Anda di halaman 1dari 19

REFRIGERANT (FLUIDA PENDINGIN)

MATA KULIAH TEKNIK PENGKONDISIAN UDARA

Penulis
andrizal_55@yahoo.co.id
andrizal_65@yahoo.com
Lisensi Dokumen
Copyright 2009 elearning- ft.unp.ac.id
Seluruh dokumen di e-learning FT UNP Padang dapat digunakan secara bebas oleh mahasiswa
peserta e-learning untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau
merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak
diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari penulis
naskah dan admin e-learning FT UNP Padang.

I.

Pendahuluan
A. Deskripsi
Mata kuliah ini berisi tentang : 1) konsep dasar pengkondisian udara. 2)
jenis dan cara kerja pengkondisian udara. 3) penggunaan diagram
psikrometrik untuk menentukan beban pengkondisian udara 4) peralatan
sistem pengkondisian udara, 5) jenis, karakteristik, persyaratan, klasifikasi
fluida pendingin dan minyak pelumas sistem pengkondisian udara. 6)
prosedur pemasangan instalasi sistem pengkondisian udara. 7) prosedur
pem-vakum-an dan pengisian fluida pendingin dan minyak pelumas sistem
pengkondisian udara. 8) pengujian unjuk kerja dan perawatan sistem
pengkondisian udara khususnya pada bidang otomotif. 9) prosedur
pemeriksaan dan perbaikan sistem pengkondisian udara.
B. Prasyarat
-----

http://elearning-ft.unp.ac.id/

C. Petunjuk Penggunaan Modul


a. Baca terlebih dahulu Kompetensi Utama (KU) dan Sub Kompetensi
yang tertulis diawal modul ini.
b. Pelajari dengan seksama materi dan referensi dari setiap bab sampai
anda mengerti dan memahaminya.
c. Jawab pertanyaan-pertanyaan, kerjakan soal-soal latihan dan tugastugas yang terdapat dalam modul ini, termasuk tugas-tugas yang
diberikan dosen saat akhir perkuliahan.
d. Untuk memahami lebih lanjut dari modul ini diharapkan anda membaca
buku-buku referensi yang dirujuk.
e. Bila anda menemui kesulitan, diskusikan dengan teman atau dosen
pada saat kuliah/tatap muka.
f. Bila tidak mendapat kesulitan, anda dapat mempelajari lebih lanjut
materi lain pada bahan ajar ini.
g. Pelajari sekali lagi materi ajar tersebut sebelum anda mengikuti ujian
tengah semester dan ujian semester sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
D. Tujuan Akhir (Kompetensi Utama)
Mahasiswa dapat memasang instalasi, menguji unjuk kerja dan mengatasi
permasalahan sistem pengkondisian udara
E. Kompetensi (Sub Kompetensi)
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar sistem pengkondisian
udara
b. Mahasiswa dapat mengindentifikasi jenis dan cara kerja sistem
pengkondisian udara.
c. Mahasiswa

dapat

menggunakan

diagram

psikrometrik

untuk

menentukan beban sistem pengkondisian udara.

http://elearning-ft.unp.ac.id/

d. Mahasiswa dapat menghitung kapasitas unit pengkondisian udara


e. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis, konstruksi dan cara kerja
peralatan (utama) sistem pengkondisian udara Mahasiswa dapat
menjelaskan jenis, konstruksi dan cara kerja peralatan (kontrol) sistem
pengkondisian udara
f. Mahasiswa
klasifikasi

dapat
fluida

menentukan
pendingin

jenis,

yang

karakteristik,

cocok

untuk

persyaratan,

sebuah

sistem

pengkondisian udara
g. Mahasiswa

dapat

menentukan

jenis,

karakteristik,

persyaratan,

klasifikasi minyak pelumas yang cocok untuk sebuah kompresor pada


sistem pengkondisian udara
h. Mahasiswa dapat menerapkan prosedur pemasangan instalasi sistem
pengkondisian udara
i. Mahasiswa

mampu

melakukan

pem-vakum-an,

pengisian

fluida

pendingin dan minyak pelumas sistem pengkondisian udara


j. Mahasiswa dapat melakukan pengujian unjuk kerja dan perawatan
sistem pengkondisian udara
k. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dan perbaikan komponen
sistem pengkondisian udara
F. Cek Kemampuan
Berdasarkan hasil tes formatif yang diberikan kepada mahasiswa
dibandingkan dengan kunci jawaban serta penjelasan dosen, maka dapat
tingkat penguasaan dan pendalaman materi diukur oleh mahasiswa. Untuk
dapat mengukur tingkat penguasaan materi tersebut dapat digambarkan
dengan rumus:
Tingkat Penguasaan

