Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teknologi mesin pendingin saat ini sangat mempengaruhi kehidupan dunia
modern, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup,
namun juga sudah menyentuh hal-hal esensial penunjang kehidupan manusia
(Arora, 2001). Teknologi ini dibutuhkan untuk penyiapan bahan makanan,
penyimpanan dan distribusi makanan, proses kimia yang memerlukan
pendinginan, pengkondisian udara untuk kenyamanan ruangan baik pada industri,
perkantoran, transportasi maupun rumah tangga.
Saat ini teknologi mesin pendingin, khususnya AC Mobil yang paling
banyak digunakan adalah dari jenis siklus kompresi uap (Haryanto, 2004). Mesin
jenis ini kebanyakan menggunakan jenis refrigeran CFC dan HFC. Refigeran CFC
adalah penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon (WMO, 2007; IPCC, 2005)
dan refrigeran HFC termasuk gas rumah kaca (Kruse, 2000; Oshea and Goodge,
2007).
Teknologi mesin pendingin memiliki kontribusi langsung pada kerusakan
lingkungan diantaranya penipisan lapisan ozon dan pemanasan global melalui
kebocoran dan buangan refrigeran sintetis (CFC dan HFC) ke lingkungan
(McMullan, 2002; Nasruddin, 2003). Terlepasnya refrigeran ke lingkungan 60 %
dari service sector (UNEP, 1999)

Sifat merusak ozon yang dimiliki oleh CFC, pertama dikemukan oleh
Rowland dan Molina (1974) yang kemudian didukung oleh pengukuran lapangan
oleh Farman et al., (1985). Diperkirakan terjadi perusakan lapisan ozon sekitar
3% per-dekade (Indartono, 2006). Lapisan ozon yang terdapat di daerah
stratosphere berfungsi untuk menghalangi masuknya sinar ultraviolet-B ke
permukaan bumi (Calm, 2002). Sinar ultraviolet-B ini ditengarai akan
menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan gangguan pada tumbuhan di
permukaan bumi.
Sebagai tanggapan terhadap kerusakan lapisan ozon di stratosfer, pada
tahun 1981 UNEP memulai proses negosiasi pengembangan langkah-langkah
Internasional untuk melindungi lapisan ozon melalui Konvensi Wina yang
disahkan pada bulan Maret 1985. Pada bulan September 1987 ditindaklanjuti
dengan pengesahan Protokol Montreal yang memuat aturan pengawasan produksi,
konsumsi dan perdagangan bahan-bahan perusak ozon (Velders et al., 2007).
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Wina, Protokol
Montreal dan Amandemen London melalui Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun
1992. Selanjutnya pelaksanaan program perlindungan lapisan ozon di Indonesia
difasilitasi oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup sebagai lembaga
pengendali dalam upaya pelestarian lingkungan (UNDP-KLH, 2008).
Mengingat pentingnya lingkungan bagi keberlangsungan kehidupan di
muka bumi ini, World Bank melalui KLH memberi bantuan mesin 3R kepada
perusahaan/bengkel service mesin pendingin (AC mobil) untuk melakukan service
mesin pendingin yang ramah lingkungan (KLH, 2008).

Berdasarkan kondisi di atas, sangat penting dilakukan monitoring dan


evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R134a) pada perusahaan/bengkel mesin pendingin (AC mobil) yang telah mendapat
bantuan mesin 3R, sebagai langkah terakhir dari program perlindungan lapisan
ozon. Disamping itu bagaimana unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC Mobil)
yang menggunakan refrigeran hasil recovery dan recycle mesin 3R. Sehingga
dapat diketahui layak-tidaknya refrigeran hasil recovery dan recycle dipergunakan
lagi.

1.2 Rumusan masalah


Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu saling terkait erat.
Keterkaitan antara masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah
faktor merupakan sebab berbagai masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh
yang berbeda dan interaksi antar berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan
bersifat kumulatif. Adapun permasalahan yang penulis bahas disini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R134a) pada perusahaan/bengkel service mesin pendingin (AC mobil) yang
mendapat bantuan hibah mesin 3R di Denpasar?
2. Bagaimana unjuk kerja (COP) mesin pendingin yang menggunakan
refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R dibandingkan
dengan refrigeran CFC (R-12) murni?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian uji unjuk kerja (COP) mesin
pendingin dan evaluasi pengelolaan CFC dan HFC pada perusahaan/bengkel AC
mobil adalah :
1.

Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan HFC


(R-134a) pada perusahaan/bengkel service mesin pendingin (AC mobil) yang
mendapat bantuan hibah mesin 3R di Denpasar.

2.

Untuk mengetahui unjuk kerja (COP) mesin pendingin yang menggunakan


refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R dibandingkan
dengan refrigeran CFC (R-12) murni.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian uji unjuk kerja (COP)

mesin pendingin dan evaluasi pengelolaan CFC (R-12) dan HFC (R-134a) pada
perusahaan/bengkel mesin pendingin (AC mobil) di Denpasar yang mendapat
hibah mesin 3R adalah :
1.

Dapat memberikan informasi ke praktisi/teknisi bengkel tentang unjuk


kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil) dari penggunaan refrigeran
CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R dibandingkn dengan
refrigeran CFC (R-12) murni.

2.

Dapat memberi nilai tambah/ekonomis bagi perusahaan/bengkel karena


tidak perlu membeli refrigeran baru (tidak keluar uang) untuk mengisi
sistem pendingin, cukup menggunakan refrigeran hasil recovery dan

recycle mesin 3R, sekaligus mencegah CFC dan HFC terbuang ke


atmosfir, sehingga dapat dicegah terjadinya penipisan lapisan ozon oleh
CFC dan pemanasan global oleh HFC pada saat servicing.
3.

Membantu pemerintah (KLH) dan dunia dalam program perlindungan


lapisan ozon dan mencegah efek pemanasan global akibat buangan
refrigeran CFC dan HFC pada saat service mesin pendingin (AC mobil).

4.

Dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam


program perlindungan lapisan ozon dan mencegah efek pemanasan
global.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Ozon, CFC, HFC dan Mesin 3R


Kebutuhan refrigeran CFC (R-12) di dalam negeri setelah impor
dihentikan pada akhir 2007 masih tetap ada mengingat masih banyaknya peralatan
terpasang atau aktif beroperasi menggunakan CFC (R-12). Sehingga perlu
dilakukan upaya untuk pengambilan kembali CFC (R-12) dari sistem mesin
pendingin atau unit terpasang sekaligus meminimalkan pelepasan CFC (R-12) ke
atmosfir.
Menurut KLH (2007) mesin 3R adalah mesin yang berfungsi untuk
recovery, recycle dan recharging refrigeran ke mesin pendingin. Prinsip kerja
mesin 3R (recovery, recycle and recharging) dibagi menurut sistem recycle-nya,
yaitu laluan tunggal dan multi laluan. Laluan tunggal proses pemurnian refrigeran
dilakukan hanya satu kali sirkulasi saja. Sedangkan multi laluan sirkulasi
berulang-ulang. Banyaknya receiver dryer dan pipa-pipa kapiler yang digunakan
pada sistem mesin 3R laluan tunggal lebih sedikit dibandingkan mesin 3R multi
laluan (Tandian dan Ari, 2005). Dalam proyek bantuan world bank melalui KLH
digunakan mesin 3R laluan tunggal (UNDP-KLH, 2007).
Keuntungan dengan service mesin 3R ini yaitu : 1) mencegah kerusakan
lapisan ozon oleh CFC dan HCFC serta mencegah pemanasan global oleh HFC,
2) secara ekonomis lebih menguntungkan karena tidak perlu membeli refrigeran
baru untuk mengisi mesin pendingin, cukup dengan menggunakan refrigeran hasil
6

recycle oleh mesin 3R, dan 3) saat melakukan service akan lebih efektif dan
efisien.

2.1.1 Teknik Pengelolaan Refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a)


Menurut UNDP-KLH (2006) refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a)
harus dikelola untuk mencegah terjadinya pelepasan/emisi ke atmosfir adalah: 1)
stok CFC (R-12) dan HFC (R-134a) yang sudah ada di dalam negeri, 2) hasil
recovery dari kegiatan service peralatan pendingin yang masih menggunakan CFC
(R-12) dan HFC (R-134a), 3) hasil retrofit atau replacement peralatan pengguna
CFC (R-12) dan HFC (R-134a), 4) hasil retirement peralatan yang masih
menggunakan CFC (R-12) dan HFC (R-134a).
Menurut Dincer (2003) tujuan pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan
HFC R-134a) adalah: 1) mempercepat proses penghapusan CFC (R-12) sebagai
bahan perusak ozon (BPO) dan HFC (R-134a) sebagai penyebab pemanasan
global, 2). mencegah emisi CFC (R-12) dan HFC (R-134a), 3) menjaga
kelangsungan kegiatan yang masih memerlukan CFC (R-12) atau kegiatan alih
teknologi pada industri pengguna CFC (R-12) dan HFC (R-134a).

2.1.2 Service Mesin Pendingin (AC Mobil)


Menurut Haryanto (2004) service mesin pendingin adalah tindakan
perawatan atau perbaikan yang dilakukan terhadap mesin pendingin sehingga
refrigeran harus dikeluarkan dari dalam sistem. Service dilakukan dengan tujuan
untuk memperbaiki komponen, melakukan penggantian komponen, pembersihan
komponen atau penggantian refrigeran.

Dalam melakukan tindakan service terhadap mesin pendingin ada


beberapa tahapan yang umum dilakukan yaitu sebagai berikut (Vergara, 2001;
Kenneth, 1996) :
Tahap pertama, pengeluaran refrigeran dari dalam sistem. Pada tahapan
ini, sebelum melakukan tindakan service terhadap mesin pendingin biasanya
refrigeran di dalam sistem terlebih dahulu harus dikeluarkan. Selama ini para
teknisi mengeluarkan refrigeran dari dalam sistem dan melepaskan refrigeran
tersebut ke atmosfir. Bila refrigeran yang dilepaskan tersebut mengandung unsur
chlor seperti refrigeran CFC (R-12) akan menyebabkan terjadinya penipisan
lapisan ozon dan HFC (R-134a) akan menyebabkan pemanasan global.
Tahap kedua melakukan service (perawatan, perbaikan atau penggantian
komponen). Pada tahap ini, bila refrigeran di dalam sistem telah dikeluarkan maka
tindakan service dapat dilakukan seperti melakukan perawatan, perbaikan atau
penggantian terhadap komponen yang mengalami kerusakan (Haefner and
Leathers, 2006).
Tahap ketiga melakukan Vaccum system. Jika service telah selesai
dilaksanakan, maka sistem perlu di vaccum atau pengosongan dengan
menggunakan alat vaccum dengan tujuan agar sistem tidak mengandung uap air,
udara (gas) dan sebagainya. Jika unsur-unsur tersebut berada dalam sistem pada
saat sistem bekerja maka akan mempengaruhi kinerja sistem dan pada akhirnya
merusak sistem mesin pendingin (Althouse et al., 2004).
Tahap keempat melakukan pengisian refrigeran. Jika sistem sudah benarbenar vaccum dan tidak ditemui kebocoran dalam sistem maka dilakukan

pengisian refrigeran dengan kapasitas refrigeran sesuai dengan petunjuk pabrik


pembuatnya.
Service mesin pendingin cara lama (konvensional) dilakukan dengan cara
mengeluarkan refrigeran dari dalam sistem dengan melepas refrigeran tersebut ke
atmosfir adalah service yang tidak ramah lingkungan. Sedangkan service mesin
pendingin dengan mesin 3R dilakukan dengn cara pengeluaran refrigeran dari
dalam sistem tanpa melepas refrigeran tersebut ke atmosfir adalah service yang
ramah lingkungan. Kemudian refrigeran tersebut di recycle dan dapat
dipergunakan kembali untuk refrigeran sistem tersebut (Powel, 2003).

