refrigerasi. Jangan gunakan refrigeran jika ada keraguan pada kualitas refrigeran
tersebut.
biasanya diletakkan diatas filter dryer terlihat bening dan tidak tampak lagi busa.
Namun cara ini harus dibarengi dengan melihat tekanan isap dan tekanan keluaran
pada gauge manifold, karena refrigeran yang berlebihanpun akan membuat kaca
penduga bening. Pada sistem AC mobil yang telah berumur, kaca penduga
biasanya sudah kotor sehingga refrigeran tidak terlihat.
21
2.1.7
22
23
Oranye
Putih
Hijau
Ungu
Biru tua
Biru muda
Kuning
Ping
Perak
24
2.2.1
Mesin Pendingin
Menurut Dincer dan Ibrahim (2003), jenis mesin pendingin berdasarkan
(2007),
mengelompokkan
mesin
25
2.2.2
Condensing
Superheat
Pressure (bar)
Qc
3
Condenser
Liquid
Expansion Device
Evaporator
Evaporator
Compressor
1
Qe
Gas
Saturated Condition
Enthalpy (kJ/kg)
Useful capacity
Gambar 2.6 Skema komponen utama mesin pendingin siklus kompresi uap
dengan P-h diagram (Sumber: http://www.energyefficiencyasia.org)
26
yang berakibat pada penurunan tekanan fluida secara drastis. Idealnya, refrigeran
melalui katup ekspansi (proses 3-4) secara iso-enthalpi (isenthalpi).
Pada TK 4, refrigeran berada dalam kondisi campuran cair dan uap.
Karena refrigeran berada pada tekanan jenuhnya (tekanan penguapan), maka dia
akan mengalami penguapan; hukum alam menyatakan bahwa penguapan
membutuhkan energi, terjadilah penyerapan energi termal dari luar evaporator
yang menyebabkan efek refrigerasi oleh mesin pendingin.
(kJ/kg)
27
dimana :
h1 = enthalpi refrigeran yang keluar evaporator (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigeran yang masuk evaporator (kJ/kg)
2.2.3.2 Kerja kompresi (Wk)
Besarnya kerja kompresi (Wk) sama dengan selisih enthalpi uap refrigeran
yang keluar kompresor dengan enthalpi uap refrigeran yang masuk ke kompresor
pada proses 12 gambar 2.1 diatas (Arora, 2001).
Wk = h 2 - h 1 (kJ/kg)
dimana :
h 1 = enthalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
h 2 = enthalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
Hubungan tersebut diturunkan dari persamaan energi dalam keadaan tunak (steady
flow energy equation) yaitu : q + h1 = h2 + Wk pada proses kompresi adiabatik
reversibel dengan perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan.
Perbedaan entalpinya merupakan besaran negatif yang menunjukkan bahwa kerja
diberikan kepada sistem.
Menurut Indartono (2006), unjuk kerja atau yang lebih dikenal dengan
28
UnjukKerja =
COP =
Efek refrigerasi
Kerja kompresor
h1 h4
h2 h1
2.2.4
Refrigeran
29
30
Amonnia (NH3). Jenis refrigeran ini tidak mengandung chlor oleh sebab itu
refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon (ODP = 0).
Calm (2008) membagi perkembangan refrigeran dalam 4 periode seperti
disajikan pada Gambar 2.7.
31
merusak lapisan ozon (HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2), dan 4) Perioda ke-empat,
2010 keatas menggunakan refrigeran yang ramah lingkungan.
Perkembangan mutakhir di bidang refrigeran utamanya didorong oleh dua
masalah lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global (Calm and Didion,
1998; Calm et al., 1999). Sifat merusak ozon yang dimiliki oleh refrigeran utama
yang digunakan pada periode ke-dua, yakni CFCs, dikemukakan oleh Molina dan
Rowland (1974) yang kemudian didukung oleh data pengukuran lapangan oleh
Farman et al. (1985). Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfer
diverifikasi secara saintifik, perjanjian Internasional untuk mengatur dan melarang
penggunaan zat-zat perusak ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan
sebutan Protokol Montreal. CFCs dan HCFCs merupakan dua refrigeran utama
yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-masing pada tahun 1996 dan 2030
untuk negara-negara maju (United Nation Environment Programme, 2000).
Sedangkan untuk negara-negara berkembang, kedua refrigeran utama tersebut
masing-masing dijadwalkan untuk dihapus (phased-out) pada tahun 2010 (CFCs)
dan 2040 (HCFCs) (Powell, 2002). Pada tahun 1997, Protokol Kyoto mengatur
pembatasan dan pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca, termasuk HFCs
(United Nation Framework Convention on Climate Change, 2005).