Jumlah Jawaban yang Benar


x 100 (%)
N

Ket. N= Banyak Soal

http://elearning-ft.unp.ac.id/

Tabel Tingkat Penguasaan Materi yang Dicapai


Pencapaian

Artinya

81 %
66-80%

Baik Sekali

56-65%

Cukup

41-55%

Kurang

40%

Kurang Sekali

Baik

II. Pembelajaran
A. Ruang Lingkup
1.

Deskripsi Perkuliahan
Memberi pengetahuan tentang Fungsi dan cara kerja sistem
pengkondisian udara, Ruang lingkup penggunaan sistem
pengkondisian udara serta Perkembangan sistem pengkondisian

2. Manfaat Perkuliahan
Manfaat perkuliahan ini adalah memberi pengetahuan tentang; Fungsi
dan cara kerja sistem pengkondisian udara,

Ruang lingkup

penggunaan sistem pengkondisian udara serta Perkembangan sistem


pengkondisian

B. Penyajian

REFRIGERANT (FLUIDA PENDINGIN)


Refrigerant adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi.
Refrigerant merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena
dialah yang menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin

http://elearning-ft.unp.ac.id/

refrigerasi. Seperti telah dijelaskan pada Bagian 1, masalah kontemporer


yang menghadang Refrigerant adalah munculnya lubang ozon dan
pemanasan global.
ASHRAE (2005) mendefinisikan Refrigerant sebagai fluida kerja di dalam
mesin refrigerasi, pengkondisian udara, dan sistem pompa kalor.
Refrigerant menyerap panas dari satu lokasi dan membuangnya ke lokasi
yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi dan kondensasi. Calm
(2002) membagi perkembangan Refrigerant dalam 3 periode: Periode
pertama, 1830-an hingga 1930-an, dengan kriteria Refrigerant "apa pun
yang bekerja di dalam mesin refrigerasi". Refrigerant yang digunakan
dalam periode ini adalah ether, CO2, NH3, SO2, hidrokarbon, H2O, CCl4,
CHCs. Periode ke-dua, 1930-an hingga 1990-an menggunakan kriteria
Refrigerant: aman dan tahan lama (durable). Refrigerant pada periode ini
adalah CFCs (Chloro Fluoro Carbons), HCFCs (Hydro Chloro Fluoro
Carbons), HFCs (Hydro Fluoro Carbons), NH3, H2O. Periode ke-tiga,
setelah 1990-an, dengan kriteria

Refrigerant "ramah lingkungan".

Refrigerant pada periode ini adalah HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2.
Perkembangan mutakhir di bidang Refrigerant utamanya didorong oleh
dua masalah lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global. Sifat
merusak ozon yang dimiliki oleh Refrigerant utama yang digunakan pada
periode ke-dua, yakni CFCs, dikemukakan oleh Molina dan Rowland
(1974) yang kemudian didukung oleh data pengukuran lapangan oleh
Farman dkk. (1985). Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfer
diverifikasi secara saintifik, perjanjian internasional untuk mengatur dan
melarang penggunaan zat-zat perusak ozon disepakati pada 1987 yang
terkenal

dengan

sebutan

Protokol

Montreal.

CFCs

dan

HCFCs

merupakan dua Refrigerant utama yang dijadwalkan untuk dihapuskan


masing-masing pada tahun 1996 dan 2030 untuk negara-negara maju
http://elearning-ft.unp.ac.id/