2.1.3 Cara Kerja Mesin 3R Laluan Tunggal


Menurut Key and Powell (1998) dan Andika (2006) menjelaskan cara
kerja mesin 3R laluan tunggal sebagai berikut :
Recovery. Proses pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem
pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung.
Prosedur pada tahap recovery yaitu: 1) untuk refrigeran yang sejenis refrigeran
hasil recovery harus dikumpulkan dalam tangki penampung 2) refrigeran hasil
recovery harus diberi label yang menyatakan jenis refrigeran, 3) tangki
penampung refrigeran hasil recovery yang direkomendasikan adalah yang
dirancang untuk pemakaian berulang (refillable), bukan tangki sekali pakai
(disposable) yang biasa digunakan untuk kemasan refrigeran baru, dan 4) pada
kondisi dimana kompresor hermatik atau semi hermatik terbakar atau mengalami
kerusakan akibat temperatur berlebih, maka refrigeran hasil recovery harus

10

disimpan dalam tangki penampung khusus untuk reklamasi atau dimusnahkan


(DuPont, 2010; Turpin, 2009).
Recycle (daur ulang). Proses peningkatan kemurnian refrigeran dari proses
sirkulasi didalam mesin 3R melalui proses fisika dengan jalan pemisahan minyak
pelumas dan penyaringan refrigeran untuk digunakan kembali. Refrigeran yang
berasal dari sistem refrigerasi dengan kompresor hermatik dan semi hermatik
yang terbakar tidak boleh di recycle karena banyak mengandung kotoran dan
tingkat keasaman yang tinggi. Prosedur pelaksanaan recycle yaitu : 1) sebelum
dilakukan recycle, wajib dilakukan pengkajian/verifikasi terhadap sistem
refrigerasi dan keadaan sekitarnya, 2) dilarang melepas refrigeran jenis CFC dan
HFC ke atmosfir dalam pelaksanaan recycle, 3) setelah proses recycle, wajib
dilakukan pencatatan dalam buku log dengan mencantumkan informasi : jenis dan
jumlah refrigeran yang di recycle, penanganan keadaan khusus, tanggal
pelaksanaan recycle, dan nama teknisi yang melakukan recycle; dan 4) CFC dan
HFC hasil daur ulang harus disimpan dan diberi label yang menunjukkan jenis
refrigeran yang disimpan. Refrigeran hasil recycle ditampung dalam tangki
penampung. Beberapa hal yang perlu dperhatikan dalam penggunaan tangki
penampung yaitu: 1) refrigeran hasil recycle harus ditampung dalam tangki yang
dirancang untuk pemakaian berulang (refillable), bukan dalam tangki sekali pakai
(disposable) yang biasa digunakan untuk kemasan refrigeran baru dan 2) untuk
menginformasikan jenis refrigeran, tangki penampung harus diberi label identitas
yang menginformasikan jenis refrigeran secara jelas (Piper, 2008).

11

Recharging. Proses pengisian kembali mesin pendingin (AC mobil)


dengan refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu proses recovery.
Sebelum sistem diisi dengan refrigeran baru, harus dilakukan: 1) Pemakuman,
untuk membersihkan sistem dari sisa refrigeran lama dan gas lain yang tidak
diinginkan; 2) Pemeriksaan kebocoran sesuai dengan standar yang berlaku. Jika
ternyata ada kebocoran, sistem harus diperbaiki dahulu sebelum dilakukan
pengisian refrigeran (UNDP-KLH, 2007).
Menurut UNDP-KLH (2006), peralatan yang digunakan dalam service
mesin pendingin dengan mesin 3R adalah sebagai berikut : satu buah tang
penusuk dan selang penghubung, satu tabung untuk penampung refrigeran, satu
tabung refrigeran, satu unit mesin 3R, satu buah tang penjepit, satu buah pentil
Freon, satu buah pendeteksi kebocoran, satu buah gauge manifold dan lain-lain.
Vergara (2001) menyatakan bahwa prosedur service mesin pendingin (AC
mobil) dengan mesin 3R adalah sebagai berikut : 1) sambungkan tang penusuk
dan mesin 3R dengan menggunakan selang penghubung, 2) sambungkan juga
mesin 3R dengan tabung penampung refrigeran, 3) sambungkan pompa vakum ke
manifold, 4) sambungkan tabung refrigeran ke manifold, 5) tutup saluran ke
pompa vakum dan tabung refrigeran, 6) buka saluran ke tang penusuk, 7) lakukan
penusukan dengan tang penusuk pada pipa isap proses, 8) jalankan mesin 3R, 9)
setelah refrigeran dalam mesin habis (tidak ada tekanan dalam mesin), tutup
saluran ke mesin 3R kemudian matikan mesin 3R, 10) buka tang penusuk
sehingga mesin terisi udara (sebaiknya mesin diisi dengan gas nitrogen). Mesin
siap untuk di service, 11) setelah mesin selesai di service sambungkan pentil

12

dengan gauge manifold dan buka saluran ke pompa vakum, 12) nyalakan pompa
vakum dan lakukan pengosongan sampai tekanan vakum yang dikehendaki, 13)
setelah tekanan vakum yang baik telah tercapai matikan pompa vakum, tutup
saluran ke pompa vakum dan amati kebocoran dengan mencermati adanya
kenaikan tekanan dalam mesin, 14) bila tekanan vakum tidak berubah, buka katup
pada tabung refrigeran, dan buka perlahan saluran ke tabung refrigeran agar
refrigeran mengalir masuk ke mesin, 15) jika jumlah refrigeran yang masuk telah
cukup (berdasarkan tekanan, timbangan atau gelas ukur) tutup saluran ke tabung
dan tutup keran pada tabung refrigeran, 16) lakukan tes kebocoran dengan alat
deteksi elektronik atau air sabun, 17) lakukan penjepitan pada pipa pengisian,
potong dan lakukan brazing pada ujung, dan 18) jalankan mesin dan amati
temperatur ruang dingin dan service selesai.
Adapun keuntungan service mesin pendingin dengan mesin 3R ini adalah
sebagai berikut : 1) mencegah kerusakan lapisan ozon oleh CFC dan HCFC serta
mencegah pemanasan global oleh HFC, 2) secara ekonomis lebih menguntungkan
karena tidak perlu membeli refrigeran baru untuk mengisi mesin pendingin, cukup
dengan menggunakan refrigeran hasil recycle oleh mesin 3R, dan 3) saat
melakukan service akan lebih efektif dan efisien (Scaringe, 1997).
Dengan adanya usaha-usaha perlindungan lapisan ozon dan pengurangan
impor CFC maka para teknisi sebaiknya : 1) memahami bahaya yang timbul
akibat rusaknya lapisan ozon, 2) berusaha mencegah terlepasnya CFC ke udara
pada setiap tindakan service, 3) mengetahui jenis-jenis refrigeran baru pengganti

13

CFC dan penggunaannya, dan 4) mengetahui cara-cara penanganan refrigeran


CFC dan refrigeran baru pada saat service dan retrofit (Parsnow, 1994).
Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud dengan pengelolaan refrigeran
CFC (R-12) dan HFC (R-134a) dengan mesin 3R, kaitannya dengan sektor
servicing pada bengkel mesin pendingin (AC mobil) adalah cara penanganan
refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a) pada saat service mesin pendingin (AC
mobil) menggunakan mesin 3R, mulai dari proses recovery yaitu proses
pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem pendingin dan memindahkannya
ke dalam suatu tabung/tangki penampung, proses recycle yaitu proses peningkatan
kemurnian refrigeran dari proses sirkulasi didalam mesin 3R melalui proses fisika
dengan jalan pemisahan minyak pelumas dan penyaringan refrigeran untuk
digunakan kembali, dan proses recharging adalah proses pengisian kembali
refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu proses recovery pada sistem
mesin

pendingin

tersebut

(Powel,

2003;

http://temperaturecontrol.

squarespace.com).

2.1.4

Pengelolaan Sumber Kerusakan Ozon


Pengendalian sumber kerusakan lapisan ozon, pertama adalah dengan

kegiatan alih teknologi pada industri pengguna CFC dan cara ini adalah yang
diharapkan paling banyak dilakukan oleh kalangan industri mesin pendingin.
Sementara recovery adalah pengambilan CFC dari sistem dengan menggunakan
peralatan khusus recovery sedangkan recycle adalah mendaur ulang CFC bekas
dengan peralatan recycle hingga mencapai kondisi yang mendekati CFC baru

14

untuk dapat digunakan lagi merupakan cara kedua untuk mengantisipasi


kerusakan lapisan ozon akibat terlepasnya CFC ke atmosfir (Bender et al., 2003).

Gambar 2.1 Pengelolaan sumber kerusakan ozon (UNDP-KLH, 2007)

Cara ke tiga pengambilan kembali kandungan CFC (R-12) dari refrigeran


bekas dengan memisahkan kontaminan yang ada dalam refrigeran adalah dengan
cara collection dan reclamation. Sedangkan langkah terakhir adalah Destruction
yaitu penghancuran atau pemusnahan refrigeran CFC yang sudah tidak bisa
diambil kembali kandungan CFC-nya. Dengan demikian secara langsung dapat
menghindari terlepasnya CFC ke atmosfir dan dapat mencegah terjadinya
penipisan lapisan ozon oleh CFC (Powel, 2003).

2.1.5 Pelaksanaan Retrofit dan Recycle Refrigeran


Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2007, Tentang
Pedoman Teknis dan Persyaratan Pelaksanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem
Refrigerasi (KNLH, 2007).