Powell (2002) menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh
refrigeran pengganti (Calm,1994; Calm, 1996), yakni: 1) memiliki sifat-sifat
termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang hendak digantikannya,
utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran baru yang diharapkan tidak
terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan refrigeran lama yang ber-
32
2.2.5
33
34
35
36
37
O
O
O
O
O
Molekul Ozon (O3)
O
O
O
O
O
O
38
fluor
karbon
Cl
Cl
Cl
khlor
Molekul CFC
O
O
Cl
Cl
O
ozon
Atom khlor
O
O
O
Cl
Atom Oksigen
Khlorin monoksida
39
40
d. Lubang ozon
Menyadari bahaya kerusakan lapisan ozon, berbagai negara kemudian
bersepakat dalam Konvensi Wina (1985) yang selanjutnya menghasilkan Protokol
Montreal (1987) untuk mengurangi emisi gas-gas yang berpotensi merusak
lapisan ozon. Dua gas utama yang merusak lapisan ozon adalah gas chlorine yang
utamanya berasal dari senyawa CFC dan gas bromine yang utamanya berasal dari
senyawa methyl bromide dan halon. Pemerintah Indonesia telah turut meratifikasi
Konvensi Wina dan Protokol Montreal berikut amandemen-amandemennya
melalui beberapa Keputusan Presiden.
41
sendiri (atau lebih besar dari daratan Amerika Utara). Jika hal ini tidak segera
ditanggulangi, tidak tertutup kemungkinan bahwa lubang ozon ini bisa menjadi
malapetaka global bagi kehidupan di muka bumi.
42
CFC di dalam negeri. Hal ini perlu segera diantisipasi oleh para pengguna CFC;
antara lain dengan menggunakan bahan-bahan non-CFC dan berbagai teknologi
yang tidak menggunakan CFC.
Katarak mata
Kanker kulit
Ekosistem laut
43
Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada organisme lain yang berada
dalam rantai makanannya. Bagi manusia UV-B dapat menimbulkan eritema, yaitu
memerahnya kulit (UV 296,7 nm). Lebih hebat lagi jika dosisnya berlebihan.
Dampak yang telah diketahui sekarang UV-B dapat menimbulkan antara lain
katarak mata, kanker kulit, menurunnya daya tahan tubuh dan matinya
fitoplankton yang membahayakan kehidupan biota laut dan pada akhirnya
merugikan kehidupan manusia juga.
Untunglah UV-B ini sebagian besar dapat dihambat oleh lapisan ozon di
stratosfir sebelum sampai di permukaan bumi. Akibatnya UV-A yang banyak
sampai di permukaan bumi. UV-A yang terlalu banyak dapat menimbulkan
pigmentasi kulit seperti yang terjadi akibat berjemur terlalu lama di bawah sinar
matahari. UV-A malahan dibutuhkan untuk mengolah pro-vitamin D yang ada di
dalam kulit kita.
44
jumlah
GRK
di
atmosfer
bumi
tidak
saja
menimbulkan
Warming Potential - GWP) yang diukur secara relatif berdasarkan emisi CO2
dengan nilai 1. Makin besar nilai GWP makin bersifat merusak. Berdasarkan
perhitungan untuk beberapa tahun belakangan ini dapat disimpulkan bahwa
45
kontribusi CO2 terhadap pemanasan global mencapai lebih dari 60% (Mimuroto
and Koizumi, 2003).
CH4
19%
UnjukKerja =
COP
Data yang diperoleh pada hasil pengujian adalah data primer berupa data
tekanan (P, psig), temperatur (T, 0C), frekwensi (f, Hz), tegangan (V, volt),
46
kelembaban evaporator (Rh, %), Arus (I, Ampere), didapat dengan jalan
pengukuran langsung pada setiap kali jenis pengujian, yaitu pengujian pada massa
optimum.
Berdasarkan data hasil pengukuran tekanan (P) dan tempertur (T) pada
masing-masing titik pengujian pada mesin pendingin dan dengan bantuan P-h
diagram refrigeran CFC (R-12) kita dapat menentukan besaran enthalpi (h) pada
masing-masing titik. Data akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan sifatsifat termodinamika refrigeran CFC (R-12) untuk dapat menentukan besarnya
unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil).
Berdasarkan hasil pengujian konsumsi arus listrik kompresor untuk
masing-masing refrigeran CFC hasil recovery dan recycle dengan CFC murni,
akan dapat diketahui konsumsi daya listrik kompresor untuk refrigeran hasil
recovery dan recycle dan refrigeran murni. Selanjutnya efisiensi energi dari mesin
pendingin (AC mobil) dapat ditentukan.
47
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
47
48
service mesin pendingin (AC Mobil) yang mendapat mesin 3R. Sedangkan untuk
49
mengetahui unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil) yang menggunakan
refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R dilakukan pengujian
di Laboratorium Refrigerasi dan Tata Udara, Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bali.
Unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil) yang menggunakan
refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R secara teoritis lebih
rendah, karena :
1) Adanya kontaminan (gas lain, dan atau uap air) di dalam refrigeran CFC (R12) hasil recovery dan recycle mesin 3R,
2) Refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R telah bercampur
dengan refrigeran lain pada waktu service atau pada waktu pengisian mesin
pendingin, dan
3) Akibat panas berlebih (overheating) pada waktu mesin pendingin (AC mobil)
beroperasi tetapi refrigerannya belum sampai terbakar.
50
Service
Konvensional - Penipisan
CFC
dan HFC
Lapisan Ozon
- Pemanasan
Global
- Clorin
- Flour
Service dengan
Mesin 3R
Ramah lingkungan
Uji :
CFC (R-12)
tidak
Dimusnahkan
ya
Dimanfaatkan
51
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
Gambar 4.1
Kegiatan proses pengambilan data pada perusahaan/bengkel service AC mobil
di Denpasar - Bali
52
53
Penelitian ini lebih di fokuskan pada monitoring dan evaluasi, yaitu bagaimana
perusahaan/bengkel service AC Mobil melaksanakan pengelolaan refrigeran CFC
(R-12) dan HFC (R-134a) pada saat servicing menggunakan mesin 3R sehingga
refrigeran tidak terlepas ke atmosfir.
Pengujian unjuk kerja (COP) mesin pendingin hanya dilakukan pada
refrigeran CFC (R-12) hasil recovery and recycle mesin 3R yang masih bisa di
dapat dari perusahaan/bengkel service AC mobil dibandingkan dengan CFC (R12) murni.
pengelolaan
CFC
(R-12)
dan
HFC
(R-134a),
pada
Bulan Pebruari :
Persiapan bahan kuesioner, minta panduan kuesioner dan diskusi tentang
evaluasi pengelolaan CFC dan HFC pada Kepala Sub Bidang Pengendalian
Lingkungan di PPLH Regional Bali Nusra.
54
Bulan Maret :
Persiapan alat/AC mobil dan bahan CFC-12/R-12 murni untuk dapat dipakai
melakukan pengujian refrigeran CFC-12/R-12.
Bulan April :
Permohonan surat pengantar ke Direktur Politeknik Negeri untuk ke PPLH
regional Bali-Nusra dan BLH Propinsi Bali Bali dan melakukan pengujian
CFC-12/R-12 murni.
Bulan Mei :
Melakukan survei dan penyebaran kuesioner ke perusahaan/bengkel AC
mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di Denpasar-Bali. Pengujian CFC12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R.
Bulan Juni :
Pengambilan kuesioner yang masih di perusahaan/bengkel service AC mobil.
Pengolahan data dan pembuatan laporan.
AC
mobil
yang
menerima
bantuan
berjumlah
27
55
Tabel 4.1 Daftar penerima bantuan hibah sektor mobil air conditioner (Bali)
No.
1
2
3
4.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Nama Perusahaan/Bengkel
Alamat
UD. Asia Ban
Jl. Gunung Agung No.55, Pemecutan.
CV. Bagus AC
Jl. Tukad Pakerisan 116B, Denpasar.
PT. Bali Taxi
Jl. By Pass Nusa Dua No.4, Jimbaran.
UD. Bram Service
Jl. Narakusuma No.36, Denpasar.
Budi AC
Jl. Cokroaminoto 89, Denpasar.
Dewa AC
Jl. Bukit Tunggal No.46, Denpasar.
Duta Prima
Jl. Raya Kuta No.44, Br. Abian Base.
Eka Jaya AC Mobil
Jl. Prof. IB Mantra, By Pass.
Gede AC Mobil
Jl. A. Yani No.40A Gg. Flamboyan No.3.
Hans Service
Jl. Teuku Umar 58, Denpasar.
Intan Sakti Motor
Jl. Sutomo No.41, Denpasr.
Kardi AC Mobil
Jl. Pulau Bungin Gg. Taman No.2.
Mas Agung Mandiri AC
Jl. Gatot Subroto No.7, Denpasar.
Paul Air Cond. Service
Jl. By Pass Ngurah Rai No.280S.
Mas Service
Jl. Tukad Pakerisan 140Y, Panjer.
Naga Mas Motor
Jl. Hayam Wuruk No.196, Denpasar.
Rally Utama
Jl. Nusa Indah No.60, Denpasar.
Mas Wul AC Mobil
Jl. Tukad Yeh Aya No.314, Renon.
Sama Jaya Service
Jl. A. Yani No.196, Singaraja.
Mekar Jaya Motor
Jl. By Pass Ngurah Rai, Tuban.
Merpati Bali
Jl. Raya Kuta No.67, Badung.