(United Nation Environment Programme, 2000). Sedangkan untuk negaranegara berkembang, kedua Refrigerant utama tersebut masing-masing
dijadwalkan untuk dihapus (phased-out) pada tahun 2010 (CFCs) dan
2040 (HCFCs) (Powell, 2002). Pada tahun 1997, Protokol Kyoto mengatur
pembatasan dan pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca, termasuk
HFCs (United Nation Framework Convention on Climate Change, 2005).
Powell (2002) menerangkan bebeapa syarat yang harus dimiliki oleh
Refrigerant pengganti, yakni:
1. Memiliki

sifat-sifat

termodinamika

yang

berdekatan

dengan

Refrigerant yang hendak digantikannya, utamanya pada tekanan


maksimum operasi Refrigerant baru yang diharapkan tidak terlalu
jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan Refrigerant lama yang
ber-klorin.
2. Tidak mudah terbakar.
3. Tidak beracun.
4. Bisa bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan
dalam mesin refrigerasi.
5. Setiap Refrigerant CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis
Refrigerant ramah lingkungan.
Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan Refrigerant yang paling
banyak digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara.
Saat ini beberapa perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih
menggunakan Refrigerant R22 dalam produk-produk mereka. Meski
Refrigerant

ini, termasuk juga

http://elearning-ft.unp.ac.id/

Refrigerant

jenis HCFCs lainnya,

dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030 (untuk negara maju),


namun beberapa negara Eropa telah mencanangkan jadwal yang lebih
progresif, misalnya Swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs
lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan
Denmark dan Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesinmesin baru hanya hingga 31 Desember 1999 (Kruse, 2000)
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat
Refrigerant

sintetis

baru,

HFCs

(Hydro

Fluoro

Carbons)

untuk

menggantikan Refrigerant lama yang ber-klorin yang dituduh menjadi


penyebab rusaknya lapisan ozon. Weatherhead dan Andersen (2006)
mengemukakan bahwa sejak 8 tahun terakhir, penipisan kolom lapisan
ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini akan terjadinya
pemulihan lapisan ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara jelas
merujuk turunnya penggunaan zat perusak ozon sebagai penyebab
pulihnya lapisan ozon. Powell (2002) menyebutkan bahwa adanya
kerjasama yang sangat baik antara produser Refrigerant dan perusahaan
pengguna Refrigerant telah memungkinkan terjadinya transisi mulus dari
era

penggunaan

CFCs

secara

besar-besaran

di

1986

hingga

penghapusan dan penggantiannya dengan R134a di tahun 1996. Banyak


kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu
perjanjian internasional di bidang lingkungan yang paling berhasil
diterapkan.
Saat ini, HCFCs (yang pada dasarnya merupakan pengganti transisional
untuk CFCs) telah memiliki 2 kandidat pengganti, yakni R410A (campuran
dengan sifat mendekati zeotrop) dan R407C (campuran azeotrop) (Kruse,
2000). Hidrokarbon Propana (R290) juga berpotensi menjadi pengganti
R22 (Kruse, 2000). R407C merupakan campuran antara R32/125/132a
dengan komposisi 23/25/52, sedangkan R410A adalah campuran
http://elearning-ft.unp.ac.id/

R32/125 dengan komposisi 50/50 (ASHRAE, 2005). Saat ini, beberapa


perusahaan terkemuka di bidang refrigerasi dan pengkonsian udara telah
menggunakan R410A dalam produk mereka.
Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan
konsisten, maka secara umum pada saat ini belum ada pilihan Refrigerant
komersial selain Refrigerant alami. Meskipun perlu dicatat bahwa barubaru ini terdapat produsen Refrigerant yang mengklaim keberhasilannya
membuat Refrigerant yang tidak merusak ozon dan tidak menimbulkan
pemanasan global (ASHRAE, 2006). Beberapa Refrigerant alami yang
sudah digunakan pada mesin refrigerasi adalah: amonia (NH3),
hidrokarbon (HC), karbondioksida (CO2), air, dan udara (Riffat dkk.,
1997). Kata "alami" menekankan keberadaan zat-zat tersebut yang
berasal dari sumber biologis atapun geologis; meskipun saat ini beberapa
produk Refrigerant alami masih didapatkan dari sumber daya alam yang
tidak terbarukan, misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking,
serta amonia dan CO2 yang didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).
Penggunaan karbondioksida, air, dan udara pada refrigerator komersial
masih memerlukan riset yang mendalam, sedangkan penggunaan amonia
dan hidrokarbon, meskipun sudah cukup banyak dilakukan, masih
memiliki peluang riset yang cukup banyak (Riffat dkk., 1997). Amonia
bersifat racun (toxic) dan cukup mudah terbakar, sedangkan hidrokarbon
termasuk dalam zat yang sangat mudah terbakar; oleh karena itu
Refrigerant tersebut secara umum sulit digunakan pada sistem ekspansi
langsung.