15

2.1.5.1 Pelaksanaan retrofit


Sebelum dilakukan retrofit, wajib dilakukan pengkajian/verifikasi terhadap
sistem : refrigerasi dan keadaan sekitarnya sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) : 1) pelaksanaan retrofit wajib memenuhi ketentuan seperti,
proses pengosongan sistem dengan mesin retrofit, tidak melepas refigeran jenis
CFC dan HCFC ke atmosfir, tidak mengganti refrigeran non CFC dengan CFC, 2)
setelah pelaksanaan retrofit wajib memberikan label, pencatatan proses retrofit
dalam buku log perusahaan/bengkel servis, 3) limbah yang dihasilkan dari proses
retrofit wajib dikelola sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan (Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2007, pasal 2).

2.1.5.2 Pelaksanaan recycle


Menurut KNLH (2007) sebelum dilakukan recycle, wajib dilakukan
pengkajian/verifikasi terhadap sistem pendingin dan keadaan sekitarnya sesuai
dengan SNI: 1) dilarang melepas refrigeran jenis CFC dan HCFC ke atmosfir
dalam pelaksanaan recycle, 2) setelah proses recycle, wajib dilakukan pencatatan
dalam buku log dengan mencantumkan informasi. CFC dan HCFC hasil recycle
harus disimpan dan diberi label yang menunjukkan jenis refrigeran yang di
simpan, 3) panduan teknis pelaksanaan retrofit sistem refrigerasi dan recycle
refrigeran tercantum dalam Lampiran Pemerintah (Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2007, pasal 4).

16

2.1.6

Definisi dan Hubungan Recovery dan Recharging.


Recovery dapat diartikan sebagai tindakan pemindahan refrigeran dalam

tingkat keadaan apapun (uap, cair, campuran, atau bercampur dengan substansi
lainnya) dari suatu sistem serta menyimpan refrigeran tersebut didalam sebuah
penampung di luar sistem (Althouse et al., 2004; Shizuo and Kazuyuki, 2003).
Recycling didefinisikan sebagai tindakan pengurangan kontaminan yang
terdapat pada refrigeran yang telah digunakan dengan cara memisahkan oli, dan
menghilangkan gas terkondensasi dengan menggunakan peralatan seperti filter
dryer untuk mengurangi kelembaban, keasaman serta partikulat (Althouse et al.,
2004; Powel, 2003).
Recharging adalah tindakan pengisian kembali sistem refrigerasi dengan
refrigeran yang telah di recovery dan recycling. Disamping ketiga istilah di atas
ada pula istilah lain yaitu (Feng and Run-qing, 2007) :
Reclamation atau reklamasi adalah upaya untuk menperoleh ulang
refrigeran yang melekulnya telah rusak dan tidak dapat dimurnikan dengan cara
recycling. Berbeda dengan proses recycling yang hanya melibatkan proses-proses
fisik seperti penyaringan kotoran dan pemisahan pelumas, proses reclaiming
melibatkan proses kimia untuk memperbaiki susunan melekul (EPA, 1999).
Disposal atau pembuangan adalah tindakan penghancuran refrigeran dan
untuk membuangnya dalam bentuk yang aman. Refrigeran CFC yang amat stabil
sangat sulit untuk dihancurkan. Proses penghancuran memerlukan energi yang
besar karena harus membakar CFC di atas temperatur 1000 0C. Karena hal ini
biasanya CFC dihancurkan dalam incinerator bersama-sama dengan sampah kota.

17

Namun demikian, proses penghancuran ini bisa menghasilkan gas-gas beracun.


Cara lain dari penghancuran CFC adalah mengubahnya menjadi HCFC, atau HFC
dengan limbah berupa asam klorida yang dapat digunakan untuk keperluan lain
(Powel, 2003).
Hubungan antara berbagai proses di atas digambarkan pada gambar 2.2
(European Standard).

Gambar 2.2 Hubungan antara berbagai proses penanganan refrigeran


(Pasek et al., 2004)
Prosedur pengelolaan refrigeran mulai dari proses recovery hingga apakah
refrigeran dapat digunakan kembali dapat diikuti dari penjelasan yang ditunjukkan
pada diagram alir Gambar 2.3 (European Standard). Dari diagram tersebut dapat
dilihat bahwa uji keasaman dilakukan hanya jika terjadi kebakaran bagian motor
dari kompresor (burnout).

18

Gambar 2.3 Prosedur penanganan refrigeran (Pasek et al., 2004)

19

2.1.6.1 Hal-hal penting dalam proses recovery


Hal pertama yang harus diingat dalam melakukan service pada mesin
refrigerasi adalah jangan membuang refrigeran ke atmosfir kecuali refrigeran
hidrokarbon.
Menurut Althouse et al. (2004), proses recovery pada dasarnya bertujuan
untuk menggunakan kembali refrigeran yang terdapat dalam sistem. Jika
refrigeran akan dikembalikan ke dalam sistem refrigerasi, maka kondisi refrigeran
harus semurni mungkin. Masalah akan timbul apabila kompresor mesin refrigerasi
yang digunakan dari jenis hermatik dan terjadi kebakaran pada bagian motornya
(burnout) atau pada kompresor AC mobil terjadi kemacetan kompresor akibat
panas yang berlebihan. Kontaminasi terhadap refrigeran dalam situasi demikian
dapat bervariasi, dari yang sedang hingga parah. Akan tetapi, pada burnout
kontaminasi terbesar terdapat dalam pelumas yang menjadi sangat asam dan
beracun. Oleh sebab itu apabila pelumas telah berubah warna menjadi kuning,
coklat atau hitam, maka sebaiknya dilakukan uji keasaman. Penanganan terbaik
adalah menjaga agar pelumas yang telah asam tersebut tidak digunakan kembali
pada kompresor atau dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
recycling multi lalauan. Apabila terjadi burnout gunakan sistem recovery dengan
pemisah pelumas sebagai proses awal. Pelumas bekas harus dikosongkan dari
mesin recovery. Refrigeran harus di tes tingkat keasamannya. Jika pelumas dapat
dipisahkan dari refrigeran, sebagian besar kontaminan juga terpisahkan dari
refrigeran. Umumnya, refrigeran ini dapat dikembalikan ke dalam sistem

20

refrigerasi. Jangan gunakan refrigeran jika ada keraguan pada kualitas refrigeran
tersebut.

2.1.6.2 Proses recharging


Menurut Pasek et al. (2004), proses recharging atau proses pengisian
dilakukan dengan cara memasukkan refrigeran hasil recycling atau refrigeran baru
melalui saluran dan katup pengisian. Pada saat awal pengisian biasanya dilakukan
melalui saluran isap sampai tekanan dalam sistem sama, kurang lebih sama
dengan tekanan dalam tabung refrigeran. Setelah itu kompresor AC di jalankan,
dan terjadilah perbedaan tekanan antara sisi isap dan sisi keluaran kompresor.
Proses pengisian kemudian dilakukan melalui sisi pengeluaran kompresor.
Jumlah refrigeran yang diisikan harus tepat, tidak berlebihan dan tidak
kurang. Terdapat beberapa cara untuk mengukur jumlah refrigeran yang di isikan
ke dalam sistem AC mobil, yaitu (DuPont, 2010) :
-

Dengan melihat kaca penduga pada sistem AC.

Sampai mencapai tekanan isap tertentu.

Dengan mengukur berat refrigeran yang masuk.

Sampai terjadi bunga es/kondensasi pada pipa isap.


Pengisian refrigeran biasanya dihentikan apabila kaca penduga yang

biasanya diletakkan diatas filter dryer terlihat bening dan tidak tampak lagi busa.
Namun cara ini harus dibarengi dengan melihat tekanan isap dan tekanan keluaran
pada gauge manifold, karena refrigeran yang berlebihanpun akan membuat kaca
penduga bening. Pada sistem AC mobil yang telah berumur, kaca penduga
biasanya sudah kotor sehingga refrigeran tidak terlihat.

21

Untuk sistem AC yang menggunakan refrigeran R-12 dan R-134a tekanan


isap berkisar anatara 25 sampai 50 psig dengan kecepatan putar di sekitar 1500
rpm. Oleh sebab itu, kisaran tekanan ini dapat dijadikan batasan pengisian
(Dincer, 2003).
Jumlah refrigeran yang diisikan dapat diketahui dengan pasti bila
pengisian dilakukan dengan mengukur jumlah refrigeran yang diisikan. Untuk
melakukan hal ini diperlukan timbangan yang mempunyai ketelitian 2 sampai 5
gram dan mempunyai kapasitas timbangan hingga 15 20 kg. Botol refrigeran
pengisi di tempatkan di atas timbangan, kemudian diamati pengurangan massa
yang terjadi. Pengurangan massa botol refrigeran adalah sama dengan jumlah
refrigeran yang telah masuk ke dalam sistem. Dalam praktek biasanya ditemui
cara pengisian yang tidak baik, yaitu pengisian refrigeran hingga pipa isap antara
evaporator dan kompresor berembun atau bahkan terjadi bunga es. Hal ini tidak
menunjukkan jumlah refrigeran yang masuk sudah cukup atau tidak ( Althouse,
2004).

2.1.7

Penanganan refrigeran yang terkumpul


Menurut Pasek et al. (2004), refrigeran yang diambil dengan mesin 3R

sebaiknya diisikan kembali sebagian atau seluruhnya ke dalam sistem AC mobil.


Hal ini selain dapat memberikan keuntungan ekonomis juga dapat menurunkan
konsumsi dan produksi refrigeran baru yang dapat merusak lingkungan. Tetapi
apabila jumlah refrigeran yang terkumpul pada satu bengkel melebihi kebutuhan
dan terdapat refrigeran yang harus di reclaiming, maka perlu ada sistem
pengumpulan dan distribusi yang terorganisir, skalanya lebih luas dan bersifat

22

nasional. Gambar 2.4 memperlihatkan konsep pengumpulan dan distribusi


terpadu. Bengkel-bengkel kecil dapat mengirim refrigeran bekas dan menerima
refrigeran baru dari bengkel yang besar atau distributor, sedangkan distributor
melakukan hal yang sama dengan pengumpul-distributor tingkat wilayah dan
demikian seterusnya sehingga terdapat pengumpul-distributor tingkat nasional
yang selain mempunyai kemampuan recycling, juga dapat melakukan reclaiming
dan disposal.

Gambar 2.4 Hirarki sentra pengumpulan, pengolahan dan distribusi


(Pasek et al., 2004)

Untuk dapat melakukan konsep pengumpulan dan distribusi yang dibahas


di atas maka diperlukan peralatan dan sistem informasi yang memadai. Pada
tingkat bengkel diperlukan mesin 3R kecil dan pompa vakum. Pengumpul tingkat
wilayah memerlukan mesin 3R yang mobile dan mesin recycle kapasitas besar.