Sejuk AC
Jl. Gatot Subroto Timur 202, Denpasar.
Setia Kawan Mandiri
Jl. Diponogoro 10, Br. Pesanggaran.
Surya Sakti AC
Jl. Gatot subroto No. 21X, Denpasar.
Tole Motor
Jl. Gatot Subroto Barat No.999X.
Sumber Jaya Sakti
Jl. Gatot Subroto No.1, Denpsar.
Santa Jaya Motor
Jl. By Pass Nusa Dua No.72, Jimbaran.
Sumber: KLH, 2007
56
Merk
Daya
: 3 Hp
Putaran
: 1430 rpm
Frekwensi : 50 Hz
Phase
: 3 Phase
57
Voltage
Arus
: 5/8,6 ( )
b) Kompresor
Adapun spesifikasinya sebagai berikut :
Merk
: SANDEN
Model/Type : SD-505
Ser. No.
: 0410628059
Refrigerant : R-12
Lubricant
: Oil Suniso 5 GS
c) Pressure Gauge
Digunakan 4 buah pressure gauge, digunakan masing-masing untuk
mengukur tekanan sisi masuk dan sisi keluar pada kondensor maupun
evaporator.
d) Infrared/Digital Thermometer
Digunakan 4 buah infrared/digital thermometer, digunakan masingmasing untuk mengukur temperatur sisi masuk dan sisi keluar kondensor
maupun pada evaporator.
e) Stop Watch
Untuk mengukur waktu yang dibutuhkan pada waktu pengambilan data
atau waktu pengujian.
f) Gauge Manifold
Digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran baik pada saat pemakuman,
pengisian maupun pada saat beroperasi. Yang dapat dilihat pada gauge
58
59
x 100%
Nilai ini dibandingkan dengan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tingkat pencapaian
sebagai berikut (Depdiknas, 1999) yaitu:
90% 100 % : Sangat efektif (SE)
80% 89 % : Efektif (E)
65% 79 % : Cukup (C)
40 % 64 % : Kurang Efektif (KE)
0% 39%
Dimensi
Recovery
Recycle
Recharging
Jumlah
Indikatornya
Refrigeran yang diambil ari AC mobil
dipindahkan ke dalam tangki
penampung
1. Meningkatkan kemurnian
refrigeran dengan mesin 3R.
2. Pemisahan minyak pelumas dan
penyaringan kotoran refrigeran
Pengisian kembali refrigeran hasil
recovery dan recycle ke AC mobil
Jumlah butir
(buah)
5
4
19
60
(kJ/kg)
dimana :
h1 = enthalpi refrigeran yang keluar evaporator (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigeran yang masuk evaporator (kJ/kg)
b) Kerja kompresi (Wk) adalah kerja dilakukan kompresor, sama dengan
selisih enthalpi uap refrigeran yang keluar kompresor dengan enthalpi uap
refrigeran yang masuk ke kompresor, di ukur dengan cara :
Wk = h 2 - h 1
(kJ/kg)
dimana :
h 1 = enthalpi uap refrigeran pada sisi isap kompresor (kJ/kg)
h 2 = enthalpi uap refrigeran pada sisi buang/keluar kompresor (kJ/kg)
c) Unjuk kerja (COP) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara efek
refrigerasi (ER) sistim dengan kerja (Wk) yang dibutuhkan untuk
mengkompresi refrigeran di kompresor atau besarnya energi yang berguna,
yaitu besarnya efek refrigerasi dibagi dengan kerja yang diperlukan sistem,
yang besarnya adalah :
61
UnjukKerja =
COP =
Efek refrigerasi
Kerja kompresor
h1 h4
h2 h1
Hidupkan mesin pendingin, selang 5 menit pertama catat data pada tabel
pengujian untuk masing-masing titik pengukuran, begitu seterusnya untuk
setiap 2 menit berikutnya sampai waktu pengujian mencapai 25 menit.
62
Service
Mesin Pendingin
(Simulator AC mobil)
Pengosongan,
Pemakuman,
Cek kebocoran
bocor
Tidak bocor
Pelumasan
dan
Pengisian
Pengujian :
- Tekanan (P, Psig)
- Temperatur (T, 0C)
- Arus (I, Ampere)
Beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.3 dibawah ini :
63
Tabel 4.3 variabel yang diukur dalam uji ujuk kerja (COP)
No. Variabel yang diukur
Satuan
Alat ukur
Tekanan (P)
Psig
Pressure gauge
Temperatur (T)
Thermometer
Frekwensi (f)
Hz
Tachometer
Tegangan
Volt
Volt meter
Arus
Ampere
Ampere meter
Kelembaban
Higrometer
64
Monitoring &
Evaluasi
CFC (R-12)
murni
ERr
Wkr
COPr
ERm
Wkm
COPm
?
Uji t
SPSS