Sistem

refrigerasi

tak-langsung

bisa

digunakan

untuk

mengatasi kelemahan kedua Refrigerant tersebut. Beberapa peneliti


berusaha menekan tingkat keterbakaran Refrigerant hidrokarbon dengan
cara mencampurkannya bersama Refrigerant lain yang tak mudah
terbakar (Pasek dkk., 2006; Sekhar dkk., 2004; Dlugogorsky dkk., 2002).
http://elearning-ft.unp.ac.id/

Granryd (2001) menekankan bahwa pada dasarnya sudah tersedia


teknologi untuk meningkatkan keamanan pada sistem refrigerasi yang
menggunakan Refrigerant hidrokarbon, namun cara yang ekonomis untuk
membuat sistem tersebut aman dan terbukti dapat digunakan dalam skala
luas masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Teknologi Refrigerasi Alternatif
Munculnya beberapa permasalahan pada refrigerasi siklus kompresi uap
dalam dekade belakangan ini membuat beberapa peneliti berusaha
memunculkan sistem refrigerasi alternatif yang tidak mengandung
permasalahan serupa. Teknologi alternatif tersebut diantaranya adalah
refrigerasi sistem absorpsi, adsorpsi padatan (solid adsorption), dan efek
magnetokalorik.

Sistem

absorpsi

dan

adsorpsi

padatan

tidak

menggunakan Refrigerant yang merusak ozon dan menimbulkan


pemanasan global, serta bisa memanfaatkan panas matahari ataupun
panas buangan; sedangkan refrigerasi sistem efek magnetokalorik sama
sekali tidak menggunakan Refrigerant primer.
Refrigerasi Siklus Absorpsi
Refrigerasi absorpsi merupakan siklus yang digerakkan oleh energi
termal. Berbeda dengan sistem refrigerasi konvensional, energi mekanik
yang diperlukan oleh refrigerasi absorpsi sangat kecil. Diagram refrigerasi
absorpsi efek tunggal dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini:

http://elearning-ft.unp.ac.id/

Gambar 1 Diagram siklus refrigerasi absorpsi efek tunggal


Pada Gambar 1, QA adalah perpindahan panas dari absorber, WPump
kerja yang diperlukan pompa, QG adalah perpindahan panas yang
diperlukan oleh generator, QC adalah perpindahan panas dari kondenser,
dan QE adalah panas yang diserap oleh evaporator. Penukar kalor yang
terdapat di dalam siklus absorpsi berfungsi untuk meningkatkan
temperatur

larutan

sebelum

memasuki

generator,

sehingga

bisa

menghemat energi.
Seperti halnya siklus refrigerasi kompresi uap, efek pendinginan pada
siklus absorpsi juga terjadi pada sisi evaporator. Untuk menggantikan
kompresor seperti yang digunakan di dalam siklus kompresi uap,
digunakan tiga komponen di dalam siklus absorpsi; yakni absorber,

http://elearning-ft.unp.ac.id/

10

pompa, dan generator. Absorber berfungsi untuk menyerap uap


Refrigerant ke dalam absorben, sehingga keduanya bercampur menjadi
larutan.