23

Sedangkan pengumpul-distributor tingkat nasional memerlukan pabrik reclaiming


dan disposal (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Kebutuhan peralatan dan teknologi (KLH, 2007)


Botol atau silinder pengumpul yang standar juga perlu diadakan. Yang
dimaksud dengan botol atau silinder standar di sini adalah standar dalam ukuran
warna, dan kekuatan. Tabel 2.1 menunjukkan warna standar botol/tangki
refrigerant.

Tabel 2.1 Kode pewarnaan tangki untuk refrigeran yang umum


(ASHRAE, 1994)
Refrigeran
Kode warna
CFC-11
CFC-12
HCFC-22
CFC-113
CFC-114
HFC-134a
CFC-500
CFC-502
R717 (ammonia)

Oranye
Putih
Hijau
Ungu
Biru tua
Biru muda
Kuning
Ping
Perak

24

2.2 Unjuk Kerja (COP) Mesin Pendingin

2.2.1

Mesin Pendingin
Menurut Dincer dan Ibrahim (2003), jenis mesin pendingin berdasarkan

siklus termodinamikanya dapat dikelompokkan menjadi: 1) mesin pendingin


siklus kompresi uap (Vapour Compression Refrigeration Cycle), 2) mesin
pendingin siklus absorpsi (Absorption Refrigeration Cycle), 3) mesin pendingin
siklus jet uap (Steam-jet Refrigeration Cycle), 4) mesin pendingin siklus udara
(Air Refrigeration Cycle), dan 5) mesin pendingin siklus vorteks (Vorteks
Refrigeration Cycle).
Mesin pendingin yang paling banyak digunakan adalah mesin pendingin
dengan siklus kompresi uap. UNDP-KLH

(2007),

mengelompokkan

mesin

pendingin berdasarkan aplikasinya menjadi : 1) pendingin domestik (rumah


tangga) : Lemari es, dispenser air; 2) pendingin komersial : pendingin minuman
botol, box es krim, lemari pendingin supermarket ukuran kecil; 3) pendingin
Industri : pabrik es, cold storage, mesin pendingin untuk industri proses; 4)
pendingin transport : refrigerated truck, train and containers; 5) pendingin
domestik dan komersial : AC window, split, dan package; 6) Chiller : Water
cooled and air cooled chillers; dan 7) Mobile Air Condition (MAC) : AC mobil.

25

2.2.2

Prinsip Kerja Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap


Subcooling

Condensing

Superheat

Pressure (bar)

Qc

3
Condenser
Liquid
Expansion Device

Evaporator
Evaporator

Compressor

1
Qe
Gas

Saturated Condition
Enthalpy (kJ/kg)
Useful capacity

Motor input power

Heat rejected in condenser

Gambar 2.6 Skema komponen utama mesin pendingin siklus kompresi uap
dengan P-h diagram (Sumber: http://www.energyefficiencyasia.org)

Pada proses 1-2, kompresor menaikkan tekanan uap refrigeran. Kenaikan


tekanan ini diikuti dengan kenaikan temperatur uap refrigeran. Pada tingkat
keadaan (TK) 2, uap refrigeran berada pada kondisi uap super-panas.
Pada proses 2-3, uap refrigeran sebelum memasuki kondensor untuk
mendapatkan pendinginan. Pendinginan pada kondenor terjadi akibat pertukaran
panas antara uap refrigeran dengan udara lingkungan.
Refrigeran keluar dari kondensor pada TK 3 dalam kondisi cair jenuh, atau
bisa juga pada kondisi cair sub-dingin. Refrigeran kemudian memasuki katup
ekspansi. Katup ekspansi ini pada prinsipnya berupa penyempitan daerah aliran

26

yang berakibat pada penurunan tekanan fluida secara drastis. Idealnya, refrigeran
melalui katup ekspansi (proses 3-4) secara iso-enthalpi (isenthalpi).
Pada TK 4, refrigeran berada dalam kondisi campuran cair dan uap.
Karena refrigeran berada pada tekanan jenuhnya (tekanan penguapan), maka dia
akan mengalami penguapan; hukum alam menyatakan bahwa penguapan
membutuhkan energi, terjadilah penyerapan energi termal dari luar evaporator
yang menyebabkan efek refrigerasi oleh mesin pendingin.

2.2.3 Dasar-Dasar Perhitungan Unjuk Kerja Mesin Pendingin


Dasar-dasar perhitungan unjuk kerja mesin pendingin siklus kompresi uap
standar berlandaskan pada diagram hubungan temperatur (T) dengan entropi (s)
dan tekanan (P) dengan enthalpi (h) untuk siklus kompresi uap standar.

2.2.3.1 Efek Refrigerasi (ER)


Pudjawarsa dan Nursuhud (2006) menyatakan efek refrigerasi (ER) adalah
kalor yang diterima oleh sistem dari lingkungan melalui evaporator per satuan laju
massa refrigeran. Efek refrigerasi merupakan parameter penting, karena
merupakan efek yang berguna dan diinginkan dari suatu sistem mesin pendingin.
Dari gambar 2.6 di atas, dapat dilihat bahwa efek refrigerasi ini berlangsung pada
proses dari 4 ke 1. Makin besar efek refrigerasi suatu sistim refrigerasi, maka
kinerja sistem makin baik. Besarnya efek refrigerasi tersebut adalah :
ER = h 1 - h 4

(kJ/kg)

27

dimana :
h1 = enthalpi refrigeran yang keluar evaporator (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigeran yang masuk evaporator (kJ/kg)
2.2.3.2 Kerja kompresi (Wk)
Besarnya kerja kompresi (Wk) sama dengan selisih enthalpi uap refrigeran
yang keluar kompresor dengan enthalpi uap refrigeran yang masuk ke kompresor
pada proses 12 gambar 2.1 diatas (Arora, 2001).
Wk = h 2 - h 1 (kJ/kg)
dimana :
h 1 = enthalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
h 2 = enthalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
Hubungan tersebut diturunkan dari persamaan energi dalam keadaan tunak (steady
flow energy equation) yaitu : q + h1 = h2 + Wk pada proses kompresi adiabatik
reversibel dengan perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan.
Perbedaan entalpinya merupakan besaran negatif yang menunjukkan bahwa kerja
diberikan kepada sistem.

2.2.3.3 Unjuk Kerja (COP)

Menurut Indartono (2006), unjuk kerja atau yang lebih dikenal dengan

koefisien performansi (COP = Coefficient Of Performance) merupakan


perbandingan antara kapasitas refrigerasi (KR) dengan daya (Pk) yang dibutuhkan
untuk menggerakkan kompresor. Untuk satu-satuan massa refrigeran maka unjuk
kerja dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara efek refrigerasi (ER) sistim

28

dengan kerja (Wk) yang dibutuhkan untuk mengkompresi refrigeran di kompresor.


Makin besar nilai unjuk kerja (COP) makin baik kinerja sistim refrigerasi itu.
Unjuk kerja (COP) merupakan besaran tanpa dimensi.
COP = ER / Wk
Unjuk kerja (COP) adalah besarnya energi yang berguna, yaitu efek
refrigerasi dibagi dengan kerja yang diperlukan sistem (kerja kompresi).

UnjukKerja =

COP =

Efek refrigerasi
Kerja kompresor
h1 h4
h2 h1

Unjuk kerja merupakan parameter yang sangat penting di dalam sistem


pendingin, karena semakin besar harga unjuk kerja (COP) maka semakin baik
kerja dari sistem pendingin tersebut. Unjuk kerja ini identik dengan efisiensi pada
motor bakar. Kalau efisiensi biasanya nilainya lebih kecil dari 1 sedangkan unjuk
kerja biasanya lebih besar dari 1.

2.2.4

Refrigeran

Association Heating Refrigeration and Air Conditioning Engineer


(ASHRAE, 2005) mendefinisikan refrigeran adalah zat yang mengalir dalam
mesin pendingin (mesin refrigerasi atau mesin pengkondisian udara/AC).
Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena dialah yang
menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin pendinginan. Zat ini
berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media yang didinginkan dan
membawanya, kemudian membuang panas tersebut ke udara luar atau ke atmosfir.

29

Andika (2006) mengelompokkan jenis-jenis refrigeran menjadi refrigeran sintetik


dan refrigeran alami.
Refrigeran sintetik tidak terdapat di alam dan dibuat oleh manusia dari
unsur-unsur kimia. Yang termasuk kedalam kelompok refrigeran sintetik, yaitu: 1)
Refrigeran CFC (Chloro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini terdiri dari unsur Chlor
(Cl), Fluor (F) dan Carbon (C). Contoh dari refrigeran ini adalah R-11 (CFC-11),
R-12 (CFC-12). Karena tidak mengandung hidrogen CFC adalah senyawa yang
sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat lain meskipun terlepas ke
atmosfir. Karena mengandung chlor, CFC merusak ozon di atmosfer (stratosfer)
jauh di atas muka bumi. Zat ini memiliki nilai potensi merusak ozon yang tinggi
(ODP = 1). Lapisan ozon bermanfaat untuk melindungi mahluk hidup dari
pancaran sinar ultraviolet intensitas tinggi. Oleh sebab itu kelestariannya perlu
dijaga; 2) Refrigeran HCFC (Hydro-Chloro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini
terdiri dari unsur Hydrogen (H), Chlor (Cl), Fluor (F) dan Carbon (C). Karena
mengandung hidrogen, refrigeran ini menjadi kurang stabil jika berada di
atmosfer, sehingga sebagian besar akan terurai pada lapisan atmosfer bawah dan
hanya sedikit yang mencapai lapisan ozon. Oleh sebab itu HCFC memiliki ODP
yang rendah. Contoh refrigeran ini adalah R-22 (HCFC-22); dan 3) Refrigeran
HFC (Hydro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini tidak memiliki unsur chlor. Oleh
sebab itu refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon dan nilai ODP nya sama
dengan nol. Contoh dari refrigeran ini adalah R-134a (HFC -134a), R-152a (HFC152a), R-123 (HFC123).