Karena

reaksi

di

dalam

absorber

adalah

eksotermik

(mengeluarkan panas), maka perlu dilakukan proses pembuangan panas


dari absorber. Tanpa dilakukannya proses pembuangan panas, maka
kelarutan (solubility) uap Refrigerant ke dalam absorben akan rendah.
Selanjutnya, larutan tersebut dipompa ke generator.
Dalam perjalanan menuju generator, larutan dilewatkan di dalam penukar
kalor untuk meningkatkan temperatur (preheating). Daya pompa yang
diperlukan sangat kecil, sehingga dalam perhitungan COP siklus absorpsi,
daya ini biasanya diabaikan. Di dalam generator, larutan dipanaskan
hingga terjadi pemisahan Refrigerant dari larutan. Selanjutnya, uap
Refrigerant tersebut akan memasuki kondensor. Proses selanjutnya tidak
berbeda dengan siklus kompresi uap, yakni kondensasi, penuruan
tekanan (melalui mekanisme penghambat aliran - flow restrictor), dan
evaporasi.
Dua keuntungan utama penggunaan siklus absorpsi adalah: (1) Siklus ini
tidak menggunakan Refrigerant yang merusak lapisan ozon dan
menimbulkan pemanasan global, dan (2) Siklus ini bisa menggunakan
panas buangan, sehingga sangat cocok digunakan dalam siklus
kombinasi bersama dengan pembangkitan listrik dan panas/termal. Siklus
kombinasi ini sangat berpotensi menghemat energi. Sistem pemanas dan
pendingin di Shinjuku, Jepang, diklaim oleh operatornya (Tokyo Gas) bisa
menghasilkan penghematan energi pendinginan sebesar 20% (Tokyo
Gas, 2002).
Performansi sistem ini bisa didefiniskan dengan cara yang sama seperti
halnya dalam siklus kompresi uap, yakni:
http://elearning-ft.unp.ac.id/

11

Namun karena daya pompa siklus ini umumnya sangat kecil dibandingkan
dengan komponen yang lain, maka WPump seringkali dihilangkan dari
Persamaan diatas. Dalam aplikasinya, performa (COP) siklus absorpsi
masih lebih rendah bila dibandingkan dengan siklus kompresi uap. Dalam
artikel reviewnya, Shrikhirin (2001) menjelaskan beberapa teknik yang
bisa digunakan untuk meningkatkan prestasi siklus absorpsi.
Holmberg dan Berntsson (1990) menerangkan beberapa kriteria yang
perlu dipenuhi oleh fluida kerja (campuran antara Refrigerant dan
absorben), yakni:
1. Perbedaan titik didih antara Refrigerant dan larutan pada tekanan
yang sama (boiling elevation) haruslah sebesar mungkin.
2. Refrigerant perlu memiliki panas penguapan yang tinggi dan
konsentrasi yang tinggi di dalam absorben untuk menekan laju
sirkulasi larutan diantara absorber dan generator per-satuan
kapasitas pendinginan.
3. Memiliki sifat-sifat transport, seperti viskositas, konduktivitas termal,
dan koefisien difusi, yang baik sehingga dapat menghasilkan
perpindahan panas dan massa yang juga baik.
4. Baik Refrigerant dan absorbennya harus bersifat non-korosif,
ramah lingkungan, dan murah.

http://elearning-ft.unp.ac.id/

12

Kriteria lain untuk fluida kerja sistem absorpsi serupa dengan kriteria
untuk Refrigerant siklus kompresi uap, seperti stabil secara kimiawi, tidak
beracun, tidak mudah terbakar, dan tidak mudah meledak. Hingga saat ini,
fluida kerja yang paling banyak digunakan di dalam sistem refrigerasi
absorpsi adalah Air/NH3 dan LiBr/Air (Srikhirin dkk., 2001).
Refrigerasi Adsorpsi Padatan (solid adsorption)
Efek pendinginan pada siklus solid adsorption menggunakan prinsip yang
sama dengan sistem refrigerasi lainnya: bahwa proses evaporasi
memerlukan suplai energi (menyerap energi). Proses adsorpsi melibatkan
pemisahan suatu zat dari cairan dan pengakumulasiannya pada
permukaan sebuah zat padat. Zat yang menguap dari fasa cair disebut
sebagai adsorbat, sedangkan zat padat yang menyerap adsorbat disebut
sebagai adsorben. Molekul-molekul yang diserap oleh adsorben bisa
dilepaskan kembali dengan cara memanaskan adsorben; dengan
demikian proses ini bersifat reversibel. Terdapat dua macam adsorben,
yakni hydrophilic seperti gel silika, zeolit dan alumina aktif atau alumina
berpori; dan hydrophobic seperti karbon aktif, polimer dan silikat (Sumathy
dkk., 2003). Adsorben hydrophilic memiliki kemampuan ikat yang tinggi
dengan zat yang bersifat polar (seperti air), sedangkan adsorben
hydrophobic dengan zat yang
bersifat non-polar (seperti minyak).