30

Refrigeran alami adalah refrigeran yang dapat ditemui di alam, namun


demikian masih diperlukan pabrik untuk penambangan dan pemurniannya.
Contoh refrigeran alami adalah Hidrocarbon (HC), Carbondioksida (CO2) dan

Amonnia (NH3). Jenis refrigeran ini tidak mengandung chlor oleh sebab itu
refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon (ODP = 0).
Calm (2008) membagi perkembangan refrigeran dalam 4 periode seperti
disajikan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Perkembangan refrigeran (Calm, 2008)

Gambar 2.7 menunjukkan perioda perkembangan refrigeran, secara rinci :


1) Periode pertama, 1830-an hingga 1930-an, dengan kriteria refrigeran "apa pun
yang bekerja di dalam mesin refrigerasi, (ether, CO2, NH3, SO2, hidrokarbon,
H2O, CCl4, CHCs), 2) Periode ke-dua, 1931-an hingga 1990-an menggunakan
kriteria refrigeran: aman dan tahan lama (durable), ( CFCs, HCFCs, HFCs, NH3,
H2O), 3) Periode ke-tiga, 1990-an hingga 2010-an dengan kriteria refrigeran tidak

31

merusak lapisan ozon (HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2), dan 4) Perioda ke-empat,
2010 keatas menggunakan refrigeran yang ramah lingkungan.
Perkembangan mutakhir di bidang refrigeran utamanya didorong oleh dua
masalah lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global (Calm and Didion,
1998; Calm et al., 1999). Sifat merusak ozon yang dimiliki oleh refrigeran utama
yang digunakan pada periode ke-dua, yakni CFCs, dikemukakan oleh Molina dan
Rowland (1974) yang kemudian didukung oleh data pengukuran lapangan oleh
Farman et al. (1985). Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfer
diverifikasi secara saintifik, perjanjian Internasional untuk mengatur dan melarang
penggunaan zat-zat perusak ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan
sebutan Protokol Montreal. CFCs dan HCFCs merupakan dua refrigeran utama
yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-masing pada tahun 1996 dan 2030
untuk negara-negara maju (United Nation Environment Programme, 2000).
Sedangkan untuk negara-negara berkembang, kedua refrigeran utama tersebut
masing-masing dijadwalkan untuk dihapus (phased-out) pada tahun 2010 (CFCs)
dan 2040 (HCFCs) (Powell, 2002). Pada tahun 1997, Protokol Kyoto mengatur
pembatasan dan pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca, termasuk HFCs
(United Nation Framework Convention on Climate Change, 2005).
Powell (2002) menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh
refrigeran pengganti (Calm,1994; Calm, 1996), yakni: 1) memiliki sifat-sifat
termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang hendak digantikannya,
utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran baru yang diharapkan tidak
terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan refrigeran lama yang ber-

32

klorin, 2) tidak mudah terbakar, 3) tidak beracun, 4) bisa bercampur (miscible)


dengan pelumas yang umum digunakan dalam mesin refrigerasi, dan 5) setiap
refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis refrigeran ramah lingkungan.

2.2.5

Pengaruh Refrigeran Terhadap Permasalahan Lingkungan Global


Permasalahan lingkungan global adalah persoalan kerusakan lingkungan

hidup yang dampaknya dirasakan di seluruh wilayah di bumi (global). Penyebab


kerusakan lingkungan tersebut bisa saja berasal dari satu lokasi tetapi dampaknya
dirasakan di tempat lain atau di seluruh tempat di muka bumi.
Saat ini terdapat dua masalah lingkungan global yang dianggap paling
mengancam kehidupan di muka bumi yaitu penipisan lapisan ozon dan efek
pemanasan global.
Rusaknya lapisan ozon disebabkan karena banyaknya zat-zat sintetik
buatan manusia yang digunakan dalam berbagai aplikasi industri. Zat-zat yang
umumnya berbentuk gas tersebut terlepas ke atmosfir dan merusak lapisan ozon
yang ada di stratosfer. Zat yang dilepas di Indonesia dapat mengakibatkan
rusaknya lapisan ozon di tempat lain. Dengan demikian masalah ini dianggap
sebagai masalah global dan penanganannya juga harus dilakukan secara global
dan bersama-sama oleh seluruh rakyat di berbagai negara.
Pengaruh terhadap permasalah lingkungan ini ditunjukkan dengan istilah
ODP (Ozone Depletion potential) dan GWP (Global Warming Potential). Contoh
beberapa refrigeran dengan tingkat ODP dan GWP tertentu.

33

Tabel 2.2 Nilai ODP dan GWP refrigeran (Calm, 2004)

Sehingga sesuai dengan protokol montreal dan konvensi tentang


pemanasan global maka di masa yang akan datang refrigeran yang akan
digunakan adalah tingkat ODP = 0 dan GWP = 0.

2.2.5.1 Kerusakan Lapisan Ozon


a. Lapisan atmosfer bumi
Lapisan atmosfer yang menyelimuti bumi dapat dibagi menjadi lima
lapisan atmosfer. Lapisan tersebut dari yang terendah (dekat permukaan bumi)
sampai tertinggi berturut-turut adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer
dan eksosfer. Kelima lapisan atmosfer tersebut memiliki karakter yang berlainan
dan bervariasi sesuai ketinggiannya dari permukaan bumi.

34

Gambar 2.8 Lapisan atmosfer bumi (UNDP-KLH, 2007)


b. Manfaat lapisan ozon
Lapisan ozon yang melindungi makhluk di bumi dari sengatan sinar Ultra
Violet B dan C yang berbahaya. Konsentrasi ozon tertinggi terdapat di lapisan
stratosfer yang berjarak 25 - 30 km. Lapisan ozon berada dalam situasi kritis
manakala konsentrasinya turun di bawah 220 DU (Dobson Unit). Hipotesis
mengenai rusaknya lapisan ozon akibat gas chlorofluoromethane (atau dikenal
juga dengan nama chlorofluorocarbon = CFC) pertama kali disampaikan oleh
Rowland dan Molina pada tahun 1974 di Jurnal Nature. Verifikasi kerusakan
lapisan ozon ini mencapai puncaknya manakala Farman et al. (1985)
mempublikasikan hasil pengukuran yang menunjukkan rendahnya konsentrasi
ozon di atas antartika di jurnal yang sama. Istilah ozone hole berkembang sejak
saat itu.

35

Gambar 2.9 Manfaat lapisan ozon (Bratasida,2003; KLH, 2003)


Ozon adalah zat yang terdiri dari tiga atom oksigen, sedangkan molekul
gas oksigen hanya terdiri dari dua atom oksigen serta bersifat sebagai senyawa
pengoksidasi kuat.

Gambar 2.10 Distribusi ozon di atmosfer (UNDP-KLH, 2007)

36

Lapisan ozon sebenarnya hanyalah merupakan suatu ungkapan, karena


sesungguhnya ozon di atmosfer tidak membentuk suatu lapisan tersendiri, tetapi
terdapat dan tersebar di dalam lapisan troposfer dan stratosfer antara ketinggian 0
- 50 km di atas permukaan bumi dengan konsentrasi yang bervariasi.
Jika seluruh ozon yang terdapat pada tiang atmosfer di atas suatu lokasi
pada permukaan bumi dikumpulkan di permukaan bumi pada temperatur 00C dan
tekanan 1 atm maka akan diperoleh suatu lapisan ozon dengan ketebalan tertentu.
Ketebalan lapisan ozon yang didapat ini menyatakan jumlah ozon dalam atmosfer
di atas tempat tersebut. Setiap ketebalan 0,01 mm lapisan ozon tersebut
dinyatakan sebagai satu dobson unit. Ketebalan lapisan ozon rata-rata 260 DU.
Jika ketebalan lapisan ozon kurang dari 220 DU maka dikatakan telah terjadi
lubang ozon (penipisan lapisan ozon) di tempat tersebut.

c. Reaksi pembentukan dan penguraian ozon


Molekul gas oksigen (O2) yang ada di bagian atas lapisan stratosfer
terkena radiasi ultra ungu dalam intensitas tinggi yang berasal dari radiasi surya
sehingga terurai menjadi dua atom oksigen bebas (radikal oksigen). Radikal
oksigen ini dapat mengalami beberapa kemungkinan reaksi yaitu :
Bereaksi dengan molekul oksigen sehingga kembali membentuk molekul
ozon
Menarik satu atom oksigen dari molekul ozon sehingga terbentuk dua
molekul oksigen, atau
Bereaksi dengan radikal oksigen dan membentuk molekul oksigen

37

Rekasi pembentukan dan penguraian ozon secara alami di lapisan


stratosfer ini menyerap banyak energi sinar ultra ungu, sehingga mengurangi
intensitasnya yang sampai ke permukaan bumi. Dengan kata lain lapisan ozon
yang terdapat di atmosfer melindungi bumi dari sinar ultra ungu intensitas tinggi.

Radiasi Sinar Ultra


Ungu

Sinar ultra ungu intensitas tinggi dari matahari


memutuskan ikatan dua atom oksigen yang
membentuk molekul oksigen menjadi dua atom
oksigen

Molekul Oksigen (O2)

2 Atom Oksigen (O)

O
O

Atom-atom oksigen bebas bereaksi dengan


molekul oksigen membentuk molekul ozon

O
O

O
Molekul Ozon (O3)

O
O
O

O
O
O

Molekul Oksigen (O2)

Molekul-molekul ozon menyerap energi


radiasi sinar ultra ungu yang menyebabkan
ozon terurai menjadi molekul oksigen dan
atom oksigen

Atom Oksigen (O)

Gambar 2.11 Reaksi pembentukan dan penguraian ozon (UNDP-KLH, 2007)

Jumlah ozon di atmosfer berkurang akibat adanya zat-zat sintetis buatan


manusia yang merusak. Zat-zat tersebut disebut bahan perusak ozon (BPO).
Diantara BPO tersebut adalah refrigeran CFC. Proses perusakan lapisan ozon oleh
CFC diilustrasikan pada Gambar 2.12.

38

fluor

karbon
Cl

Radiasi Sinar Ultra Ungu

Cl

Sinar ultra ungu intensitas tinggi dari matahari


mengenai molekul CFC, memutuskan ikatan
dan membebaskan atom khlor

Cl

khlor

Molekul CFC
O
O
Cl

Cl
O

ozon

Atom khlor

Khlorin monoksida Molekul Oksigen (O2)

O
O

O
Cl

Atom Oksigen

Atom-atom khlor yang merupakan


radikal bebas bereaksi dengan molekul
ozon dan memecahnya menjadi khlorin
monoksida dan molekul oksigen. Ozon
menjadi hancur

Khlorin monoksida

Molekul Oksigen (O2)

Molekul-molekul khlorin monoksida


masih reaktif dan bereaksi dengan
atom oksigen, yang seharusnya dapat
Cl
membentuk ozon, menjadi molekul
oksigen dan atom khlor kembali. Atom
Atom khlor khlor yang terbebas akan kembali
merusak ozon. Reaksi-reaksi di atas
terjadi berulang-ulang dengan akibat
rusaknya lapisan ozon.

Gambar 2.12 Reaksi perusakan dan pencegahan pembentukan ozon


(UNDP-KLH, 2007)
CFC yang sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat apapun,
menyebabkan zat ini mampu naik sampai ke lapisan stratosfer. Pada lapisan ini
terdapat radiasi sinar ultra ungu dengan intensitas tinggi yang berasal dari
matahari. Radiasi yang kuat ini mampu memutuskan ikatan atom-atom chlor pada
CFC. Atom chlor yang terputus akan menjadi radikal bebas yang sangat reaktif
dan akan bereaksi dengan ozon yang banyak terdapat di stratosfer. Rekasi ini
menyebabkan ozon rusak dan terurai menjadi molekul chlorin monoksida (ClO).