http://elearning-ft.unp.ac.id/

13

Gambar 2 Diagram Clapeyron untuk siklus adsorpsi ideal


Siklus adsorpsi dasar bisa dilihat pada Gambar 5. Siklus ideal dimulai dari
titik A: adsorben berada pada temperatur rendah, TA, dan tekanan rendah,
PE (tekanan evaporasi). A - B menunjukkan pemanasan adsorben
bersamaan dengan adsorbat. Pada saat ini, wadah adsorben (kolektor)
dihubungkan dengan kondensor. Pemanasan lanjut pada adsorben dari B
ke D menyebabkan sebagian adsorbat mengalami desorpsi dan
selanjutnya uapnya terkondensasi di kondensor (titik C). Pada saat
adsorben mencapai temperatur maksimum, TD, proses desorpsi berhenti.
Selanjutnya cairan adsorbat dikirimkan ke evaporator dari C ke E;
kemudian kolektor ditutup dan mendingin. Penurunan temperatur dari D
ke F menyebabkan penurunan tekanan dari PC ke PE. Setelah kolektor
dihubungkan dengan evaporator; evaporasi dan adsorpsi terjadi pada saat
adsorben didinginkan dari temperatur F ke A. Efek pendinginan muncul
pada saat terjadinya evaporasi adsorbat.

http://elearning-ft.unp.ac.id/

14

Dibandingkan dengan siklus kompresi uap, prestasi siklus adsorpsi jauh


lebih kecil. Sumathy dkk. (2003) menjelaskan beberapa modifikasi yang
perlu dilakukan pada siklus adsorpsi untuk meningkatkan prestasi siklus
tersebut. COP tertinggi siklus adsorpsi yang didata oleh Sumathy dkk.
(2003) adalah 1,06. Beberapa peneliti telah menyelidiki aplikasi siklus
adsorpsi di berbagai bidang, seperti pengkondisian udara di dalam kabin
masinis (Lu dkk., 2004; Wang dkk., 2006a), refrigerator tenaga surya
untuk gedung (Lemmini dan Errougani, 2005), pendingin air (Liu dkk.,
2005), dan pembuat es (ice maker) untuk kapal nelayan (Wang dkk.,
2006b).

Refrigerasi Efek Magnetokalorik


Efek magnetokalorik, yang merupakan sifat intrinsik seluruh material
magnetik, menyebabkan material yang bersifat magnetik akan membuang
panas dan tingkat entropi magnetiknya turun pada saat dikenai medan
magnet secara isotermal. Efek yang berkebalikan akan terjadi manakala
medan magnet dihilangkan. Dengan demikian, efek magnetokalorik ini
bisa digunakan untuk mendinginkan suatu zat. Prinsip ini telah digunakan
dalam refrigerasi kriogenik sejak tahun 1930-an (Yu dkk., 2003).
Refrigerasi
technology)

magnetik
yang

dipandang

memiliki

sebagai

potensi

teknologi

untuk

hijau

(green

menggantikan

siklus

konvensional kompresi uap. Efisiensi refrigerasi magnetik bisa mencapai


30 - 60% terhadap siklus Carnot, sedangkan siklus kompresi uap hanya
mencapai 5 - 10% terhadap siklus Carnot (Yu dkk., 2003). Oleh karena itu,
refrigerasi magnetik diperkirakan memiliki potensi yang bagus di masa
mendatang.

http://elearning-ft.unp.ac.id/

15

Siklus dasar refrigerasi magnetik adalah siklus Carnot magnetik, siklus


Stirling magnetik, siklus Ericcson magnetik, dan siklus Brayton magnetik.
Mekanisme kerja siklus refrigerasi magnetik, misalnya siklus Ericcson
magnetik, dijelaskan di bawah ini (lihat juga Gambar 6).
1. Proses magnetisasi isothermal (A-B). Pada saat terjadi kenaikan
medan magnet (dari H0 ke H1), panas dipindahkan dari Refrigerant
magnetik ke fluida regenerator untuk menjaga Refrigerant dalam
keadaan isotermal. Note: yang dimaksud dengan Refrigerant
adalah material magnetik itu sendiri.
2. Proses pendinginan pada medan-konstan (B-C). Pada keadaan
medan magnet konstan (H1), panas dipindahkan dari Refrigerant
magnetik ke fluida regenerator.
3. Proses demagnetisasi isotermal (C-D). Pada saat medan magnet
diturunkan (dari H1 ke H0), panas diserap dari fluida regenerator ke
Refrigerant magnetik untuk menjaga kondisi isotermal pada
Refrigerant.
4. Proses pemanasan pada medan-konstan (D-A). Temperatur akhir
Refrigerant magnetik kembali ke kondisi semula (A).