39

Gambar 2.13 Proses kerusakan ozon oleh klorin (KLH, 2007)


dan molekul oksigen (O2) Molekul chlorin monoksida (ClO) masih bersifat
radikal dan bereaksi dengan atom oksigen (O) yang seharusnya dapat membentuk
ozon dengan molekul oksigen (O2). Reaksi ini mengakibatkan tercegahnya
pembentukan ozon (O3). Hasil reaksi adalah molekul oksigen (O2) dan atom chlor
(Cl). Atom chlor ini menjadi radikal lagi dan kembali akan merusak ozon yang
lain. Reaksi ini terjadi berulang-ulang sehingga satu atom chlor dapat merusak
puluhan ribu molekul ozon. Disamping itu puluhan ribu ozon juga gagal terbentuk
sebagai akibat digandengnya atom oksigen (O) oleh chlorin monoksida (ClO)
Karena banyaknya molekul CFC yang terlepas ke atmosfer maka jumlah ozon
semakin lama semakin berkurang dan timbul lubang ozon khususnya di daerah
kutub dan utamanya di kutub selatan.

40

d. Lubang ozon
Menyadari bahaya kerusakan lapisan ozon, berbagai negara kemudian
bersepakat dalam Konvensi Wina (1985) yang selanjutnya menghasilkan Protokol
Montreal (1987) untuk mengurangi emisi gas-gas yang berpotensi merusak
lapisan ozon. Dua gas utama yang merusak lapisan ozon adalah gas chlorine yang
utamanya berasal dari senyawa CFC dan gas bromine yang utamanya berasal dari
senyawa methyl bromide dan halon. Pemerintah Indonesia telah turut meratifikasi
Konvensi Wina dan Protokol Montreal berikut amandemen-amandemennya
melalui beberapa Keputusan Presiden.

Gambar 2.14 Lubang ozon (KLH, 2008)


Sementara itu, sejak diketemukannya fenomena penipisan lapisan ozon, luas
daerah yang memiliki konsentrasi ozon kurang dari 220 DU terus membesar.
Untuk Tahun 2004, NASA melaporkan bahwa lubang ozon di atas kutub selatan
telah mencapai 28 juta km2, yang berarti lebih dari dua kali lipat luas antartika itu

41

sendiri (atau lebih besar dari daratan Amerika Utara). Jika hal ini tidak segera
ditanggulangi, tidak tertutup kemungkinan bahwa lubang ozon ini bisa menjadi
malapetaka global bagi kehidupan di muka bumi.

Gambar 2.15 Ketebalan Lapisan Ozon

CFC pada umumnya digunakan di sektor pendingin (refrigerasi), busa


pelarut/pembersih (solvent), dan zat pendorong (propellant) seperti pada parfum.
Saat ini, pengguna CFC terbesar adalah pada sektor refrigerasi. CFC, seperti R-12
atau Freon 12, masih banyak digunakan pada pendingin udara (AC) kendaraan
dan chiller (mesin pendingin udara pada gedung). CFC jenis R-11 juga masih
banyak digunakan pada chiller. Masyarakat bisa berperan besar dalam program
perlindungan lapisan ozon ini dengan menggunakan produk-produk yang tidak
menggunakan CFC. Di Indonesia, pemerintah akan menghentikan import CFC
pada akhir tahun 2007. Karena tidak ada satu pun industri yang menghasilkan
CFC di tanah air, maka penghentian import CFC akan menyebabkan kelangkaan

42

CFC di dalam negeri. Hal ini perlu segera diantisipasi oleh para pengguna CFC;
antara lain dengan menggunakan bahan-bahan non-CFC dan berbagai teknologi
yang tidak menggunakan CFC.

e. Bahaya akibat adanya lubang ozon


Jika lapisan ozon rusak atau terjadi lubang ozon maka radiasi sinar ultra
ungu (UV-B) dengan intensitas tinggi akan mencapai permukaan bumi. Radiasi
intensitas tinggi (UV-B) inilah yang berbahaya dan mematikan, terutama terhadap
kehidupan organisme bersel satu seperti bakteria dan protozoa. Jika dosisnya
berlebihan maka mikroorganisme seperti plankton akan terhambat seluruh
kegiatannya, hal ini sangat berbahaya terhadap kesetimbangan ekosistem
mengingat plankton adalah sumber makanan kehidupan laut.

Katarak mata

Penurunan Produktivitas tanaman

Kanker kulit

Ekosistem laut

Gambar 2.16 Dampak kerusakan lapisan ozon (KLH, 2007)

43

Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada organisme lain yang berada
dalam rantai makanannya. Bagi manusia UV-B dapat menimbulkan eritema, yaitu
memerahnya kulit (UV 296,7 nm). Lebih hebat lagi jika dosisnya berlebihan.
Dampak yang telah diketahui sekarang UV-B dapat menimbulkan antara lain
katarak mata, kanker kulit, menurunnya daya tahan tubuh dan matinya
fitoplankton yang membahayakan kehidupan biota laut dan pada akhirnya
merugikan kehidupan manusia juga.
Untunglah UV-B ini sebagian besar dapat dihambat oleh lapisan ozon di
stratosfir sebelum sampai di permukaan bumi. Akibatnya UV-A yang banyak
sampai di permukaan bumi. UV-A yang terlalu banyak dapat menimbulkan
pigmentasi kulit seperti yang terjadi akibat berjemur terlalu lama di bawah sinar
matahari. UV-A malahan dibutuhkan untuk mengolah pro-vitamin D yang ada di
dalam kulit kita.

2.2.5.2 Pemanasan global


Sinar matahari yang berhasil menerobos atmosfir (setelah sebagiannya
langsung dipantulkan oleh atmosfir ke angkasa) sebagian akan dipantulkan oleh
permukaan bumi ke atmosfir dan sebagiannya lagi akan diserap oleh permukaan
bumi. Terserapnya sinar matahari tersebut akan memanaskan permukaan bumi
dan menyebabkan permukaan tersebut mampu memancarkan energi ke atmosfir
(berupa sinar infra merah yang memiliki panjang gelombang relatif besar).
Keberadaan Gas Rumah Kaca (GRK) menyebabkan tidak semua sinar infra merah
yang dipancarkan bumi bisa lolos ke angkasa, sebagian besar sinar tersebut

44

diserap oleh GRK dan selanjutnya dipancarkan kembali ke permukaan bumi.


Proses tersebut berulang dan menyebabkan kenaikan temperatur bumi. Gas
Rumah Kaca (GRK) pada dasarnya berfungsi menjaga temperatur bumi pada
tingkat yang sesuai untuk kebutuhan makhluk hidup. Ketiadaan, atau kurangnya,
GRK akan menyebabkan temperatur di permukaan sebuah planet akan sangat
rendah (seperti permukaan Mars yang memiliki temperatur rata-rata -50 0C);
namun terlalu banyak GRK juga akan menyebabkan kenaikan temperatur (seperti
permukaan Venus yang temperatur rata-ratanya 420 0C). Syukur kepada Tuhan
bahwa kecukupan GRK di bumi menyebabkan temperatur rata-rata bumi berada
pada kisaran yang sesuai untuk kehidupan, yakni sekitar 15 0C (Hamilton dalam
Indartono, 2007).
Selimut yang terlalu tebal dan rapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Lonjakan

jumlah

GRK

di

atmosfer

bumi

tidak

saja

menimbulkan

ketidaknyamanan, namun berpotensi menyebabkan bencana global. Dalam


Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim, beberapa jenis gas telah diidentifikasi
sebagai GRK, yakni karbondioksida (CO2), dinitroksida (N2O), metana (CH4),

sulfurheksafluorida (SF6), perfluorocarbon (PFCs), dan hidrofluorocarbon


(HFCs).
Setiap gas rumah kaca mempunyai potensi pemanasan global (Global

Warming Potential - GWP) yang diukur secara relatif berdasarkan emisi CO2
dengan nilai 1. Makin besar nilai GWP makin bersifat merusak. Berdasarkan
perhitungan untuk beberapa tahun belakangan ini dapat disimpulkan bahwa

45

kontribusi CO2 terhadap pemanasan global mencapai lebih dari 60% (Mimuroto
and Koizumi, 2003).

CH4
19%

Gambar 2.17 Kontribusi gas rumah kaca terhadap pemanasan global

Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini yang dimaksud dengan


unjuk kerja (COP) mesin pendingin adalah besarnya energi yang berguna, yang
ditunjukkan oleh perbandingan antara efek refrigerasi (ER) sistem dengan kerja
(Wk) yang dibutuhkan untuk mengkompresi refrigeran di kompresor.
Efek refrigerasi (ER) merupakan selisih dari enthalpi sisi buang (h1)
dengan enthalpi sisi isap (h4) pada evaporator. Sedangkan kerja kompresi (Wk)
adalah selisih dari enthalpi sisi buang (h2) dengan enthalpi sisi isap (h1) pada
kompresor. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Efek refrigerasi
Kerja kompresor
ER
=
Wk
h h4
= 1
h2 h1

UnjukKerja =
COP

Data yang diperoleh pada hasil pengujian adalah data primer berupa data
tekanan (P, psig), temperatur (T, 0C), frekwensi (f, Hz), tegangan (V, volt),

46

kelembaban evaporator (Rh, %), Arus (I, Ampere), didapat dengan jalan
pengukuran langsung pada setiap kali jenis pengujian, yaitu pengujian pada massa
optimum.
Berdasarkan data hasil pengukuran tekanan (P) dan tempertur (T) pada
masing-masing titik pengujian pada mesin pendingin dan dengan bantuan P-h
diagram refrigeran CFC (R-12) kita dapat menentukan besaran enthalpi (h) pada
masing-masing titik. Data akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan sifatsifat termodinamika refrigeran CFC (R-12) untuk dapat menentukan besarnya
unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil).
Berdasarkan hasil pengujian konsumsi arus listrik kompresor untuk
masing-masing refrigeran CFC hasil recovery dan recycle dengan CFC murni,
akan dapat diketahui konsumsi daya listrik kompresor untuk refrigeran hasil

recovery dan recycle dan refrigeran murni. Selanjutnya efisiensi energi dari mesin
pendingin (AC mobil) dapat ditentukan.

47

BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir


Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan taraf hidup
masyarakat penggunaan mesin pendingin (AC mobil) juga mengalami
peningkatan. Semakin meningkatnya penggunaan mesin pendingin, penggunaan
refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a) juga meningkat. Akibat service yang
buruk (tidak ramah lingkungan) banyak teknisi pada saat service melepas CFC (R12) dan HFC (R-134a) ke atmosfir yang dapat mengakibatkan kerusakan lapisan
ozon dan pemanasan global.
Mengantisipasi permasalahan tersebut diatas beberapa negara didunia
termasuk Indonesia sepakat untuk mengurangi penggunaan dan berupaya
menghentikan penggunaan gas-gas tersebut diatas. Pemerintah Indonesia,
pelaksanaannya dibawah Departemen Kementerian Lingkungan Hidup secara
konsen menanggulangi permasalahan tersebut dengan berbagai program.
Khususnya dalam bidang mesin pendingin, World Bank melalui KLH
memberikan bantuan mesin 3R (Recovery Recycle dan Recharging) refrigeran
bagi perusahaan/bengkel service mesin pendingin (AC mobil) untuk menghindari
terlepasnya refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a) ke atmosfir pada waktu
melakukan service. Mesin 3R dapat mencegah pelepasan refrigeran CFC (R-12)
dan HFC (R-134a) ke atmosfir sehingga dapat mencegah kerusakan lapisan ozon
oleh CFC (R-12) dan mencegah pemanasan global oleh HFC (R-134a). Sebelum

47

48

melakukan tindakan service terhadap mesin pendingin (AC mobil) biasanya


refrigeran di dalam sistem terlebih dahulu harus dikeluarkan. Selama ini (sebelum
mendapat bantuan mesin 3R) para teknisi melakukan sevice secara konvensional
yaitu mengeluarkan refrigeran dari dalam sistem mesin pendingin dan melepaskan
refrigeran tersebut ke atmosfir. Secara ekonomis mesin 3R lebih menguntungkan
karena tidak perlu membeli refrigeran baru untuk mengisi mesin pendingin, cukup
dengan menggunakan refrigeran hasil recovery dan recycle mesin 3R saja.
Disamping itu service dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.
Cara pengelolaan refrigeran menggunakan mesin 3R mengikuti prosedur
yaitu : 1) proses recovery, proses pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem
pendingin dan memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung, 2)
proses recycle, proses peningkatan kemurnian refrigeran dari proses sirkulasi
didalam mesin 3R melalui proses fisika dengan jalan pemisahan minyak pelumas
dan penyaringan refrigeran untuk digunakan kembali, dan 3) proses recharging,
proses pengisian kembali refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu
proses recovery pada sistem mesin pendingin tersebut.
Bagi perusahaan/bengkel service mesin pendingin (AC mobil) yang
mendapat bantuan mesin 3R laluan tunggal telah diberikan pelatihan sehingga
dapat menggunakan mesin 3R dengan baik dan benar sekaligus menginformasikan
pentingnya ozon bagi kehidupan.
Untuk mendapatkan data tersebut perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a) ke perusahaan/bengkel

service mesin pendingin (AC Mobil) yang mendapat mesin 3R. Sedangkan untuk

49

mengetahui unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil) yang menggunakan
refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R dilakukan pengujian
di Laboratorium Refrigerasi dan Tata Udara, Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bali.
Unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil) yang menggunakan
refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R secara teoritis lebih
rendah, karena :
1) Adanya kontaminan (gas lain, dan atau uap air) di dalam refrigeran CFC (R12) hasil recovery dan recycle mesin 3R,
2) Refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R telah bercampur
dengan refrigeran lain pada waktu service atau pada waktu pengisian mesin
pendingin, dan
3) Akibat panas berlebih (overheating) pada waktu mesin pendingin (AC mobil)
beroperasi tetapi refrigerannya belum sampai terbakar.

50

3.2 Konsep Penelitian

Service Mesin Pendingin (AC mobil)

Service
Konvensional - Penipisan

CFC
dan HFC

Lapisan Ozon
- Pemanasan
Global

- Clorin
- Flour

Bila kompresor tidak terbakar

Service dengan
Mesin 3R

Ramah lingkungan

Refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a)

Hasil Recovery dan Recycle


Mesin 3R

Recharging CFC (R-12)


ke Mesin Pendingin (AC

Uji :
CFC (R-12)

tidak

Dimusnahkan

ya

Dimanfaatkan

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

51

3.3 Hipotesis Penelitian


1. Perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan mesin 3R
telah melaksanakan pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a)
menurut pedoman teknis dan persyaratan kompetensi pelaksanaan retrofit
dan recycle pada sistem refrigerasi (KLH, 2007).
2. Untuk pengujian unjuk kerja AC mobil yang menggunakan refrigeran CFC
(R-12) hasil recovery dan recycle mesin 3R dibandingkan dengan CFC (R12) murni, hipotesis yang di uji adalah:
H0 : 1 = 2 (Tidak ada perbedaan unjuk kerja AC mobil yang
menggunakan refrigeran CFC-12/R-12 murni dengan refrigeran
CFC-12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R).
Ha : 1 > 2 (Unjuk kerja AC mobil yang menggunakan refrigeran CFC12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R lebih rendah
dibandingkan dengan AC mobil menggunakan refrigeran CFC-12/R12 murni).
Kriteria pengujian dengan taraf signifikan 5%, jika sig t < 0,05 hipotesis
H0 ditolak dan dalam kondisi lainnya Ha diterima.

52

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada 27 perusahaan/bengkel service AC mobil
yang mendapat bantuan mesin 3R dari World Bank melalui KLH yang berada di
Denpasar - Bali.

Gambar 4.1
Kegiatan proses pengambilan data pada perusahaan/bengkel service AC mobil
di Denpasar - Bali

52

53

Penelitian ini lebih di fokuskan pada monitoring dan evaluasi, yaitu bagaimana
perusahaan/bengkel service AC Mobil melaksanakan pengelolaan refrigeran CFC
(R-12) dan HFC (R-134a) pada saat servicing menggunakan mesin 3R sehingga
refrigeran tidak terlepas ke atmosfir.
Pengujian unjuk kerja (COP) mesin pendingin hanya dilakukan pada
refrigeran CFC (R-12) hasil recovery and recycle mesin 3R yang masih bisa di
dapat dari perusahaan/bengkel service AC mobil dibandingkan dengan CFC (R12) murni.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi Penelititan
Penelitian dilakukan pada 2 tempat yaitu : 1) untuk mengetahui
pelaksanaan

pengelolaan

CFC

(R-12)

dan

HFC

(R-134a),

pada

perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat bantuan hibah mesin 3R


dari World Bank melalui KLH di Denpasar; dan 2) untuk menguji unjuk kerja
(COP) di Laboratorium Refrigerasi dan Tata Udara, Program Studi Refrigerasi
dan Tata Udara, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali.

4.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian selama enam bulan dengan tahapan sebagai berikut:
-

Bulan Pebruari :
Persiapan bahan kuesioner, minta panduan kuesioner dan diskusi tentang
evaluasi pengelolaan CFC dan HFC pada Kepala Sub Bidang Pengendalian
Lingkungan di PPLH Regional Bali Nusra.

54

Bulan Maret :
Persiapan alat/AC mobil dan bahan CFC-12/R-12 murni untuk dapat dipakai
melakukan pengujian refrigeran CFC-12/R-12.

Bulan April :
Permohonan surat pengantar ke Direktur Politeknik Negeri untuk ke PPLH
regional Bali-Nusra dan BLH Propinsi Bali Bali dan melakukan pengujian
CFC-12/R-12 murni.

Bulan Mei :
Melakukan survei dan penyebaran kuesioner ke perusahaan/bengkel AC
mobil yang mendapat bantuan mesin 3R di Denpasar-Bali. Pengujian CFC12/R-12 hasil recovery dan recycle mesin 3R.

Bulan Juni :
Pengambilan kuesioner yang masih di perusahaan/bengkel service AC mobil.
Pengolahan data dan pembuatan laporan.

Bulan Juli : Penyelesaian laporan.

4.3 Subyek Penelitian


Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan/bengkel

service AC mobil yang mendapat bantuan hibah mesin 3R di Denpasar-Bali dalam


program perlindungan lapisan ozon dan mencegah pemanasan global. Secara rinci
perusahaan/bengkel
perusahaan/bengkel.

AC

mobil

yang

menerima

bantuan

berjumlah

27

55

Tabel 4.1 Daftar penerima bantuan hibah sektor mobil air conditioner (Bali)
No.
1
2
3
4.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Nama Perusahaan/Bengkel
Alamat
UD. Asia Ban
Jl. Gunung Agung No.55, Pemecutan.
CV. Bagus AC
Jl. Tukad Pakerisan 116B, Denpasar.
PT. Bali Taxi
Jl. By Pass Nusa Dua No.4, Jimbaran.
UD. Bram Service
Jl. Narakusuma No.36, Denpasar.
Budi AC
Jl. Cokroaminoto 89, Denpasar.
Dewa AC
Jl. Bukit Tunggal No.46, Denpasar.
Duta Prima
Jl. Raya Kuta No.44, Br. Abian Base.
Eka Jaya AC Mobil
Jl. Prof. IB Mantra, By Pass.
Gede AC Mobil
Jl. A. Yani No.40A Gg. Flamboyan No.3.
Hans Service
Jl. Teuku Umar 58, Denpasar.
Intan Sakti Motor
Jl. Sutomo No.41, Denpasr.
Kardi AC Mobil
Jl. Pulau Bungin Gg. Taman No.2.
Mas Agung Mandiri AC
Jl. Gatot Subroto No.7, Denpasar.
Paul Air Cond. Service
Jl. By Pass Ngurah Rai No.280S.
Mas Service
Jl. Tukad Pakerisan 140Y, Panjer.
Naga Mas Motor
Jl. Hayam Wuruk No.196, Denpasar.
Rally Utama
Jl. Nusa Indah No.60, Denpasar.
Mas Wul AC Mobil
Jl. Tukad Yeh Aya No.314, Renon.
Sama Jaya Service
Jl. A. Yani No.196, Singaraja.
Mekar Jaya Motor
Jl. By Pass Ngurah Rai, Tuban.
Merpati Bali
Jl. Raya Kuta No.67, Badung.
Sejuk AC
Jl. Gatot Subroto Timur 202, Denpasar.
Setia Kawan Mandiri
Jl. Diponogoro 10, Br. Pesanggaran.
Surya Sakti AC
Jl. Gatot subroto No. 21X, Denpasar.
Tole Motor
Jl. Gatot Subroto Barat No.999X.
Sumber Jaya Sakti
Jl. Gatot Subroto No.1, Denpsar.
Santa Jaya Motor
Jl. By Pass Nusa Dua No.72, Jimbaran.
Sumber: KLH, 2007

4.4 Bahan dan Alat Penelitian

4.4.1 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian unjuk kerja mesin pendingin (AC
mobil) ini antara lain :1) Refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan recycle mesin
3R, dan 2) Refrigeran CFC murni. Refrigeran CFC (R-12) hasil recovery dan

recycle didapat dari perusahaan/bengkel service AC mobil yang mendapat

56

bantuan mesin 3R dari world bank melalui KLH di Denpasar. Sedangkan


refrigeran CFC murni didapat dari suplier. Untuk menentukan kemurniaan
refrigeran CFC akan di tes dengan refrigeran identifier.