http://elearning-ft.unp.ac.id/

16

Gambar 3 Diagram siklus Ericcson magnetik. Pada gambar tersebut, S


dan T masing-masing adalah entropi dan temperatur.
Beberapa peneliti mengeksplorasi kemungkinan penggunaan refrigerasi
magnetik sebagai pengganti sistem refrigerasi konvensional. Pada 1976,
di Lewis Research Center of American National Aeronautics and Space
Administration, Brown menggunakan logam tanah jarang (rare-earth
metal) gadolinium (Gd) sebagai Refrigerant magnetik untuk refrigerasi
pada temperatur ruang (Yu dkk., 2003). Dengan menambahkan berbagai
variasi silika dan germanium ke latis (lattice) kristal gadolinium, Vitalij
Pecharsky dan Karl Gschneidner dari the Ames Laboratory di Iowa State
University menemukan jenis material baru yang bisa mendinginkan dua
hingga enam kali lebih banyak dalam siklus magnetik tunggal, yang berarti
bahwa mesin refrigerasi ini bisa menggunakan medan magnet yang lebih
lemah atau material yang lebih kecil (Glanz, 1998).
Dengan memadukan Refrigerant magnetik Gd5Ge2Si2 dan sejumlah kecil
besi,

Provenzano

mengurangi

dkk.

kehilangan

(2004)

melaporkan

histerisis

(yang

bahwa

mereka

menyebabkan

bisa

Refrigerant

magnetik kurang efisien) hingga 90%. Selain menggunakan paduan


berbasiskan gadolinium, Tegus dkk. (2002) menggunakan Refrigerant
magnetik

berbasiskan

logam

transisi,

MnFeP0.45,As0.55,

untuk

refrigerasi pada temperatur ruang dengan hasil refrigerasi yang secara


signifikan

lebih

besar

dibandingkan

dengan

Gd5Ge2Si2.

Namun

demikian, saat ini pengembangan refrigerasi magnetik pada temperatur


ruang masih belum matang. Yu dkk. (2003) menekankan bahwa kesulitan
utama dalam pengembangan refrigerasi magnetik adalah:
1. Diperlukannya material magnetik dengan efek magnetokalorik yang
besar,

http://elearning-ft.unp.ac.id/

17

2. Diperlukannya medan magnet yang kuat, dan


3. Diperlukannya sifat regenerasi dan perpindahan panas yang
istimewa.

III.

Evaluasi
1. Tulislahlah

persyaratan refrigerant yang harus dipenuhi untuk

pengkondisian udara pada mobil !, kenapa demikian ?


2. Jelaskanlah karakteristik dari refrigerant kelompok HYDROCARBON
REFRIGERANT Sintetis Refrigerant, sebagai berikut :

Chloro Fluoro Carbon, dikenal dengan CFC

Hydro Chloro Fluoro Carbon, dikenal dengan HCFC

Hydro Fluoro Carbon, dikenal dengan HFC

3. Manakah dari jenis refrigerant diatas yang menimbulkan pengrusakan


lingkungan paling besar ? jelaskan jawaban saudara !
4. Sebutkanlah tiga refrigerant alternatif yang dapat digunakan untuk
pengkondisian pada mobil !

5. Apa yang dimaksud dengan istilah-istilah efek rumah kaca, penipisan


lapisan ozon, dan pemanasan global !

IV.

Daftar Pustaka
1. Andrizal; Beban Pendingin, FPTK IKIP Padang, Padang 1996
2. Nippondenso Indonesia; Dasar Pengetahuan AC Mobil, ND Inc.,
Jakarta 1994
3. Prihadi Setyo D; Teknik Pendingin, ITB, Bandung

http://elearning-ft.unp.ac.id/

18

4. Ricky Gunawan; Pengantar Teori Teknik pendingin, P2LPTK, Jakarta


Juli 1988
5. Wiranto Arismunandar; Penyegaran udara, PT.Pratya Paramita, Jakarta
1980
6. Yuli Setyo Indartono, Pengkondisian Udara (AC) (3), http://teknikpendingin.blogspot.com

http://elearning-ft.unp.ac.id/

19

Anda mungkin juga menyukai