4.4.2 Alat Penelitian


Untuk mendapatkan data tentang pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan
HFC (R-134a) pada masing-masing perusahaan/bengkel service AC mobil
dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan observasi pada masing-masing
perusahaan/bengkel AC mobil yang menerima bantuan mesin 3R.
Data unjuk kerja (COP) mesin pendingin menggunakan refrigeran CFC
(R-12) hasil recovery dan recycle dibandingkan dengan CFC (R-12) murni,
diperoleh dengan melakukan pengujian simulasi mesin pendingin (AC mobil) di
laboratorium Refrigerasi dan Tata Udara Program Studi Teknik Refrigerasi dan
Tata Udara Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali, dengan spesifikasi
sebagai berikut :
a) Motor listrik
Alat ini berfungsi sebagai penggerak kompresor. Adapun spesifikasinya
adalah sebagai berikut :

Merk

: 3 Phase Induction Motor (Made in China)

Daya

: 3 Hp

Putaran

: 1430 rpm

Frekwensi : 50 Hz

Phase

: 3 Phase

57

Voltage

: 220 230 Volt

Arus

: 5/8,6 ( )

b) Kompresor
Adapun spesifikasinya sebagai berikut :

Merk

: SANDEN

Model/Type : SD-505
Ser. No.

: 0410628059

Refrigerant : R-12
Lubricant

: Oil Suniso 5 GS

c) Pressure Gauge
Digunakan 4 buah pressure gauge, digunakan masing-masing untuk
mengukur tekanan sisi masuk dan sisi keluar pada kondensor maupun
evaporator.
d) Infrared/Digital Thermometer
Digunakan 4 buah infrared/digital thermometer, digunakan masingmasing untuk mengukur temperatur sisi masuk dan sisi keluar kondensor
maupun pada evaporator.
e) Stop Watch
Untuk mengukur waktu yang dibutuhkan pada waktu pengambilan data
atau waktu pengujian.
f) Gauge Manifold
Digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran baik pada saat pemakuman,
pengisian maupun pada saat beroperasi. Yang dapat dilihat pada gauge

58

manifold adalah tekanan evaporator atau tekanan isap (suction) kompresor


dan tekanan kondensor atau tekanan keluar (discharge) kompresor.
Alat uji yang digunakan telah terkalibrasi dari pabrik pembuatnnya.

4.5 Variabel Penelitian


Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu variabel pengelolaan refrigeran
dan unjuk kerja (COP) mesin pendingin.

4.5.1 Variabel Pengelolaan refrigeran


Variabel pengelolaan refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a) dengan
mesin 3R, kaitannya dengan sektor servicing pada bengkel AC mobil adalah cara
penanganan refrigeran CFC (R-12) dan HFC (R-134a) pada saat service AC mobil
menggunakan mesin 3R. Diukur dengan mewawancarai perusahaan/bengkel AC
mobil dan menanyakan dengan kuesioner standar mulai dari proses recovery yaitu
proses pengambilan refrigeran dari dalam suatu sistem pendingin dan
memindahkannya ke dalam suatu tabung/tangki penampung, proses recycle yaitu
proses peningkatan kemurnian refrigeran dari proses sirkulasi didalam mesin
3R.melalui proses fisika dengan jalan pemisahan minyak pelumas dan
penyaringan refrigeran untuk digunakan kembali, dan proses recharging adalah
proses pengisian kembali refrigeran yang diambil atau ditangkap pada waktu
proses recovery pada sistem mesin pendingin tersebut (KNLH, 2007).
Efektivitas pengelolaan dilihat dari efektivitas pada masing-masing tahap
pengelolaan. Nilai efektifitas pengelolaan dihitung dengan cara :

59

Nilai efektivitas pengelolaan =


dimana :

x 100%

A = Total skor pengelolaan


B = Skor maksimum pengelolaan

Nilai ini dibandingkan dengan Pedoman Acuan Patokan (PAP) tingkat pencapaian
sebagai berikut (Depdiknas, 1999) yaitu:
90% 100 % : Sangat efektif (SE)
80% 89 % : Efektif (E)
65% 79 % : Cukup (C)
40 % 64 % : Kurang Efektif (KE)
0% 39%

: Sangat Kurang Efektif (SKE)

Kisi-kisi kuesioner untuk mengukur pelaksanaan pengelolaan refrigeran


ditunjukkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kisi-kisi alat evaluasi pengelolaan refrigeran dengan menggunakan


mesin 3R
No

Dimensi

Recovery

Recycle

Recharging
Jumlah

Indikatornya
Refrigeran yang diambil ari AC mobil
dipindahkan ke dalam tangki
penampung
1. Meningkatkan kemurnian
refrigeran dengan mesin 3R.
2. Pemisahan minyak pelumas dan
penyaringan kotoran refrigeran
Pengisian kembali refrigeran hasil
recovery dan recycle ke AC mobil

Jumlah butir
(buah)
5

4
19

60

4.5.2 Variabel unjuk kerja/COP (Coefficient of Performance)


Variabel unjuk kerja mencakup : efek refrigerasi (ER), kerja kompresi
(Wk), dan unjuk kerja (COP) :
a) Efek refrigerasi (ER) adalah kalor yang diterima oleh sistem dari
lingkungan melalui evaporator per satuan laju massa refrigeran, di ukur
dengan cara :
ER = h 1 - h 4

(kJ/kg)

dimana :
h1 = enthalpi refrigeran yang keluar evaporator (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigeran yang masuk evaporator (kJ/kg)
b) Kerja kompresi (Wk) adalah kerja dilakukan kompresor, sama dengan
selisih enthalpi uap refrigeran yang keluar kompresor dengan enthalpi uap
refrigeran yang masuk ke kompresor, di ukur dengan cara :
Wk = h 2 - h 1

(kJ/kg)

dimana :
h 1 = enthalpi uap refrigeran pada sisi isap kompresor (kJ/kg)
h 2 = enthalpi uap refrigeran pada sisi buang/keluar kompresor (kJ/kg)
c) Unjuk kerja (COP) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara efek
refrigerasi (ER) sistim dengan kerja (Wk) yang dibutuhkan untuk
mengkompresi refrigeran di kompresor atau besarnya energi yang berguna,
yaitu besarnya efek refrigerasi dibagi dengan kerja yang diperlukan sistem,
yang besarnya adalah :

61

UnjukKerja =

COP =

Efek refrigerasi
Kerja kompresor
h1 h4
h2 h1

Unjuk kerja merupakan besaran tanpa dimensi.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam melakukan pengujian unjuk


kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil) adalah :
- Mempersiapkan bahan atau refrigeran CFC (R-12) hasil proses recovery
dan recycle mesin 3R, dan CFC (R-12) murni.
- Mempersiapkan alat uji mesin pendingin ( AC mobil) dan alat ukur yang
akan digunakan untuk pengambilan data seperti : pressure gauge,

infrared/digital thermometer, ampere meter, stopwatch, vaccum pump,


tool box, dan lain-lain.
- Memastikan alat uji dan semua peralatan berfungsi dengan baik (normal).
-

Pastikan alat ukur sudah dalam standar normal (terkaliberasi).

Check atau menghidupkan panel listrik.

Hidupkan mesin pendingin, selang 5 menit pertama catat data pada tabel
pengujian untuk masing-masing titik pengukuran, begitu seterusnya untuk
setiap 2 menit berikutnya sampai waktu pengujian mencapai 25 menit.

Cara yang sama dilakukan untuk setiap pergantian refrigeran.


Proses pengosongan, pemakuman dan pengisian ini wajib dilakukan

sebelum melakukan pengujian. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam


pengujian maka hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses ini

62

adalah ketelitian baik dalam pemakuman ataupun pengisian refrigeran kedalam


sistem. setelah itu baru melakukan pengujian sistem/alat.

Langkah-langkah proses pengujian

Service

Mesin Pendingin
(Simulator AC mobil)

Pengosongan,
Pemakuman,
Cek kebocoran

bocor

Tidak bocor

Pelumasan
dan
Pengisian

Pengujian :
- Tekanan (P, Psig)
- Temperatur (T, 0C)
- Arus (I, Ampere)

Gambar 4.2 Langkah-langkah proses pengujian refrigerant CFC-12/R-12

Beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.3 dibawah ini :

63

Tabel 4.3 variabel yang diukur dalam uji ujuk kerja (COP)
No. Variabel yang diukur

Satuan

Alat ukur

Tekanan (P)

Psig

Pressure gauge

Temperatur (T)

Thermometer

Frekwensi (f)

Hz

Tachometer

Tegangan

Volt

Volt meter

Arus

Ampere

Ampere meter

Kelembaban

Higrometer

Data sekunder didapat dengan bantuan diagram Mollier (p-H diagram)


CFC (R-12) atau program CoolPack, sifat-sifat termodinamika refrigeran CFC (R12) sehingga dapat ditentukan unjuk kerja (COP) mesin pendingin (AC mobil)
tersebut.
Kedua variabel diatas dianalisis untuk mendapatkan tingkat efektivitas
pengelolaan serta layak tidaknya refrigeran CFC-12/R-12 hasil recovery dan

recycle mesin 3R dipergunakan kembali pada AC mobil.

4.6 Analisa data


Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan uji T. Statistik
deskriptif untuk melihat pengelolaan CFC dan HFC pada perusahaan/bengkel
sedangkan uji T untuk membandingkan unjuk kerja CFC (R-12) hasil recovery
dan recycle mesin 3R dibandingkan dengan CFC (R-12) murni.

64

4.7 Flowchart Penelitian


Program
Pemerintah
(KLH)

Monitoring &
Evaluasi

Bengkel-service mesin pendingin


yang mendapat bantuan hibah mesin 3R
di Denpasar

Service Mesin Pendingin (AC Mobil)


CFC (R-12) dan HFC (R-134a)

Recovery dan Recycle


CFC (R-12) dan HFC (R-134a)

Recharging CFC (R-12)


Hasil Recovery
Pengujian Refrigeran CFC (R-12)
Hasil Recovery

Mesin Pendingin (AC Mobil)


CFC (R-12)
recovery

CFC (R-12)
murni

ERr
Wkr
COPr

ERm
Wkm
COPm

?
Uji t

Gambar 4.3 Bagan alir penelitian

SPSS

Anda mungkin juga menyukai